Share

2. Terjatuh

Author: Raisya_J
last update Last Updated: 2024-12-10 16:56:46

Entah kenapa sekarang waktu berjalan dengan sangat lambat, sehingga membuat Renata menjadi semakin gugup. Ia beberapa kali meneguk ludah, mencari perkataan tepat untuk membuat sang suami tak marah lagi kepada dirinya.

"Gio, aku dan dia hanya—," perkataan Renata terpotong karena Gio jatuh ke pundaknya.

"Gio?" Renata mengerutkan alisnya, ia terus menatap sang suami.

"Sepertinya dia pingsan. Sayang sekali, padahal aku ingin melihat apa yang dilakukan lelaki itu kalau melihat istrinya berdua dan sangat dekat dengan lelaki lain." Bram mengangkat kedua tangannya di udara sambil menggelengkan kepala, lantaran tak sesuai bayangan.

"Kau!" Renata langsung membekap mulutnya, lantaran sadar sekarang sang suami berada di dalam pelukan.

"Apa?" Bram menyeringai dengan lebar.

Renata hanya mengepalkan tangannya kuat karena ia tidak bisa mengumpat lelaki yang berada di depan matanya ini. Ia sadar kalau melakukan hal itu pasti akan membuat suaminya menjadi terbangun.

“Sudahlah kau pergi saja, karena semakin kau berada di sini kau hanya membuatku sakit kepala saja!“ usir Renata dengan ketus.

Bram diam saja, ia tak menanggapi perkataan Renata yang sekarang mengusirnya. Malah terus memandang ke arah wanita tersebut lekat.

Sementara Renata sendiri berusaha untuk memindahkan posisi Gio yang berada di depannya ke pundak, supaya bisa memapah sang suami untuk masuk ke dalam kamar mereka. Namun, jangankan membawa sang suami ke dalam kamar, memindahkan posisi dari depan ke pundak saja sangat sulit sekali. Ia menjadi tersengal-sengal lantaran merasa keberatan.

“Kau tidak jadi pergi dari sini?” Renata menatap tajam ke arah Bram, ia menjadi melimpahkan amarahnya kepada lelaki itu.

“Apa kau butuh bantuan? Sepertinya sangat sulit bagimu yang seorang wanita memindahkan lelaki itu ke lantai dua, di mana kamar kalian berada.” Bram menaik-turunkan alisnya.

“Kau tidak usah membantuku dengan membawa suamiku untuk masuk ke dalam kamar, kau cukup pergi saja dari sini maka itu akan membantuku sekarang!” Renata melirik sinis Bram, ia tak ingin lelaki itu memasuki kamar tempat di mana ia tidur bersama Gio.

Bram tersenyum tipis, ia terus menatap lekat Renata, berharap wanita itu memohon kepadanya untuk membantu.

“Sepertinya kau butuh bantuan.” Bram bersandar di dinding dapur, ia terus menatap lekat Renata.

“Tidak, Bram! Aku bisa melakukannya sendiri, jadi kau pergi saja.” Renata berusaha sekuat tenaga memindahkan Gio ke pundaknya, supaya bisa memapah dengan mudah.

“Kalau kau memintanya, baiklah. Aku akan pergi.” Bram menaruh jasnya di pundak, ia melambaikan tangan kepada Renata.

Lantas Bram meninggalkan Renata seorang diri di dapur tanpa menoleh lagi ke belakang.

“Ugh!” ringis Renata merasa keberatan.

Renata tetap mengusahakan untuk membawa Gio menuju ke arah kamar. Namun, tentu saja semuanya itu sangat sulit. Apalagi ia sekarang sedang menggunakan high heels dan membopong lelaki tersebut hanya seorang diri. Sebenarnya ingin meminta bantuan dari Bram, tetapi dirinya tak yakin kalau akan berakhir dengan mudah, sekaligus tidak ingin memberikan kesempatan kepada lelaki itu.

“Gio! Bangun! Aku tidak kuat kalau harus membawamu ke kamar kita yang berada di lantai dua!” Renata menepuk-nepuk pipi Gio dengan pelan, berharap lelaki itu akan segera bangun.

Gio malah tidak terganggu sedikit pun dengan apa yang Renata lakukan. Sehingga membuat wanita itu menjadi menghela nafas dan menghembuskan. Alhasil terpaksa untuk pasrah memapah lelaki tersebut seorang diri.

