Beranda / Romansa / ONE NIGHT STAND / 6. SURAT DARI ARSEN

Share

6. SURAT DARI ARSEN

Penulis: Herofah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Arsen sudah di pindah ke ruang ICU setelah pendonoran darah yang diberikan Xander untuknya. Dan sejak itu pula, Xander tak kunjung bergeming dari sisi ranjang tempat tidur Arsen.

Tatapannya lurus tertuju pada wajah Arsen yang terhalang oleh alat bantu pernapasan.

Jarvis pun ada di dalam ruangan itu. Dia berdiri tepat di hadapan Xander duduk. Jarvis sudah tahu apa yang terjadi di sana dan mengurus perihal tes DNA antara Arsen dan Xander. Termasuk menggali informasi mengenai wanita bernama Mischa, Ibunda Arsen.

Sedari tadi Jarvis sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, namun keterdiaman Xander dalam perenungannya yang tak sama sekali beralih dari wajah Arsen membuat Jarvis urung menyampaikan maksudnya.

Sepertinya, Xander terlihat begitu menghayati tatapannya. Entah apa yang ada dalam pikiran Xander saat itu, tapi yang pasti, ini kali pertama Jarvis dapat melihat adanya sebuah kasih sayang dalam tatapan Xander kepada Arsen kala itu. Dan Jarvis sendiri tak memungkiri, kemiripan fisik antara Xander dengan Arsen memang bisa dibilang hampir 85 %.

"Kapan Tes DNAnya keluar?" tanya Xander tiba-tiba.

"Sekitar dua minggu ke depan," jawab Jarvis cepat.

"Di mana wanita itu sekarang?" tanya Xander lagi.

"Sepertinya dia masih menunggu di luar, Bos,"

"Informasi apa yang sudah kamu dapatkan sejauh ini?"

Jarvis tampak mengecek sesuatu di ponselnya. "Nama perempuan itu Mischa Priscilia Agatha. Dia ibu tunggal dan saat ini dia bekerja di kantor hotel Butterfly. Dari riwayat hidupnya, sekitar enam tahun yang lalu, dia pernah menjadi karyawan magang di perusahaan kita selama tiga bulan sebelum akhirnya dia menghilang tanpa kabar," terang Jarvis.

"Butterfly?" kerut di kening Xander seketika menjelas begitu nama Butterfly disebut-sebut oleh Jarvis.

"Sejak kapan dia bekerja di sana?" lanjutnya lagi. Sepertinya Xander mulai mendapat sebuah pencerahan atas adanya konspirasi busuk yang telah dilakukan wanita bernama Mischa itu terhadapnya.

"Cukup lama, Bos. Sekitar tiga sampai empat tahun. Ada kemungkinan dia sudah bekerja di sana sejak pulih pasca melahirkan Arsen," jawab Jarvis menyampaikan argumennya dari hasil penyelidikan orang-orang terpercayanya.

Xander tertawa remeh. Jelas sekali, dia pasti kaki tangan Butterfly. Dia pasti mata-mata yang telah dikirim perusahaan laknat itu untuk menghancurkan dirinya.

Xander berdiri angkuh. Amarahnya mulai kembali naik ke permukaan.

"Kirim orang untuk menyelidiki wanita itu lebih lanjut. Aku ingin tahu, sejauh apa dia sudah mengetahui tentang aku selama ini?" ucap Xander sebelum akhirnya dia hendak melangkah keluar dari ruangan ICU. Namun, langkah laki-laki berkemeja putih itu langsung ditahan oleh Jarvis.

"Ada apa?"

Jarvis terlihat kikuk. Sesekali dia menggaruk kepalanya yang bahkan sama sekali tidak gatal.

"Ng, sebenarnya, sejak tadi..." Jarvis menggantung kalimatnya. Dia tertawa salah tingkah.

"Ada apa Jarvis?" ulang Xander tak sabar.

"Sebenarnya, sejak tadi di luar itu ada Nona Mendy sedang menunggu Bos. Dia sudah tahu tentang Arsen, Bos," beritahu Jarvis pada akhirnya.

Xander menghempas napas kasar. Jujur saja, dalam suasana hatinya yang sedang buruk saat ini, seharusnya Mendy tidak terus menerus mengganggunya.

