Share

7. Menganggu Pikiran

Author: hi.shenaaa
last update Last Updated: 2024-06-07 12:59:32

Setelah menikah, aku tidak punya pilihan selain Devanda.

Jadi, apakah ini kutukan darinya? Atau mungkin hanya tidak berfungsi sementara?

Ya, pasti begitu. Karena tidak mungkin aku … impoten di usia sekarang!

Tidak, tenang saja. Itu tidak mungkin.

Tapi … sejak hari di mana aku melihat tubuh Devanda yang hanya dililit handuk, setiap kali aku memikirkan perempuan itu, aku jadi … terangsang!

Tidak, tidak, tidak bisa begini. Ini pasti hanya tidak berfungsi sementara. Aku yakin itu.

Rasel, asisten pribadi Andriyan, terus menatap heran atasannya. Apalagi yang sedang terjadi kepada atasan anehnya ini? Beberapa hari sejak pulang dari rumah tunangannya, dia jadi sering bicara sendiri dan melamun begitu. Seolah ada sesuatu yang tidak beres di dalamnya.

“Apa Anda ingin dibawakan minuman atau sesuatu yang menyegarkan, Pak?” tanya Rasel.

Andriyan tidak menjawab apa pun dan hanya mengibaskan tangannya agar Rasel tidak mengganggu konsentrasi yang dibangunnya dari tadi.

Tak lama kemudian, Devanda datang. Acara makan malam bersama ini memang sudah rutin dijadwalkan jauh hari bersama keluarga inti Andriyan dan Devanda. Ia kira, Devanda tidak akan datang dengan alasan sakit seperti biasa. Namun begitu mengejutkan ketika perempuan ini datang dan menyapa keluarga.

“Ka—kamu tumben—”

“Kenapa kamu bilang begitu? Bukankah bagus akhirnya Vanda datang? Berhenti mengatakan sesuatu yang tidak jelas, Iyan,” pungkas Aji yang tidak ingin Devanda dipermalukan oleh anaknya itu. Sakti dan Mutiara, orang tua Devanda hanya meringis saja. Penyebab perempuan itu datang hari ini juga karena teriakan Mutiara untuk yang kesekian kali. Anak keras kepalanya itu tampaknya lelah mendengarkan kebisingan ibunya.

“Maafkan Vanda ya, Ji, Nak Iyan,” ucap Sakti.

Mereka pun memulai acara makan bersama ini setelah Devanda mendudukkan diri di sebelah Andriyan. Sial sekali bagi Andriyan sebab walau tubuh Devanda tertutup, dia terus kepikiran dengan apa yang dia lihat waktu itu. Kehadiran Devanda benar-benar memberikan distraksi pada Andriyan.

“Wajah Kakak terlihat aneh. Apa Kakak sakit?” tanya Devanda sebab raut Andriyan tidak seperti biasanya. Andriyan berusaha mengabaikan Devanda, dia tidak ingin perempuan itu tau kalau dirinya sedang menahan sesuatu.

Apa dia marah? pikir Devanda karena sikap Andriyan tidak seperti biasa.

“Kalau Kakak marah karena saya terlambat, saya minta maaf. Tadi di jalan sangat macet.” Kalau Devanda mendadak formal begini, berarti suasana hatinya sedang membaik.

Andriyan jadi merasa dirinya menjadi terlalu kaku. Mungkin karena dia juga masih berusaha menyesuaikan diri dengan keberadaan Devanda. “Ti-tidak, aku tidak marah.”

Selama makan malam, Aji, Sakti, dan Mutiara sibuk berbincang sendiri. Sebenarnya itu juga cara mereka untuk memberikan ruang kepada Andriyan dan Devanda. Sebab tampaknya keduanya membutuhkan ruang lebih luas agar semakin dekat sebelum pernikahan dilaksanakan.

“Maaf kalau perkataan saya beberapa waktu lalu mungkin sudah menyakiti Kakak.”

“Uhuk-uhuk!”

