Share

Bab 38

Author: Pelmen_minmin
last update Last Updated: 2022-07-15 10:43:55

***

Remaja dengan pakaian mencetak lekuk tubuh itu terkesiap sesaat, mendongak menatap Luga yang menutupi tubuhnya dengan jas abu-abu. "A- ... Anda-"

"Bodoh." Kalimat gagap Yerinsa dipotong oleh ejekan Luga, sebelum menyentil pelan pelipis kecil itu. "Kenapa kamu selalu dihampiri masalah jika keluar sendiri," keluhnya kemudian.

Yerinsa mengkerut tidak senang sambil mengelus pelipis. "Apa maksud Anda? Tidak perlu berlebihan seperti ini," desisnya tidak nyaman oleh banyak pasang mata yang memperhatikan.

Selain malu, Yerinsa juga pasti akan ditanyai ini dan itu nanti oleh Fiona, tentang bagaimana bisa kenal dengan orang sepenting Luga.

Jas abu-abu terpasang tidak benar, bagian kancing malah ada di punggung, dan bagian punggung jas menutupi dada Yerinsa. Dilihat bagaimana pun, Luga saat ini masih seperti memeluk Yerinsa, jelas saja akan membuat salah paham.

Luga menoleh pada orang-orang di sekitar yang terdiam, bahkan dua gadis yang semula dirundung amarah mendadak keheranan menatap Yerin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Obsesi sang protagonis   Bab 39

    ***Marvel tidak mengerti, dari sekian pesan yang sudah dikirim untuk Yerinsa, tidak ada balasan sama sekali, padahal tanda terkirim tercetak jelas. Kali ini pun centang dua abu-abu muncul setelah pesan dikirim, hanya berisi kalimat singkat menanyakan apakah gadis De Vries itu memiliki waktu untuk mereka bertemu.Sedetik kemudian, Marvel terkesiap saat pesan balasan muncul tanpa disangka-sangka. Mengerjab berkali-kali untuk memastikan nama yang tertera di layar, itu memang nama 'Yerin' dengan emoji kuda poni.Kurasa bisa, di mana kita akan bertemu?Mendapat balasan setelah sekian pesan diabaikan, Marvel tidak bisa menahan senyum terbit di bibir, mengetikkan kalimat balasan dengan cepat sambil berjalan turun dari tangga.Alun-alun kota? Jam tiga sore nanti, bagaimana?Setelah menekan kirim pesan, Marvel membenahi letak tas di pundak kiri, bergegas melihat waktu sudah memepet dengan jam kuliahnya.Denting handphone kembali terdengar, hanya satu kata 'oke' dari Yerinsa masuk, tapi kembal

    Last Updated : 2022-07-15
  • Obsesi sang protagonis   Bab 40

    ***Kernyitan di dahi Liam semakin dalam, heran mengapa tuan muda yang biasa acuh tak acuh itu hari ini ingin datang ke suatu tempat tanpa terikat janji.Akhir-akhir ini Liam menyadari sikap Luga agak berbeda dari rutinitasnya, beberapa kali sudah kedapatan keluar dari kantor di saat jam kerja tanpa diketahui tujuannya.Liam memang asisten terpercaya Luga, tapi untuk urusan pribadi sang tuan muda dia tidak bisa mengikutcampuri tanpa diperintah. Selain itu, bawahan setia Luga tidak hanya Liam sendiri, ada puluhan lainnya yang bekerja di balik punggung laki-laki itu.Sebagai salah satu Tuan muda dan pemegang saham besar keluarga Roosevelt, Luga tentunya memiliki kelompok pelindung tersendiri yang bekerja di bawah perintah langsung. Untuk menjamin keselamatan Luga di manapun dan kapanpun, paling bisa diandalkan dalam situasi genting."Berkunjung?" beo Liam akhirnya lolos juga dari benak yang mengganjal.Luga kali ini melirik datar. "Hm, ada masalah?" tanyanya tanpa minat.Liam cepat-cepa

