Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung.
Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka.
Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya.
"Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu.
Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya.
"Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan.
Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona.
"Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal.
Mitha memukul bahu sang suami. "Tidak boleh!" sahutnya sambil melenggang pergi.
"Pelit!" keluh Handaru yang langsung memasang wajah cemberut. Dia tersenyum menatap Mitha yang semakin hari semakin cantik saja.
Rasanya seperti mimpi, kini dirinya bisa benar-benar memiliki Mitha. Wanita yang memang sejak pertama kali melihatnya sudah membuat Handaru jatuh hati. Setelah melalui proses panjang hingga jatuh bangun Handaru berjuang mendapatkan hati Mitha, kini wanita yang menjadi tambatan hatinya itu sudah benar-benar utuh dia miliki. Hanya dirinya. Bukan orang lain.
Sementara itu di dalam kamar mandi, Mitha berdiri dibalik pintu kamar mandi dengan debaran kencang di dadanya.
Hingga setelahnya, satu titik air mata wanita itu mengalir di pipi.
Apa yang harus aku lakukan?
Aku tidak mungkin membohongi suamiku sendiri akan keadaanku saat ini?
Gumam Mitha dalam hati.
Kenyataan bahwa kini dirinya sudah tidak virgin terlebih dengan adanya sebuah benih yang tumbuh dalam rahimnya saat ini, membuat Mitha sangat frustasi.
Sungguh bukan hal yang mudah untuk dilalui ketika Mitha mendapati dirinya terbangun dalam keadaan tubuh tanpa busana di dalam sebuah hotel bersama seorang lelaki yang tak dia kenal.
Mitha yang sejauh ini tak pernah terlibat dalam pergaulan bebas karena dirinya sangat menjaga harga diri dan nama baik keluarganya memang sangat teliti dalam memilih pergaulan apalagi dengan seorang pria. Itulah sebabnya, Mitha sering menjadi bahan ejekan para sahabatnya karena sampai detik dirinya hendak menikah, Mitha bahkan belum pernah berciuman dengan seorang lelaki manapun, termasuk dengan Handaru, calon suaminya.
Mitha benar-benar selektif dalam menjalin hubungan dekat dengan lelaki manapun, itulah sebabnya teman lelaki Mitha bisa terhitung jari.
Cukup lama Mitha terdiam menatap pantulan wajahnya di cermin, masih di dalam kamar mandi.
Dia benar-benar bingung, kalut, takut dan sedih.
Harusnya, malam pertama pengantinnya dengan Handaru adalah malam yang paling istimewa seumur hidup Mitha setelah sebelumnya dia berjuang keras untuk mempertahankan mahkota sucinya sebagai seorang perempuan karena ingin mempersembahkan hal itu untuk suaminya kelak, lelaki yang dia cintai. Tapi, hal itu kini hanya harapan semu.
Mitha telah kehilangan keperawanannya dalam keadaan yang bahkan dia tidak ketahui alurnya.
Bagaimana awalnya dan kenapa dirinya bisa sampai ada di dalam kamar hotel itu, Mitha benar-benar tidak tahu. Dan mengenai siapa sebenarnya lelaki brengsek yang sudah menodainya itu, Mitha juga tidak tahu. Dia hanya tahu sebatas wajah ketika dirinya melihat lelaki itu dengan leluasa memeluk tubuhnya yang polos.
Sejauh ini tak ada satu orang pun yang mengetahui tentang kejadian malam itu termasuk mengenai dirinya yang kini berbadan dua selain Eren sahabatnya. Mitha sengaja menyembunyikannya karena dia tidak ingin aib ini menghancurkan segalanya. Jika sampai orang lain tahu, bukan hanya Mitha yang malu tapi keluarganya pun akan terbawa imbasnya. Mitha hanya tak ingin penyakit jantung yang diderita sang Papah kumat akibat tak kuat menanggung malu. Belum lagi dengan pihak keluarga Handaru dan Handaru sendiri...