"Apa, harus saya beritahu Nona Mendy bahwa Bos sedang tidak ingin diganggu saat ini?" ucap Jarvis lagi.

"Tak usahlah, aku akan bicara dengannya," Xander tahu, Mendy bukan wanita yang mudah dikelabui. Mendy itu pintar. Itulah sebabnya sampai saat ini Xander belum mampu menemukan setitik kesalahan wanita itu supaya dirinya bisa mendepak Mendy jauh-jauh dari kehidupannya.

Dengan langkah berat, Xander pun keluar dari ruangan ICU itu.

Hingga pada saatnya, tatapan Xander justru langsung tertuju pada sesosok wanita berseragam kantor yang saat itu sedang duduk tepekur di bangku tunggu ruang ICU.

Dia, ibunda Arsen.

*****

Malam itu, begitu mendengar kabar bahwa Xander kini sedang berada di rumah sakit. Mendy langsung meluangkan waktu berharganya untuk singgah ke rumah sakit. Dan bukan hal sulit bagi seorang Mendy untuk mendapatkan informasi mengenai alasan yang membuat kekasihnya kini harus berada di rumah sakit.

Mendy berjalan tergesa menuju ruang ICU tempat di mana Arsen kini dirawat.

Dan saat itu tatapannya tertuju pada seorang wanita yang terduduk lesu di salah satu bangku tunggu di luar ruang ICU.

Mendy berbisik pada asistennya dengan tatapan yang terus tertuju pada Mischa.

"Apa dia orangnya?"

"Ya, dia Ibu Arsen," jawab Trisna sang Asisten.

Tatapan Mendy terlihat remeh bahkan sebuah senyuman sinis terukir di wajah cantik nan rupawannya. Namun, bukan Mendy namanya jika dia tidak bisa menutupi perasaan kesalnya pada sosok Mischa. Bagaimana tidak kesal, jika tiba-tiba ada seorang wanita asing yang dengan begitu berani mengatakan bahwa Ayah dari anak kandungnya adalah Xander, kekasihnya.

Tapi, bagaimana pun juga, kasta wanita itu jelas berbanding terbalik dengannya. Bahkan Mendy bisa mengetahui bahwa Mischa pasti hanya seorang pegawai rendahan yang bahkan tak pantas disebut sebagai pesaingnya. Jadi sepertinya, hanya akan membuang-buang waktu seandainya dia harus memusingkan masalah wanita bernama Mischa itu.

"Permisi Nona, apa anda Ibu Arsen?" tanya Mendy dengan suaranya yang lembut. Dia tersenyum manis dihadapan Mischa.

Mischa terlihat cukup kaget melihat kehadiran seseorang dihadapannya yang begitu tiba-tiba, dan menjadi lebih kaget lagi saat dia tahu kalau orang tersebut adalah Mendy Clarissa, seorang Aktris papan atas yang selama ini seringkali dia saksikan penampilannya di TV bersama Arsen.

Mischa menghapus cepat buliran air matanya dan langsung berdiri disertai senyuman sungkan. Dia hendak bicara namun Mendy sudah mendahuluinya.

"Saya turut prihatin setelah mendengar musibah yang terjadi menimpa Arsen. Terlebih setelah tahu bahwa Arsen adalah salah satu pengunjung di acara konser saya tadi sore," ucap Mendy menjelaskan.

"Maksud Nona?" tanya Mischa yang terlihat kebingungan.

"Ya, sore tadi aku mengisi acara di sebuah konser yang diadakan di hotel di Jakarta dan ada salah satu kru yang mengatakan bahwa dia melihat Arsen di sana. Arsen membawa sepucuk surat untukku, dan foto. Dia memberikannya pada Kru itu. Sepertinya, Arsen adalah salah satu penggemarku, ini surat yang di tulis Arsen untukku. Dan ini fotoku yang sudah aku tanda tangani," Mendy memberikan sepucuk surat kepada Mischa beserta foto dirinya.

Mischa menerima ke dua kertas itu dengan tangan gemetar. "Te-terima kasih..." ucap Mischa lemah. Dia berjalan linglung hendak menemui anaknya di dalam ruang ICU. Pikirannya saat itu benar-benar kacau, hingga dia melupakan sesuatu.

