"Napi atas nama Aliana? Ada yang ingin bertemu denganmu," panggil seorang sipir penjara. Dia membuka sel tahanan di mana wanita bernama Aliana berada.
Salah satu tahanan wanita di dalam sel itu mendongak. Sebelum berdiri, dia merapikan sejenak rambut panjangnya yang awut-awutan karena jarang disisir.
Tanpa bertanya Aliana keluar dari sel tahanan dan mengikuti langkah sang sipir wanita dihadapannya. Dia berpikir, ada kemungkinan orang yang ingin menemuinya saat ini adalah Jarvis.
Pasti lelaki itu hendak menanyakan tentang Mischa lagi!
Terka Aliana membatin.
Jika memang benar begitu, jangan harap aku akan memberinya informasi. Bahkan untuk membuka mulutku saja rasanya aku enggan!
Saat itu awalnya Aliana berpikir dia akan memasuki ruang besuk tahanan, tapi sang sipir justru membawanya ke ruangan lain.
Yakni sebuah ruangan yang lebih privasi, seperti ruang interogasi karena ruangan itu sempit dan hanya ada dua kursi yang saling berhadapan terhalang oleh sebuah meja besi.
Sang sipir penjara meminta Aliana untuk menunggu di dalam ruangan itu.
Setelah menunggu sekitar lima menit, pintu ruangan itu kembali terbuka. Aliana langsung menangkap tubuh Jarvis muncul dari balik pintu.
Wanita berseragam narapidana itu tersenyum kecut. Dugaannya benar.
Meski, beberapa detik setelah itu Aliana justru dibuat terkejut. Tepat saat sesosok tubuh lain muncul dibelakang Jarvis.
Dia Xander.
Tubuh Aliana yang tadinya terduduk santai bersandar ke sandaran kursi sontak menegang dan menjadi tegak. Wajahnya mendadak merah padam. Ke dua tangan wanita itu mengepal sempurna. Ingin sekali rasanya Aliana memberi pelajaran pada lelaki bernama Xander itu. Lelaki brengsek yang telah menjebak dirinya.
Kini, Xander dan Aliana sudah duduk saling berhadapan di ruangan itu sementara Jarvis terlihat berdiri di belakang kursi yang diduduki Xander.
"Apa kabar Nona Aliana?" tanya Xander membuka percakapan di antara mereka. Tatapan Xander lurus menusuk bola mata bulat milik Aliana. "Waktu lima tahun itu ternyata sangat singkat ya?" tambahnya sinis.
Aliana hanya diam. Dia membalas tatapan Xander sama tajam. Bahkan Aliana bisa menebak bahwa kedatangan Xander menemuinya kali ini pasti ada sangkut pautnya dengan Mischa.
Yang namanya sebuah kebohongan, cepat atau lambat memang pasti akan terbongkar. Aliana tahu itu. Dan inilah saat di mana Aliana harus menerima konsekuensi atas segala kebohongan yang dia lakukan.
Sesuatu yang menjadi ketakutan terbesar Aliana, yakni keselamatan Mischa.
Aliana tak pernah mempermasalahkan nasib kehidupannya, justru dia lebih mengkhawatirkan keadaan Mischa saat ini. Aliana jelas tidak akan tinggal diam jika Xander sampai melakukan hal buruk terhadap Mischa. Sahabatnya itu sudah cukup menderita.
"Tak perlu dijelaskan lagi, aku yakin kamu sudah tahu maksud kedatanganku ke sinikan?" Xander kembali berbicara.
Aliana masih saja diam.
Xander menggertakan ke dua rahangnya. Dia menoleh sekilas ke belakang sekedar memberi isyarat pada sang asisten.
Jarvis pun mengerti dan lekas membuka sebuah koper yang sedari tadi dipegangnya. Di mana isi dalam koper itu adalah sejumlah uang yang sangat banyak.
"Semua uang ini milikmu. Anggap saja sebagai ganti rugi atas waktumu yang terbuang sia-sia selama lima tahun terakhir ini. Aku sudah tahu kamu tidak bersalah karena kenyataannya memang bukan dirimu yang berada bersamaku malam itu," jelas Xander seraya mendorong koper itu sedikit lebih dekat ke arah Aliana.