“Kenapa kau tidak kunjung berubah?” tanya Renata sambil meringis keberatan.

Saat sudah berada di depan tangga, tangga itu sekarang terasa sangat panjang sekali dan mengerikan. Renata beberapa kali meneguk ludahnya, berharap pemandangan yang sekarang dilihat hanyalah bayangan belaka.

“Kalau kutaruh dia di sofa, takutnya dia akan memarahiku karena tubuhnya menjadi sakit.” Renata menggigit kuku jarinya, bingung ingin meneruskan langkah atau tidak.

Tanpa pikir panjang Renata memutuskan untuk segera menaiki tangga yang berada di depan matanya sekarang. Ia pun memilih untuk melepaskan high heels yang dikenakan, supaya bisa naik dengan aman. Itulah yang dipikirkan oleh wanita tersebut.

Dengan langkah tertatih-tatih Renata pun menaiki tangga tersebut. Baru satu anak tangga ia sudah merasakan kesulitan untuk melangkahkan kakinya kembali. Namun, dirinya tetap terus melangkahkan kaki ke depan, supaya cepat menaruh Gio di kamar mereka.

“Kau pasti bisa Renata!” Renata memegangi pegangan tangga dengan erat.

Renata semakin menginjakkan kaki ke satu-persatu anak tangga, tetapi saat sampai di pertengahan ia merasa sangat kesulitan dan tubuh Gio pun menjadi semakin berat. Alhasil, nafas wanita tersebut pun menjadi tersengal-sengal lantaran ia sudah tidak kuat lagi untuk melangkahkan kakinya untuk semakin naik ke atas.

“Apa aku turun saja?” Renata menyeka keringat di dahinya dengan pelan.

Renata bergetar hebat, karena ia tidak kuat lagi memapah Gio dengan tubuh mungilnya. Saat ia menoleh ke belakang untuk turun, seketika ia merasakan pusing di bagian kepalanya lantaran pemandangan di depan sekarang terasa buram dan tinggi. Padahal sudah beberapa kali naik ke lantai dua, tetapi baru pertama kali ia merasa sangat khawatir.

Karena Renata merasa pusing, pandangan yang menjadi buram, dan kecemasan berlebihan ia menjadi kehilangan keseimbangan. Sehingga membuat wanita itu menjadi terhuyung-huyung, pegangan tangga itu pun menjadi terlepas dari tangannya.

Sebelum itu terjadi kepada Renata, ia sempat berteriak berharap ada seseorang yang akan datang untuk menolong dirinya. Namun, ia teringat kalau tidak ada satu orang pun di dalam rumah, sehingga menjadi pasrah akan keadaan dan lantas memilih untuk memejamkan mata.

Di dalam pikiran Renata sekarang hanya mengamankan suaminya. Supaya lelaki itu tidak jatuh ke lantai dengan keras, sehingga memilih memeluk lelaki itu dengan kuat.

Kedua orang itu menjadi terguling-guling di lantai dari atas sampai ke bawah. Renata merasa bagian tubuhnya menjadi sangat sakit sekali. 

Saat berusaha untuk menahan diri supaya tidak semakin terguling, Renata malah terbentur dengan keras ke lantai. Alhasil kepalanya terasa sangat sakit sekali membuat wanita tersebut perlahan kehilangan kesadaran. Samar- samar matanya melihat ada seseorang yang sekarang sedang berlari mendekat, tetapi ia tidak melihat siapa orang itu, lantaran pandangannya sudah menjadi gelap.

“Gio!” Renata terkejut, sehingga ia langsung terbangun dari pingsan.

Mata Renata melirik kesana-kemari, ia malah mendapati dirinya sekarang sedang berada di ruang tamu. Tepatnya berada di sofa dengan posisi berbaring. Hanya saja dirinya tidak melihat keberadaan Gio.

“Sayang?” teriak Renata mencari keberadaan sang suami.

Renata menatap ke arah jam di dinding, ternyata sekarang hari belumlah terang. Sehingga dirinya yakin, kalau pingsan tadi hanya satu jam saja.

“Kau baru saja bangun?” Seorang lelaki mendekat dengan membawa segelas teh hangat di tangannya.

