Beranda / Romansa / Obsesi Sepupu Suami / 1. Masa lalu datang

Share

Obsesi Sepupu Suami
Obsesi Sepupu Suami
Penulis: Raisya_J

1. Masa lalu datang

Penulis: Raisya_J
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-30 12:09:29

"Bram, lepaskan!" Seorang wanita meronta-ronta di dalam pelukan lelaki tampan yang mengenakan jas hitam nan mewah.

"Biarkan aku seperti ini sebentar. Karena aku hanya memelukmu saja, tak lebih!" Bram semakin mengeratkan pelukannya, tidak ingin melepaskan.

Renata merasa sangat risih, tetapi tentu saja tak akan bisa melepaskan diri dari tubuh kekar dan besar dengan tubuh mungilnya. Namun, suara batuk seorang lelaki agak familiar terdengar di telinga.

"Lepaskan! Walau kau bilang hanya, tetapi ini salah karena aku sudah menikah dan suamiku berada di rumah!" teriak Renata tertahan, ia sangat merasa gelisah dan takut kalau suaminya datang ke dapur.

Bram memegangi kepalanya dengan tertawa kecil, padahal tidak ada yang lucu dari perkataan Renata, tetapi lelaki tersebut malah tertawa.

"Renata!" panggil seorang lelaki dengan berteriak nyaring.

Renata gelagapan, ia ingin segera melepaskan diri dari Bram, tetapi masih tidak bisa. Alhasil ia memilih menginjak kaki lelaki tersebut dengan kuat menggunakan hak high heels yang dirinya pakai.

"Renata!" Bram menjerit sambil memegangi kakinya yang terasa sakit.

"Apa? Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan saja. Semua itu pantas untukmu, karena kau adalah sepupu suamiku sendiri dan aku sudah menikah!" Renata melengos pergi meninggalkan Bram yang diam mematung

Bram yang ditinggalkan malah tersenyum tipis, ia menyugar rambutnya secara kasar. "Hal inilah yang membuatku suka kepadamu."

Bram mendekat dengan cepat, ia menahan tangan Renata yang sudah berada di ambang pintu dapur. Tidak ingin kalau sampai wanita itu mendatangi lelaki yang sekarang sedang terbaring dalam keadaan mabuk  di sofa ruang tamu.

"Berapa kali kukatakan, kalau aku sudah menikah! Tapi kenapa kau seakan tuli?" Renata menarik tangannya dengan kuat, namun tetap dicengkram kuat oleh Bram.

"Rena, aku mencintaimu dan aku yakin kau juga mencintaiku. Jadi ayo kita pergi dari sini dan menikah." Bram menatap memelas wanita cantik yang berada di depan mata, berharap Renata akan luluh dengan dirinya.

Renata ingin berbicara, tetapi Bram menutupi mulut wanita itu dengan tangannya. "Aku yakin kau akan mengulangi perkataan yang sama, jadi jangan katakan itu. Karena aku sangat yakin kau juga tak bahagia dengan suamimu. Kalau kau setuju denganku lebih baik menganggukkan kepala saja, sehingga aku yakin kau ingin pergi bersamaku."

Tatapan yang sama masih Renata lihat dari Bram, sehingga ia memilih memalingkan wajah. "Kau tak berhak mengurusi rumah tanggaku, Bram. Kau hanyalah masa lalu dan tak akan bisa menjadi masa depanku lagi."

"Untuk apa melanjutkan pernikahan ini, kalau kau sendiri tidak bahagia, Renata?" Wajah Bram menjadi sayu, ia merasa sedih dengan keputusan Renata.

"Terserah diriku, Bram! Sebaiknya kau pergi dari sini, takutnya suamiku melihatmu di sini." Renata mendorong dada bidang Bram dengan pelan, dengan harapan lelaki itu akan mengerti.

Tak diduga oleh Renata, Bram malah merengkuh pinggang mungil miliknya, sehingga posisi wajah lelaki itu tepat berada di atasnya.

"Mata bulatmu itu selalu mempesona sedari dulu, jadi bagaimana bisa aku melupakanmu begitu mudah." Bram memiringkan kepalanya, sehingga jarak mereka semakin dekat.

Renata tahu apa yang akan dilakukan oleh Bram, tetapi tubuhnya membeku tidak bisa digerakkan sedikit pun. Alhasil sekarang kedua insan tersebut semakin dekat dan hanya berjarak ujung hidung saja.

