Devanda menghela napas berat sembari memeluk kedua lututnya sendiri. Dua kali kehidupannya sebelumnya berakhir di usia 25 tahun. Yaitu, 2 bulan lagi dari sekarang.
Kata orang-orang, hanya mereka yang telah meninggal yang tahu berapa lama masa hidupnya. Dan begitulah Devanda yang juga mengetahui batas-batas hidupnya yang sekilas dan tidak penting.Dia tau karena dia pernah mati sebelumnya, tetapi pengetahuan yang dia peroleh tidak hanya datang dari kematian. Bagaimana pun, kehidupan pertama dan keduanya yang kembali terulang seolah tidak pernah terjadi itu, bergerak secara berbeda di kehidupan ketiga. Semuanya benar-benar berubah setelah Devanda memutuskan untuk menikahi Andriyan. Seolah bayangan gelap yang akan membelenggunya kapan saja mulai terkikis sedikit demi sedikit.Tapi kenapa? Apa bedanya? Memangnya apa bedanya Andriyan dan Jonathan? Keduanya hanya lelaki hidung belang. Mungkin Andriyan hanya lebih lembut saja dan bisa diatur, tapi karakternya sama saja denga“Saya sudah mencari taunya, Tuan!” bisik Rasel.Andriyan menatap asistennya itu dengan tatapan ngeri, merinding sekali jika berada di jarak sedekat ini. Kalau memang mau bicara, lebih baik menyisakan jarak satu meter di antara mereka. “Bisakah kamu menjauhkan wajahmu? Mulutmu bau!” seru Andriyan sembari mendorong wajah Rasel.Rasel langsung terjungkal ke belakang. Dia bingung karena sudah dia pastikan kalau tadi dia sudah mandi dengan bersih. Hal ini jadi membuat kepercayaan diri Rasel terjun jatuh ke dasar. Otomatis Rasel menciumi mulutnya sendiri. “Itu sangat menyakiti harga diri saya, Tuan.”Andriyan terkekeh mendengarnya. “Kan aku sudah bilang kalau jaga jarak bicaramu denganku! Aku tidak ingin kembali terungkit skandal orientasi seksualku seperti dulu. Apa kamu lupa kalau wajah kita pernah masuk media?”Bukannya kesal, Rasel malah terkekeh. Lebih baik tuannya itu terkenal lewat skandal seperti itu daripada skan
Terlepas aku menginginkan pernikahan ini atau tidak, tapi sejak berusia 19 tahun hingga menjadi 27 tahun seperti sekarang, aku tidak pernah mencoba memikirkan masa depan selain menjadi suami Devanda, batin Andriyan.“Soal kelemahan Vanda, aku hanya penasaran. Tidak ada yang akan aku lakukan meski aku mengetahui itu,” ucap Andriyan.Rasel mengangguk paham. “Emm, Tuan, sepertinya sudah lama Anda tidak mengontrol perusahaan Anda di Bali. Sekiranya kapan Anda akan kembali ke Bali?”“Setelah menikah. Aku akan kembali dan berbulan madu di sana. Untuk ke depannya pun aku akan tinggal di Bali bersama Devanda.”“Jadi Anda berdua akan meninggali rumah masa depan yang sudah dari lama Anda bangun itu, ya?” tanya Rasel karena dia memang paling suka bekerja saat mengikuti Andriyan di Bali.“Benar.”***Suasana satu minggu sebelum pernikahan Andriyan dan Devanda cukup menegangkan. Makan malam hari ini se
“Andriyan, katakan dengan jujur padaku. Apakah saat ini kamu sedang terkena penyakit mematikan yang mengharuskanmu untuk menjalani kehidupan dengan baik dan normal? Sehingga kamu berpikir untuk segera memberikan ayahmu cucu dengan tiba-tiba mempersiapkan pernikahan kilat ini?”“Hentikan, Delvino!”“Apakah kakakku terlihat remeh di matamu?” tanya Delvino lagi. “Hanya karena tampangmu itu, kamu merasa berhak memperlakukan kakakku dengan seenaknya, huh?”Andriyan masih berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat untuk menanggapi Delvino, tetapi ketika melihat Devanda, dia melihat tatapan setajam elang yang terpancar darinya. Sepertinya dia sudah sangat kesal dengan apa yang baru saja disampaikan oleh adiknya. Kini ia menegakkan tubuhnya dan menghadap sang adik. “Delvino, hentikan. Kita tidak boleh memperlakukan tamu seperti ini.”Delvino tampak tidak peduli dengan bagaimana Devanda bereaksi. Dia hanya bersed
“Maaf, Kak Iyan, pasti hari ini kamu merasa lelah karena adikku, kan?”Andriyan yang dari tadi tenggelam oleh pikirannya sendiri langsung mendongak setelah mendengar suara Devanda. “Nggak pa-pa. Toh, memang benar, aku punya banyak celah untuk dijadikan kesalahan. Tapi, kenapa kamu minta maaf?”Devanda mendudukkan dirinya di sebelah Andriyan sembari mengulurkan segelas wine. Di tangan lainnya, Devanda juga memegang miliknya sendiri. “Karena aku merasa bersalah. Kamu tidak perlu memikirkan kata-kata adikku dan lakukan apa pun sesuai keinginanmu.”“Aku sudah melakukan apa pun sesuai keinginanku, secukupnya.”“Aku tau kamu mengumumkan secara sepihak untuk menikah dalam dua minggu lagi. Berkatmu, aku pun juga tidak terlalu repot untuk menyelesaikan segala pernak-pernik yang dibutuhkan dalam pernikahan atau fitting baju. Aku yakin kamu sudah mengusahakan semuanya dengan optimal. Kelihatannya kamu memang melakukan se