Jika sudah mengingat semua itu, Mitha pasti merasa kepalanya serasa mau pecah.
Wanita pemilik wajah berbentuk oval itu kembali menatap wajahnya di depan cermin seraya berkata dalam hati.
Malam ini, Handaru harus tahu yang sebenarnya.
Aku tidak mungkin menyimpan rahasia ini karena pasti Handaru akan mengetahuinya sendiri.
Setelah meyakinkan segenap hati dan mengumpulkan keberanian, akhirnya Mitha keluar dari kamar mandi setelah aktifitasnya selesai. Dia menghampiri Handaru yang sedang rebahan di atas ranjang sambil menonton TV.
Mitha merangkak dan menjatuhkan kepalanya di atas dada bidang Handaru yang shirtless.
Handaru membelai rambut panjang Mitha yang wangi dan masih basah. Sesekali dikecupnya lembut ubun-ubun kepala sang istri.
"Rambut kamu harum sekali," ucap Handaru ditengah keintiman mereka.
Mitha tersenyum tipis.
"Mas,"
"Ya,"
Mitha menegakkan tubuhnya dan menatap ke wajah tampan Handaru. "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,"
"Apa? Katakan saja," tanya Handaru dengan tatapannya yang masih fokus ke layar televisi.
"Ini hal penting! Matikan dulu TVnya," perintah Mitha yang langsung merampas remot TV di tangan sang suami.
Handaru menatap Mitha dengan wajah penuh tanya. Sebelah tangannya merayap ke atas paha Mitha yang terekspos dan mengelusnya pelan.
"Kenapa wajahmu tegang sekali?" goda Handaru dengan senyuman mesum. "Kamu takut?"
"Mas!"
Handaru tertawa saat wajahnya yang hendak mendekati wajah Mitha malah ditepis oleh jemari lentik Mitha.
"Memangnya hal apa sih yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya tidak sabar.
Mitha mengulum bibir dengan kepalanya yang tertunduk dalam.
Handaru menyentuh dagu Mitha dan mengangkat wajah dihadapannya itu supaya bisa dia tatap dengan penuh cinta.
"Katakan Mitha, ada apa?"
"Janji dulu kamu tidak akan marah," ucap Mitha dengan suara gemetar. Dia benar-benar takut.
"Memangnya aku pernah marah padamu selama kita saling kenal?"
"Tidak,"
"Yasudah. Katakan saja,"
"Hm, a-aku... Aku... Aku sedang hamil, empat minggu,"
Deg!
Seperti ada sebuah palu godam raksasa yang menghantam dadanya, ketika dia mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Mitha.
Handaru menggeleng pelan lalu tertawa hambar. "Leluconmu tidak lucu," ujarnya tak percaya.
Mitha meraih kedua tangan Handaru dan menggenggamnya erat.
"Aku tidak sedang bercanda, Mas. Aku serius. Aku hamil dan aku tidak tahu siapa Ayah dari anak ini," Mitha mulai menangis.
Dan air mata yang meleleh di wajah Mitha telah memperjelas semuanya.
Ekspresi Handaru yang tadinya lembut kian berubah dingin. Bahkan dengan sentakan kasar dia menarik ke dua tangannya dari genggaman Mitha. Lelaki itu berdiri sambil berkacak pinggang dan membelakangi Mitha.
"Bagaimana bisa ini terjadi? Aku pikir... Aku pikir selama ini kamu itu adalah wanita baik-baik yang bisa menjaga kehormatanmu, Mitha!" ucap Handaru setengah berteriak. Lelaki itu terlihat meremas rambutnya dengan ke dua tangan.
"Mas, aku juga tidak mau ini terjadi! Aku sudah diperkosa,"
"LALU KENAPA KAMU TIDAK LAPOR POLISI?" potong Handaru dengan kedua bola mata yang melotot marah. Bahkan suara Handaru terdengar menggelegar kencang, membuat Mitha terkejut. Sebab, sejauh dirinya mengenal Handaru, lelaki itu selalu terlihat baik dan ramah dengan tutur katanya yang lemah lembut.