"Tidak, Bram! Kumohon jangan paksa aku." Renata menangkupkan kedua tangannya dengan kedua sudut mata yang meneteskan bulir bening.

Bram yang semula ingin mendekatkan bibirnya menjadi urung dan memilih untuk merengkuh tubuh mungil tersebut dengan sangat erat. Ia selalu tak bisa melihat ekspresi wajah dari Renata yang seperti itu.

"Kau pasti akan menderita kalau terus bersama dengan suamimu itu, jadi lebih baik kau pergi bersamaku dan membangun keluarga baru. Aku pasti akan membahagiakanmu sampai kau melupakan semua yang kau tinggalkan di sini." Bram berbisik lembut di telinga Renata, mengeluarkan semua rayuan yang dibisa.

Wajah Renata memerah dengan gigi terus bergemeretak. "Masalah aku bahagia atau tidak itu bukanlah urusanmu, tetapi urusanku! Lebih baik kau segera pulang dari sini dan sekali lagi aku mengucapkan terima kasih karena telah mengantarkan suamiku."

Renata menatap tajam dengan wajah yang masih memerah karena marah atas perkataan Bram. Merasa kalau lelaki itu terlalu ikut campur dengan urusan rumah tangganya. 

"Rena, kumohon! Harus berapa kali aku memohon kepadamu supaya kau ingin bersamaku?" Bram memegangi tangan Renata dengan lembut, bahkan sesekali akan mengelus tangan wanita tersebut.

"Dan berapa kali aku mengatakan kalau kita sudah tidak bisa bersama lagi? Lupakanlah aku, Bram!" tolak Renata tegas.

Bram tidak bisa mendengar setiap penolakan dari Renata, sehingga ia memilih untuk berjalan mendekati wanita tersebut. Namun, wanita itu malah terus berjalan mundur sampai terbentur dinding, tak bisa lagi melangkahkan kaki untuk menjauh.

"Bram, apa yang ingin kau lakukan?" Renata memandang dengan tubuh yang gemetar, ia beberapa kali melirik ke arah pintu untuk memastikan sang suami tak datang kemari.

"Kau tahu kan aku sudah dari dulu sangat tidak suka mendengar penolakan apapun? Tapi sedari tadi kau terus saja menolak sampai membuatku menjadi bosan, padahal aku lebih baik dari suamimu itu." Bram memainkan rambut Renata, tak lupa ia pun akan menyesap aroma wangi dari rambut tersebut.

Renata terdiam, percuma mengatakan apapun kepada lelaki yang berada di depan matanya sekarang. Karena Bram pasti tetap akan bersikeras dengan perkataan lelaki itu sendiri. 

Seorang lelaki sedang berdiri sambil berpegangan dengan dinding menatap tajam ke arah Renata dan Bram. Wajahnya memerah dan nafas terdengar memburu memandang kedua orang yang saling berdekatan itu. 

Lelaki itu pun melangkahkan kakinya  pelan mendekati kedua insan yang sekarang tak tahu dengan keberadaannya. Tangan mengepal kuat menahan amarah bergejolak di dalam dada. Lantas segera menarik Bram untuk menjauh dari Renata.

"Gio?" Mata Renata membulat menatap sang suami yang sekarang sedang berdiri dengan tatapan penuh amarah kepada mereka berdua.

Tubuh Renata menjadi gemetar hebat dengan bibir memucat bahkan keringat dingin mulai membanjiri keningnya. Ia tak dapat mengucapkan satu patah kata pun untuk mengatakan alasan yang pas kepada sang suami saat memergoki dirinya hanya berdua bersama dengan seorang lelaki di dapur.

Tatapan Renata mengiba menatap Bram, meminta untuk lelaki itu menjelaskan kepada sang suami kalau sekarang sedang salah paham. Namun, yang ditatap malah memalingkan wajah sambil tersenyum amat lebar sehingga semakin membuat ia menjadi gemetar ketakutan.

Seiring Gio mulai mendekat, Renata menjadi memejamkan matanya sambil berharap di dalam hati kalau lelaki itu tak akan terlalu marah kepadanya.