“Kenapa kau masih ada di sini?” Wajahnya Renata menjadi pucat pasi dengan tangan mengepal kuat memandangi lelaki yang sekarang berdiri di depannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Obsesi Sepupu Suami   3. Samar-samar

    Lelaki yang sekarang berdiri di depan Renata adalah Bram, ia membawa segelas teh hangat untuk wanita tersebut.“Sebaiknya kau minum dulu, baru kau memarahiku.” Bram memberikan segelas teh hangat itu kepada Renata.Renata memalingkan wajahnya ke arah lain, karena ia merasa kesal setelah mengetahui ternyata Bram tidak pergi dari rumahnya."Bukankah aku bilang kau harus pergi dari rumahku, tetapi kenapa kau tidak kunjung pergi dan malah masih di sini?“ tanya Renata dengan ketus. Bram mengusap wajahnya dengan kasar, ia tidak menyangka kalau wanita di depannya ini masih memiliki tenaga untuk marah-marah. Padahal baru saja tersadar akibat terjatuh dari tangga.“Minum saja dulu.” Bram memberikan teh itu dengan kasar di tangan Renata.Renata mau tidak mau menerima pemberian dari Bram itu. Karena kalau ia tidak menyambut, maka isinya akan tumpah ke tubuhnya. Namun, ia tidak langsung meminum pemberian lelaki tersebut, lantaran merasa curiga.“Aku tidak menaruh apapun di dalam minuman itu, jadi

    Last Updated : 2024-12-13
  • Obsesi Sepupu Suami   4. Gelang emas

    “Ya, aku sangat yakin sekali kalau aku sempat bangun, tapi ada seseorang yang memukulku! “ ucap Gio yakin.Renata terdiam sejenak mendengar cerita dari Gio. Karena ia mendengar dari Bram kalau lelaki tersebut sama sekali tidak bangun.‘Apa mungkin Bram yang memukul kepalanya dengan keras?’ gumam Renata di dalam hatinya.Kening Renata terus berkerut, ia memikirkan apakah perkataan Bram atau Gio yang harus dipercaya.“Apa terjadi sesuatu tadi malam, sehingga ada seseorang yang memukulku?” tanya Gio, masih dengan meringis kesakitan sambil memegangi bagian belakang kepalanya. Tiba-tiba Renata malah tertawa dengan keras, karena ia baru saja teringat apa yang terjadi sebenarnya.“Aku baru ingat kalau saat mengangkatmu tadi malam aku terjatuh dari tangga. Mungkin itu yang membuatmu merasa dipukul seseorang, karena aku pun juga merasa seperti itu,” ucap Renata terkekeh geli.Hanya saja raut wajah Gio berbeda, lelaki itu terlihat sangat tidak yakin dengan perkataan dari Renata. Namun, saat le

    Last Updated : 2024-12-16
  • Obsesi Sepupu Suami   5. Makan malam bersama

    Renata membuka pintu itu, ternyata di sana hanya ada keran menyala dengan air yang terus keluar. Alhasil ia menghembuskan nafasnya lega, lantaran tadi sempat merasa takut kalau ada orang lain di dalam sana.“Rupanya dia lupa mematikan kerannya.” Renata langsung mematikan keran itu.Renata menutup pintunya kembali, ia menatap ke arah kamar yang sekarang sudah berantakan dengan menghela nafas.“Aku jadi membereskan ini dua kali." Renata memukul kepalanya pelan.Renata pun memilih untuk membereskan semua barang yang berserakan.“Memang apa yang dia cari sampai membuat kamar ini menjadi berantakan seperti ini!” gerutu Renata seorang diri, tangannya sambil memunguti pakaian kotor.Hanya saja Renata pun melihat kalau kemeja yang awalnya ia gantung di balik pintu menjadi terjatuh di lantai. Ia pun bergegas untuk memungutnya, lantaran dirinya sudah tahu kalau ada gelang emas di dalam saku kemeja tersebut. “Bisa-bisanya dia menjatuhkan ini ke bawah. Apa dia lupa kalau di sini ada barang berha