"Aku malu Mas, aku tidak mau ada orang yang tahu, apalagi Papah. Dokter bilang, jika sampai sekali lagi penyakit jantung Papah kumat, dia bisa meninggal," tangis Mitha pecah saat itu.
Handaru diam. Tapi wajahnya terlihat begitu mengerikan.
Mitha merangkak mendekati Handaru dan berlutut di bawah kaki lelaki itu.
"Maafkan aku Mas. Aku mohon Mas bisa menerima keadaanku dan bersedia merahasiakan hal ini,"
Kedua rahang Handaru mengeras. Dia membungkuk dan menekan kedua rahang Mitha dengan sebelah tangannya.
"Kamu pikir, aku ini tong sampah yang mau menampung barang bekas pakai orang lain? Hah?"
Sungguh, Mitha tak mengenal sosok Handaru yang kini ada dihadapannya.
Detik itu juga, neraka pernikahannya dengan Handaru dimulai.
Sungguh, Mitha mengutuk, lelaki yang telah memperkosanya malam itu!
Siapapun dia, di mana pun dirinya berada, lelaki itu tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dalam hidupnya!
Itu sumpah Mitha!
*****
Penasaran?
Stay tuned terus di Channel Herofah ya...
Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "
BRUGHHH!!! Pintu mobil itu di banting dengan keras oleh si pemilik mobil saat dia baru saja memarkirkan mobil itu secara asal di pelataran parkir club malam elit di daerah kemang, Jakarta. Laki-laki berkemeja putih itu menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku dan melepas beberapa kancing kemeja atasnya karena kerah kemeja itu terasa mencekik lehernya. Dia melangkah tergesa menuju club dan duduk di depan meja bar. "Vodka satu," pesannya pada sang bartender. Bartender bernama Chris itu tersenyum miring saat didapatinya Bos besar telah datang. Seorang laki-laki bernama Alexander Gavin Malik yang selama ini menjadi pelanggan setianya di club. Salah satu pelanggan paling loyal yang pernah di temui oleh Chris. "Siap, Bos!" Chris menyodorkan satu botol Vodka di atas meja bar tepat dihadapan Xander. "Anda terlihat kacau," seru Chris
Seorang wanita berlari tertatih dengan kaki setengah pincang, menyusuri lorong gelap dan sepi. Sesekali dia menoleh ke belakang dengan ekspresi cemas dan takut. Wanita itu terus berlari sekencang dia bisa. "ALIANA! TUNGGU! JANGAN COBA-COBA KABUR DARIKU LAGI ALIANA! JIKA KAMU TIDAK MAU MATI!" Teriak sebuah suara lelaki di ujung lorong. Aliana mempercepat langkahnya saat si laki-laki itu mulai semakin cepat mengejarnya. Setelah berhasil keluar dari lorong gelap itu dan sampai di trotoar pejalan kaki yang cukup ramai oleh lalu lintas dan para pedagang kaki lima, Aliana melihat dua orang polisi yang kebetulan sedang berpatroli di lampu merah. Aliana masih terus berlari dengan susah payah. Sadar bahwa sosok Denis pasti akan terus mengejarnya. Denis tidak akan berhenti meskipun dirinya berlari ke ujung dunia sekalipun. Jadi, satu-satunya cara yang bisa membuatnya selamat d
ENAM TAHUN KEMUDIAN... Dalam sebuah pertarungan pasti hanya akan mengenal dua kata akhir yakni menang dan kalah. Begitu pula halnya dengan bisnis. Para pengusaha sukses tidak melakukan hal yang biasa dilakukan oleh orang biasa. Cara berpikir dan tindak tanduk mereka cenderung aneh bahkan sebagian menganggapnya istimewa. Mereka hanya berbagi cara tanpa menjelaskan pola pikirnya saat menjalankan bisnis. Fakta ini tentu mengejutkan mengingat banyak orang cenderung mengikuti sikap pengusaha saja tanpa tahu bagaimana rahasia dibalik kesuksesan para pengusaha itu dalam mengembangkan bisnisnya. Beda orang, beda cara. Jika kebanyakan pengusaha memakai metode umum dalam membangun bisnisnya lain halnya dengan yang dilakukan oleh seorang pengusaha sukses bernama Alexander Gavin Malik. Dalam dunia bisni
