***
"Daddy!"Pria tampan bernama Marvel itu sedikit kaget ketika Grace dengan tiba-tiba menggandeng lengannya. Dia menoleh, polos menatap kekasihnya yang tersenyum misterius."Kenapa?" tanyanya sembari melanjutkan kegiatan melipat pakaian.Yah ... Grace hari ini sibuk mengurus kontennya, jadi dia berinisiatif untuk melakukan pekerjaan rumah tangga."Kamu lapar?"Marvel berpikir sejenak, lalu bergumam mengiyakan."Aku juga lapar. Ayo makan," ajak Grace tanpa melepas pandangan dari wajah tampan kekasihnya."Sebentar lagi aku selesai.""Cepatlah ..."Sedikit Marvel mengerutkan kening ketika mendengar nada manja dari suara Grace. Dialihkannya pandangan, fokus menatap wajah si cantik yang tak banyak berubah hingga saat ini."Kamu lapar banget, huh?" tanyanya memastikan."Mm."Tawa meluncur begitu ringan dari sela bibir Marvel ketika melihat tingkah menggemaskan yang Grace tunjukkan. Ayolah ... Grace jarang melakukan hal iniGrace yang tengah asik meminum sekaleng cola dari dalam kulkas terperanjat kaget dan hampir tersedak saat mendengar deheman seseorang di belakangnya. Grace membalikan badannya dan mendapati Marvel yang tengah berdiri tak jauh darinya. Laki-laki itu dengan wajah datar perlahan berjalan mendekat."Suka sekali kagetin orang sih!" dumal Grace yang kembali mendekatkan ujung kaleng cola itu pada bibirnya sebelum Marvel langsung merampasnya.Grace mendongak menatap Marvel dengan kesal. Laki-laki itu melirik pada meja sebelah kulkas yang sudah tergeletak banyak kaleng cola di atasnya, lantas beralih menatap Marvel tajam."Kamu baru sembuh! Jangan terlalu banyak minum minuman bersoda!" ucap Marvel dengan nada setengah marah membuat alis Grace menekuk."Aku udah sembuh," bantahnya sembari berusaha merebut kembali kaleng cola itu.Grace bahkan sampai berjinjit saat Marvel justru mengangkat tangannya tinggi-tinggi membuat Grace kesusahan meraih."Kembaliin punyaku!
"Ada apa sih sebenarnya?""Akan kuceritakan nanti," jawab Marvel sembari mengedarkan pandangan kesekeliling.Grace tengah membungkuk dengan kedua tangan yang bertopang pada kedua lututnya. Napasnya masih memburu sejak mobil yang dikemudikan Marvel dengan ugal-ugalan kini berhenti tepat di sebuah parkiran hotel. Laki-laki yang sudah keluar lebih dulu dari mobil itu menempelkan ponselnya di telinga."Halo Bos! Kami sudah berhasil mengecoh mereka.""Bagus. Setelah itu, lo harus cepat lepas dari mereka. Saat ini bukan waktu yang tepat meladeni sampah-sampah itu.""Baik Bos, laksanakan!"Marvel mematikan sambungan telephon dengan Jhoven. Dia menoleh pada Grace dan menarik lengan perempuan itu membawanya kembali masuk ke dalam mobil. Grace mendesah lelah kala sudah duduk manis di dalam mobil baru itu tepat di samping Marvel. Matanya memejam dengan sebelah tangannya yang memijit pelipisnya."Kamu gak berniat menyetir seperti Lewis Hamilton lagi, bukan? As
Di dalam ruangan yang didominasi warna putih itu, Marvel menggenggam lembut telapak tangan Grace yang terkulai lemas. Maniknya tidak lepas barang sedetikpun dari wajah pucat dengan mata yang terpejam damai itu. Sesekali jemarinya bergerak mengusap lembut punggung tangan yang tengah terpasang selang infus di genggamannya. Pikirannya kembali dihantui rasa takut yang dulu pernah melingkupi dirinya. Rasa takut akan kehilangan orang yang dia cintai. Tidak. Marvel tidak sanggup kalau harus kehilangan Grace. Hanya perempuan ini satu-satunya yang berharga dalam hidupnya saat ini.Persetan bagaimana dirinya kehilangan kewaspadaannya akibat perasaan yang sedang memenuhi hatinya. Marvel sungguh tidak peduli. Dia hanya peduli pada cintanya pada Grace yang semakin hari semakin kuat. Memang bukan sekedar mitos bahwa cinta dapat membuat seseorang menjadi lemah.Dan sekarang yang dipikirkan Marvel hanya satu ...Kapan pacarnya yang terbaring di depannya ini akan bangun?Sudah te
Marvel menurut. Mendorong kursi roda Grace menuju taman mansion yang barusan ditunjuk perempuan itu."Di sini?" Grace mengangguk antusias"Ambilkan itu!" perintah Grace sembari menunjuk sesuatu yang berada tak jauh dari mereka.Marvel berjalan untuk memetik bunga berwarna pink dan memberikannya pada Grace."Hei, kenapa kamu petik?! Bukan ini yang kumau, tapi itu ..." Marvel menghela napas lalu menoleh ke arah yang ditunjuk Grace.Dia berjalan kembali ke tempat yang ditunjuk Grace. Kenapa dia mau-mau saja diperintah perempuan ini."Ini?" tanya Marvel dengan jemari yang siap memetik bunga lain yang berwarna merah."Bukan! Itu loh ...""Yang ini?""Ih, siapa sih yang mau bunga?! Batu itu, aku mau batu itu!" ucap Grace kesal karena Marvel tidak juga paham apa yang dimintanya. Marvel mengeryit."Batu? Ini?" tanya Marvel sembari mengangkat batu imitasi berwarna krem yang dibalas anggukan dan lambaian tangan Grace yang meminta benda ditanga