Apa saja yang aku lakukan sampai Arsen pergi jauh tapi aku tidak tahu! Bodoh! Aku memang Ibu yang bodoh!

Mischa terus mengutuki dirinya sendiri.

Dia tahu, kalau sepulang sekolah tadi Arsen memang pamit padanya untuk pergi bermain keluar karena kebetulan pengasuh Arsen hari ini tidak bisa datang ke rumah, jadilah Mischa menitipkan Arsen pada sahabatnya yang juga tetangganya di Rusun. Namun, Lulu, sang sahabat bilang bahwa Arsen hendak mengunjungi paman Diwan. Dia adalah penjual bakso di ruko pinggir jalan yang berada di depan rusun. Dan selama ini, Diwan memang sangat baik pada Mischa dan Arsen.

Tak jarang Arsen menghabiskan waktunya untuk membantu Diwan di warungnya.

Dan Mischa benar-benar tak menyangka bahwa Arsen bisa bertindak sejauh itu.

Langkah Mischa terhenti saat tatapannya beradu dengan sepasang manik mata tajam yang saat itu sedang menatap lurus ke arahnya. Sosok itu baru saja keluar dari dalam ruang ICU.

Dia Xander.

Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?

Kenapa aku bisa lupa kalau di dalam ruangan itu masih ada Xander?

Tidak! Aku harus pergi!

Aku belum siap!

Aku benar-benar belum siap jika harus kembali berhadapan dengan Xander saat ini!

Ucap Mischa membatin.

Langkahnya terhenti sementara dia tahu Xander kini sedang berjalan menghampirinya.

Jantung wanita berusia 28 Tahun itu seolah mau copot ketika kini Xander sudah berdiri tepat dihadapannya.

Mischa terus saja menunduk. Dia sama sekali tak berani mendongakkan kepalanya saat itu.

Hingga setelahnya, dengan gerakan cepat akhirnya Mischa pun memilih berbalik badan berniat untuk pergi.

"Aku pikir kamu hendak melihat kondisi Arsen?" ucap Xander saat itu. Nada suaranya datar, bahkan terkesan dingin.

Mischa menahan langkahnya masih dalam posisinya memunggungi Xander.

"I-iya. Aku mau ke toilet dulu," jawab Mischa cepat dan langsung pergi.

"Xander, kamu baik-baik sajakan?"

Mischa masih bisa mendengar kalimat bernada khawatir yang diucapkan Mendy saat itu. Wanita cantik itu langsung berhambur ke arah Xander sang kekasih.

"Aku baik-baik saja," jawab Xander acuh tak acuh.

Mendy hendak kembali bicara namun tatapan Xander yang teralih ke arah Mischa langsung membuatnya urung bersuara. Tatapannya menyiratkan sedikit kecemburuan.

"Aku langsung menunda jadwal syutingku begitu tahu kamu berada di rumah sakit malam ini," ucap Mendy dengan tangan lemah gemulainya yang kembali memalingkan wajah Xander supaya kembali menatapnya.

Xander tersenyum tipis. Jujur saja, dirinya benar-benar tak nyaman dengan kehadiran Mendy saat ini. Ditambah lagi saat dia harus kembali melihat Mischa.

Hingga pada saatnya, rasa penasaran Xander yang sudah tak terbendung membuat dirinya tak bisa menahan diri lagi.

Mendy masih mengajaknya bicara saat tiba-tiba kaki Xander melangkah untuk mengejar Mischa.

Lelaki itu meninggalkan Mendy yang langsung terdiam di depan pintu ruang ICU dengan tatapan tajam sarat emosi.

Bagaimana bisa kamu mengacuhkan kehadiranku hanya karena wanita itu, Xander?

Bisik Mendy membatin.

Bahkan napas wanita itu terlihat memburu.

Mendy benar-benar tidak terima.

*****

Mischa tahu Xander sedang mengejarnya, hingga wanita itu pun mempercepat langkahnya.

Dia tidak mau terlibat masalah apapun lagi dengan Xander.

