Home / Romansa / Obsesi Sepupu Suami / 5. Makan malam bersama

Share

5. Makan malam bersama

Author: Raisya_J
last update Last Updated: 2024-12-17 12:32:35

Renata membuka pintu itu, ternyata di sana hanya ada keran menyala dengan air yang terus keluar. Alhasil ia menghembuskan nafasnya lega, lantaran tadi sempat merasa takut kalau ada orang lain di dalam sana.

“Rupanya dia lupa mematikan kerannya.” Renata langsung mematikan keran itu.

Renata menutup pintunya kembali, ia menatap ke arah kamar yang sekarang sudah berantakan dengan menghela nafas.

“Aku jadi membereskan ini dua kali." Renata memukul kepalanya pelan.

Renata pun memilih untuk membereskan semua barang yang berserakan.

“Memang apa yang dia cari sampai membuat kamar ini menjadi berantakan seperti ini!” gerutu Renata seorang diri, tangannya sambil memunguti pakaian kotor.

Hanya saja Renata pun melihat kalau kemeja yang awalnya ia gantung di balik pintu menjadi terjatuh di lantai. Ia pun bergegas untuk memungutnya, lantaran dirinya sudah tahu kalau ada gelang emas di dalam saku kemeja tersebut. 

“Bisa-bisanya dia menjatuhkan ini ke bawah. Apa dia lupa kalau di sini ada barang berharga? “ Renata menggantung kembali kemeja itu tanpa merasa curiga.

Hanya saja entah kenapa Renata ingin merogoh kembali saku kemeja itu. Tangannya pun mulai meraba-raba isi di dalamnya, tetapi tidak menemukan gelang emas yang seharusnya berada di sana. Keningnya pun menjadi mengerut, lantaran tidak menemukan barang tersebut. 

“Kenapa tidak ada di sini? Apa terjatuh?” Renata melirik ke arah bawah, tetapi ia tidak mendapati gelang emas di situ.

Renata pun bergegas untuk menggantung kemeja itu kembali, ia berniat untuk mencari gelang emas tersebut. Lantaran merasa kalau tidak sengaja terjatuh ke bawah akibat suaminya mencari barang penting yang tertinggal.

“Bisa-bisanya dia sangat ceroboh sekali!” Renata berjongkok untuk mencari gelang emas itu.

Tak lupa Renata pun mencari ke setiap sudut ruangan, ia takut kalau gelang emas itu tak sengaja terlempar ke sudut atau terselip ke bawah. Namun, sudah dua jam mencari, tidak kunjung menemukan di mana pun. Alhasil membuat wanita itu menjadi sangat lelah sekali.

“Ke mana, ya? Aku tidak menemukannya dari tadi, sampai membuatku terasa sangat lelah sekali.” Renata duduk bersimpuh di lantai.

Renata berusaha untuk berpikir positif, dengan memikirkan kalau dirinya lah yang tidak teliti sehingga tidak dapat menemukan gelang emas itu di mana pun. Sehingga ia pun memilih untuk mencari sekali lagi, supaya bisa memastikan kalau memang berada di dalam kamar atau tidak.

"Sudahlah sepertinya tidak ada di sini!” gerutu Renata kesal.

Setelah itu pikiran Renata hanya terfokus kepada gelang emas yang sekarang entah berada di mana. Ia pun mulai mengingat tentang Gio pulang ke rumah, setelah lelaki itu pergi tanpa pamit gelang emas itu pun menjadi tidak berada di tempat lagi.

"Apa dia yang mengambilnya?” gumam Renata pelan.

Mata Renata tak sengaja menatap ponsel yang berada di atas kasur. Ia lantas mengambilnya. “Bahkan dia meninggalkan ponselnya!”

Tangan Renata mengetuk-ngetuk meja, ia terus memandangi televisi yang menyala dengan tatapan kosong. Karena sekarang pikirannya tidak beralih dari gelang emas yang hilang.

Suara dering ponsel pertanda ada pesan masuk membuyarkan lamunan Renata. Ia bergegas mengambil ponsel milik Gio yang berada di meja untuk melihat siapa pengirim pesan tersebut.

“Nomor tanpa nama?" Renata mengerutkan alisnya, ia tidak mengetahui siapa pengirim pesan itu.