    Last Updated : 2024-12-17
  • Obsesi Sepupu Suami   6. Cemburu

    Renata menjadi tegang dengan apa yang dilakukan oleh Bram. Ia tidak menyangka lelaki itu malah langsung mengecup tangannya di depan Gio, yaang adalah suami Renata.“Apa yang kau lakukan?” Renata menarik tangannya dengan cepat, wajahnya sudah pucat pasi seperti mayat.Suasana menjadi terasa hening, Renata sangat ketakutan sekali kalau Gio memarahi dirinya lantaran perlakuan dari Bram. Namun, selama menunggu beberapa menit, tak kunjung terdengar suara dari sang suami. Membuat ia menjadi mendongak untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh Gio.Hanya saja Gio malah mendekati dirinya dan merangkul pundak Renata.“Gio, aku tidak tahu apa yang dia lakukan kepadaku. Tadi terlalu tiba-tiba dan aku tidak sempat menarik tanganku!” ucap Renata dengan terbata-bata, bingung menjelaskan seperti apa.Gio hanya diam, tetapi tiba-tiba falah tertawa dengan keras. “Kau ini terlalu menggoda Renata, lihatlah wajahnya sampai menjadi berkeringat karena merasa sangat gugup.” Ia memukul pundak Bram.“Kau tahuk

    Last Updated : 2025-01-02
  • Obsesi Sepupu Suami   7. Menahan amarah

    Gio tiba-tiba mencengkram tangan Renata dengan kuat, membuat wanita itu menjadi meringis kesakitan. "Apa yang kau pikirkan sendiri tadi? Sehingga kau tidak menggubris perkataanku!” Ia menaikkan sebelah alisnya, tatapan matanya sangat tajam menatap ke arah sang istri.“Sakit,Gio!”"rintih Renata."Jawab dulu pertanyaanku!" hardiknya.Lidah Renata terasa sangat kelu ingin mengucapkan sesuatu, lantaran melihat tatapan mata dari Gio yang sangat mengerikan. Lelaki itu menatapnya dengan tajam, sehingga membuat ia menjadi gemetar ketakutan.“Aku hanya merasa heran, kenapa kau tidak marah dengan perkataan dari Bram, itu saja,” jawab Renata dengan tergagap.Cengkraman dari tangan Gio mulai melunak, membuat Renata menjadi merasa sangat lega.“Oh, itu. Lagi pula itu kan sudah masa lalu kalian, jadi aku tidak akan mencampurinya dan bukankah semua orang sering memiliki masa lalu?” Gio mengedikkan bahunya, pertanda ia tidak mempermasalahkan semua itu.“Aku kira kau akan marah kepadaku.” Renata menun

    Last Updated : 2025-01-02
  • Obsesi Sepupu Suami   8. Keterlaluan

    Renata menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal, ia keceplosan mengatakan hal itu di depan Bram. Karena Gio selalu tidak suka kalau dirinya mengatakan hal itu di depan tamu, entah siapapun itu.“Aku tidak menyangka kalau kau tidak dapat merubah kebiasaanmu itu, yang selalu minta dilayani walau hal sekecil apapun," ejek Bram dengan tertawa kecil.“Apa maksudmu? Kau lihat sendiri kan kalau aku tidak melarangnya untuk ikut duduk bersama kita. Tapi dia lah yang memiliki kebiasaan selalu melayaniku lebih dulu. Baru setelah melakukan itu dia akan makan,” sahut Gio terdengar seperti sanggahan di telinga Bram.“Kau lucu sekali! Kalau kau memang seperti itu, kau tidak perlu menutupinya. Kalian kan suami-istri wajar saja seperti itu.“ Bram melirik dengan sinis.“Sayang, duduklah! Kamu makan saja bersama kami, karena lelaki ini tidak percaya kalau kamu sendiri yang menginginkan untuk melayaniku lebih dulu sebelum menyantap makananmu.” Gio mengisyaratkan dengan lirikan matanya supaya Rena

    Last Updated : 2025-01-02
  • Obsesi Sepupu Suami   9. Semakin berani

    Suasana menjadi hening setelah Renata mengatakan hal itu. Ia pun menjadi menatap kedua lelaki itu secara bergantian, Bram ataupun Gio hanya memandangi dirinya saja.Renata menjadi sadar apa yang sekarang dirinya lakukan, sehingga ia langsung duduk kembali ke kursinya dengan wajah memerah menahan perasaan malu.Gio tertawa dengan terbahak-bahak melihat Renata menjadi malu."Kamu terlalu berlebihan, Renata. Lagipula Bram terlalu lama tinggal di luar negeri, jadi wajar saja kalau bicaranya itu terkadang keterlaluan. Kamu tidak perlu menanggapi dengan serius,” tutur Gio, ia mencoba menasehati Renata.Renata mendongakkan kepalanya menatap ke arah Gio yang berada di samping, matanya menjadi berkaca-kaca lantaran lelaki itu malah tidak ada rasa cemburu kepada lelaki lain padahal jelas-jelas Bram mengatakan ingin merebut dirinya. Namun, ia dengan cepat menundukan kepalanya sambil tangan terus mencengkeram ujung pakaian kuat. Berharap kalau perasaan sakit ya