Cukup dirinya bisa hidup tenang bersama Arsen saja sudah membuatnya bahagia. Mischa tidak mau ketentraman hidupnya kini harus diusik oleh Xander.

Meski, semua hal itu kini tinggal harapan semu baginya.

Mischa tahu Xander tak akan mungkin melepaskannya kali ini.

Namun, jika masih ada kesempatan baginya untuk menghindar dari lelaki itu, Mischa akan melakukannya.

Xander masih mengejar Mischa yang menghilang dibalik eskalator. Tanpa lelaki itu tahu bahwa Mischa tengah bersembunyi di bawah eskalator.

Setelah tahu keadaan cukup aman. Mischa pun keluar dari persembunyiannya.

Dia berjalan terhuyung dengan tungkai kakinya yang terasa lemas. Mischa pergi menuju tempat yang cukup sepi.

Tubuh ringkihnya terjatuh di bangku taman belakang rumah sakit.

Tangannya masih gemetaran. Dia benar-benar ketakutan. Rahasia besar yang selama ini susah payah dia sembunyikan pada akhirnya terbongkar juga.

Mischa merasakan genggaman tangannya berkeringat. Sepucuk surat yang masih dia genggam terjatuh.

Mischa memungutnya perlahan dan mulai membaca isi surat itu.

Sebuah tulisan tangan mungil Arsen tercetak jelas di sana.

Hai Kak Mendy.

Namaku Arsen. Aku datang ke sini untuk meminta tanda tangan Kak Mendy. Lusa nanti Mamaku ulang tahun. Aku tahu kalau Mama itu adalah penggemar berat Kak Mendy. Aku mau menghadiahkan tanda tangan Kak Mendy untuk Mamaku.

Terima kasih.

Air mata Mischa kembali meleleh setelah membaca isi surat Arsen untuk Mendy.

Hatinya benar-benar tersentuh.

Perasaan bersalah seketika kembali merasuk ke dalam jiwanya. Menghantamnya dengan pukulan telak bertubi-tubi.

Dulu, dia pernah hampir membunuh anak ini.

Anak yang tak berdosa ini.

Anak yang kini justru menjelma menjadi sesosok malaikat kecil bagi Mischa.

Arsen yang selalu menghiburnya ketika Mischa sedih.

Arsen yang selalu menyemangatinya ketika Mischa lelah.

Dan Arsen yang begitu menyayangi dirinya.

Nyatanya, perkataan Aliana memang benar.

"Kalau kamu membunuh anak di dalam kandunganmu itu, apa semua masalah akan selesai? Apa keadaan akan kembali seperti semula? Ingat Mischa, apa yang terjadi dan kamu alami saat ini semua tak lepas dari kesalahanmu juga. Seandainya malam itu kamu bisa mempertahankan apa yang seharusnya kamu pertahankan, tentu semua tidak akan jadi seperti sekarang! Nasi sudah menjadi bubur. Anak di dalam perutmu itu tidak bersalah. Jangan kamu limpahkan semua penyesalanmu padanya. Hadapi dengan lapang dada. Semua masalah itu pasti ada jalan keluarnya. Bisa jadi, Tuhan memberimu seorang anak karena Dia memiliki alasan lain untuk itu. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Anak ini anugrah. Jangan jadikan dia korban keegoisanmu. Cukup aku saja yang merasakan betapa menyedihkannya terlahir sebagai seorang anak yang tidak diinginkan kehadirannya. Jangan lakukan itu pada anakmu..."

Malam itu Mischa menangis seorang diri di taman itu sambil memeluk kuat-kuat surat yang di tulis Arsen.

Mendadak dia rindu Aliana.

Jika ada Aliana di sisinya, pasti sahabatnya itu sudah memeluk Mischa saat ini.

Menghiburnya dan menyemangatinya.

Sayangnya, sudah hampir lima tahun belakangan Mischa tidak tahu kemana Aliana pergi.

Sahabatnya itu tak meninggalkan pesan apapun.

Satu hal yang Mischa takuti adalah, Aliana tewas di tangan Denis, kekasihnya yang gila itu. Sebab, sejak Aliana menghilang, Denis pun ikut-ikutan menghilang.