    Last Updated : 2022-07-15
  • Obsesi sang protagonis   Bab 41

    ***"Gabriella, apa kamu sudah selesai?""Sebentar lagi, Ibu." Gabriella sedikit berseru menjawab pertanyaan sang ibu yang berada di luar pintu kamar."Ya ampun, kamu berdandan seperti akan tampil di televisi saja," keluh Yerinsa yang berdiri di samping Margareth.Gadis itu mengenakan dress biru gelap bertabur glitter seperti langit malam berhias bintang, di kaki terpasang ankle strap hitam yang menunjang tinggi badan. Rambut yang biasa tergerai malam ini ditata dengan gaya half updo tier braid, tanpa hiasan rambut selain boby pin."Cerewet, diam saja." Balasan Gabriella terdengar kesal dari dalam kamar.Margareth menggeleng menegur Yerinsa. "Kami akan menunggu di lantai bawah, Sayang. Oke?" katanya kembali pada Gabriella."Baik, Ibu. Aku akan segera menyusul," balas Gabriella lagi.Wanita dengan gaun ketat hitam dan rambut disanggul itu kemudian menatap Yerinsa, mengajaknya turun lebih dulu sementara menunggu Gabriella selesai bersiap-siap. Ketukan hak stiletto itu terdengar berirama

    Last Updated : 2022-07-15
  • Obsesi sang protagonis   Bab 42

    ***Tanpa disangka, Margareth dan kedua putri cantik itu tiba di restoran bersamaan dengan mobil Abrady. Segera saja mereka masuk bersama tanpa membuang waktu karena keluarga Laventez sudah menunggu.Memasuki restoran mewah itu, mereka yang sudah memesan tempat VVIP diantar oleh seorang waiters berjas hitam di luar kemeja putih dan berdasi kupu-kupu. Ke lantai atas restoran dengan fasilitas lift, mereka dibimbing hingga tiba di sebuah ruangan dengan privasi sangat terjaga dan nyaman.Kedatangan mereka langsung disambut hangat oleh pasangan Laventez dan putra mereka. Bercipika-cipiki sambil menanyakan apakah perjalanan lancar dan bagaimana kabar mereka."Abrady, kamu benar-benar memiliki tiga permata," komentar Sergio selaku kepala keluarga Laventez.Abrady tertawa, diiring tawa istri mereka juga, dan mulai duduk satu persatu di kursi yang sudah disiapkan.Saking dekatnya keluarga mereka, tidak akan sungkan lagi bicara informal, karena sudah sama-sama tau keluarga masing-masing sejak d

    Last Updated : 2022-07-15
  • Obsesi sang protagonis   Bab 43

    ***Satu minggu setelah acara makan malam itu, yang artinya tidak sampai satu bulan penuh lagi acara pertunangan berlangsung. Semakin tidak sabar Gabriella menanti acara, semakin bahagia orangtua mereka akan pertunangan itu, maka semakin resah hari demi hari Yerinsa lalui.Walaupun Yerinsa sudah berusaha sebisa mungkin membuat pembelokan plot novel secara paksa, tapi tidak menutup kemungkinan dunia ini membuat plot sendiri agar tetap berjalan sebagaimana mestinya.Sama seperti kejadian Yerinsa ingin menghindarkan Gabriella dari Luga saat di hotel malam itu. Yerinsa takut, semakin hari berlalu, perasaan gelisah tidak bisa terkontrol.Akhir-akhir ini Yerinsa sering mengecek catatan plot novel yang disimpan di buku diary berkunci, untuk membandingkan kejadian di dunia ini dan jalan cerita novel asli.Dalam satu minggu ini, Yerinsa hanya pernah dua kali datang ke perusahaan sang ayah, kebetulan untuk melihat proses pengambilan sample iklan, dan yang ke dua beralasan mengajak Abrady makan

