“Panggil dia 'ayah' karena dia calon mertuamu,” ujar Andriyan, mengoreksi ucapan Devanda di lorong tadi.
Devanda tampak tak peduli. “Kita belum menikah secara resmi. Dia juga belum resmi menjadi ayah mertuaku,” sahutnya dengan nada acuh tak acuh dan kaku.
Andriyan pun menahan kekesalannya. Dia teringat dengan perkataan Agnes. Apakah benar Andriyan tidak akan tahan hidup selamanya bersama Devanda yang kaku dan membosankan itu jika menjadi istrinya? Bukankah kehidupan pernikahan mereka akan menjadi sangat membosankan?
“Lihatlah penampilan tunangan Anda yang kaku dan membosankan itu.”
“Dia juga anti sosial. Angkuh dan tidak bisa bergaul dengan orang lain.”
“Lebih baik Anda cari perempuan lain sebelum terlambat dan menyesal, Pak.”
Kalau bicara fakta, semua orang yang melihat Andriyan bersanding dengan Devanda pasti akan berkata bahwa Andriyan lebih pantas mendapatkan perempuan yang lebih baik. Bahkan tanpa usaha, Andriyan pun bisa dengan mudah menaklukkan perempuan mana saja yang dia mau. Namun, siapa yang tahu bahwa Devanda yang selama ini mereka remehkan ternyata tidak pernah tertarik dengan Andriyan? Di mata Devanda, Andriyan hanya seperti lalat yang mengusik pandangannya.
Maka siapa yang tidak sakit hati jika dianggap begitu oleh orang yang lebih rendah darinya?
Andriyan tidak tahu apa yang ada di pikiran perempuan itu. Tapi menurutnya, itu hanya cara Devanda untuk mencari perhatian Andriyan.
Andriyan tidak memalingkan pandangannya dari Devanda yang sibuk dengan ponselnya. Ponsel itu satu-satunya hal yang tidak pernah lepas dari pandangan Devanda. Entah apa yang begitu menarik dari situ.
“Hapus bekas lipstik di bibirmu dan rapihkan kerah bajumu kalau kamu tidak ingin ayahmu tahu apa yang baru saja kamu lakukan,” kata Devanda pada Andriyan yang mau masuk ke ruang ayahnya.
Andriyan menuruti kata-kata Devanda. Dia segera menghapus bekas lipstik di bibirnya dan merapikan kerah bajunya. Dia tidak mau ketahuan ayahnya. Dia bisa kena marah besar. Tapi anehnya, kenapa Devanda tampak tenang saja, ya? Apa dia tidak sakit hati dengan kelakuan Andriyan?
“Baiklah, terima kasih.”
Setelah itu, Andriyan melanjutkan langkahnya menuju ruangan ayahnya. Tapi ekspresi Devanda tidak berubah sama sekali.
Dia mengetuk pintu dengan sopan, lalu membukanya. Ayahnya yang sudah tua batuk-batuk karena penyakitnya. Andriyan segera mendekat agar ayahnya tidak berdiri terlalu lama.
“Ayah, aku sudah datang. Duduk saja, jangan berdiri terus. Itu tidak baik untuk kesehatan ayah,” kata Andriyan.
“Ayah baik-baik saja, tidak usah khawatir,” jawab Aji sambil mengikuti Andriyan yang menuntunnya ke sofa. Lalu ia meletakkan tongkat yang biasa ia gunakan untuk berjalan. “Kamu juga duduk.”
“Iya, Ayah.”
Aji menatap lekat anaknya sebelum bicara. Dia sudah mendengar berbagai rumor tentang perselingkuhan putranya. Bahkan suka bermain dengan banyak wanita. Tapi dia memilih diam karena ingin anaknya sadar sendiri atas kesalahannya. “Iyan.”
“Ya, Ayah.”
“Bagaimana hubunganmu dengan Vanda akhir-akhir ini?” Itu pertanyaan pembuka dari ayahnya. Andriyan merasa bersalah. Apalagi baru saja tunangannya memergokinya berciuman dengan wanita lain. Dia bingung hendak menjawab apa, jadi dia memilih untuk diam saja. Matanya pun mengalihkan pandangan.
“Iyan, keluarga kita memang tidak seberpengaruh Keluarga Kusumawirya. Perjodohan kalian terjadi karena Vanda menyukaimu. Ayah tahu alasanmu kuliah magister di luar negeri untuk menunda pernikahan kalian yang seharusnya dua tahun lalu. Kamu tahu kan kalau pernikahan bukan main-main?”
Andriyan masih terdiam dan menunduk.