"Ya Tuhan! Tolonglah aku." Renata bergumam pelan sambil menggigit bibirnya kuat, lantaran Gio sudah berada di depan matanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Obsesi Sepupu Suami   2. Terjatuh

    Entah kenapa sekarang waktu berjalan dengan sangat lambat, sehingga membuat Renata menjadi semakin gugup. Ia beberapa kali meneguk ludah, mencari perkataan tepat untuk membuat sang suami tak marah lagi kepada dirinya."Gio, aku dan dia hanya—," perkataan Renata terpotong karena Gio jatuh ke pundaknya."Gio?" Renata mengerutkan alisnya, ia terus menatap sang suami."Sepertinya dia pingsan. Sayang sekali, padahal aku ingin melihat apa yang dilakukan lelaki itu kalau melihat istrinya berdua dan sangat dekat dengan lelaki lain." Bram mengangkat kedua tangannya di udara sambil menggelengkan kepala, lantaran tak sesuai bayangan."Kau!" Renata langsung membekap mulutnya, lantaran sadar sekarang sang suami berada di dalam pelukan."Apa?" Bram menyeringai dengan lebar.Renata hanya mengepalkan tangannya kuat karena ia tidak bisa mengumpat lelaki yang berada di depan matanya ini. Ia sadar kalau melakukan hal itu pasti akan membuat suaminya menjadi terbangun.“Sudahlah kau pergi saja, karena sem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Obsesi Sepupu Suami   3. Samar-samar

    Lelaki yang sekarang berdiri di depan Renata adalah Bram, ia membawa segelas teh hangat untuk wanita tersebut.“Sebaiknya kau minum dulu, baru kau memarahiku.” Bram memberikan segelas teh hangat itu kepada Renata.Renata memalingkan wajahnya ke arah lain, karena ia merasa kesal setelah mengetahui ternyata Bram tidak pergi dari rumahnya."Bukankah aku bilang kau harus pergi dari rumahku, tetapi kenapa kau tidak kunjung pergi dan malah masih di sini?“ tanya Renata dengan ketus. Bram mengusap wajahnya dengan kasar, ia tidak menyangka kalau wanita di depannya ini masih memiliki tenaga untuk marah-marah. Padahal baru saja tersadar akibat terjatuh dari tangga.“Minum saja dulu.” Bram memberikan teh itu dengan kasar di tangan Renata.Renata mau tidak mau menerima pemberian dari Bram itu. Karena kalau ia tidak menyambut, maka isinya akan tumpah ke tubuhnya. Namun, ia tidak langsung meminum pemberian lelaki tersebut, lantaran merasa curiga.“Aku tidak menaruh apapun di dalam minuman itu, jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Obsesi Sepupu Suami   4. Gelang emas

    “Ya, aku sangat yakin sekali kalau aku sempat bangun, tapi ada seseorang yang memukulku! “ ucap Gio yakin.Renata terdiam sejenak mendengar cerita dari Gio. Karena ia mendengar dari Bram kalau lelaki tersebut sama sekali tidak bangun.‘Apa mungkin Bram yang memukul kepalanya dengan keras?’ gumam Renata di dalam hatinya.Kening Renata terus berkerut, ia memikirkan apakah perkataan Bram atau Gio yang harus dipercaya.“Apa terjadi sesuatu tadi malam, sehingga ada seseorang yang memukulku?” tanya Gio, masih dengan meringis kesakitan sambil memegangi bagian belakang kepalanya. Tiba-tiba Renata malah tertawa dengan keras, karena ia baru saja teringat apa yang terjadi sebenarnya.“Aku baru ingat kalau saat mengangkatmu tadi malam aku terjatuh dari tangga. Mungkin itu yang membuatmu merasa dipukul seseorang, karena aku pun juga merasa seperti itu,” ucap Renata terkekeh geli.Hanya saja raut wajah Gio berbeda, lelaki itu terlihat sangat tidak yakin dengan perkataan dari Renata. Namun, saat le

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Obsesi Sepupu Suami   5. Makan malam bersama