Sebenarnya Renata sangat malas membuka pesan tersebut, lantaran nomor itu tanpa nama yang berarti tidak tersimpan di dalam kontak. Namun, ia sangat penasaran dengan isi pesan dari pengirim tersebut, sehingga memilih untuk membukanya.

[ Apa kau sudah menemukan gelangnya? ] Isi pesan tersebut.

“Maksudnya apa? “ Renata menaik-turunkan alisnya.

Dahi Renata terus saja berkerut, ia berusaha untuk memahami maksud dari isi pesan itu. Seketika ia baru saja teringat kalau mungkin saja yang dimaksud adalah gelang emas itu.

“Maksudmu gelang emas? Tapi kau siapa? Aku tidak mengenalmu karena nomormu tidak tersimpan di kontak. “ Renata menekan tombol kirim.

Hanya saja pesan itu tidak kunjung dibalas oleh orang itu, padahal sudah centang biru membuat Renata menjadi semakin penasaran. Kegelisahannya menjadi semakin menjadi, ia pun memilih untuk memeriksa poto profil pemilik pengirim pesan itu, tetapi ternyata tidak ada.

“Apakah aku harus menanyakan gelang itu kepada Gio dan pemilik nomor tanpa nama ini? Tapi bagaimana kalau gelang itu untukku dan nomor ini hanya salah alamat? Bukankah aku malah membuat Gio menjadi kesal?” Renata menggigit kuku jarinya, ia terus mondar-mandir di ruang tamu dengan gelisah.

Renata memilih untuk menatap jam di dinding, Ia tidak sabar menunggu kepulangan Gio untuk menanyakan semua itu.

“Ternyata sekarang sudah jam empat sore, sebaiknya aku segera memasak dan setelah itu mandi untuk menjernihkan pikiran.” Renata mengusap wajahnya kasar untuk menyadarkan dirinya.

Renata berusaha tetap fokus untuk memasak makanan, karena ia tidak ingin lagi kejadian mengosongkan makanan itu untuk kedua kalinya. Alhasil setelah dirinya memasak langsung pergi ke lantai dua untuk membersihkan diri, berharap kalau perasaan gelisah akan segera sirna secepat mungkin. Namun, tetap saja ia terus memikirkan hal itu, seakan hidupnya sekarang hanya tertuju ke gelang emas tersebut.

Waktu yang ditunggu sudah tiba, terdengar suara mesin mobil mendekati halaman. Renata pun memilih untuk berlari kecil menghampiri keluar, lantaran ia sudah tidak sabar lagi untuk bertanya kepada Gio. Namun, saat pintu dibuka, betapa terkejutnya dirinya melihat lelaki yang sekarang sedang bersama dengan sang suami. Bahkan lelaki tersebut pun mengedipkan mata kepada Renata.

‘Apa yang dia lakukan di sini dan apa-apaan itu?’ gerutu Renata dalam hati, saat ia melihat Bram berjalan mendekat bersama Gio.

“Hai, Sayang.” Gio mengecup kening Renata dengan mesra.

Renata sekilas melihat kalau Bram mengepalkan tangannya, tetapi saat ia memperhatikan lelaki itu dengan seksama Bram malah tersenyum kepada dirinya.

Gio menyadari kalau Renata terus menatap ke arah Bram. Ia pun mendekati sang istri secara perlahan.

“Ah, ini Bram. Dia adalah sepupuku, kamu masih ingatkan?” tanya Gio, ia menatap lekat Renata.

Renata hanya menjawab dengan anggukan, karena ia fokus menatap Bram.

“Aku mengajak Bram untuk ikut makan bersama dengan kita. Tidak masalahkan?” tanya Gio meminta persetujuan Renata.

Renata tersentak, ia tidak ingat kalau sekarang ada Gio berada di antara mereka. Karena terlalu fokus memandangi Bram.

Lantas Renata pun mengukirkan senyuman manis di bibirnya. “Tidak masalah, Sayang. Lagi pula bukankah dia adalah sepupumu? Berarti dia juga adalah sepupuku juga.”

Gio merangkul erat Bram, ia tersenyum dengan sangat lebar. “Benarkan apa yang kukatakan? Istriku ini adalah istri yang baik, jadi tidak mungkin dia akan marah kalau kau ikut makan dengan kami.”

“Benar sekali. Istrimu adalah wanita yang baik, bahkan mungkin lebih, kau sangat beruntung mendapatkannya.” Bram tersenyum dengan menaikkan sudut bibirnya, tatapannya tidak beralih dari Renata.