Mischa tak tahu lagi harus mencari Aliana kemana.

Sejauh ini, Mischa hanya bisa berdoa, Aliana masih hidup dan di manapun keberadaan Aliana saat ini, semoga Tuhan selalu melindungi sahabat tercintanya itu.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Neni Hendrawati
mksh ceritany seru......
goodnovel comment avatar
Hinatashoyo Art
seru nih, lanjut
goodnovel comment avatar
P Padang Situmorang
asyik, sedih....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ONE NIGHT STAND   7. MAKE A WISH

    Waktu sudah hampir shubuh.Tapi Mischa terus terjaga di sisi ranjang anaknya.Setelah mendapat donor darah dari Xander, Arsen pun telah melewati masa kritisnya. Bocah berumur lima tahun itu kini sudah di pindah ke ruang perawatan kelas tiga. Sebagian alat medis yang terpasang di tubuh Arsen telah dilepas. Hanya menyisakan satu cairan infus di tangan kirinya.Mischa hendak melunasi semua biaya rumah sakit dengan uang tabungan hasil dia bekerja dan hasil penjualan beberapa perhiasan miliknya. Namun ternyata pihak rumah sakit mengatakan bahwa seluruh biaya pengobatan Arsen sudah dilunasi oleh Xander. Dan Mischa berniat untuk mengembalikan uang itu melalui pos nanti. Mischa tidak mau berhutang budi pada siapapun. Apalagi orang itu adalah Xander.Saat ini, Mischa hanya perlu menunggu Arsen sadar.Mischa tak mau melewatinya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ONE NIGHT STAND   8. POSITIF

    Dua minggu berlalu. Sejauh ini, Xander memang tak melakukan hal apapun terhadap Mischa. Xander bukan tipe lelaki yang gegabah dalam bertindak. Sebelum hasil tes DNA keluar, Xander tak ingin melakukan tindakan bodoh yang justru akan mempermalukan dirinya sendiri. Untuk itulah dia perlu bersabar. Dan hari ini, sekembalinya Jarvis dari rumah sakit setelah mengambil hasil tes DNA Xander, ditemuinya di gedung perkantoran perusahaan Malik Grup, laki-laki brewok itu langsung memberikan hasil tes DNA itu pada sang Bos. "Anak bernama Arsen itu memang anak kandungmu, Bos. Hasil tes DNA kalian positif," beritahu Jarvis saat itu. Jarvis melihat satu kali tarikan napas panjang Xander saat itu. Sebagai orang terdekat Xander, Jarvis tahu bahwa kabar ini bukanlah kabar baik.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ONE NIGHT STAND   9. RUMOR

    Pagi itu, gedung perkantoran bagian Administrasi Hotel Butterfly terlihat ramai. Beberapa wartawan terlihat memenuhi pintu masuk gedung.Sebuah lamborghini hitam terlihat memasuki area pelataran parkir diikuti sebuah sedan hitam di belakang.Sebelum sang pemilik lamborghini itu keluar dari kendaraannya, beberapa bodyguard keluar dari sedan hitam dan berjalan mendekat ke arah mobil di depan mereka.Seorang Aktor pendatang baru dengan gaya casualnya terlihat keluar dari lamborghini itu. Dirinya berhasil menghindar dari kerumunan wartawan berkat pengawalan ekstra ketat dari para bodyguardnya. Dia berjalan memasuki gedung perkantoran Hotel.Kedatangannya disambut oleh beberapa manager hotel."Selamat datang Pak Aldrian, kedatangan anda sudah di tunggu oleh dewan direksi untuk rapat saham hari ini," ucap salah satu manager hotel.Aldrian Bharata Yuda, sang pewaris tunggal Hotel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ONE NIGHT STAND   10. BERTEMU ALIANA