    Last Updated : 2022-07-15
  • Obsesi sang protagonis   Bab 44

    *** Luga menggedikkan bahu, mata kuning sawo itu menyapu seluruh sudut ruang tamu yang terasa sangat nyaman dan luas. Ada sejumlah lukisan pemandangan berukuran besar di dinding atas, mungkin ketinggiannya sekitar tiga meter. "Kudengar Gabriel akan bertunangan, jadi hanya ingin memastikan," kata Luga setelah hening cukup menyebalkan. Sebelum Yerinsa membalas kalimat itu, Mauren datang membawa nampan untuk menghidangkan camilan ringan kue kering, dua gelas kosong dan sebuah teko kecil. Menuangkan minuman dingin ke cangkir setelah menata piring di atas meja. Lalu merunduk sekilas sebelum pamit undur diri kembali ke dapur, membiarkan dua orang itu kembali dalam keheningan. "Memastikan apa? Kamu akan diundang walaupun tidak ke sini, pasti merepotkan orang sibuk sepertimu harus meluangkan waktu," ujar Yerinsa sedikit menyindir meskipun terdengar sopan. Luga tersenyum setengah, mengerti sindiran halus itu. "Tidak merepotkan sama sekali, karena aku sedang ada waktu," balasnya. Mencoba

    Last Updated : 2022-07-15
  • Obsesi sang protagonis   Bab 45

    *** Selain hal-hal tentang Gabriella, beban di kepala Yerinsa juga mencakup ayah dan ibunya. Karena pertunangan sudah dipublikasi, sudah pasti perusahaan juga ikut terkena dampak, positif dan negatif. Namun, setelah satu minggu kembali berlalu, tidak ada berita buruk apapun tentang perusahaan, Yerinsa juga dengan berani terang-terangan menunjukkan eksistensi di perusahaan, secara berkala di beberapa waktu luang dia akan pergi ke kantor sang ayah. Menepati kata-katanya pada Abrady saat di mobil menuju pulang dari makan malam bersama keluarga Laventez, Yerinsa memperhatikan pemegang-pemegang jabatan di perusahaan itu. Tidak ada tanda perusahaan terganggu, bukan berarti Yerinsa bisa bersantai, karena mungkin saja Luga belum beraksi. Hari ini, Yerinsa mendatangi perusahaan kembali, membawa sebuah paperbag berisi kotak makan siang untuk dinikmati bersama sang ayah. Margareth dan Gabriella ada pertemuan dengan EO yang mengurus dekorasi hotel. Jadi, sejak pagi rumah sudah sepi, Yerinsa

    Last Updated : 2022-07-15
  • Obsesi sang protagonis   Bab 46

    ***"Uh, maaf," ucap Yerinsa singkat, bahkan tanpa merundukkan tubuh dan tidak menatap lawan bicara.Keadaan kepala masih belum sepenuhnya nyaman, jadi mood hati Yerinsa ikut tidak stabil. Hanya ingin cepat sampai ke ruangan sang ayah dan tiduran di sofa dengan alibi lelah di sekolah.Namun, baru saja ingin pergi berlalu, lengannya ditahan dengan hempasan kuat oleh wanita itu, hingga Yerinsa hampir membentur tembok karena sulit menyeimbangkan diri."Apa yang-""Beraninya kamu bersikap tidak sopan," cerca wanita itu langsung.Yerinsa mengerjab mengenyahkan pandangan tidak fokus, menatap wanita bergincu merah yang senada dengan blazer dan rok itu, setelan formal mencetak lekuk tubuh itu terlihat seksi dikenakan bersama sepasang high heels jenis pumps."Saya sudah minta maaf, jadi, permisi," kata Yerinsa mengulang dengan tata krama lebih sopan.Berpikir masalah akan segera selesai dengan begitu, jadi Yerinsa mengalah, sekilas menyugar rambut sebelum berniat pergi lagi.Tapi, lagi-lagi se