Aliana tersenyum kecut. Dia kembali mendorong koper itu ke arah Xander. "Aku tidak butuh uangmu. Lagipula, aku tidak akan masuk ke dalam perangkap busukmu untuk yang ke dua kali Tuan Xander yang terhormat," ucap Aliana yang akhirnya berbicara juga. Cukup lima tahun ini dia hidup menderita di balik jeruji besi. Lusa nanti dia bebas dan Aliana akan melanjutkan hidupnya seperti semula.
Xander menyandarkan tubuhnya ke kursi lalu melipat ke dua tangannya di depan dada. Masih dengan tatapan matanya yang tertuju ke wajah Aliana.
"Kenapa kamu berbohong?" tanya Xander dengan suaranya yang penuh penekanan. Cukup sudah dia berbasa-basi. Xander tak ingin membuang waktunya yang berharga lebih banyak lagi hanya untuk mengurusi dua kurcaci macam Aliana dan Mischa.
Seandainya dia mau, dia bisa saja melakukan hal terburuk untuk membuat Aliana dan Mischa menyerah dan berlutut dihadapannya. Sayangnya, dia masih harus mengetahui apakah perbuatan mereka ada sangkut pautnya dengan Butterfly atau tidak. Xander tidak ingin tindak tanduknya yang sembrono justru membuka peluang bagi rival bisnisnya untuk berbalik menyerang dirinya.
Baru-baru ini, Tuan Gandhi Bharata Yuda dikabarkan masuk rumah sakit setelah mendapat kabar bahwa pihak Adhiguna menjalin kerjasama dengan perusahaan Malik Grup.
Sepertinya, Gandhi memang benar-benar takut jika Adhiguna mengakusisi Buterfly. Bahkan Xander turut mendengar kabar jika kini perusahaan yang bergerak di bidang jasa perhotelan itu diambil alih sepenuhnya oleh Aldrian, anak semata wayang Gandhi dengan Diana yang notabene Ibunda Xander.
Aldrian adalah seorang aktor pendatang baru yang namanya sedang meroket baru-baru ini. Xander mengenal sosok Aldrian karena dirinya pernah bersekolah di sekolah yang sama dengan Aldrian sewaktu SD dulu.
Hubungannya dengan Aldrian tidak baik meski mereka satu Ibu.
Di sekolah dulu Aldrian seringkali membully Xander dan menyombongkan diri karena Diana hanya menyayangi Aldrian, bukan Xander.
"Kemarin Ibu membelikan aku mainan baru, ini limited edition dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa punya. Aku beruntung memiliki seorang Ibu yang sangat sayang padaku, lihat mainanku ini, baguskan?"
Itulah sepenggal perkataan Aldrian dulu ketika dia memamerkan mainan barunya kepada teman-teman disekolah.
Bukan mainan itu yang menarik perhatian Xander ketika itu melainkan perkataan Aldrian tentang orang yang telah membelikannya mainan, yakni Ibunya.
Ibu mereka.
Jika sang Ibu mampu membelikan mainan untuk Aldrian, kenapa dia tidak turut membelikannya juga untuk Xander?
Bukankah Xander juga anaknya?
Kenapa sang Ibu selalu membeda-bedakan antara dirinya dengan Aldrian?
Xander sendiri tak pernah menemukan jawaban itu hingga saat ini.
Bahkan ketika dirinya bertanya pada sang Omah yang kini tinggal menetap di Paris, wanita paruh baya bernama Sarah itu hanya mengatakan sesuatu yang membuat Xander akhirnya membenci makhluk yang bernama Diana tanpa mampu menjawab alasan mengapa Diana juga sepertinya turut membenci Xander padahal jelas-jelas wanita itu sudah membuat hidup Xander menderita selama ini.
Saat itu, usia Xander sudah memasuki usia delapan belas tahun. Dia baru saja lulus SMA hendak melanjutkan kuliah bisnis di USA.