“Setelah menikah, tidak boleh ada wanita lain selain istrimu. Itu adalah pedoman yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Jangan sampai kamu melanggarnya karena tidak rela untuk menikah.”
“Iyan tidak akan melanggar pedoman keluarga kita, Ayah,” ucap Andriyan segera.
“Sampai mati pun harus setia,” tegas Aji. Keluarga Prakarsastra sangat menghormati tradisi pernikahan. Maka mereka pun punya pemahaman yang lebih konservatif dan ketat tentang rumah tangga. Itu sebabnya tidak pernah ada cerita tentang perceraian atau perselingkuhan dalam sejarah keluarga. Sekali menikah, untuk selamanya.
Pedoman ini cukup menyiksa bagi beberapa pemuda karena mereka harus lebih berhati-hati dalam memilih calon istri. Sebab, peraturan tak tertulis dalam keluarga membuat mereka merasa terkekang. Hal itu membuat Andriyan berpikir bahwa ia harus menikmati hidupnya sebelum menikah, agar tidak menyesal di kemudian hari. Baginya, gaya hidup seperti ini hanya akan menjadi kenangan masa lalu.
"Iyan, kalau kamu ingin membatalkan pertunanganmu dengan Devanda, katakan saja sekarang," ujar Aji.
Ayahnya mengucapkan hal itu dengan serius, membuat Andriyan teringat delapan tahun yang lalu. Saat pertama kali ia bertemu dengan Devanda yang selalu tampak datar. Andriyan yang berusia 19 tahun baru saja lulus SMA dan diterima di universitas favoritnya. Namun, situasinya bertepatan dengan kondisi perusahaan yang sedang krisis. Saudara-saudara Aji, yaitu paman-paman Andriyan, tidak mau membantu karena sibuk dengan kampanye politik mereka.
Acara peluncuran produk baru dari Keluarga Prananta, membuat Aji berkenalan dengan Sakti yang merupakan Kepala Keluarga Kusumawirya. Keluarga yang sangat berpengaruh dan memiliki kedudukan lebih tinggi dari Keluarga Prakarsastra itu disambut hangat oleh Aji. Mereka pun saling memperkenalkan anak-anak mereka.
"Ini dia Andriyan Prakarsastra, putra tunggal saya," kata Aji. Lalu Andriyan menyapa Sakti dengan sopan.
Sakti tersenyum kagum melihat Andriyan yang beretika baik. Kemudian, Sakti memperkenalkan dua anaknya yang memiliki aura sangat berbeda. "Ini dia Devanda Kusumawirya, putri sulung saya dan Delvino Kusumawirya, putra bungsu saya."
"Wah, hebat sekali ya Pak Sakti. Anda memiliki anak yang lengkap, laki-laki dan perempuan. Perpaduan yang luar biasa karena Anda harus memahami bagaimana sifat laki-laki dan perempuan dan bagaimana mendidik mereka."
"Hahaha... begitulah, Pak Aji. Mereka adalah anak-anak yang sangat aktif."
Aji mengamati perbedaan Devanda dan Delvino. Jika Vanda begitu diam, kaku, dan tampak tidak peduli dengan apa pun yang terjadi di sekitar, Vino lebih ceria, ramah, murah senyum, nyaman diajak berbincang, dan atraktif.
"Kalau boleh tahu, perbedaan usia Vanda dan Vino berapa tahun ya, Pak?" tanya Aji karena tidak bisa dilihat dari tinggi badan. Vino yang merupakan laki-laki tentu memiliki tinggi badan lebih dari kakaknya.
"Mereka berjarak tiga tahun, Pak. Vanda 17 tahun dan Vino 14 tahun."
Aji mengangguk paham, mereka pun mulai membincangkan banyak hal hingga menemukan salah satu pernyataan bahwa Sakti ingin membantu Aji mengatasi krisis perusahaannya.
"A-Anda serius, Pak Sakti?" tanya Aji. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Bagaimana mungkin ada orang baik yang tiba-tiba datang untuk membantunya? Ini seperti rezeki tak terduga dari Tuhan.
"Papa," panggil Devanda sambil menarik sedikit kain kemeja Sakti. Otomatis Sakti menoleh dan belum sempat membalas ucapan Aji.
"Iya, Sayang?"
"Aku ingin menikahinya," bisik Devanda.