    "Napi atas nama Aliana? Ada yang ingin bertemu denganmu," panggil seorang sipir penjara. Dia membuka sel tahanan di mana wanita bernama Aliana berada.Salah satu tahanan wanita di dalam sel itu mendongak. Sebelum berdiri, dia merapikan sejenak rambut panjangnya yang awut-awutan karena jarang disisir.Tanpa bertanya Aliana keluar dari sel tahanan dan mengikuti langkah sang sipir wanita dihadapannya. Dia berpikir, ada kemungkinan orang yang ingin menemuinya saat ini adalah Jarvis.Pasti lelaki itu hendak menanyakan tentang Mischa lagi!Terka Aliana membatin.Jika memang benar begitu, jangan harap aku akan memberinya informasi. Bahkan untuk membuka mulutku saja rasanya aku enggan!Saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ONE NIGHT STAND   11. KEDATANGAN SARAH

    Sebuah mobil mewah berwarna putih terparkir di lahan parkir rumah susun di Blok S.Seorang wanita setengah baya terlihat keluar dari balik mobil itu setelah pintunya dibukakan oleh sang supir pribadinya.Wanita itu mendongakkan kepalanya menatap ke arah ketinggian rumah susun sepuluh lantai itu.Kumuh dan Jorok.Itulah kesan pertama yang berhasil dia tangkap oleh penglihatannya.Seorang lelaki terlihat menghampiri wanita itu dengan senyuman yang terus terkembang di wajahnya."Dengan Ibu Sarah? Saya Kasim, penyewa rumah susun ini, Bu. Saya sudah mendapat telepon dari asisten Ibu kalau Ibu akan datang ke sini untuk bertemu dengan Arsen, dia anaknya Mischa, mereka tinggal di lantai Tiga, Bu. Mari saya an

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ONE NIGHT STAND   12. GUGATAN HAK ASUH

    "Mischa mencintaimu Xander, itulah sebabnya dia rela kamu tiduri!"Kalimat Aliana masih saja menggema dalam benak Xander bahkan di saat dirinya kini sudah sampai di apartemen pribadinya.Cinta?Cih!Apa itu cinta?Wanita bernama Mischa itu tak pernah mengenalnya begitu juga sebaliknya. Lalu darimana cinta itu bisa ada?Jangankan mereka yang tak saling mengenal satu sama lain, bahkan seseorang yang memiliki jalinan darah sekalipun tak memiliki cinta untuk darah dagingnya sendiri. Lantas apa sekarang Xander harus percaya dengan apa yang dikatakan Aliana tentang Mischa?Mischa mencintaiku, itulah alasan kenapa wanita itu rela menyerahkan dirinya padaku begitu saja.Gumam Xander dalam hati.Jika mengingat hal itu, Xander jadi ingin tertawa. Lelucon itu benar-benar konyol!Sejak awal Xander ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ONE NIGHT STAND   13. DIPECAT!

    Satu minggu kemudian seluruh publik di hebohkan oleh berita mengenai gugatan hak asuh anak Xander yang bernama Arsenio Malik Akbar.Beberapa rumor miring pun beredar tentang Xander diberbagai media.Banyak kecaman yang dilayangkan atas dirinya yang mengatakan bahwa Xander adalah seorang bisnisman yang kejam dan tak berhati sehingga tega menjadikan kelemahan seorang wanita untuk menghasilkan keuntungan pribadi bagi dirinya.Ada juga netizen yang mengatakan bahwa Xander tidak berhak merebut seorang anak dari Ibunya.Namun semua berita miring itu tak digubris oleh Xander yang tetap menjalankan aktifitasnya seperti semula.Seorang lelaki bersetelan jas kantor abu-abu terlihat sedang membaca berita mengenai kehidupan pribadi Xander di internet.Dia duduk di kursi kebesarannya dengan santai sambil sesekali menyesap kopinya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • ONE NIGHT STAND   14. MENJEMPUT ARSEN

    Hari ini Sarah merajuk.Dia tidak mau makan dan meminum obatnya jika belum dipertemukan dengan Arsen. Untuk itulah, Xander terpaksa mencoba untuk menemui Arsen di sekolah taman kanak-kanaknya.Xander sampai di sana sebelum jam pulang sekolah tiba.Sebelum masuk ke dalam sekolah, di pintu masuk Xander berpapasan dengan seorang wanita yang sepertinya adalah pengajar di sana."Permisi Nona, apa benar di sini ada murid yang bernama Arsenio Malik Akbar?" tanya Xander sopan.Wanita itu terlihat menatap Xander dengan tatapan asing."Benar Pak. Arsen memang bersekolah di sini. Tapi sebelumnya mohon maaf, anda ini siapanya Arsen?" tanya wanita itu. Sebagai tenaga pengajar mereka memang harus lebih teliti dan berhati-hati terhadap para penjemput anak didik mereka di sekolah ini. Dan semua itu mereka lakukan karena maraknya aksi penculikan anak akhir-akhir ini.Meski