    Renata membuka pintu itu, ternyata di sana hanya ada keran menyala dengan air yang terus keluar. Alhasil ia menghembuskan nafasnya lega, lantaran tadi sempat merasa takut kalau ada orang lain di dalam sana.“Rupanya dia lupa mematikan kerannya.” Renata langsung mematikan keran itu.Renata menutup pintunya kembali, ia menatap ke arah kamar yang sekarang sudah berantakan dengan menghela nafas.“Aku jadi membereskan ini dua kali." Renata memukul kepalanya pelan.Renata pun memilih untuk membereskan semua barang yang berserakan.“Memang apa yang dia cari sampai membuat kamar ini menjadi berantakan seperti ini!” gerutu Renata seorang diri, tangannya sambil memunguti pakaian kotor.Hanya saja Renata pun melihat kalau kemeja yang awalnya ia gantung di balik pintu menjadi terjatuh di lantai. Ia pun bergegas untuk memungutnya, lantaran dirinya sudah tahu kalau ada gelang emas di dalam saku kemeja tersebut. “Bisa-bisanya dia menjatuhkan ini ke bawah. Apa dia lupa kalau di sini ada barang berha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Obsesi Sepupu Suami   6. Cemburu

    Renata menjadi tegang dengan apa yang dilakukan oleh Bram. Ia tidak menyangka lelaki itu malah langsung mengecup tangannya di depan Gio, yaang adalah suami Renata.“Apa yang kau lakukan?” Renata menarik tangannya dengan cepat, wajahnya sudah pucat pasi seperti mayat.Suasana menjadi terasa hening, Renata sangat ketakutan sekali kalau Gio memarahi dirinya lantaran perlakuan dari Bram. Namun, selama menunggu beberapa menit, tak kunjung terdengar suara dari sang suami. Membuat ia menjadi mendongak untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh Gio.Hanya saja Gio malah mendekati dirinya dan merangkul pundak Renata.“Gio, aku tidak tahu apa yang dia lakukan kepadaku. Tadi terlalu tiba-tiba dan aku tidak sempat menarik tanganku!” ucap Renata dengan terbata-bata, bingung menjelaskan seperti apa.Gio hanya diam, tetapi tiba-tiba falah tertawa dengan keras. “Kau ini terlalu menggoda Renata, lihatlah wajahnya sampai menjadi berkeringat karena merasa sangat gugup.” Ia memukul pundak Bram.“Kau tahuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Obsesi Sepupu Suami   7. Menahan amarah

    Gio tiba-tiba mencengkram tangan Renata dengan kuat, membuat wanita itu menjadi meringis kesakitan. "Apa yang kau pikirkan sendiri tadi? Sehingga kau tidak menggubris perkataanku!” Ia menaikkan sebelah alisnya, tatapan matanya sangat tajam menatap ke arah sang istri.“Sakit,Gio!”"rintih Renata."Jawab dulu pertanyaanku!" hardiknya.Lidah Renata terasa sangat kelu ingin mengucapkan sesuatu, lantaran melihat tatapan mata dari Gio yang sangat mengerikan. Lelaki itu menatapnya dengan tajam, sehingga membuat ia menjadi gemetar ketakutan.“Aku hanya merasa heran, kenapa kau tidak marah dengan perkataan dari Bram, itu saja,” jawab Renata dengan tergagap.Cengkraman dari tangan Gio mulai melunak, membuat Renata menjadi merasa sangat lega.“Oh, itu. Lagi pula itu kan sudah masa lalu kalian, jadi aku tidak akan mencampurinya dan bukankah semua orang sering memiliki masa lalu?” Gio mengedikkan bahunya, pertanda ia tidak mempermasalahkan semua itu.“Aku kira kau akan marah kepadaku.” Renata menun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Obsesi Sepupu Suami   8. Keterlaluan

    Renata menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal, ia keceplosan mengatakan hal itu di depan Bram. Karena Gio selalu tidak suka kalau dirinya mengatakan hal itu di depan tamu, entah siapapun itu.“Aku tidak menyangka kalau kau tidak dapat merubah kebiasaanmu itu, yang selalu minta dilayani walau hal sekecil apapun," ejek Bram dengan tertawa kecil.“Apa maksudmu? Kau lihat sendiri kan kalau aku tidak melarangnya untuk ikut duduk bersama kita. Tapi dia lah yang memiliki kebiasaan selalu melayaniku lebih dulu. Baru setelah melakukan itu dia akan makan,” sahut Gio terdengar seperti sanggahan di telinga Bram.“Kau lucu sekali! Kalau kau memang seperti itu, kau tidak perlu menutupinya. Kalian kan suami-istri wajar saja seperti itu.“ Bram melirik dengan sinis.“Sayang, duduklah! Kamu makan saja bersama kami, karena lelaki ini tidak percaya kalau kamu sendiri yang menginginkan untuk melayaniku lebih dulu sebelum menyantap makananmu.” Gio mengisyaratkan dengan lirikan matanya supaya Rena