    Last Updated : 2022-07-15

Latest chapter

  • Obsesi sang protagonis   Bab 103

    ***"Vie, tenanglah," bisik Luga kesulitan menahan lonjakan tenaga gadis itu."Sakit! Sakiitt! Sakiitt!" Yerinsa tidak menahan jeritan untuk mengeluarkan segala keluhan yang hanya bisa diwakili satu jenis kata itu saja.Memeluk erat gadis yang menggeliat seperti cacing kepanasan, Luga tidak mengatakan apapun selain membantu menekan kepala itu ke dadanya, juga membiarkan kemeja kusut direnggut Yerinsa.Bercak kemerahan timbul di kemeja, Luga mendesis rendah merasakan luka jahitan pasti terbuka kembali karena tersikut lengan Yerinsa, membuat kain kasa ikut bernoda darah."Gerald!" teriak Luga ke arah pintu masuk.Hanya butuh satu detik untuk seorang pria masuk terburu-buru. "Saya, Tuan Muda," sahutnya."Bantu aku," kata Luga sambil mengeluarkan sebuah botol kecil dan suntikan dari saku celana.Pria bernama Gerald mendekati tempat tidur, membantu memindah isi cairan dari botol ke dalam suntikan, lalu menyerahkan kembali pada Luga, membiarkan sang tuan muda menyuntik sendiri.Tubuh Yerins

  • Obsesi sang protagonis   Bab 102

    ***Abrady menegang di posisi memangku Yerinsa, merasakan moncong dingin revolver menyentuh tepat di pelipis sama seperti sebelumnya dialami Luga. Selain itu, tanpa diduga sederet pria kekar bersenjata yang sebelumnya mengancam Luga, kini malah berpaling mengancam Abrady.Pertemuan mengharukan yang diimpikan akan berakhir indah nyatanya tidak semulus yang dibayangkan. Rencana diam-diam memang sudah disusun sebelum keberangkatan, membayar sejumlah penembak jitu sebagai pelindung dan bisa digunakan mengancam.Namun, siapa menyangka Luga tau satu langkah di depan Abrady."Kupikir manusia, ternyata memang serangga yang tidak memiliki akal," desis Luga dengan sorot mata kelewat dingin."Apa yang sudah kamu lakukan pada orang-orangku?" tanya Abrady geram.Seringai Luga tersungging lebar. "Sejak kapan mereka orang-orangmu?" tanyanya mengejek."AYAH!" teriak Gabriella saat situasi dua pria itu mendadak terbalik.Margareth menangis melihat sang suami berada di bawah target ancaman Luga sekaran

  • Obsesi sang protagonis   Bab 101

    ***"Luga!" pekik Yerinsa kencang melihat Luga ambruk di tanah dengan memegang satu kaki.Tubuh Yerinsa gemetar, menatap sang ayah yang baru saja memberikan perintah menembak. Bagaimana bisa ayahnya memerintahkan hal sekejam itu dilakukan pada Luga, bahkan tanpa pembicaraan apapun di antara mereka."Yerin, jangan ke mana-mana! Tetap di sini!" Margareth menyusul berteriak saat Yerinsa benar-benar akan turun dari kursinya."Lepaskan aku, Bu. Ayah melukai Luga," pinta Yerinsa tanpa sadar mata sudah berkaca-kaca."Dia pantas mendapatkannya, Yerin. Bahkan harusnya lebih dari itu," sentak Gabriella, menarik kasar Yerinsa agar kembali duduk.Yerinsa menoleh tercengang. "Apa maksudmu dia pantas mendapatkan itu? Kamu mendukung Ayah melakukan kejahatan?" tanyanya tidak percaya."Sayang, percayalah pada Ayahmu, dia ingin kita semua kembali, seperti dulu lagi, mengertilah," ujar Margareth lembut mengusap pipi basah Yerinsa."Tapi, tidak perlu dengan hal keterlaluan seperti ini, Bu. Jangan melukai