Bram mengambil tangan Renata, ia langsung mengecup punggung tangan wanita itu tanpa sungkan.

Related chapters

  • Obsesi Sepupu Suami   6. Cemburu

    Renata menjadi tegang dengan apa yang dilakukan oleh Bram. Ia tidak menyangka lelaki itu malah langsung mengecup tangannya di depan Gio, yaang adalah suami Renata.“Apa yang kau lakukan?” Renata menarik tangannya dengan cepat, wajahnya sudah pucat pasi seperti mayat.Suasana menjadi terasa hening, Renata sangat ketakutan sekali kalau Gio memarahi dirinya lantaran perlakuan dari Bram. Namun, selama menunggu beberapa menit, tak kunjung terdengar suara dari sang suami. Membuat ia menjadi mendongak untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh Gio.Hanya saja Gio malah mendekati dirinya dan merangkul pundak Renata.“Gio, aku tidak tahu apa yang dia lakukan kepadaku. Tadi terlalu tiba-tiba dan aku tidak sempat menarik tanganku!” ucap Renata dengan terbata-bata, bingung menjelaskan seperti apa.Gio hanya diam, tetapi tiba-tiba falah tertawa dengan keras. “Kau ini terlalu menggoda Renata, lihatlah wajahnya sampai menjadi berkeringat karena merasa sangat gugup.” Ia memukul pundak Bram.“Kau tahuk

    Last Updated : 2025-01-02
  • Obsesi Sepupu Suami   7. Menahan amarah

    Gio tiba-tiba mencengkram tangan Renata dengan kuat, membuat wanita itu menjadi meringis kesakitan. "Apa yang kau pikirkan sendiri tadi? Sehingga kau tidak menggubris perkataanku!” Ia menaikkan sebelah alisnya, tatapan matanya sangat tajam menatap ke arah sang istri.“Sakit,Gio!”"rintih Renata."Jawab dulu pertanyaanku!" hardiknya.Lidah Renata terasa sangat kelu ingin mengucapkan sesuatu, lantaran melihat tatapan mata dari Gio yang sangat mengerikan. Lelaki itu menatapnya dengan tajam, sehingga membuat ia menjadi gemetar ketakutan.“Aku hanya merasa heran, kenapa kau tidak marah dengan perkataan dari Bram, itu saja,” jawab Renata dengan tergagap.Cengkraman dari tangan Gio mulai melunak, membuat Renata menjadi merasa sangat lega.“Oh, itu. Lagi pula itu kan sudah masa lalu kalian, jadi aku tidak akan mencampurinya dan bukankah semua orang sering memiliki masa lalu?” Gio mengedikkan bahunya, pertanda ia tidak mempermasalahkan semua itu.“Aku kira kau akan marah kepadaku.” Renata menun

    Last Updated : 2025-01-02
  • Obsesi Sepupu Suami   8. Keterlaluan

    Renata menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal, ia keceplosan mengatakan hal itu di depan Bram. Karena Gio selalu tidak suka kalau dirinya mengatakan hal itu di depan tamu, entah siapapun itu.“Aku tidak menyangka kalau kau tidak dapat merubah kebiasaanmu itu, yang selalu minta dilayani walau hal sekecil apapun," ejek Bram dengan tertawa kecil.“Apa maksudmu? Kau lihat sendiri kan kalau aku tidak melarangnya untuk ikut duduk bersama kita. Tapi dia lah yang memiliki kebiasaan selalu melayaniku lebih dulu. Baru setelah melakukan itu dia akan makan,” sahut Gio terdengar seperti sanggahan di telinga Bram.“Kau lucu sekali! Kalau kau memang seperti itu, kau tidak perlu menutupinya. Kalian kan suami-istri wajar saja seperti itu.“ Bram melirik dengan sinis.“Sayang, duduklah! Kamu makan saja bersama kami, karena lelaki ini tidak percaya kalau kamu sendiri yang menginginkan untuk melayaniku lebih dulu sebelum menyantap makananmu.” Gio mengisyaratkan dengan lirikan matanya supaya Rena