Di sebuah gedung perkantoran elit Jakarta, seorang wanita terlihat lembur bekerja di saat para teman-teman kantornya sudah pulang ke kediaman masing-masing. Besok adalah hari ulang tahun anaknya, dan dia berencana untuk merayakan bersama anaknya di sebuah restoran pizza favorit anaknya. Untuk itu, dia memilih lembur hari ini supaya besok dia bisa meminta izin pulang lebih awal pada sang bos di kantor. "Misch, kamu tidak pulang?" tanya Abdul salah satu karyawan yang bekerja di bagian HRD. "Oh ya, sebentar lagi aku pulang kok, mau menyelesaikan laporan untuk presentasi dulu," sahut Mischa dari balik kubikel meja kerjanya. "Oke deh kalau begitu, aku pulang duluan ya?" kata Abdul lagi. "Oke," Mischa tersenyum seraya mengacungkan ibu jarinya ke arah Abdul. Sepeninggal Abdul, Mischa kembali fokus pada layar komputernya. Laporan ini harus selesai malam ini juga supaya besok
ENAM TAHUN YANG LALU... Begitu mengetahui bahwa pelacur perawan yang tidur dengannya malam itu bukanlah Amanda, Xander langsung mengutus Jarvis untuk mencari tahu siapa perempuan yang sudah berani mempermainkan dirinya. Mami Grace sendiri yang mengatakan bahwa malam itu Amanda tidak mendatangi Xander ke kamarnya karena Amanda mendadak datang bulan. Mami Grace sudah meminta Chris untuk memberitahukan hal itu pada Xander tapi Chris bilang Xander sedang bersama seorang wanita lain dikamarnya ketika Chris hendak memberitahukan perihal Amanda pada Xander. Merasa tak ingin mengganggu kegiatan panas sang Bos besar, Chris pun memilih untuk pergi. Tanpa pernah Chris sangka-sangka kejadian malam itu kini berbuntut panjang. Bukan hanya Mami Grace saja yang menjadi sasaran amukan Xander tapi dirinya
Arsen sudah di pindah ke ruang ICU setelah pendonoran darah yang diberikan Xander untuknya. Dan sejak itu pula, Xander tak kunjung bergeming dari sisi ranjang tempat tidur Arsen. Tatapannya lurus tertuju pada wajah Arsen yang terhalang oleh alat bantu pernapasan. Jarvis pun ada di dalam ruangan itu. Dia berdiri tepat di hadapan Xander duduk. Jarvis sudah tahu apa yang terjadi di sana dan mengurus perihal tes DNA antara Arsen dan Xander. Termasuk menggali informasi mengenai wanita bernama Mischa, Ibunda Arsen. Sedari tadi Jarvis sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, namun keterdiaman Xander dalam perenungannya yang tak sama sekali beralih dari wajah Arsen membuat Jarvis urung menyampaikan maksudnya. Sepertinya, Xander terlihat begitu menghayati tatapannya. Entah apa yang ada dalam pikiran Xander saat itu, tapi yang pasti, ini kali pertama Jarvis dapat melihat adanya sebuah kasih sayang dalam tatapan Xander kepada Arsen kala itu. Dan Jarvis sendiri tak memungkiri, kemiripan fi
Waktu sudah hampir shubuh.Tapi Mischa terus terjaga di sisi ranjang anaknya.Setelah mendapat donor darah dari Xander, Arsen pun telah melewati masa kritisnya. Bocah berumur lima tahun itu kini sudah di pindah ke ruang perawatan kelas tiga. Sebagian alat medis yang terpasang di tubuh Arsen telah dilepas. Hanya menyisakan satu cairan infus di tangan kirinya.Mischa hendak melunasi semua biaya rumah sakit dengan uang tabungan hasil dia bekerja dan hasil penjualan beberapa perhiasan miliknya. Namun ternyata pihak rumah sakit mengatakan bahwa seluruh biaya pengobatan Arsen sudah dilunasi oleh Xander. Dan Mischa berniat untuk mengembalikan uang itu melalui pos nanti. Mischa tidak mau berhutang budi pada siapapun. Apalagi orang itu adalah Xander.Saat ini, Mischa hanya perlu menunggu Arsen sadar.Mischa tak mau melewatinya m
Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "
Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu
Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.
Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.
Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it
Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid
Selang satu bulan sejak penolakan yang dilakukan Mischa pada Xander, silih berganti pihak keluarga datang mengunjungi Mischa. Baik itu Dirga maupun Diana. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Mischa tetap pada pendiriannya semula. Bahkan dengan teganya Mischa justru meminta Xander menceraikannya. Hindun dan Suroto sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mischa pada pihak keluarga Xander yang semakin membuat pihak keluarga merasa miris akan keadaan Mischa saat ini. Terlebih dengan Diana. Dirinya tidak menyangka jika apa yang dia alami dahulu di masa muda kini harus berlanjut menimpa Mischa, sang menantu kesayangannya. Dengan segala daya dan upaya mereka terus berusaha meyakinkan Mischa agar Mischa tidak terus menerus larut dalam rasa traumanya. Namun sayang, semua usaha merega gagal dan tak membuahkan hasil.
Suara Adzan Isya baru saja berkumandang.Seorang wanita dengan perutnya yang membuncit sudah siap dengan mukenanya, dia hendak melaksanakan shalat Isya berjamaah dengan Hindun dan Suroto, kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di atas kursi roda, sementara Hindun berdiri di sampingnya."Allahu Akbar," Suroto memulai takbir pertama tanda shalat telah dimulai.Para makmum mengikuti di belakang.Dalam suasana seperti inilah, hal yang selalu Mischa tunggu-tunggu.Hatinya terasa jauh lebih tenang.Sampai detik ini, Mischa masih terus menerus dihantui bayang-bayang mengerikan sekaligus menjijikan yang pernah dia alami sewaktu di Florida.Semua kejadian buruk yang menimpanya sebelum akhirnya Tuhan menyelamatkannya melalui Mendy.Satu alasan besar yang menjadikan Mischa tidak ingin bertemu Xander dalam keadaannya sekarang, saat dirinya tahu bahwa dia telah mengandung, setelah apa yang sudah dilaluinya di Florida setengah tahun yang lalu.
Selang satu jam kemudian.Xander baru saja mengirim pesan singkat pada Diana bahwa dia akan pulang terlambat.Lelaki itu sudah berada di Club sejak sepuluh menit yang lalu. Xander hanya memesan cocktail dengan kadar alkohol yang sangat sedikit. Dia sudah berjanji pada Mischa untuk tidak mabuk-mabukkan lagi. Dan Xander akan berusaha untuk tetap menepati Janjinya walau tak ada Mischa sekali pun.Xander masih bergelut dengan ponsel pribadinya.Satu hal yang menjadi kebiasaannya saat sedang sendirian, yakni menatap lama wajah Mischa di balik layar ponselnya.Senyuman Mischa seolah menjadikan penyemangat hidupnya kali ini. Meski hanya sebatas gambar saja. Tapi Xander tak pernah bosan menatapnya.Dengan ujung jari telunjuknya, Xander mengusap wajah Mischa yang sedang tersenyum, sangat manis.Di mana kamu berada saat ini, Mischa?