  • Obsesi sang protagonis   Bab 100

    ***Kerinduan yang terpendam selama berbulan-bulan membuncah di mata biru itu, segera pandangan Yerinsa buram akibat berkaca-kaca. Bahagia menggelegak dari lubuk hati begitu melihat sosok Gabriella, Margareth, lalu disusul Arbady turun dari helikopter dibantu beberapa orang berpakaian hitam tebal seperti jaket boomber.Mereka benar-benar di sini, melihatnya, bertatapan dengannya penuh rindu, dalam jarak yang hanya terpaut lebih dari sepuluh meter.Satu langkah pertama Yerinsa ambil saat helikopter dimatikan dan udara sekitar menjadi tenang, lupa bahwa tadi berlari bersama Luga hingga tautan tangan itu terlepas untuk menyongsong menyambut keluarga tercinta.Luga menatap tangan sendiri yang menggantung di udara, kehangatan kecil dari tangan lembut menghilang perlahan. Menatap punggung sempit bak peri yang berlari menuju gerbang kehidupan alam bebas, tangan Luga mendadak terkepal."Ibu," lirih Yerinsa dengan setetes linangan air mata jatuh di pipi, menatap sang ibu yang juga mendekat."A

  • Obsesi sang protagonis   Bab 99

    ***Yerinsa mengangguk sambil menerima jabat tangan itu, bangkit berdiri di atas kekuatan kaki sendiri. Aroma musk yang familiar di hidung Yerinsa sekarang tercium dari tubuh Luga bersama campuran wangi mint dari sabun mandi."Ayo turun sekarang," ajak Yerinsa saat tangan sudah digenggam erat.Baru saja akan melangkah lebih dulu memimpin jalan ke arah pintu keluar, niatnya tidak bisa terlaksana karena kaki Luga masih terpaku kuat di lantai, tidak bergeser saat ditarik."Ada apa?" tanya Yerinsa heran, menoleh menatap Luga yang masih diam."Morning kiss, kamu belum memberikannya," kata Luga dengan dahi berkerut samar."A- ... Oh," gumam Yerinsa gugup, masih ada dua pelayan selain mereka di kamar ini, jadi mendadak canggung oleh kalimat Luga yang diucapkan tanpa malu.Luga melirik Chang Mei dan Ruan Ruan yang menjadi sumber kegugupan Yerinsa. Dengan gerakan bola mata saja sudah cukup membuat mereka mengerti dan merundukkan tubuh."K-Kalau begitu kami permisi, Nona, Tuan." Chang Mei berka

  • Obsesi sang protagonis   Bab 98

    ***Hari yang dinanti Yerinsa selama dua hari belakangan, tidak, lebih tepatnya tujuh bulan ini, akhirnya tiba. Bangun pagi dengan semangat empat-lima bahkan sebelum Chang Mei dan Ruan Ruan membangunkan.Saat dua pelayan itu memasuki kamar, Yerinsa sudah berendam di air hangat dalam bathup. Bersenandung kecil sambil memainkan busa sabun yang menggunung di permukaan air hingga wangi semerbak memenuhi kamar mandi.Jadi, setelah Yerinsa keluar kamar mandi, Lolita dress hitam beserta seluruh aksesoris dari atas kepala hingga ujung kaki sudah disiapkan Ruan Ruan, sementara Chang Mei menunggui di depan pintu ruang ganti."Anda sangat senang, Nona," komentar Chang Mei sambil membantu mengeringkan sisa bulir air di wajah dan leher Yerinsa."Tentu, hari ini akhirnya aku dijemput keluargaku," balas Yerinsa lebih bersemangat dari hari biasanya.Dua pelayan yang membantu Yerinsa mengenakan pakaian itu saling tatap sejenak, ada sepintas keresahan di sorot mata mereka sebelum menatap Yerinsa dengan