    Last Updated : 2025-01-02
  • Obsesi Sepupu Suami   9. Semakin berani

    Suasana menjadi hening setelah Renata mengatakan hal itu. Ia pun menjadi menatap kedua lelaki itu secara bergantian, Bram ataupun Gio hanya memandangi dirinya saja.Renata menjadi sadar apa yang sekarang dirinya lakukan, sehingga ia langsung duduk kembali ke kursinya dengan wajah memerah menahan perasaan malu.Gio tertawa dengan terbahak-bahak melihat Renata menjadi malu."Kamu terlalu berlebihan, Renata. Lagipula Bram terlalu lama tinggal di luar negeri, jadi wajar saja kalau bicaranya itu terkadang keterlaluan. Kamu tidak perlu menanggapi dengan serius,” tutur Gio, ia mencoba menasehati Renata.Renata mendongakkan kepalanya menatap ke arah Gio yang berada di samping, matanya menjadi berkaca-kaca lantaran lelaki itu malah tidak ada rasa cemburu kepada lelaki lain padahal jelas-jelas Bram mengatakan ingin merebut dirinya. Namun, ia dengan cepat menundukan kepalanya sambil tangan terus mencengkeram ujung pakaian kuat. Berharap kalau perasaan sakit ya

    Last Updated : 2025-01-07
  • Obsesi Sepupu Suami   10. Senyuman ganjil

    Renata sekarang tidak terlalu fokus untuk mencuci piring lantaran mendengar Bram akan bermalam di rumahnya sekarang. Ia sangat yakin sekali kalau lelaki itu akan melakukan sesuatu di dalam istananya ini.“Kenapa Gio malah mengizinkan dia bermalam di sini? Apa dia tidak melihat ada mataku yang mengatakan tidak mengijinkannya!” Renata mencengkram kuat spons cuci piring yang berada di tangannya.Renata ingin mempercepat mencuci piring, tetapi ia terlalu malas sekali untuk bertemu dengan Gio di dalam kamar, lantaran merasa sangat kesal dengan lelaki itu. Sehingga ingin berlama-lama di dapur untuk menenangkan diri, supaya tidak terlalu kentara kalau sedang marah kepada suaminya tersebut.“Lebih baik aku menyeduh teh saja daripada hanya menggerutu. Siapa tahu setelah minum teh akan menjadi lebih baik.“ Renata mengelap tangannya dengan sapu tangan.Renata lantas segera membuat secangkir teh hangat untuk dirinya, supaya bisa me

    Last Updated : 2025-01-08
  • Obsesi Sepupu Suami   1. Masa lalu datang

    "Bram, lepaskan!" Seorang wanita meronta-ronta di dalam pelukan lelaki tampan yang mengenakan jas hitam nan mewah."Biarkan aku seperti ini sebentar. Karena aku hanya memelukmu saja, tak lebih!" Bram semakin mengeratkan pelukannya, tidak ingin melepaskan.Renata merasa sangat risih, tetapi tentu saja tak akan bisa melepaskan diri dari tubuh kekar dan besar dengan tubuh mungilnya. Namun, suara batuk seorang lelaki agak familiar terdengar di telinga."Lepaskan! Walau kau bilang hanya, tetapi ini salah karena aku sudah menikah dan suamiku berada di rumah!" teriak Renata tertahan, ia sangat merasa gelisah dan takut kalau suaminya datang ke dapur.Bram memegangi kepalanya dengan tertawa kecil, padahal tidak ada yang lucu dari perkataan Renata, tetapi lelaki tersebut malah tertawa."Renata!" panggil seorang lelaki dengan berteriak nyaring.Renata gelagapan, ia ingin segera melepaskan diri dari Bram, tetapi masih tidak bisa. Alhasil ia memilih menginjak kaki lelaki tersebut dengan kuat mengg

    Last Updated : 2024-10-30
  • Obsesi Sepupu Suami   2. Terjatuh

    Entah kenapa sekarang waktu berjalan dengan sangat lambat, sehingga membuat Renata menjadi semakin gugup. Ia beberapa kali meneguk ludah, mencari perkataan tepat untuk membuat sang suami tak marah lagi kepada dirinya."Gio, aku dan dia hanya—," perkataan Renata terpotong karena Gio jatuh ke pundaknya."Gio?" Renata mengerutkan alisnya, ia terus menatap sang suami."Sepertinya dia pingsan. Sayang sekali, padahal aku ingin melihat apa yang dilakukan lelaki itu kalau melihat istrinya berdua dan sangat dekat dengan lelaki lain." Bram mengangkat kedua tangannya di udara sambil menggelengkan kepala, lantaran tak sesuai bayangan."Kau!" Renata langsung membekap mulutnya, lantaran sadar sekarang sang suami berada di dalam pelukan."Apa?" Bram menyeringai dengan lebar.Renata hanya mengepalkan tangannya kuat karena ia tidak bisa mengumpat lelaki yang berada di depan matanya ini. Ia sadar kalau melakukan hal itu pasti akan membuat suaminya menjadi terbangun.“Sudahlah kau pergi saja, karena sem