"Sejak awal, Omah memang sudah tidak setuju jika Dirga menikah dengan Diana. Omah tahu betul Diana itu wanita seperti apa? Dia hanya menginginkan harta Dirga, ayahmu. Dan semua ketakutan Omah terbukti setelah mereka menikah. Buktinya disaat perusahaan Malik Grup berada dalam kondisi terancam bangkrut, Diana justru pergi meninggalkan Ayahmu. Dia berselingkuh dengan sahabat ayahmu sendiri, Gandhi! Itulah sebabnya kini Ayahmu mengalami depresi, Xander. Ayahmu sangat mencintai Diana, sayangnya Diana hanya perempuan murahan yang haus akan uang! Itulah sebabnya, Omah selalu menasehatimu untuk berhati-hati dalam memilih calon istri. Jangan sampai kamu bernasib sama seperti Ayahmu..."
"Omah tenang saja. Aku sudah memustuskan untuk tidak menikah seumur hidupku,"
Dering ponsel milik Jarvis yang berbunyi membuyarkan lamunan Xander. Jarvis tampak mengangkat panggilan masuk itu setelah sebelumnya dia meminta izin keluar.
Sadar pertanyaannya belum dijawab oleh Aliana, Xander pun kembali mengulang pertanyaannya itu.
"Kenapa kamu berbohong?"
Aliana masih diam. Hingga akhirnya Xander habis kesabaran.
Lelaki itu tersenyum sinis seraya bangkit dari duduknya.
"Selamat untuk kebebasanmu. Tapi satu hal yang perlu kamu ketahui setelah ini, bahwa sahabatmu yang bernama Mischa tak akan aku lepaskan! Beritahu dia, bersiap-siaplah untuk menerima kabar terburuk dariku. Camkan itu baik-baik!"
Xander hendak melangkah keluar dari ruangan itu ketika tiba-tiba suara Aliana membuatnya urung melangkah.
"Mischa itu mencintaimu, Xander. Itulah sebabnya dia rela kamu tiduri!"
Sebuah mobil mewah berwarna putih terparkir di lahan parkir rumah susun di Blok S.Seorang wanita setengah baya terlihat keluar dari balik mobil itu setelah pintunya dibukakan oleh sang supir pribadinya.Wanita itu mendongakkan kepalanya menatap ke arah ketinggian rumah susun sepuluh lantai itu.Kumuh dan Jorok.Itulah kesan pertama yang berhasil dia tangkap oleh penglihatannya.Seorang lelaki terlihat menghampiri wanita itu dengan senyuman yang terus terkembang di wajahnya."Dengan Ibu Sarah? Saya Kasim, penyewa rumah susun ini, Bu. Saya sudah mendapat telepon dari asisten Ibu kalau Ibu akan datang ke sini untuk bertemu dengan Arsen, dia anaknya Mischa, mereka tinggal di lantai Tiga, Bu. Mari saya an
"Mischa mencintaimu Xander, itulah sebabnya dia rela kamu tiduri!"Kalimat Aliana masih saja menggema dalam benak Xander bahkan di saat dirinya kini sudah sampai di apartemen pribadinya.Cinta?Cih!Apa itu cinta?Wanita bernama Mischa itu tak pernah mengenalnya begitu juga sebaliknya. Lalu darimana cinta itu bisa ada?Jangankan mereka yang tak saling mengenal satu sama lain, bahkan seseorang yang memiliki jalinan darah sekalipun tak memiliki cinta untuk darah dagingnya sendiri. Lantas apa sekarang Xander harus percaya dengan apa yang dikatakan Aliana tentang Mischa?Mischa mencintaiku, itulah alasan kenapa wanita itu rela menyerahkan dirinya padaku begitu saja.Gumam Xander dalam hati.Jika mengingat hal itu, Xander jadi ingin tertawa. Lelucon itu benar-benar konyol!Sejak awal Xander ta
Satu minggu kemudian seluruh publik di hebohkan oleh berita mengenai gugatan hak asuh anak Xander yang bernama Arsenio Malik Akbar.Beberapa rumor miring pun beredar tentang Xander diberbagai media.Banyak kecaman yang dilayangkan atas dirinya yang mengatakan bahwa Xander adalah seorang bisnisman yang kejam dan tak berhati sehingga tega menjadikan kelemahan seorang wanita untuk menghasilkan keuntungan pribadi bagi dirinya.Ada juga netizen yang mengatakan bahwa Xander tidak berhak merebut seorang anak dari Ibunya.Namun semua berita miring itu tak digubris oleh Xander yang tetap menjalankan aktifitasnya seperti semula.Seorang lelaki bersetelan jas kantor abu-abu terlihat sedang membaca berita mengenai kehidupan pribadi Xander di internet.Dia duduk di kursi kebesarannya dengan santai sambil sesekali menyesap kopinya.