Sebenarnya, apa Devanda berniat untuk membuat Andriyan tidak dapat menikmati makanannya sendiri? Perempuan itu tiba-tiba membicarakan situasi hari itu. Padahal sejak hari itu, Andriyan tidak bisa lagi tidur dengan nyenyak. Devanda selalu mendatangi mimpinya seperti terror. Bedanya, di dalam mimpi, Devanda membuka tangan lebar untuk menyambut Andriyan dengan senyuman lebar.

“Apa aku sudah pernah bilang kalau aku tidak pernah nyaman dengan caramu bicara padaku?” Itu yang malah Andriyan katakan.

“Cara bicara?” tanya Devanda yang tidak paham.

Andriyan mengambil garpu lalu menusukkan pada potongan buah melon yang tak jauh dari piring mereka. Ia arahkan garpu itu ke depan Devanda. “Berhenti berbicara formal padaku dan panggil aku dengan santai. Kita terlihat seperti rekan kerja, bukan tunangan.”

Devanda memperhatikan baik-baik melon itu. Kalau dipikir-pikir, memang Devanda yang terlihat canggung pada Andriyan. Padahal mereka sudah bertunangan, tapi hubungan mereka tidak begitu akrab. Demi menghindari hal-hal menyebalkan di masa depan, lebih baik Devanda turut bekerja sama agar pernikahan ini segera diadakan dan dia segera bercerai. 

“Baiklah.” Kemudian Devanda menerima suapan dari Andriyan dengan agresif. “Terima kasih, Iyan.”

Andriyan mati-matian menahan ekspresinya. Ia menelan salivanya sendiri kala melihat bagaimana Devanda menerima suapannya. Ini … tidak seperti biasanya dan entah mengapa tubuh Andriyan jadi panas. Devanda benar-benar seksi saat menerima suapannya.

Apalagi saat memanggil namanya begitu saja. Andriyan tidak menyangka bahwa namanya bisa terdengar semanis itu.

Tu—tunggu! Apa maksud pikiran Andriyan? Devanda manis? Omong kosong!

“Kenapa ….”

Andriyan hendak melirik Devanda yang bicara, tapi tubuhnya tertahan ketika wajah dan tubuh Devanda mendekat begitu intens padanya. Tangan wanita itu bahkan terulur hingga meraba pipi Andriyan. “… pipimu sangat merah hari ini? Apa kamu sakit?”

“Hah?”

“Ada apa, Vanda?” tanya Sakti ketika melihat Devanda yang mendekatkan tubuhnya pada Andriyan.

“Iyan sepertinya sakit, Pa.”

“Apa itu benar, Iyan?” tanya Aji yang baru tau kalau kondisi anaknya sedang tidak enak badan.

“Tidak, Iyan baik-baik saja kok.” Andriyan menjauhkan tangan Devanda darinya. “Aku baik-baik saja, Vanda. Tenanglah dan habiskan makananmu.”

Andriyan dan Devanda tampak masih berdebat perkara kondisi Andriyan. Orang tua mereka jadi mengulum senyum melihat kedekatan mereka. Tampaknya ada yang hubungannya menjadi lebih akrab. Ini adalah hal yang bagus, mengingat mereka sudah 8 tahun bertunangan. Mungkin tahun ini akan menjadi waktu yang tepat untuk mereka melangsungkan pernikahan. Toh, umur keduanya sudah matang. Andriyan yang berusia 27 tahun dan Devanda yang 2 bulan lagi berusia 25 tahun.

“Vanda, sebenarnya apa yang sudah terjadi denganmu? Hari ini kamu lebih cerewet dari biasanya,” ucap Andriyan.

Devanda mengangkat kedua alisnya. Ia bahkan tidak menyadari hal tersebut.

Benarkah? Apakah aku terlalu banyak bicara? Tapi kenapa? Biasanya aku tidak begini. Apa karena aku merasa menjadi lebih santai dengan Iyan? pikir Devanda.

Devanda menarik napas dalam-dalam. Dia sudah memikirkan hal ini sejak beberapa hari berada di rumah saja. “Iyan, sepertinya kita perlu membicarakan sesuatu.”

“Apa?”

“Tentang rencana pernikahan kita.” Devanda mendongak untuk menatap Aji, Sakti, dan Mutiara. “Boleh kan Om, Papa, Mama?”

“Silakan. Kami akan menunggu kalian di sini.”