    Last Updated : 2024-12-10
  • Obsesi Sepupu Suami   3. Samar-samar

    Lelaki yang sekarang berdiri di depan Renata adalah Bram, ia membawa segelas teh hangat untuk wanita tersebut.“Sebaiknya kau minum dulu, baru kau memarahiku.” Bram memberikan segelas teh hangat itu kepada Renata.Renata memalingkan wajahnya ke arah lain, karena ia merasa kesal setelah mengetahui ternyata Bram tidak pergi dari rumahnya."Bukankah aku bilang kau harus pergi dari rumahku, tetapi kenapa kau tidak kunjung pergi dan malah masih di sini?“ tanya Renata dengan ketus. Bram mengusap wajahnya dengan kasar, ia tidak menyangka kalau wanita di depannya ini masih memiliki tenaga untuk marah-marah. Padahal baru saja tersadar akibat terjatuh dari tangga.“Minum saja dulu.” Bram memberikan teh itu dengan kasar di tangan Renata.Renata mau tidak mau menerima pemberian dari Bram itu. Karena kalau ia tidak menyambut, maka isinya akan tumpah ke tubuhnya. Namun, ia tidak langsung meminum pemberian lelaki tersebut, lantaran merasa curiga.“Aku tidak menaruh apapun di dalam minuman itu, jadi

    Last Updated : 2024-12-13

Latest chapter

  • Obsesi Sepupu Suami   10. Senyuman ganjil

    Renata sekarang tidak terlalu fokus untuk mencuci piring lantaran mendengar Bram akan bermalam di rumahnya sekarang. Ia sangat yakin sekali kalau lelaki itu akan melakukan sesuatu di dalam istananya ini.“Kenapa Gio malah mengizinkan dia bermalam di sini? Apa dia tidak melihat ada mataku yang mengatakan tidak mengijinkannya!” Renata mencengkram kuat spons cuci piring yang berada di tangannya.Renata ingin mempercepat mencuci piring, tetapi ia terlalu malas sekali untuk bertemu dengan Gio di dalam kamar, lantaran merasa sangat kesal dengan lelaki itu. Sehingga ingin berlama-lama di dapur untuk menenangkan diri, supaya tidak terlalu kentara kalau sedang marah kepada suaminya tersebut.“Lebih baik aku menyeduh teh saja daripada hanya menggerutu. Siapa tahu setelah minum teh akan menjadi lebih baik.“ Renata mengelap tangannya dengan sapu tangan.Renata lantas segera membuat secangkir teh hangat untuk dirinya, supaya bisa me

  • Obsesi Sepupu Suami   9. Semakin berani

    Suasana menjadi hening setelah Renata mengatakan hal itu. Ia pun menjadi menatap kedua lelaki itu secara bergantian, Bram ataupun Gio hanya memandangi dirinya saja.Renata menjadi sadar apa yang sekarang dirinya lakukan, sehingga ia langsung duduk kembali ke kursinya dengan wajah memerah menahan perasaan malu.Gio tertawa dengan terbahak-bahak melihat Renata menjadi malu."Kamu terlalu berlebihan, Renata. Lagipula Bram terlalu lama tinggal di luar negeri, jadi wajar saja kalau bicaranya itu terkadang keterlaluan. Kamu tidak perlu menanggapi dengan serius,” tutur Gio, ia mencoba menasehati Renata.Renata mendongakkan kepalanya menatap ke arah Gio yang berada di samping, matanya menjadi berkaca-kaca lantaran lelaki itu malah tidak ada rasa cemburu kepada lelaki lain padahal jelas-jelas Bram mengatakan ingin merebut dirinya. Namun, ia dengan cepat menundukan kepalanya sambil tangan terus mencengkeram ujung pakaian kuat. Berharap kalau perasaan sakit ya