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Obsesi Sepupu Suami   9. Semakin berani

    Suasana menjadi hening setelah Renata mengatakan hal itu. Ia pun menjadi menatap kedua lelaki itu secara bergantian, Bram ataupun Gio hanya memandangi dirinya saja.Renata menjadi sadar apa yang sekarang dirinya lakukan, sehingga ia langsung duduk kembali ke kursinya dengan wajah memerah menahan perasaan malu.Gio tertawa dengan terbahak-bahak melihat Renata menjadi malu."Kamu terlalu berlebihan, Renata. Lagipula Bram terlalu lama tinggal di luar negeri, jadi wajar saja kalau bicaranya itu terkadang keterlaluan. Kamu tidak perlu menanggapi dengan serius,” tutur Gio, ia mencoba menasehati Renata.Renata mendongakkan kepalanya menatap ke arah Gio yang berada di samping, matanya menjadi berkaca-kaca lantaran lelaki itu malah tidak ada rasa cemburu kepada lelaki lain padahal jelas-jelas Bram mengatakan ingin merebut dirinya. Namun, ia dengan cepat menundukan kepalanya sambil tangan terus mencengkeram ujung pakaian kuat. Berharap kalau perasaan sakit ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Obsesi Sepupu Suami   36. Penyesalan

    Renata tersentak, jantungnya berdetak keras ketika suara Gio yang menggelegar memecah udara pagi yang dingin.Gio berteriak marah, "Apa yang kalian lakukan sekarang?"Tubuh Renata seketika menegang. Ia melirik ke sisi ranjang—Bram masih di sana, duduk santai, satu tangan menyisir rambut acak-acakan, seolah teriakan itu tak berarti apa-apa.‘Astaga... aku tak terbangun tadi malam?’ pikir Renata panik, kedua matanya membelalak, nafasnya tercekat.Wajah Gio memerah, rahangnya mengatup erat. Tangan mengepal, tubuhnya sedikit bergetar—amarahnya jelas menari di balik kulit yang menegang."Apa lagi? Seperti yang kau lihat," kata Bram tenang, menoleh perlahan dengan senyum sinis di sudut bibirnya.Tatapan mata Bram menusuk, tajam dan penuh ejekan. Renata menahan napas. Komentar itu seperti bensin yang menyambar nyala api di dada Gio.Bukannya diam saja, Bram justru memperkeruh suasana.Namun... hati Renata tetap dingin. Ingatan tentang video semalam—tubuh Gio bersama perempuan lain—menghapus

  • Obsesi Sepupu Suami   35. Malam yang panas

    Tanpa mengatakan apapun lagi Renata langsung mengecup bibir Bram. Ia semakin larut menenggelamkan dirinya ke dalam lautan paling dalam, tak ada terbesit di dalam dirinya untuk naik ke atas, fokusnya hanya ingin melupakan rasa sakit yang semakin menjadi dengan membalas sesuai apa yang diberikan.Tak disangka oleh Renata, Bram malah mendorong dirinya untuk menjauh. Lelaki itu menyeka mulut dengan kasar.“Kenapa? Bukannya kau juga menginginkan hal ini?” Renata menatap penuh selidik, tak menyangka kalau Bram akan menolak dirinya.“Aku tidak ingin melakukan hal yang dapat kau sesali nanti.” Bram memalingkan wajahnya yang memerah, ia berusaha menahan diri untuk tidak melakukan hal lebih.Renata tersenyum kecut mendengar perkataan dari Bram. "Kau tidak usah memikirkan hal itu karena aku tidak akan menyesalinya.” Renata menarik kerah Bram kembali, ia tidak tahu kalau sekarang lelaki yang berada di depannya bukanlah seorang lelaki biasa melainkan seekor binatang buas. Binatang buas yang sudah