“Apa?” Sakti merasa tidak percaya dengan permintaan anaknya. Pasti bukan itu yang Devanda maksud, kan?“Vanda ingin menikah dengannya,” ucap Devanda sambil menunjuk ke arah Andriyan.“Dia siapa?” Sakti menoleh ke arah Aji. “Om Aji?”Devanda melotot dan segera menggeleng. “Iyan. Andriyan Prakarsastra.”Andriyan yang sibuk mengedarkan pandang akhirnya kembali menatap Sakti, Aji, dan Devanda dengan tatapan bingung karena mereka memperhatikan dirinya bersamaan. “Saya?”Devanda mengangguk mantap. “Keputusan Vanda sudah bulat, Pa. Vanda harus menikah dengan Iyan.”Sakti masih bingung karena anak perempuannya yang masih bau kencur ini bahkan baru memperoleh KTP tahun ini. Kenapa jadi tiba-tiba sekali ingin menikah dengan laki-laki yang belum mapan maupun jelas masa depannya? Namun, sejak kecil sampai sekarang, Devanda bukan anak yang rewel. Bahkan belum pernah meminta apa pun padanya. Sehingga Sakti sangat terharu karena akhirnya anaknya mengajukan permintaan.“Boleh Papa tahu kenapa Vanda i
“Aku bisa menjelaskan semuanya--”“Saya tidak butuh penjelasan karena saya melihatnya langsung. Jadi, hal tersebut sama sekali tidak menjadi masalah. Kakak tenang saja,” ucap Devanda langsung.Entah mengapa ini membuat Andriyan semakin kesal pada Devanda.“Itu saja?”“Iya--”“KENAPA?!” Emosi Andriyan berhasil tersulut. “Kenapa tidak menjadi masalah? Kenapa aku harus tenang? Marahlah! Marahlah seperti yang seharusnya, kamu layak akan hal itu. Marahlah sepuasmu!”Ekspresi Devanda tidak berubah sedikit pun. Semuanya masih sangat datar dan stabil. Tidak ada yang berubah walau nada bicara Andriyan meninggi padanya. “Kakak, saya sama sekali tidak marah.”Tiba-tiba raut Andriyan berubah. Dia menepuk tangannya satu kali lalu berseru, “Ah, ya! Ini dia! Kamu marah!”“Seperti yang sudah saya katakan, saya tidak marah, Kak.”Andriyan menggeleng dengan mantap. “Nggak! Kamu marah, buktinya kamu nggak mau menemuiku selama 15 hari ini!”“Itu karena saya sakit dan saya tidak ingin Kakak tertular penya
Andriyan yang babak belur di tangan ajudan Jonathan itu menatap Jonathan dengan darah berlumuran di wajah dan tubuhnya. “Apa kamu begitu menyukainya, Kak?”Jonathan mengangkat kedua alisnya sembari menyilangkan kakinya. Pria itu memang sedang duduk santai di pinggir karena tidak ingin repot-repot terkena terik matahari. “Aku? Menyukai si kaku itu?”“Bukankah itu yang membuat Kakak sangat menginginkan Vanda? Hingga merasa sangat kesal karena saya telah merebutnya.”“Pffft!” Jonathan tak kuasa menahan tawa mendengar perkataan konyol adik sepupunya itu. “Hahahah! Menginginkan dan menyukai itu berbeda, Adikku Iyan. Aku memang ingin menikah dengan Devanda, tapi aku tidak mencintainya. Di antara para wanita yang bisa kita nikahi, tidak ada yang memiliki latar belakang dan garis keturunan sesempurna anak itu.”***Andriyan mengepalkan tangannya di tempat. Otomatis tubuhnya ikut berdiri dan menghadap Devanda. “Vanda, dari awal kamu itu aneh.”“Aku?”Entah mengapa, Andriyan merasa lebih nyaman
Awalnya, semuanya tidak begini. Seorang Devanda Kusumawirya bukanlah perempuan kaku, dingin, tidak berekspresi, dan tidak menarik. Dia berubah menjadi sekarang karena melewati banyak hal. Berbagai hal … yang jika dipikirkan oleh nalar manusia, tidak akan pernah bisa dipahami dengan baik.Kehidupan pertama ….“Perempuan macam apa kamu?!”Brak!Tubuh Devanda jatuh terduduk di lantai oleh dorongan mertuanya. Mendengar bentakan dan kalimat jahat dari mertuanya merupakan makanan sehari-hari Devanda. Sepertinya mereka tidak akan pernah puas sampai Devanda benar-benar berakhir.Apa gunanya menjadi satu-satunya perempuan beruntung di negeri ini karena bersanding di sebelah seorang Jonathan Prakarsastra? Kecantikan dan bakat unggul Devanda yang sudah terkenal di mana-mana memang membuatnya begitu populer. Cara duduk, cara bicara, dan cara berpenampilannya hampir selalu menjadi patokan standar kecantikan. Menjadi influencer di usia muda membuat setiap pergerakan dan langkah yang ia ambil menjad