Devanda pun beranjak lebih dulu dari kursinya dan keluar dari ruang makan. Saat ini mereka memang sedang berada di rumah Aji, rumah yang juga ditinggali Andriyan dari kecil sampai sekarang. Tapi kalau rumah pribadi Andriyan di masa depan, itu bukan di sini melainkan di Bali.

“Mau bicara di mana?” tanya Andriyan, karena dia juga tidak tau apa yang ingin dibahas Devanda. “Mau ke taman?”

Devanda mengalihkan pandangannya sebentar. “Sepertinya itu terlalu terbuka. Aku membutuhkan privasi untuk kita.”

Andriyan mengangguk patuh. “Kalau begitu ayo ke kamarku.”

Ini akan menjadi kali pertama Devanda mendatangi kamar laki-laki asing dalam hidupnya. Dua kali kehidupannya yang dulu, hanya kamar Jonathan yang pernah ia datangi. Cukup menakjubkan kali ini, sebab setelah ia memasukkan Andriyan ke dalam hidupnya, takdirnya bersama Jonathan seolah terputus begitu saja. Padahal dulu, mau dia kabur sampai ke ujung dunia, ia pasti akan dipersatukan dengan Jonathan.

Dari balik punggung Andriyan yang besar, Devanda menatapnya penuh tanya. Sebenarnya ada apa dengan Andriyan? Apa istimewanya laki-laki ini sampai semesta seperti menuntunnya dengan baik untuk bersama pria ini.

“Selamat datang di kamarku,” ucap Andriyan, mempersilakan Devanda.

Pandangan Devanda mengedar. Kamar ini memiliki sirkulasi udara yang baik. Devanda merasa segar dan nyaman di sini. “Kamarmu bagus,” ucap Devanda.

Seperti kamar anak laki-laki pada umumnya. Dindingnya berwarna abu-abu dipadu putih dan dipenuhi beberapa hal. Salah satu yang membuat Devanda salah fokus ialah keberadaan gitar. Apa Andriyan bisa memainkannya? Devanda baru tau. Sepertinya banyak hal yang memang Devanda tidak tau soal Andriyan.

“Aku tidak punya sofa kamar seperti yang ada di kamarmu. Jadi, kamu bisa duduk di pinggir kasurku.”

Devanda menurut dan duduk di pinggir kasur Andriyan, sementara Andriyan menggunakan kursi belajarnya untuk dudu menghadap Devanda. “Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan?”

Related chapters

  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   8. Pernikahan Macam Apa ini?

    “Aku merasa … kita belum menyelesaikan percakapan kita mengenai pernikahan,” ucap Devanda.“Apa yang belum selesai?” Andriyan masih ingin tau arah pembicaraan Devanda agar dia tidak salah paham.Tumben Andriyan berhati-hati dalam bicara? Dia seperti memastikan lebih dulu tentang apa yang ingin Devanda bahas. Tidak seperti biasanya. Devanda jadi bingung untuk memulainya. Apalagi tatapan pria itu terlalu intens padanya. “Aku menghargai upaya Kakak untuk menyembunyikan kebenaran. Mungkin Kakak tidak ingin aku sakit hati. Khususnya tentang hal-hal yang Kakak sukai di belakangku. Aku tau Kakak melakukannya demi menjagaku.”Apakah yang saat ini sedang dibicarakan Devanda itu mengenai perselingkuhanku dengan wanita-wanita itu? batin Andriyan.Andriyan menghela napas panjang. “Aku paham yang kamu maksud. Sebagai orang yang memang bersalah di sini, aku memang lebih baik tutup mulut. Tapi sepertinya aku bisa menyebutmu

    Last Updated : 2024-06-08
  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   9. Menghitung Hari