  • Obsesi sang protagonis   Bab 97

    ***Untuk sementara Luga hanya diam membalas senyum itu dengan tatapan tenang, tak lama ikut tersenyum dan mengangguk sebelum menarik kepala Yerinsa untuk jatuh ke dalam pelukan."Aku tau," kata Luga singkat.Sesaat Yerinsa berkerut dahi, balasan Luga bukankah sedikit tidak nyambung?Tapi, tidak masalah, selagi laki-laki itu tidak tersinggung, Yerinsa aman.Luga menatap dinding dengan pandangan kelewat tajam seakan ingin melubangi menggunakan laser dari mata, sesaat kemudian menyeringai sinis sebelum menutup mata dan mengecup puncak kepala gadis dalam pelukan."Aku tidak khawatir dibenci siapapun," ujar Luga sambil mengurai pelukan."Ya. Ya. Tuan tidak takut apapun. Aku tau, bahkan kalau seluruh dunia membencimu, kamu tidak akan khawatir," cibir Yerinsa sambil bersandar di sofa dan mengayunkan kaki.Luga terkekeh rendah, mengusak puncak rambut gadis itu. "Kecuali kebencianmu," ujarnya.Yerinsa melirik dengan bersidekap di dada, "jangan mencoba menggoda, kamu sangat tidak cocok."Kekeh

  • Obsesi sang protagonis   Bab 96

    ***Lolita dress biru muda lembut dengan renda di ujung rok dan berlengan panjang, hari ini dikenakan Yerinsa. Panjang hanya mencapai lutut, dan bagian lengan berwarna putih.Jepit rambut burung bangau dari permata disematkan ke sisi telinga sebelah kiri Yerinsa, sementara sejumlah kecil rambut di sisi kanan dikepang menjuntai hingga ujung.Suara jatuhnya belenggu menghantam lantai membuat Yerinsa mendesah lega tanpa sadar, saat ini duduk di pangkuan Luga yang baru saja melepas rantai di kaki hingga terasa lebih ringan."Lebih nyaman?" tanya Luga sambil mengelus bekas kemerahan di pergelangan kaki itu yang selama dua bulan ini menyandang pengekang.Yerinsa mengangguk. "Ini jadi lebih ringan," jawabnya.Chang Mei datang dari ruang ganti membawa sepasang high heels jenis ankle straps tidak terlalu tinggi, haknya hanya sekitar lima senti berwarna biru muda senada dress, dan kaus kaki putih transparan berenda.Berlutut di kaki Yerinsa, pelayan itu memasangkan kaus kaki sebelum sepatu, den

  • Obsesi sang protagonis   Bab 95

    ***Siapa yang tidak akan terkejut jika mendapati jari dimasukkan ke mulut seseorang seakan itu sebuah lolipop.Luga tertawa pelan. "Sudah kubilang untuk memelukku," katanya sambil merebahkan diri kembali.Kening di antara alis Yerinsa bertaut sebal sebelum menjatuhkan diri dalam pelukan Luga, meletakkan kepala di atas dada bidang itu dan membiarkan laki-laki itu mengusap pundaknya.Kamar menjadi hening saat keduanya tidak ada yang membuka mulut untuk bicara, Luga menikmati waktu nyaman mereka, sementara Yerinsa setengah melamun.Apa yang Luga urus selama pergi dua bulan ini?"Vie," panggil Luga memecah keheningan, yang dibalas dengan gumaman samar."Kalau aku ... mempertemukanmu dengan keluargamu, apa kamu senang?" tanya Luga dengan suara rendah seakan ragu.Yerinsa mengerjab, kemudian mengangkat pandangan untuk menatap Luga yang rupanya hanya menatap lurus ke atas lampu di langit-langit."Tentu saja. Apa kamu akan melakukan itu? Kamu akan mengembalikanku? Kapan?" Pertanyaan Yerinsa

DMCA.com Protection Status