Setelah menikah, aku tidak punya pilihan selain Devanda.Jadi, apakah ini kutukan darinya? Atau mungkin hanya tidak berfungsi sementara?Ya, pasti begitu. Karena tidak mungkin aku … impoten di usia sekarang!Tidak, tenang saja. Itu tidak mungkin.Tapi … sejak hari di mana aku melihat tubuh Devanda yang hanya dililit handuk, setiap kali aku memikirkan perempuan itu, aku jadi … terangsang!Tidak, tidak, tidak bisa begini. Ini pasti hanya tidak berfungsi sementara. Aku yakin itu.Rasel, asisten pribadi Andriyan, terus menatap heran atasannya. Apalagi yang sedang terjadi kepada atasan anehnya ini? Beberapa hari sejak pulang dari rumah tunangannya, dia jadi sering bicara sendiri dan melamun begitu. Seolah ada sesuatu yang tidak beres di dalamnya.“Apa Anda ingin dibawakan minuman atau sesuatu yang menyegarkan, Pak?” tanya Rasel.Andriyan tidak menjawab apa pun dan hanya mengibaskan tangannya agar Rasel tidak mengganggu konsentrasi yang dibangunnya dari tadi.Tak lama kemudian, Devanda data
“Aku merasa … kita belum menyelesaikan percakapan kita mengenai pernikahan,” ucap Devanda.“Apa yang belum selesai?” Andriyan masih ingin tau arah pembicaraan Devanda agar dia tidak salah paham.Tumben Andriyan berhati-hati dalam bicara? Dia seperti memastikan lebih dulu tentang apa yang ingin Devanda bahas. Tidak seperti biasanya. Devanda jadi bingung untuk memulainya. Apalagi tatapan pria itu terlalu intens padanya. “Aku menghargai upaya Kakak untuk menyembunyikan kebenaran. Mungkin Kakak tidak ingin aku sakit hati. Khususnya tentang hal-hal yang Kakak sukai di belakangku. Aku tau Kakak melakukannya demi menjagaku.”Apakah yang saat ini sedang dibicarakan Devanda itu mengenai perselingkuhanku dengan wanita-wanita itu? batin Andriyan.Andriyan menghela napas panjang. “Aku paham yang kamu maksud. Sebagai orang yang memang bersalah di sini, aku memang lebih baik tutup mulut. Tapi sepertinya aku bisa menyebutmu
Devanda menghela napas berat sembari memeluk kedua lututnya sendiri. Dua kali kehidupannya sebelumnya berakhir di usia 25 tahun. Yaitu, 2 bulan lagi dari sekarang.Kata orang-orang, hanya mereka yang telah meninggal yang tahu berapa lama masa hidupnya. Dan begitulah Devanda yang juga mengetahui batas-batas hidupnya yang sekilas dan tidak penting.Dia tau karena dia pernah mati sebelumnya, tetapi pengetahuan yang dia peroleh tidak hanya datang dari kematian. Bagaimana pun, kehidupan pertama dan keduanya yang kembali terulang seolah tidak pernah terjadi itu, bergerak secara berbeda di kehidupan ketiga. Semuanya benar-benar berubah setelah Devanda memutuskan untuk menikahi Andriyan. Seolah bayangan gelap yang akan membelenggunya kapan saja mulai terkikis sedikit demi sedikit.Tapi kenapa? Apa bedanya? Memangnya apa bedanya Andriyan dan Jonathan? Keduanya hanya lelaki hidung belang. Mungkin Andriyan hanya lebih lembut saja dan bisa diatur, tapi karakternya sama saja denga
“Saya sudah mencari taunya, Tuan!” bisik Rasel.Andriyan menatap asistennya itu dengan tatapan ngeri, merinding sekali jika berada di jarak sedekat ini. Kalau memang mau bicara, lebih baik menyisakan jarak satu meter di antara mereka. “Bisakah kamu menjauhkan wajahmu? Mulutmu bau!” seru Andriyan sembari mendorong wajah Rasel.Rasel langsung terjungkal ke belakang. Dia bingung karena sudah dia pastikan kalau tadi dia sudah mandi dengan bersih. Hal ini jadi membuat kepercayaan diri Rasel terjun jatuh ke dasar. Otomatis Rasel menciumi mulutnya sendiri. “Itu sangat menyakiti harga diri saya, Tuan.”Andriyan terkekeh mendengarnya. “Kan aku sudah bilang kalau jaga jarak bicaramu denganku! Aku tidak ingin kembali terungkit skandal orientasi seksualku seperti dulu. Apa kamu lupa kalau wajah kita pernah masuk media?”Bukannya kesal, Rasel malah terkekeh. Lebih baik tuannya itu terkenal lewat skandal seperti itu daripada skan
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
“Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang
“Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D
“Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a