    Devanda menghela napas berat sembari memeluk kedua lututnya sendiri. Dua kali kehidupannya sebelumnya berakhir di usia 25 tahun. Yaitu, 2 bulan lagi dari sekarang.Kata orang-orang, hanya mereka yang telah meninggal yang tahu berapa lama masa hidupnya. Dan begitulah Devanda yang juga mengetahui batas-batas hidupnya yang sekilas dan tidak penting.Dia tau karena dia pernah mati sebelumnya, tetapi pengetahuan yang dia peroleh tidak hanya datang dari kematian. Bagaimana pun, kehidupan pertama dan keduanya yang kembali terulang seolah tidak pernah terjadi itu, bergerak secara berbeda di kehidupan ketiga. Semuanya benar-benar berubah setelah Devanda memutuskan untuk menikahi Andriyan. Seolah bayangan gelap yang akan membelenggunya kapan saja mulai terkikis sedikit demi sedikit.Tapi kenapa? Apa bedanya? Memangnya apa bedanya Andriyan dan Jonathan? Keduanya hanya lelaki hidung belang. Mungkin Andriyan hanya lebih lembut saja dan bisa diatur, tapi karakternya sama saja denga

    Last Updated : 2024-06-08
  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   10. Rasa Penasaran

    “Saya sudah mencari taunya, Tuan!” bisik Rasel.Andriyan menatap asistennya itu dengan tatapan ngeri, merinding sekali jika berada di jarak sedekat ini. Kalau memang mau bicara, lebih baik menyisakan jarak satu meter di antara mereka. “Bisakah kamu menjauhkan wajahmu? Mulutmu bau!” seru Andriyan sembari mendorong wajah Rasel.Rasel langsung terjungkal ke belakang. Dia bingung karena sudah dia pastikan kalau tadi dia sudah mandi dengan bersih. Hal ini jadi membuat kepercayaan diri Rasel terjun jatuh ke dasar. Otomatis Rasel menciumi mulutnya sendiri. “Itu sangat menyakiti harga diri saya, Tuan.”Andriyan terkekeh mendengarnya. “Kan aku sudah bilang kalau jaga jarak bicaramu denganku! Aku tidak ingin kembali terungkit skandal orientasi seksualku seperti dulu. Apa kamu lupa kalau wajah kita pernah masuk media?”Bukannya kesal, Rasel malah terkekeh. Lebih baik tuannya itu terkenal lewat skandal seperti itu daripada skan

    Last Updated : 2024-06-09
  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   11. Terobsesi

    Terlepas aku menginginkan pernikahan ini atau tidak, tapi sejak berusia 19 tahun hingga menjadi 27 tahun seperti sekarang, aku tidak pernah mencoba memikirkan masa depan selain menjadi suami Devanda, batin Andriyan.“Soal kelemahan Vanda, aku hanya penasaran. Tidak ada yang akan aku lakukan meski aku mengetahui itu,” ucap Andriyan.Rasel mengangguk paham. “Emm, Tuan, sepertinya sudah lama Anda tidak mengontrol perusahaan Anda di Bali. Sekiranya kapan Anda akan kembali ke Bali?”“Setelah menikah. Aku akan kembali dan berbulan madu di sana. Untuk ke depannya pun aku akan tinggal di Bali bersama Devanda.”“Jadi Anda berdua akan meninggali rumah masa depan yang sudah dari lama Anda bangun itu, ya?” tanya Rasel karena dia memang paling suka bekerja saat mengikuti Andriyan di Bali.“Benar.”***Suasana satu minggu sebelum pernikahan Andriyan dan Devanda cukup menegangkan. Makan malam hari ini se

    Last Updated : 2024-06-09
  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   12. Tertekan

    “Andriyan, katakan dengan jujur padaku. Apakah saat ini kamu sedang terkena penyakit mematikan yang mengharuskanmu untuk menjalani kehidupan dengan baik dan normal? Sehingga kamu berpikir untuk segera memberikan ayahmu cucu dengan tiba-tiba mempersiapkan pernikahan kilat ini?”“Hentikan, Delvino!”“Apakah kakakku terlihat remeh di matamu?” tanya Delvino lagi. “Hanya karena tampangmu itu, kamu merasa berhak memperlakukan kakakku dengan seenaknya, huh?”Andriyan masih berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat untuk menanggapi Delvino, tetapi ketika melihat Devanda, dia melihat tatapan setajam elang yang terpancar darinya. Sepertinya dia sudah sangat kesal dengan apa yang baru saja disampaikan oleh adiknya. Kini ia menegakkan tubuhnya dan menghadap sang adik. “Delvino, hentikan. Kita tidak boleh memperlakukan tamu seperti ini.”Delvino tampak tidak peduli dengan bagaimana Devanda bereaksi. Dia hanya bersed