“Mau bagaimana pun, pernikahan kita saja sudah konyol. Kamu yang selama ini berkeliaran -untuk menghindari tunanganmu, tiba-tiba mengajak menikah dalam dua minggu. Bukankah itu benar-benar konyol? Jadi, setidaknya kita tidak perlu tertawa.”Andriyan menatap Devanda dengan serius. “Dari awal, aku tidak pernah mengatakan bahwa hal ini konyol. Karena masa depan yang kupikirkan adalah kamu menjadi istriku. Karena itulah aku menciummu. Walau aku tidak mencintaimu, tapi kamu akan segera menjadi satu-satunya wanita yang penting di hidupku.”Andriyan mulai menyadari kesalahannya, tampaknya dia juga sudah kelewatan bertingkah seenaknya. Lain kali, dia harus lebih bisa mengendalikan emosi dalam dirinya. “Maaf karena sudah bersikap tidak sopan. Aku berpikir sembrono karena mengira itu sah-sah saja dilakukan jika kita memiliki hubungan sepenting itu. Aku tidak akan melakukan hal yang tidak kamu suka kok. Kalau kamu merasa tidak nyaman karena kita tidak sa
“Astaga, cantiknya!”Hampir semua orang menutup mulut mereka dan tidak bisa mengalihkan pandangan dari kecantikan Devanda yang sangat tidak manusiawi.“Aku masih tidak percaya meski pun melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!”“Perempuan cantik yang sedang berdansa dengan Pak Andriyan itu … benar-benar adalah Devanda yang kita kenal selama ini?”Andriyan terus mengamati setiap inci diri Devanda. Hari ini perempuan itu sangat bersinar, seperti kelopak bunga yang akhirnya mekar. Sebenarnya apa alasan dirinya sangat menutup diri dan mulai menunjukkan keindahannya hari ini? Apa ini memang sudah menjadi bagian dari rencana Devanda untuk memperlihatkan pada semua orang bahwa dia lebih dari layak bersanding dengan Andriyan?Sekarang, rasanya sangat sepadan. Andriyan tidak melihat tatapan dengki sama sekali karena orang-orang sudah melihat keseimbangan antara Andriyan dan Devanda. Dari segi penampilan, keduanya sangat laya
“Aku lapar. Tidak bisakah aku makan dulu?” tanya Devanda sembari memegangi perutnya.Sejak setengah jam yang lalu, Mayja terus menggeleng. “Tidak boleh! Bagaimana kalau perut Anda membucit? Ini kan malam pertama Anda. Apa Anda tidak merasa tegang sedikit pun?” tanya Mayja, heran karena Devanda masih sempat-sempatnya memikirkan makanan.Kenapa aku harus tegang? Ini saja bukan pernikahan pertamaku, batin Devanda.“Ya memangnya kenapa? Siapa pun yang makan pasti membuncit. Aku manusia, May. Iyan juga pasti akan mengerti dengan kondisiku,” ucap Devanda, masih bersikukuh untuk makan sebelum kembali ke kamarnya.“Anda itu bukan manusia. Jangan berusaha menipu saya ya, Nona. Saya melihat Anda yang terus makan saat acara tadi,” kata Mayja dengan senyuman lebar.Devanda sama sekali tidak mengerti mengapa Mayja jadi berubah seperti ibunya yang sangat ketat akan masalah makan. Padahal mau Devanda makan berapa banyak pun t
Tubuh Andriyan berhenti berjalan. Kalau memang Devanda menginginkannya, itu akan beda cerita.“Kamu menginginkannya?”Devanda sebenarnya tidak tau harus menjawab apa. Dia juga tidak memiliki ketertarikan mendalam pada Andriyan yang membuatnya menginginkan pria itu, tetapi dia sangat yakin bahwa dia menginginkan dan siap dengan malam pertama ini. Toh, setelah Andriyan memasukkan miliknya ke dalam milik Devanda, dia akan segera tertidur lelap. Mereka akan melakukannya dalam waktu singkat seperti yang dulu biasa Jonathan lakukan terhadap Devanda di kehidupan sebelumnya.Langkah Andriyan jadi berbelok mendekati Devanda lagi. Dalam jarak sedekat itu, Andriyan kembali bertanya, “Apa kamu benar-benar menginginkannya?”Suara berat Andriyan dan tatapannya yang begitu lekat membuat tubuh Devanda berdesir. Napas wanita itu mulai melambat karena gugup. “I—iya.”“Kamu tidak terpaksa atau merasa ini merupakan kewajiban?&rdqu
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
“Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang
“Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D
“Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a