    Last Updated : 2025-01-07
  • Obsesi Sepupu Suami   10. Senyuman ganjil

    Renata sekarang tidak terlalu fokus untuk mencuci piring lantaran mendengar Bram akan bermalam di rumahnya sekarang. Ia sangat yakin sekali kalau lelaki itu akan melakukan sesuatu di dalam istananya ini.“Kenapa Gio malah mengizinkan dia bermalam di sini? Apa dia tidak melihat ada mataku yang mengatakan tidak mengijinkannya!” Renata mencengkram kuat spons cuci piring yang berada di tangannya.Renata ingin mempercepat mencuci piring, tetapi ia terlalu malas sekali untuk bertemu dengan Gio di dalam kamar, lantaran merasa sangat kesal dengan lelaki itu. Sehingga ingin berlama-lama di dapur untuk menenangkan diri, supaya tidak terlalu kentara kalau sedang marah kepada suaminya tersebut.“Lebih baik aku menyeduh teh saja daripada hanya menggerutu. Siapa tahu setelah minum teh akan menjadi lebih baik.“ Renata mengelap tangannya dengan sapu tangan.Renata lantas segera membuat secangkir teh hangat untuk dirinya, supaya bisa me

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • Obsesi Sepupu Suami   37. Kabar buruk

    Belum sempat Renata melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Ia mendengar suara pukulan yang sangat kuat dari arah belakang. Lagi-lagi Gio menghajar Bram, tetapi kali ini Bram melawan serangan dari suaminya.“Kalian hentikan sekarang juga!” teriak Renata sambil berlari mendekat.Saat Renata ingin mendekat, ia merasa sangat takut sekali kena pukulan salah sasaran dari salah satu lelaki itu. Sehingga menjadi urung, lantas hanya berusaha melerai dengan mencoba membujuk secara halus. Namun, usaha itu gagal.“Kalian berdua tolong hentikan sekarang juga!” Renata menggeram marah, ia merasa kesal tidak bisa menghentikan kedua lelaki itu.Bram dan Gio menjadi memandang ke arah Renata, wajah wanita itu sekarang sangatlah mengerikan sehingga membuat mereka berdua menjadi berhenti.“Kau tahu sendirian kalau dia yang mulai duluan, aku hanya tidak ingin babak belur karena ulahnya. Wajarkan kalau melawan?” Bram menunjuk Gio dengan geram.Wajah Gio memerah, ia mengepalkan tangannya. “Apa yang maksudmu

  • Obsesi Sepupu Suami   36. Penyesalan

    Renata tersentak, jantungnya berdetak keras ketika suara Gio yang menggelegar memecah udara pagi yang dingin.Gio berteriak marah, "Apa yang kalian lakukan sekarang?"Tubuh Renata seketika menegang. Ia melirik ke sisi ranjang—Bram masih di sana, duduk santai, satu tangan menyisir rambut acak-acakan, seolah teriakan itu tak berarti apa-apa.‘Astaga... aku tak terbangun tadi malam?’ pikir Renata panik, kedua matanya membelalak, nafasnya tercekat.Wajah Gio memerah, rahangnya mengatup erat. Tangan mengepal, tubuhnya sedikit bergetar—amarahnya jelas menari di balik kulit yang menegang."Apa lagi? Seperti yang kau lihat," kata Bram tenang, menoleh perlahan dengan senyum sinis di sudut bibirnya.Tatapan mata Bram menusuk, tajam dan penuh ejekan. Renata menahan napas. Komentar itu seperti bensin yang menyambar nyala api di dada Gio.Bukannya diam saja, Bram justru memperkeruh suasana.Namun... hati Renata tetap dingin. Ingatan tentang video semalam—tubuh Gio bersama perempuan lain—menghapus