  • Obsesi Sepupu Suami   34. Selama semalam bersama Bram

    Renata tersengal, ia merasa kalau lehernya sekarang sedang dicekik oleh seseorang. Namun, ternyata dirinya berada di ranjang kamarnya sendiri bersama Bram yang sedang memandanginya.“Tenang, Renata! Tarik nafasmu secara perlahan!” perintah Bram sembari mengelus punggung tangan wanita itu untuk menenangkan.Renata memegangi dadanya yang terasa sangat sesak, bagaikan ditusuk dengan ribuan pisau tajam, terasa menyakitkan dan perih. Namun, tidak ada setetes darah pun keluar dari saja. Alhasil dirinya hanya diam mematung, berusaha menetralkan perasaan terguncang dengan rekaman sang terus berputar di dalam kepala layaknya kaset.“Aku sangat tahu kalau apa yang kau tunjukan kepadaku itu hanyalah sebuah omong kosong. Mana mungkin Gio melakukan itu dan bagaimana kau bisa mendapatkan rekamannya?” Renata menutupi separuh wajahnya menggunakan tangan, ia tertawa keras sambil beberapa tetes bulir bening dari kedua matanya.Renata yang terlalu terpukul menjadi berusaha menyangkal semua yang sudah di

  • Obsesi Sepupu Suami   33. Terguncang

    Bram menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak, aku mabuk!”Renata menatap dengan sorot mata tajam, ia sangat yakin sekali kalau Bram tidaklah mabuk. Namun, lelaki itu hanya berpura-pura saja.“Mabuk cinta,” kekeh Bram.Bram terus tertawa keras, tetapi tangannya tidak pernah lepas dari tubuh Renata. Ia tak ingin kalau wanita itu melarikan diri, sehingga terus memegangi layaknya sedang memegangi seorang anak kecil.“Bram, tolonglah! Jangan seperti ini!” gonta Renata.“Kau tidak ingin sekedar berpegangan tangan denganku? Padahal suamimu sedang melakukan hal lebih dengan wanita lain.” Bram merogoh kantong celananya, ia memberikan ponsel miliknya kepada Renata.Renata terkesiap saat melihat ponsel Bram, sebuah video sepasang kekasih sedang memadu kasih di atas ranjang. Jantungnya berdegup dengan kencang, bumi terasa berputar dan membuat dirinya menjadi terduduk lemas di lantai dingin.Bagaimana tidak? Salah satu orang yang berada di video adalah suami Renata sendiri. Lelaki itu sedang bersama

  • Obsesi Sepupu Suami   32. Melamar

    Renata menggigil ketakutan, tetapi ia memilih mengintip siapa orang yang sekarang menggedor pintu itu. Ternyata orang itu adalah Bram, namun ia memilih untuk tidak membuka pintu tersebut.“Ck, kenapa aku malah terus berurusan dengan dia? Apalagi disaat Gio tidak ada di rumah.” Renata melipat tangannya dengan perasaan malas, tetapi sesekali akan mengintip keluar.Bram terlihat semakin tidak sabar, lantaran gedoran itu semakin kuat. Renata menjadi terpaksa membuka pintu itu lantaran khawatir Bram malah akan menarik perhatian.“Bisakah kau hentikan itu? Itu akan mengganggu ketenangan orang lain!” gerutu Renata kesal.Wajah Renata memerah, ia menatap Bram dengan penuh amarah membara. Namun, yang ditatap malah hanya terkekeh kecil, seakan ia sekarang hanya mengatakan sebuah lelucon.“Menginaplah di hotel atau tempat lain, Gio tidak ada di rumah sehingga aku malas berduaan denganmu!” Renata berbalik, ia tidak ingin menatap wajah Bram.Aroma minuman keras tercium sangat jelas dari Bram, memb

  • Obsesi Sepupu Suami   31. Hanya milikku

    Entah kenapa Renata menjadi merasa merinding mendengar perkataan dari Gio. Ia lantas melepaskan pelukan lelaki itu, lantaran merasa sangat tidak nyaman sekali.“Aku akan pergi mencari Bram,” Renata memalingkan wajahnya, ia melangkah menjauh dari Gio.Renata bahkan tidak menoleh dari ke belakang, ia sangat tidak nyaman sekali mendengar perkataan dari sang suami. Dari cara bicara Gio, terdengar sangat jelas kalau lelaki itu posesif.‘Tidak! Itu hanya perasaanku saja!’ gumam Renata di dalam hati.Renata memeluk dirinya sendiri sambil mencari keberadaan Bram di kamar tamu. Langkahnya perlahan dan terasa ragu, lantaran rasa bersalah kembali menyelimuti perasaan.“Bram, apa kau di dalam?” Renata mengetuk pintu secara perlahan.Beberapa menit mengetuk pintu, Renata tidak mendapati suara apapun dari dalam.“Aku masuk!” seru Renata.Tangan Renata mulai perlahan mendorong pintu, ia khawatir kalau mendapati Bram yang ternyata sedang mandi. Namun, ternyata di dalam sana sangat sepi, seperti tidak