Hari ini Sarah merajuk.Dia tidak mau makan dan meminum obatnya jika belum dipertemukan dengan Arsen. Untuk itulah, Xander terpaksa mencoba untuk menemui Arsen di sekolah taman kanak-kanaknya.Xander sampai di sana sebelum jam pulang sekolah tiba.Sebelum masuk ke dalam sekolah, di pintu masuk Xander berpapasan dengan seorang wanita yang sepertinya adalah pengajar di sana."Permisi Nona, apa benar di sini ada murid yang bernama Arsenio Malik Akbar?" tanya Xander sopan.Wanita itu terlihat menatap Xander dengan tatapan asing."Benar Pak. Arsen memang bersekolah di sini. Tapi sebelumnya mohon maaf, anda ini siapanya Arsen?" tanya wanita itu. Sebagai tenaga pengajar mereka memang harus lebih teliti dan berhati-hati terhadap para penjemput anak didik mereka di sekolah ini. Dan semua itu mereka lakukan karena maraknya aksi penculikan anak akhir-akhir ini.Meski
Seorang wanita tampak berdiri di ujung jalan menuju rusun Blok S.Sudah hampir satu minggu berlalu sejak dia bebas dari penjara, dirinya hidup luntang-lantung di jalanan tanpa memiliki tujuan yang pasti.Ada sebuah keinginan besar dalam benaknya untuk mendatangi kediaman sahabatnya di rusun yang kini sedang dia perhatikan dari kejauhan.Sayangnya, Aliana tak memiliki nyali yang cukup untuk berhadapan dengan Mischa saat ini. Apa yang harus dia katakan pada Mischa jika sahabatnya itu bertanya kemana saja dia selama ini?Dirinya bahkan pergi di saat Mischa sedang membutuhkan sandaran. Sementara, Aliana sendiri tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya mendekam di penjara karena ulah Xander. Mischa tidak boleh mengetahui hal itu. Aliana hanya tidak ingin sahabatnya itu sedih.Mungkin, ada baiknya untuk saat ini mereka jangan bertemu dulu.Lagipula, Aliana masih
Hari ini Xander sengaja pulang ke kediaman utama keluarga Malik. Awalnya niat Xander hanya ingin melihat keadaan Omahnya yang masih harus melakukan rawat jalan pasca penyakit jantung yang dideritanya kumat.Saat ini, hati Xander seolah berontak atas apa yang telah dilakukan oleh Sarah secara diam-diam tanpa persetujuannya lebih dulu. Yaitu menjual saham Malik Grup atas hotel Butterfly pada Adhiguna. Tapi Xander berusaha untuk mengesampingkan semua hal itu karena baginya, kesehatan Sarah lebih penting dari apapun. Meski, Xander benar-benar kecewa atas tindakan Sarah kali ini."Omah sudah minum obat?" tanya Xander pada Sarah yang saat itu sedang terbaring di tempat tidur.Sarah hendak bangkit, Xander pun segera membantunya dan menaruh beberapa bantal untuk sandaran punggung Sarah."Kapan
Sesampainya di ruang rawat, tim dokter langsung menangani Dirga.Mischa menunggu di luar.Saat itu Mischa sempat mengobrol dengan seorang suster bernama Berta. Dia suster pribadi yang diperkerjakan oleh Xander untuk mengurus sang Ayah di rumah sakit jiwa.Berta mengatakan bahwa Dirga sudah tahu mengenai masalah perebutan hak wali atas diri Arsen, pun mengenai kabar kematian Gandhi Bharata Yuda yang dulunya merupakan sahabat karib Dirga.Itulah alasan kenapa Dirga tadi sampai nekat melarikan diri.Lelaki itu mengatakan kalau dirinya ingin menemui Diana sang mantan istri yang pastinya kini sangat sedih karena harus kehilangan s
Jarvis sampai dikediaman pribadi Xander saat waktu tengah malam hampir tiba.Xander sudah mabuk berat. Bahkan sejak di perjalanan pulang tadi Xander terus mengigau tak menentu.Jarvis dibantu oleh Raga, sang supir untuk kembali memapah tubuh Xander memasuki apartemen pribadi sang Bos.Seorang wanita bergaun satin merah berhambur menyambut kedatangan mereka.Sore tadi Mendy baru saja kembali dari Singapura setelah menyelesaikan syuting film terbarunya. Dia teramat merindukan Xander sampai dia tak sempat pulang ke apartemen pribadinya melainkan langsung menuju apartemen pribadi kekasihnya itu.Mendy tak menyangka ternyata Xander pulang dalam keadaan mabuk.Pakaiannya berantakan dan ada beberapa tanda merah dileher lelaki itu."Apa yang terjadi Jarvis?" tanya Mendy dengan wajah panik.Mendy menyingkap selimut di ranjang tempat tidur Xander su
Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "
Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu
Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.
Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.
Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it
Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid
Selang satu bulan sejak penolakan yang dilakukan Mischa pada Xander, silih berganti pihak keluarga datang mengunjungi Mischa. Baik itu Dirga maupun Diana. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Mischa tetap pada pendiriannya semula. Bahkan dengan teganya Mischa justru meminta Xander menceraikannya. Hindun dan Suroto sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mischa pada pihak keluarga Xander yang semakin membuat pihak keluarga merasa miris akan keadaan Mischa saat ini. Terlebih dengan Diana. Dirinya tidak menyangka jika apa yang dia alami dahulu di masa muda kini harus berlanjut menimpa Mischa, sang menantu kesayangannya. Dengan segala daya dan upaya mereka terus berusaha meyakinkan Mischa agar Mischa tidak terus menerus larut dalam rasa traumanya. Namun sayang, semua usaha merega gagal dan tak membuahkan hasil.
Suara Adzan Isya baru saja berkumandang.Seorang wanita dengan perutnya yang membuncit sudah siap dengan mukenanya, dia hendak melaksanakan shalat Isya berjamaah dengan Hindun dan Suroto, kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di atas kursi roda, sementara Hindun berdiri di sampingnya."Allahu Akbar," Suroto memulai takbir pertama tanda shalat telah dimulai.Para makmum mengikuti di belakang.Dalam suasana seperti inilah, hal yang selalu Mischa tunggu-tunggu.Hatinya terasa jauh lebih tenang.Sampai detik ini, Mischa masih terus menerus dihantui bayang-bayang mengerikan sekaligus menjijikan yang pernah dia alami sewaktu di Florida.Semua kejadian buruk yang menimpanya sebelum akhirnya Tuhan menyelamatkannya melalui Mendy.Satu alasan besar yang menjadikan Mischa tidak ingin bertemu Xander dalam keadaannya sekarang, saat dirinya tahu bahwa dia telah mengandung, setelah apa yang sudah dilaluinya di Florida setengah tahun yang lalu.
Selang satu jam kemudian.Xander baru saja mengirim pesan singkat pada Diana bahwa dia akan pulang terlambat.Lelaki itu sudah berada di Club sejak sepuluh menit yang lalu. Xander hanya memesan cocktail dengan kadar alkohol yang sangat sedikit. Dia sudah berjanji pada Mischa untuk tidak mabuk-mabukkan lagi. Dan Xander akan berusaha untuk tetap menepati Janjinya walau tak ada Mischa sekali pun.Xander masih bergelut dengan ponsel pribadinya.Satu hal yang menjadi kebiasaannya saat sedang sendirian, yakni menatap lama wajah Mischa di balik layar ponselnya.Senyuman Mischa seolah menjadikan penyemangat hidupnya kali ini. Meski hanya sebatas gambar saja. Tapi Xander tak pernah bosan menatapnya.Dengan ujung jari telunjuknya, Xander mengusap wajah Mischa yang sedang tersenyum, sangat manis.Di mana kamu berada saat ini, Mischa?