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • ONE NIGHT STAND   TRUTH OR DARE (SPINNOF ARSEN)

    Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "

  • ONE NIGHT STAND   PROLOG THE BRYDAL SHOWER (SPINNOF ARSEN)

    Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu

  • ONE NIGHT STAND   135. EPILOG

    Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.

  • ONE NIGHT STAND   134. SEBUAH AKHIR

    Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.

  • ONE NIGHT STAND   133. KEAJAIBAN

    Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it

  • ONE NIGHT STAND   132. IN THE MORNING

    Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid

  • ONE NIGHT STAND   131. LEMBARAN KEHIDUPAN BARU

    Selang satu bulan sejak penolakan yang dilakukan Mischa pada Xander, silih berganti pihak keluarga datang mengunjungi Mischa. Baik itu Dirga maupun Diana. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Mischa tetap pada pendiriannya semula. Bahkan dengan teganya Mischa justru meminta Xander menceraikannya. Hindun dan Suroto sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mischa pada pihak keluarga Xander yang semakin membuat pihak keluarga merasa miris akan keadaan Mischa saat ini. Terlebih dengan Diana. Dirinya tidak menyangka jika apa yang dia alami dahulu di masa muda kini harus berlanjut menimpa Mischa, sang menantu kesayangannya. Dengan segala daya dan upaya mereka terus berusaha meyakinkan Mischa agar Mischa tidak terus menerus larut dalam rasa traumanya. Namun sayang, semua usaha merega gagal dan tak membuahkan hasil.

  • ONE NIGHT STAND   130. PENOLAKAN

    Suara Adzan Isya baru saja berkumandang.Seorang wanita dengan perutnya yang membuncit sudah siap dengan mukenanya, dia hendak melaksanakan shalat Isya berjamaah dengan Hindun dan Suroto, kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di atas kursi roda, sementara Hindun berdiri di sampingnya."Allahu Akbar," Suroto memulai takbir pertama tanda shalat telah dimulai.Para makmum mengikuti di belakang.Dalam suasana seperti inilah, hal yang selalu Mischa tunggu-tunggu.Hatinya terasa jauh lebih tenang.Sampai detik ini, Mischa masih terus menerus dihantui bayang-bayang mengerikan sekaligus menjijikan yang pernah dia alami sewaktu di Florida.Semua kejadian buruk yang menimpanya sebelum akhirnya Tuhan menyelamatkannya melalui Mendy.Satu alasan besar yang menjadikan Mischa tidak ingin bertemu Xander dalam keadaannya sekarang, saat dirinya tahu bahwa dia telah mengandung, setelah apa yang sudah dilaluinya di Florida setengah tahun yang lalu.

  • ONE NIGHT STAND   129. SEBUAH KABAR

    Selang satu jam kemudian.Xander baru saja mengirim pesan singkat pada Diana bahwa dia akan pulang terlambat.Lelaki itu sudah berada di Club sejak sepuluh menit yang lalu. Xander hanya memesan cocktail dengan kadar alkohol yang sangat sedikit. Dia sudah berjanji pada Mischa untuk tidak mabuk-mabukkan lagi. Dan Xander akan berusaha untuk tetap menepati Janjinya walau tak ada Mischa sekali pun.Xander masih bergelut dengan ponsel pribadinya.Satu hal yang menjadi kebiasaannya saat sedang sendirian, yakni menatap lama wajah Mischa di balik layar ponselnya.Senyuman Mischa seolah menjadikan penyemangat hidupnya kali ini. Meski hanya sebatas gambar saja. Tapi Xander tak pernah bosan menatapnya.Dengan ujung jari telunjuknya, Xander mengusap wajah Mischa yang sedang tersenyum, sangat manis.Di mana kamu berada saat ini, Mischa?

DMCA.com Protection Status