  • Obsesi Sepupu Suami   30. Tidak cemburu lagi

    Renata tertegun, ia pu mendongak menatap mata Bram lekat mencoba mencari tahu apakah lelaki itu berbohong kepada dirinya atau tidak, tetapi tatapan lelaki itu masih sama, masih seperti dulu.Bram masih memandang Renata dengan sama, bahkan ia tidak bisa melihat sedikit pun kebohongan di dalam mata lelaki itu. Namun, dirinya tidak ingin secepat itu percaya dan lagi pula hubungan mereka itu sudah menjadi masa lalu. Sehingga yang berlalu biarlah berlalu, ia tidak ingin mengenang lagi.“Entahlah.” Renata memalingkan wajahnya, ia tidak ingin menatap Bram lebih lama.Bram mundur beberapa langkah, ia merasa sangat sakit hati mendengar kenyataan Renata tidak mempercayai dirinya. Namun, ia bisa apa? Sudah beberapa kali menyakinkan wanita itu untuk percaya, tetapi malah tidak mempercayainya.Renata menoleh sekilas, ia dapat sekali melihat kalau raut wajah Bram yang awalnya selalu angkuh berubah menjadi kecewa. Bahkan lelaki itu berjalan menjauh dari dirinya tanpa diminta, membuat perasaan bersal

  • Obsesi Sepupu Suami   29. Tidak berkhianat

    Punggung belakang Gio menghilang di balik pintu, membuat Renata baru berani untuk membuka matanya. Setetes bulir bening pun meluncur dengan begitu deras di sudut mata.“Ternyata memang benar apa yang kupikirkan selama ini.” Renata menangkup wajahnya dengan kedua tangan.Hati Renata begitu sakit mendengar kenyataan itu, awalnya ia terbangun lantaran merasa haus, tetapi ternyata harus mendengar kenyataan pahit dari mulut Gio sendiri. Sekuat tenaga ia berusaha untuk tidak membuka mata atau sekedar menangis, beruntung bisa menahannya.“Tidak! Aku tidak boleh seperti ini, aku akan mengumpulkan bukti lebih banyak supaya bisa mengurus perceraian!” Renata menyeka kedua sudut matanya dengan kasar.Renata bertekad, ia akan menyelidiki semuanya dengan jelas. Supaya bisa menceraikan Gio, karena dirinya tahu lelaki itu pasti tidak akan membiarkannya dengan mudah.“Sayang, kamu tidak tidur?” Gio melirik sekilas, tak lupa tangannya mengunci pintu kamar.Renata menggeleng lirih. “Haus, jadi bangun.”

  • Obsesi Sepupu Suami   28. Terjebak

    Gio langsung tergagap mendengar perkataan dari Renata, tetapi ia dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi biasa saja. Tidak mungkin menunjukkan ponselnya sekarang, lantaran ia sedang berkirim pesan dengan para wanita cantik, termasuk Rosetta.Renata mengerutkan dahinya, ia menatap penuh dengan selidik kepada Gio yang sekarang berada di depannya. Terlihat sekali kalau lelaki itu tidak ingin menunjukkan apa yang ada di dalam ponsel, sehingga membuat dirinya berpikir kalau kecurigaan selama ini adalah benar.“Kenapa wajahmu seperti itu? Seperti ada yang disembunyikan saja.” Renata menaikkan sebelah alisnya, ia terus menatap lekat ke arah Gio.Pupil mata Gip bergetar, ia mulai merasa gugup mendapati pertanyaan Renata seperti itu. Namun, ia mengubah posisinya menjadi telentang dengan tubuh yang ditutupi selimut.“Apa kamu tidak mau menunjukkannya kepadaku? Padahal aku hanya ingin melihat saja, apa yang membuatmu menjadi asik sampai tidak sad

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status