  • Obsesi Sepupu Suami   35. Malam yang panas

    Tanpa mengatakan apapun lagi Renata langsung mengecup bibir Bram. Ia semakin larut menenggelamkan dirinya ke dalam lautan paling dalam, tak ada terbesit di dalam dirinya untuk naik ke atas, fokusnya hanya ingin melupakan rasa sakit yang semakin menjadi dengan membalas sesuai apa yang diberikan.Tak disangka oleh Renata, Bram malah mendorong dirinya untuk menjauh. Lelaki itu menyeka mulut dengan kasar.“Kenapa? Bukannya kau juga menginginkan hal ini?” Renata menatap penuh selidik, tak menyangka kalau Bram akan menolak dirinya.“Aku tidak ingin melakukan hal yang dapat kau sesali nanti.” Bram memalingkan wajahnya yang memerah, ia berusaha menahan diri untuk tidak melakukan hal lebih.Renata tersenyum kecut mendengar perkataan dari Bram. "Kau tidak usah memikirkan hal itu karena aku tidak akan menyesalinya.” Renata menarik kerah Bram kembali, ia tidak tahu kalau sekarang lelaki yang berada di depannya bukanlah seorang lelaki biasa melainkan seekor binatang buas. Binatang buas yang sudah

  • Obsesi Sepupu Suami   34. Selama semalam bersama Bram

    Renata tersengal, ia merasa kalau lehernya sekarang sedang dicekik oleh seseorang. Namun, ternyata dirinya berada di ranjang kamarnya sendiri bersama Bram yang sedang memandanginya.“Tenang, Renata! Tarik nafasmu secara perlahan!” perintah Bram sembari mengelus punggung tangan wanita itu untuk menenangkan.Renata memegangi dadanya yang terasa sangat sesak, bagaikan ditusuk dengan ribuan pisau tajam, terasa menyakitkan dan perih. Namun, tidak ada setetes darah pun keluar dari saja. Alhasil dirinya hanya diam mematung, berusaha menetralkan perasaan terguncang dengan rekaman sang terus berputar di dalam kepala layaknya kaset.“Aku sangat tahu kalau apa yang kau tunjukan kepadaku itu hanyalah sebuah omong kosong. Mana mungkin Gio melakukan itu dan bagaimana kau bisa mendapatkan rekamannya?” Renata menutupi separuh wajahnya menggunakan tangan, ia tertawa keras sambil beberapa tetes bulir bening dari kedua matanya.Renata yang terlalu terpukul menjadi berusaha menyangkal semua yang sudah di

  • Obsesi Sepupu Suami   33. Terguncang

    Bram menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak, aku mabuk!”Renata menatap dengan sorot mata tajam, ia sangat yakin sekali kalau Bram tidaklah mabuk. Namun, lelaki itu hanya berpura-pura saja.“Mabuk cinta,” kekeh Bram.Bram terus tertawa keras, tetapi tangannya tidak pernah lepas dari tubuh Renata. Ia tak ingin kalau wanita itu melarikan diri, sehingga terus memegangi layaknya sedang memegangi seorang anak kecil.“Bram, tolonglah! Jangan seperti ini!” gonta Renata.“Kau tidak ingin sekedar berpegangan tangan denganku? Padahal suamimu sedang melakukan hal lebih dengan wanita lain.” Bram merogoh kantong celananya, ia memberikan ponsel miliknya kepada Renata.Renata terkesiap saat melihat ponsel Bram, sebuah video sepasang kekasih sedang memadu kasih di atas ranjang. Jantungnya berdegup dengan kencang, bumi terasa berputar dan membuat dirinya menjadi terduduk lemas di lantai dingin.Bagaimana tidak? Salah satu orang yang berada di video adalah suami Renata sendiri. Lelaki itu sedang bersama

  • Obsesi Sepupu Suami   32. Melamar

    Renata menggigil ketakutan, tetapi ia memilih mengintip siapa orang yang sekarang menggedor pintu itu. Ternyata orang itu adalah Bram, namun ia memilih untuk tidak membuka pintu tersebut.“Ck, kenapa aku malah terus berurusan dengan dia? Apalagi disaat Gio tidak ada di rumah.” Renata melipat tangannya dengan perasaan malas, tetapi sesekali akan mengintip keluar.Bram terlihat semakin tidak sabar, lantaran gedoran itu semakin kuat. Renata menjadi terpaksa membuka pintu itu lantaran khawatir Bram malah akan menarik perhatian.“Bisakah kau hentikan itu? Itu akan mengganggu ketenangan orang lain!” gerutu Renata kesal.Wajah Renata memerah, ia menatap Bram dengan penuh amarah membara. Namun, yang ditatap malah hanya terkekeh kecil, seakan ia sekarang hanya mengatakan sebuah lelucon.“Menginaplah di hotel atau tempat lain, Gio tidak ada di rumah sehingga aku malas berduaan denganmu!” Renata berbalik, ia tidak ingin menatap wajah Bram.Aroma minuman keras tercium sangat jelas dari Bram, memb