  • Obsesi Sepupu Suami   8. Keterlaluan

    Renata menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal, ia keceplosan mengatakan hal itu di depan Bram. Karena Gio selalu tidak suka kalau dirinya mengatakan hal itu di depan tamu, entah siapapun itu.“Aku tidak menyangka kalau kau tidak dapat merubah kebiasaanmu itu, yang selalu minta dilayani walau hal sekecil apapun," ejek Bram dengan tertawa kecil.“Apa maksudmu? Kau lihat sendiri kan kalau aku tidak melarangnya untuk ikut duduk bersama kita. Tapi dia lah yang memiliki kebiasaan selalu melayaniku lebih dulu. Baru setelah melakukan itu dia akan makan,” sahut Gio terdengar seperti sanggahan di telinga Bram.“Kau lucu sekali! Kalau kau memang seperti itu, kau tidak perlu menutupinya. Kalian kan suami-istri wajar saja seperti itu.“ Bram melirik dengan sinis.“Sayang, duduklah! Kamu makan saja bersama kami, karena lelaki ini tidak percaya kalau kamu sendiri yang menginginkan untuk melayaniku lebih dulu sebelum menyantap makananmu.” Gio mengisyaratkan dengan lirikan matanya supaya Rena

  • Obsesi Sepupu Suami   7. Menahan amarah

    Gio tiba-tiba mencengkram tangan Renata dengan kuat, membuat wanita itu menjadi meringis kesakitan. "Apa yang kau pikirkan sendiri tadi? Sehingga kau tidak menggubris perkataanku!” Ia menaikkan sebelah alisnya, tatapan matanya sangat tajam menatap ke arah sang istri.“Sakit,Gio!”"rintih Renata."Jawab dulu pertanyaanku!" hardiknya.Lidah Renata terasa sangat kelu ingin mengucapkan sesuatu, lantaran melihat tatapan mata dari Gio yang sangat mengerikan. Lelaki itu menatapnya dengan tajam, sehingga membuat ia menjadi gemetar ketakutan.“Aku hanya merasa heran, kenapa kau tidak marah dengan perkataan dari Bram, itu saja,” jawab Renata dengan tergagap.Cengkraman dari tangan Gio mulai melunak, membuat Renata menjadi merasa sangat lega.“Oh, itu. Lagi pula itu kan sudah masa lalu kalian, jadi aku tidak akan mencampurinya dan bukankah semua orang sering memiliki masa lalu?” Gio mengedikkan bahunya, pertanda ia tidak mempermasalahkan semua itu.“Aku kira kau akan marah kepadaku.” Renata menun

  • Obsesi Sepupu Suami   6. Cemburu

    Renata menjadi tegang dengan apa yang dilakukan oleh Bram. Ia tidak menyangka lelaki itu malah langsung mengecup tangannya di depan Gio, yaang adalah suami Renata.“Apa yang kau lakukan?” Renata menarik tangannya dengan cepat, wajahnya sudah pucat pasi seperti mayat.Suasana menjadi terasa hening, Renata sangat ketakutan sekali kalau Gio memarahi dirinya lantaran perlakuan dari Bram. Namun, selama menunggu beberapa menit, tak kunjung terdengar suara dari sang suami. Membuat ia menjadi mendongak untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh Gio.Hanya saja Gio malah mendekati dirinya dan merangkul pundak Renata.“Gio, aku tidak tahu apa yang dia lakukan kepadaku. Tadi terlalu tiba-tiba dan aku tidak sempat menarik tanganku!” ucap Renata dengan terbata-bata, bingung menjelaskan seperti apa.Gio hanya diam, tetapi tiba-tiba falah tertawa dengan keras. “Kau ini terlalu menggoda Renata, lihatlah wajahnya sampai menjadi berkeringat karena merasa sangat gugup.” Ia memukul pundak Bram.“Kau tahuk

  • Obsesi Sepupu Suami   5. Makan malam bersama

    Renata membuka pintu itu, ternyata di sana hanya ada keran menyala dengan air yang terus keluar. Alhasil ia menghembuskan nafasnya lega, lantaran tadi sempat merasa takut kalau ada orang lain di dalam sana.“Rupanya dia lupa mematikan kerannya.” Renata langsung mematikan keran itu.Renata menutup pintunya kembali, ia menatap ke arah kamar yang sekarang sudah berantakan dengan menghela nafas.“Aku jadi membereskan ini dua kali." Renata memukul kepalanya pelan.Renata pun memilih untuk membereskan semua barang yang berserakan.“Memang apa yang dia cari sampai membuat kamar ini menjadi berantakan seperti ini!” gerutu Renata seorang diri, tangannya sambil memunguti pakaian kotor.Hanya saja Renata pun melihat kalau kemeja yang awalnya ia gantung di balik pintu menjadi terjatuh di lantai. Ia pun bergegas untuk memungutnya, lantaran dirinya sudah tahu kalau ada gelang emas di dalam saku kemeja tersebut. “Bisa-bisanya dia menjatuhkan ini ke bawah. Apa dia lupa kalau di sini ada barang berha