    Last Updated : 2024-06-10
  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   13. Dalam Lamunan

    “Maaf, Kak Iyan, pasti hari ini kamu merasa lelah karena adikku, kan?”Andriyan yang dari tadi tenggelam oleh pikirannya sendiri langsung mendongak setelah mendengar suara Devanda. “Nggak pa-pa. Toh, memang benar, aku punya banyak celah untuk dijadikan kesalahan. Tapi, kenapa kamu minta maaf?”Devanda mendudukkan dirinya di sebelah Andriyan sembari mengulurkan segelas wine. Di tangan lainnya, Devanda juga memegang miliknya sendiri. “Karena aku merasa bersalah. Kamu tidak perlu memikirkan kata-kata adikku dan lakukan apa pun sesuai keinginanmu.”“Aku sudah melakukan apa pun sesuai keinginanku, secukupnya.”“Aku tau kamu mengumumkan secara sepihak untuk menikah dalam dua minggu lagi. Berkatmu, aku pun juga tidak terlalu repot untuk menyelesaikan segala pernak-pernik yang dibutuhkan dalam pernikahan atau fitting baju. Aku yakin kamu sudah mengusahakan semuanya dengan optimal. Kelihatannya kamu memang melakukan se

    Last Updated : 2024-06-10
  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   14. Alasan Konyol

    “Mau bagaimana pun, pernikahan kita saja sudah konyol. Kamu yang selama ini berkeliaran -untuk menghindari tunanganmu, tiba-tiba mengajak menikah dalam dua minggu. Bukankah itu benar-benar konyol? Jadi, setidaknya kita tidak perlu tertawa.”Andriyan menatap Devanda dengan serius. “Dari awal, aku tidak pernah mengatakan bahwa hal ini konyol. Karena masa depan yang kupikirkan adalah kamu menjadi istriku. Karena itulah aku menciummu. Walau aku tidak mencintaimu, tapi kamu akan segera menjadi satu-satunya wanita yang penting di hidupku.”Andriyan mulai menyadari kesalahannya, tampaknya dia juga sudah kelewatan bertingkah seenaknya. Lain kali, dia harus lebih bisa mengendalikan emosi dalam dirinya. “Maaf karena sudah bersikap tidak sopan. Aku berpikir sembrono karena mengira itu sah-sah saja dilakukan jika kita memiliki hubungan sepenting itu. Aku tidak akan melakukan hal yang tidak kamu suka kok. Kalau kamu merasa tidak nyaman karena kita tidak sa

    Last Updated : 2024-06-11
  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   15. Apakah Kamu Manusia?

    “Astaga, cantiknya!”Hampir semua orang menutup mulut mereka dan tidak bisa mengalihkan pandangan dari kecantikan Devanda yang sangat tidak manusiawi.“Aku masih tidak percaya meski pun melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!”“Perempuan cantik yang sedang berdansa dengan Pak Andriyan itu … benar-benar adalah Devanda yang kita kenal selama ini?”Andriyan terus mengamati setiap inci diri Devanda. Hari ini perempuan itu sangat bersinar, seperti kelopak bunga yang akhirnya mekar. Sebenarnya apa alasan dirinya sangat menutup diri dan mulai menunjukkan keindahannya hari ini? Apa ini memang sudah menjadi bagian dari rencana Devanda untuk memperlihatkan pada semua orang bahwa dia lebih dari layak bersanding dengan Andriyan?Sekarang, rasanya sangat sepadan. Andriyan tidak melihat tatapan dengki sama sekali karena orang-orang sudah melihat keseimbangan antara Andriyan dan Devanda. Dari segi penampilan, keduanya sangat laya

    Last Updated : 2024-06-11

Latest chapter

  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   210

    Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi

  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   209

    Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi

  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   208

    “Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini

  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   207

    “Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini

  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   206

    “Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini

  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   205

    “Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod

  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   204

    “Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang

  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   203

    “Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D

  • Obsesi Cinta Pemain Wanita   202

    “Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status