  • Obsesi Sepupu Suami   31. Hanya milikku

    Entah kenapa Renata menjadi merasa merinding mendengar perkataan dari Gio. Ia lantas melepaskan pelukan lelaki itu, lantaran merasa sangat tidak nyaman sekali.“Aku akan pergi mencari Bram,” Renata memalingkan wajahnya, ia melangkah menjauh dari Gio.Renata bahkan tidak menoleh dari ke belakang, ia sangat tidak nyaman sekali mendengar perkataan dari sang suami. Dari cara bicara Gio, terdengar sangat jelas kalau lelaki itu posesif.‘Tidak! Itu hanya perasaanku saja!’ gumam Renata di dalam hati.Renata memeluk dirinya sendiri sambil mencari keberadaan Bram di kamar tamu. Langkahnya perlahan dan terasa ragu, lantaran rasa bersalah kembali menyelimuti perasaan.“Bram, apa kau di dalam?” Renata mengetuk pintu secara perlahan.Beberapa menit mengetuk pintu, Renata tidak mendapati suara apapun dari dalam.“Aku masuk!” seru Renata.Tangan Renata mulai perlahan mendorong pintu, ia khawatir kalau mendapati Bram yang ternyata sedang mandi. Namun, ternyata di dalam sana sangat sepi, seperti tidak

  • Obsesi Sepupu Suami   30. Tidak cemburu lagi

    Renata tertegun, ia pu mendongak menatap mata Bram lekat mencoba mencari tahu apakah lelaki itu berbohong kepada dirinya atau tidak, tetapi tatapan lelaki itu masih sama, masih seperti dulu.Bram masih memandang Renata dengan sama, bahkan ia tidak bisa melihat sedikit pun kebohongan di dalam mata lelaki itu. Namun, dirinya tidak ingin secepat itu percaya dan lagi pula hubungan mereka itu sudah menjadi masa lalu. Sehingga yang berlalu biarlah berlalu, ia tidak ingin mengenang lagi.“Entahlah.” Renata memalingkan wajahnya, ia tidak ingin menatap Bram lebih lama.Bram mundur beberapa langkah, ia merasa sangat sakit hati mendengar kenyataan Renata tidak mempercayai dirinya. Namun, ia bisa apa? Sudah beberapa kali menyakinkan wanita itu untuk percaya, tetapi malah tidak mempercayainya.Renata menoleh sekilas, ia dapat sekali melihat kalau raut wajah Bram yang awalnya selalu angkuh berubah menjadi kecewa. Bahkan lelaki itu berjalan menjauh dari dirinya tanpa diminta, membuat perasaan bersal

  • Obsesi Sepupu Suami   29. Tidak berkhianat

    Punggung belakang Gio menghilang di balik pintu, membuat Renata baru berani untuk membuka matanya. Setetes bulir bening pun meluncur dengan begitu deras di sudut mata.“Ternyata memang benar apa yang kupikirkan selama ini.” Renata menangkup wajahnya dengan kedua tangan.Hati Renata begitu sakit mendengar kenyataan itu, awalnya ia terbangun lantaran merasa haus, tetapi ternyata harus mendengar kenyataan pahit dari mulut Gio sendiri. Sekuat tenaga ia berusaha untuk tidak membuka mata atau sekedar menangis, beruntung bisa menahannya.“Tidak! Aku tidak boleh seperti ini, aku akan mengumpulkan bukti lebih banyak supaya bisa mengurus perceraian!” Renata menyeka kedua sudut matanya dengan kasar.Renata bertekad, ia akan menyelidiki semuanya dengan jelas. Supaya bisa menceraikan Gio, karena dirinya tahu lelaki itu pasti tidak akan membiarkannya dengan mudah.“Sayang, kamu tidak tidur?” Gio melirik sekilas, tak lupa tangannya mengunci pintu kamar.Renata menggeleng lirih. “Haus, jadi bangun.”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status