  • Obsesi Sepupu Suami   4. Gelang emas

    “Ya, aku sangat yakin sekali kalau aku sempat bangun, tapi ada seseorang yang memukulku! “ ucap Gio yakin.Renata terdiam sejenak mendengar cerita dari Gio. Karena ia mendengar dari Bram kalau lelaki tersebut sama sekali tidak bangun.‘Apa mungkin Bram yang memukul kepalanya dengan keras?’ gumam Renata di dalam hatinya.Kening Renata terus berkerut, ia memikirkan apakah perkataan Bram atau Gio yang harus dipercaya.“Apa terjadi sesuatu tadi malam, sehingga ada seseorang yang memukulku?” tanya Gio, masih dengan meringis kesakitan sambil memegangi bagian belakang kepalanya. Tiba-tiba Renata malah tertawa dengan keras, karena ia baru saja teringat apa yang terjadi sebenarnya.“Aku baru ingat kalau saat mengangkatmu tadi malam aku terjatuh dari tangga. Mungkin itu yang membuatmu merasa dipukul seseorang, karena aku pun juga merasa seperti itu,” ucap Renata terkekeh geli.Hanya saja raut wajah Gio berbeda, lelaki itu terlihat sangat tidak yakin dengan perkataan dari Renata. Namun, saat le

  • Obsesi Sepupu Suami   3. Samar-samar

    Lelaki yang sekarang berdiri di depan Renata adalah Bram, ia membawa segelas teh hangat untuk wanita tersebut.“Sebaiknya kau minum dulu, baru kau memarahiku.” Bram memberikan segelas teh hangat itu kepada Renata.Renata memalingkan wajahnya ke arah lain, karena ia merasa kesal setelah mengetahui ternyata Bram tidak pergi dari rumahnya."Bukankah aku bilang kau harus pergi dari rumahku, tetapi kenapa kau tidak kunjung pergi dan malah masih di sini?“ tanya Renata dengan ketus. Bram mengusap wajahnya dengan kasar, ia tidak menyangka kalau wanita di depannya ini masih memiliki tenaga untuk marah-marah. Padahal baru saja tersadar akibat terjatuh dari tangga.“Minum saja dulu.” Bram memberikan teh itu dengan kasar di tangan Renata.Renata mau tidak mau menerima pemberian dari Bram itu. Karena kalau ia tidak menyambut, maka isinya akan tumpah ke tubuhnya. Namun, ia tidak langsung meminum pemberian lelaki tersebut, lantaran merasa curiga.“Aku tidak menaruh apapun di dalam minuman itu, jadi

  • Obsesi Sepupu Suami   2. Terjatuh

    Entah kenapa sekarang waktu berjalan dengan sangat lambat, sehingga membuat Renata menjadi semakin gugup. Ia beberapa kali meneguk ludah, mencari perkataan tepat untuk membuat sang suami tak marah lagi kepada dirinya."Gio, aku dan dia hanya—," perkataan Renata terpotong karena Gio jatuh ke pundaknya."Gio?" Renata mengerutkan alisnya, ia terus menatap sang suami."Sepertinya dia pingsan. Sayang sekali, padahal aku ingin melihat apa yang dilakukan lelaki itu kalau melihat istrinya berdua dan sangat dekat dengan lelaki lain." Bram mengangkat kedua tangannya di udara sambil menggelengkan kepala, lantaran tak sesuai bayangan."Kau!" Renata langsung membekap mulutnya, lantaran sadar sekarang sang suami berada di dalam pelukan."Apa?" Bram menyeringai dengan lebar.Renata hanya mengepalkan tangannya kuat karena ia tidak bisa mengumpat lelaki yang berada di depan matanya ini. Ia sadar kalau melakukan hal itu pasti akan membuat suaminya menjadi terbangun.“Sudahlah kau pergi saja, karena sem

DMCA.com Protection Status