Namun, setelah itu Grace sadar di luar sana sudah ada penembak suruhan Marvel saat sebuah peluru melesat menyerempet lengan Alberto. Hanya menyerempet, dan Grace yakin memang disengaja seperti itu."Bagaimana Mister D? Belum mengaku kalah?""Dalam mimpimu Mister Marvel!"Marvel menyeringai kala menatap Alberto yang sudah bersimpuh didepan kakinya juga Cotto dan Cedrick di sebelahnya. Mereka sudah kalah. Mereka yang semula ingin menjebak Marvel justru terjebak sendiri dengan rencana mereka. Nyatanya, ketenaran Marvel di Indonesia sebagai presdir paling cerdik bukanlah bualan semata, dan Cotto kini mengakuinya."Ini surat perjanjiannya bos!" ucap Jhoven seraya mengangsurkan sebuah map kepada Marvel yang kemudian dilemparkan oleh laki-laki Kim itu tepat ke depan Alberto."Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan bukan?" Mendengar perkataan Marvel, Alberto hanya dapat menggeram menahan emosinya.Tidak ada yang bisa ia lakukan selain segera menandatangani surat
"Aku merindukanmu."Suara berat dari Gio yang langsung merebahkan dirinya di samping Grace. Perempuan sempat terkejut mendengarnya, tetapi dia menepis pikiran tidak masuk akal itu dari pikirannya dan mencoba untuk tertawa menanggapinya."Apa yang kamu rindukan?" Grace melontarkan pertanyaan itu dengan suara pelan, berusaha agar apa yang dia tanyakan itu tidak terdengar di telinga seseorang yang mengenakan sweater navy di ujung sana yang sedang menatapinya dengan tatapan tajam."Steak pesananmu," jawab Gio dengan langsung yang membuat Grace spontan tertawa mendengarnya.Ada perasaan lega di dalam hatinya ketika mendengar ucapan Gio itu."Fish cake tadi tidak mengenyangkan," keluh Gio dengan manjanya sembari menyandarkan kepalanya di sofa hitam di kantor Marvel itu dan memiringkan kepalanya menghadap Grace.Perempuan itu tersenyum mendengar keluhan yang manja dari Gio itu. Sungguh duality dari seorang Gio memang tidak bisa diragukan lagi. Bagaimana bisa dia terlihat
Waktu telah menunjukan pukul 02.14 pm, Grace dengan terpaksa harus menyerah menunggu seseorang yang tidak mengetahui bahwa dirinya ditunggu. Rasa sakit di perut Grace tidak bisa di ajak kompromi. Dia pun memutuskan untuk pulang ke rumah setelah mengucapkan selamat tahun baru kepada Rara dan beberapa staff lainnya yang berada di sana. Ada kesedihan yang dia rasakan ketika menemukan dirinya terbaring tidak berdaya menahan sakit di perutnya. Terlebih malam nanti adalah malam perpisahan tahun. Karenanya, Grace telah mempersiapkan dirinya untuk melewati malam perpisahan tahun ini sendirian. Tidak ada tanda-tanda dari Marvel. Tidak ada rencana dari Marvel untuk menghabiskan akhir tahun bersama.Sembari tiduran di atas ranjangnya yang lebar memegang perutnya yang sakit, Grace bernostalgia dengan kenangan-kenangan akhir tahun yang dulu dia lalui. Dulu, sebulan sebelum malam perpisahan tahun Grace sudah tahu ke mana dia akan pergi dan apa yang akan dia lakukan. Dan dua minggu sebelum ma
Permainan liar Marvel pun dimulai ketika dia mengangkat dress longgar itu dan menarik turun kain berenda yang membalut daerah inti tubuh Grace. Sedangkan dirinya hanya membuka ritsleting dari celananya dan meloloskan batang daging panas miliknya itu tanpa menarik turun celananya. Hawa dingin menerpa tubuh bagian belakang tubuh Grace yang sekarang telah terekspos. Menunggu aksi lanjutan dari Marvel yang mendebarkan. Grace meringis ketika Marvel meremas bagian belakangnya dengan gemas yang kemudian menjilati tangannya dan menggosoknya di lubang milik Grace agar area itu basah sehingga dia bisa dengan mudah menghujamkan batangnya sedalam-dalamnya."Ah, Dad."Grace memanggil nama dari orang yang tengah mengisi penuh dirinya dengan kenikmatan tiada tara dalam satu hentakan.Grace mulai terbiasa dengan kebiasaan Suga yang seperti ini. Dan dia juga menikmatinya. Marvel kemudian menarik batangnya dan kembali menghujamkannya di dalam lubang yang sudah mulai basah itu secara be
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg