“Ha, ha! Aku hanya bercanda, Tania,” kata Bee tanpa beban. Briella semringah sementara Tania entah kenapa seolah menganggap ucapan Bee sebelumnya adalah keseriusan, meskipun telah diberitahu seperti itu.
Inspektur Renji mendadak hadir kembali. Hadir secara mengejutkan. Sebuah pergelaran kecil seperti akan keluar dari tubuh kekarnya. “Bagaimana hasil otopsinya, Detektif Renji?” “Yah, terukur, namun penuh pembodohan.” “Maksudnya?” “Ada bekas cekikan, namun juga ada bekas luka tembakan.” “Hmmm... benar-benar seperti dugaanku. Memang ada manipulasi situasi yang sengaja dibuat pelakunya. Aku rasa itu adalah dua hal yang sengaja ditinggalkan pelaku secara alami.” “Dilakukan setelah Mrs. Key meninggal, begitu, kan, maksudmu?” kata Briella. “Benar, tapi bisa juga ada perlawanan dari Mrs. Key dan akhirnya pelaku terpaksa menembaknya. Em, bagaimana dengan sidik jari di leher?” “Tidak ada,” jawab Inspektur Renji. “Semuanya hilang. Pelaku memang menghapusnya, atau ia memakai sarung tangan.” “Ha, ha!” “Kenapa kau mendadak tertawa, Detektif Bee?” tanya Inspektur Renji. “Yah, terkabulkan secara psikologi dan Mrs. Key adalah korbannya. Korban yang luluh oleh bujukan si pelaku sendiri. “Hmmm... aku kurang paham maksudmu. Aku rasa tidak salah menghubungi mereka tadi.” “Siapa?” "Tiga penjaga malam yang dipekerjakan Mrs. Key untuk menjaga rumah. Aku sudah menanyakan beberapa pertanyaan di luar pikiran mereka sendiri. Aku sudah meminta rekanku mengantarku.” “Jadi mobil mereka di belakangmu? Kenapa tidak bersamamu langsung?” “Aku harus memeriksa studionya terlebih dahulu, jadi aku belakangan meminta mereka kemari.” “Sebelumnya, apa tiga penjaga itu di kantor polisi bersama yang lain?” “Tidak, mereka di rumah sakit. Mereka kami minta menjaga mayat Mrs. Key di ruangan khusus.” “Hmm, begitu.” “Ya, benar. Itu adalah permintaan hati dari Briella, aku kabulkan secara otomatis di luar sepengatahuanmu. Ha, ha!” “Tak masalah, kan, Tuan Detektif tampan?" ujar Briealla menggoda untuk menutupi kelakukan di balik layarnya.” Seperti yang biasa dilakukan Bee ketika rekannya itu berlaku aneh, ia bergerak lambat dan mencubit sisi pundak rekannya itu. "Aku tak menyangka akan jadi sedramatis ini," kata Bee dengan nada sedikit masam. “He he, itu hanya pikiranmu Bee, justru akan lebih mudah bagimu jika aku juga memiliki pergerakan yang lain, kan?” kata Briella cengengesan. Melihat Briella dan Bee, Inspektur tersenyum lebar. Inspektur telah berhasil sementara ini membuat dua rekan sejagat itu membangun suatu kontak batin secara alami. Namun mendadak, ponsel Inspektur bergetar. “Halo,” kata Inspektur memulai. Ia mengangkat ponselnya bersamaan dengan perubahan wajah. Seakan ada pesan yang telah ia ketahui sendiri. "Inspektur, sebelum kami sampai di sana, ada yang ingin ceritakan padamu. Bisakah kau mengeraskan speakernya? Kami sedang dalam perjalanan membawa tiga penjaga itu.” “Ya, baiklah.” “Inspektur, biarkan lebih dekat,” pinta Bee. “Maafkan aku. Ini, silahkan.” “Wow, kau bisa menceritakannya pelan-pelan, petugas?” “Ya, aku ingin bertanya. Bagaimana pendapat kalian tentang bintang jatuh.” “Bagaimana maksudnya itu?” tanya Bee lagi. “Aku rasa kita harus berbelok secara mendadak. Kita kembali ke tempat studio namun pada leta yang berbeda.” “Apa?” “Tuan Modi, ada hal yang ia lihat di sana. Di bagian yang dekat dengan bangunan studio. Tempat biasanya Mrs. Key selalu memandang bintang menggunakan teleskop.” “Maksudmu ia meninggal karena terjatuh?” “Itu belum pasti. Tetapi, kalian juga harus ke sana sekarang.” “Jadi kalian tak jadi ke sini?” “Aku rasa begitu agar menghemat waktu. Kami akan berbelok.” “Baiklah.” “Oke.” Percakapan singkat itu usai dan wajah Tania kembali berubah warna ekpresi. Briella menyadari itu dan meminta agar Tania ikut, mau tidak mau. Tak mungkin mereka harus kembali lagi ke kantor polisi atau rumah sakit. “Kita ke sana!” kata Bee. *** Sesampainya di bagian ruangan studio, rupanya sudah ada Tuan Modi menunggu. Ia lantas menuntun semunya ke suatu tempat di sebelah bangunan studio. Dan ketika tiba di atas, percakapan itu kembali tercipta. Percakapan di atas tempat pengambilan objek angkasa. Tempat khusus untuk orang-orang melihat pemandangan langit malam melalui teleskop bergulir. “Jadi kau melihat ada orang terjatuh dari atas sini?” tanya Bee pada Tuan Modi. “Ya, tetapi setelah aku mengeceknya dari atas, tak ada siapa-siapa di atas. Aku lantas menyimpulkan itu adalah pembunuhan. Namun ketika melihat ke bawah, Mrs. Key telah terjatuh dari atas sini.” “Kenapa tidak bilang dari awal?” “Bukan karena takut, aku hanya berpikir kalau aku salah lihat. Lagipula, Mrs. Key tidak mengalami kehancuran otak atau semacamnya kan, pada pinggiran dahi?” “Hmmm... benar juga. Jika Mrs. Key terjatuh pasti ada luka di kepala atau lenganya. Yang ada justru adalah bekas tembak dan cekikan.” Yah, itulah alasan aku berpikir Mrs. Key tidak meninggal karena terjatuh. Tapi...” “Tapi kau malah melihat seseorang terjatuh dari sini, kan?” “Iya.” “Tidak mungkin Mrs. Key bunuh diri karena tak bekas terjatuh pada dirinya,” kata Briella. “Ayolah Detektif Bee, Opposite Briella... ini benar-benar membingungkan. Bagaimana kalau tidak usah terlalu serius? Yah, mungkin jika kita mengobrol biasa, kita akan paham letak manipulasinya di mana.” “Ha, ha,” kau benar juga, Inspektur, kenapa kau tak melihat mencari bintang jatuh dan mencoba melalui teleskop itu?” kata Briella. “Aku akan menemukan bintang jatuh dan berdoa untuk kekasih impain,” kata salah seorang penjaga yang ikut di mobil sebelumnya. “Ya ampun, untuk apa ibu membeli teleskop fantastis ini dan membawanya jauh-jauh ke mari?” tanya Tania. “Kau ini bicara apa, Tania. Bukankah aneh untuk melihat bintang tanpa menggunakan teleskop?” ucap Bee. “Bahkan lebih aneh jika teleskopnya dibiarkan terus menerus di sini. Ibumu membuka teleskop berbayar?” “Eh, itu... mana aku tahu, Detektif Bee! Aku tidak pernah ikut bersama ibu jika beliau keluar malam,” jawab Tania. “Oh, bintang jatuh!” “Oh? Di mana?” tanya Tuan Modi. “Sudah hilang.” “Aku tidak melihatnya karena kau bicara pada kami, Tania,” kata Briella. “Inspekture Briella?” tanya seorang petugas polisi yang membawa tiga penjaga itu. “Ya?” “Apakah baik-baik saja sekarang?” “Ah, itu... entahlah. Tetapi... terimakasih sudah membawa mereka kemari.” “Siapa dia?” “Dia adalah Tania, putri almarhuma Mrs. Key. “Hei, Modi.” “Oh, begitu, halo. Kau pasti syok karena kematian ibumu dengan cara yang aneh begitu.” “Jika kau punya waktu membahas hal yang tidak penting, mulailah mengumpulkan data, ya?” pinta Inspektur Renji. Membuat yang lain tertawa. “Ha, ha, maaf inspektur,” jawabnya sambil menggaruh kepalanya yang tak ada rasa gatal sama sekali. “Tapi tunggu... oh, kalian detekif terkenal itu, kan?” Bee dan Briella mengangguk, merespon rasa penasaran petugas polisi itu dengan sigap. “Wah, sayang sekali aku tidak bisa berada di lokasi pencurian kalung Nyonya Smith dengan petugas Divisi Satu,” katanya biasa saja. “Sudahlah, lalu apa yang perlu kausampaikan melalui tiga penjaga yang sekarang bersama kita di sini,” kata Inspektur Renji tegas. “Oh, mengenai itu... inspektur, mereka sebelumnya memberitahu jika Mrs. Key memberi mereka pesan melalui sambungan telepon melalui pembantu rumah tangga di rumah almarhuma.” “Benarkah? Apa yang disampaikan almarhuma?” Inspektur Renji mengarahkan pertanyaan ke tiga orang penjaga. “Siapa yang menerima pesan dan menelepon dengan Mrs. Key waktu itu?” “Aku!” jawab penjaga yang bertubuh agak kurus. “Mrs. Key memberitahuku kalau ia akan mengambil gambar terakhir melalui teleskop. Saat itu, almarhuma berkata ia sedang berada di suatu tempat yang ciri-cirinya mirip seperti tempat ini. Lalu, kami menanyakan Tuan Modi dan beliau langsung mengarahkan kita kemari.” “Gambar terakhir? Apa teleskop bisa digunakan untuk mengambil gambar?” tanya Bee. “Bisa, jika kita menggunakan kamera ponsel untuk memotret memalui celah intip teleskop.” “Hmmm... apakah Mrs. Key benar –benar bunuh diri?” “Maksud Anda?” tanya Tuan Modi. “Yah, beliau berkata akan mengambil gambar terakhir. Tuan penjaga, apakah Mrs. Key hanya berpesan begitu?” “Ya, sehari sebelumnya setelah mengatakan itu, beliau meminta kami menyampaikannya pada Nona Tania. Tetapi Nona Tania jarang pulang dan baru pulang setelah ibunya meninggal, jadi kami belum sempat memberitahunya.” “Begitu, jadi pelakunya memang lihai menggunakan semua kebiasaan orang-orang yang berhubungan dengan korban.” “Maksudmu, pelaku adalah orang yang dekat dengan Mrs. Key?” tanya inspektur. “Ya, Bee memang bermaksud begitu. Benar, kan, Bee?” kata Briella mewakili lalu memberi senyuman terbaiknya.Detektif Bee melihat ke arah ruang kosong yang lain. Ia bertanya pada Tuan Modi, "Apa ada ruangan lainnya?"Tuan Modi hanya menjawab, "Ruangan apa yang Anda maksud, kan?"Detektif Bee tak langsung menjawab, ia malah menunjuk ke sisi lain gedung teleskop."Sudah mengerti?" kata Detektif Bee mengayunkan pertanyaannya pada semua orang. "Banyak retakan di sini. Retakannya tidak teratur.""Lalu apa hubungannya dengan kematian Mrs. Key?" Briella bertanya. "Jika ini adalah retakan alami, bisa jadi ini tercipta dari karatan. Ini seperti... ah, benar!"Orang-orang serempak teralihkan ke arah Briella."Pembunuhan terbaik selalu berupaya meninggalkan alibi yang masuk akal," lanjut Briella."Kami tidak mengerti, Opposite Briella. Inikah yang disebut dengan...""Ada pengalihan isu," jawab Briella memotong laju perkataan Inspektur Renji. "Apa itu yang ingin kau katakan, Bee?"Bee mengangguk, "Bisa jadi. Tetapi ini baru menjadi spekulasi saja. Tuan Modi, dimana kau kehilangan Mrs. Key pertama kali m
Di kisaran jarak yang cukup jauh, hanya Bee, Briella, dan tiga penjaga rumah Mrs. Key yang kembali ke rumah kejadian. Inspektur Renji dan yang lainnya bersama Tania, kembali ke ruang kantor. Nyonya Smith kini bergiliran waktu dengan Tania dan sudah dijemput Inspektur Renji, untuk kembali ke rumah. Sebuah pertanyaan sudah disiapkan Bee dengan segala konsekwensinya.Jika mengakui adrenalin para kandidat dalam pikiran Bee, maka mungkin Briella bisa mengimbangi itu. Nyonya Smith melangkahkan kaki dengan gemetar. Ada pikiran acak-acakan yang mungkin coba dilindungi oleh Bee. Nyonya Smith duduk lebih dulu di sofa ruangan tengah. Ia sadar, akan ada pertanyaannya yang sulit dijawab. "Apa aku harus menjadi orang pertama yang ditanya?" tanya Nyonya Smith membuka. "Tidak juga, Tuan Modi telah menjadi pertama," jawab Bee. "Apa?" Nyonya Smith entah kenapa bertanya dengan penuh tekanan. "Di mana?" "Suatu gedung yang biasa menjadi tempat orang-orang menggunakan teleskop gratis." Mendengar itu,
“Apakah baik terlalu cepat menuduh begitu, Tuan Bee yang budiman?” ketus Nyonya Smith. Memang, ada yang aneh dari cara Nyonya menjawab setiap pertanyaan.“Kau terlalu memaksakan alibi, Nyonya Smith,” kata Briella membela. “Apa kami boleh bertemu dengan Tuan Morismith? Maksudku Tuan Mori.”Mendengar itu, Bee sontak bertanya ke Briella, “Kenapa secepat itu? Kau yakin sudah waktunya?”“Kita tak punya banyak waktu, Bee. Malam konser itu akan diadakan segera.”“Ya sudah.”“Tunggu,” kata Nyonya Smith. “Memangnya suamiku kenapa, apa yang menjadi alasan ia terlibat?”“Tidak ada apa-apa,Nyonya Smith. Tidak ada maksud mengatakan kalau Tuan Morismith terlibat. Kami hanya ingin memastikan sesuatu. Sesuatu yang lebih hebat dari hal-hal tak terduga,” ucap Bee.“Apa maksudnya itu?”“Bukan apa-apa. Kami biasa melakukan hal seperti ini dalam menangani kasus. Ada hal-hal yang di luar pemikiran biasa, jadi... mohon untuk dimaklumi, Nyonya Smith. Kita perlu melihat segala kemungkinannya. Kematian Mrs. Ke
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, Tuan Bee? Apakah kau ingin mengatakan aku adalah pelakunya? Aku mencuri kalungku sendiri? Begitu? Heh, hal bodoh untuk seorang yang terkenal sepertimu?""Kau sendiri yang mengatakannya barusan. Apa ini adalah kasus sulit yang memang diciptakan untuk menandingi kecerdasaan kami berdua, Nyonya Smith?""Oh?" Nyonya Smith entah kenapa terperangah kecil."Briella, kembali ke tempat itu dan kumpulkan kata-kata kunci yang aku kirimkan nanti. Kemudian kau urutkan lah seperti biasa.""Baik, aku akan kesana dan mengurutkannya secepat mungkin."Dan Briella pun pergi. Penjaga menawarinya untuk diantar namun ditolak. Inspektur Renji rupanya telah menanti di depan. Bee mengirimkan pesan diam-diam sebelumnya ke Inspeksi Renji diam-diam."Apa kita lanjutkan sedikit sampai Tuan Mori pulang?" tanya Bee kembali membuka. "Maksudku, apa ada hal-hal lain sebagai alibi masing-masing sebelum Tuan Morismith kemari?""Anda sudah menghubunginya diam-diam?" tanya Bibi Keri
Tuan Mori tiba, ia membawa tas besar yang entah apa isinya. Ia melihat Bee dengan tatapan biasa-biasa saja."Kau sudah di sini, Tuan Mori," kata Bee membuka."Apa yang...""Mungkin Anda terkejut, jadi mohonlah duduk sebentar dan mencoba untuk tenang. Anda lelah kelihatan, jadi mungkin Bibi Keri bisa mengambil beberapa minuman untukmu.""Bibi Keri," pinta Nyonya Smith."Iya, tunggu sebentar.""Jadi, apa yang perlu dicemaskan di sini? Aku memang sedang dalam perjalanan kemari, namun entah kenapa petugas polisi mendadak meneleponku agar segera pulang. Benar-benar tidak efektif. Benar, kan, Detektif Bee?""Oh, Anda sudah mengenali aku ternyata.""Astaga, mana ada di Moskow ini yang tidak tahu siapa dirimu.""Kalau begitu, apakah aku bisa menggunakan statusku dengan baik sebagai pemberi pertanyaan?""Ya, jika itu memang perlu dilakukan. Aku akan menjawabnya.""Jadi, kau sudah mengetahui kematian Mrs. Key?"Tuan Mori sontak terkejut, entah itu ekspresi alami atau tidak."Melihat dari ekspres
"Oh? Memangnya apa yang ada di dalam tasku? Itu adalah privasi, Detektif. Aku tak mungkin mengizinkan, apapun alasannya!""Tenang, sayang..." Nyonya Smith berujar lembut dan menyentuh pundak suaminya."Maaf, Detektif Bee, jika kau ingin mengecek tasku, boleh-boleh saja.""Tidak perlu.""Apa?""Ya, itu tidak perlu.""Kalau begitu aku saja yang membuka sendiri."Tuan Mori bangkit dari duduknya, membuka tasnya dengan gesit, dan mengeluarkan semua isi tasnya ke lantai dengan ekspresi seperti menahan emosi."Lihat? Ini semua adalah alat-alat agar aku tetap selamat di jalan. Sarung tangan, kacamata, dan alat-alat kecil lainnya seperti dompet dan selotip untuk mempermudah pekerjaanku."Bee tersenyum tipis memandang sudut tas yang terbuka itu. Tas berukuran besar seperti tas orang-orang yang ingin pergi piknik."Jadi ada sesuatu pada bentuk persegi panjang itu," kata Bee dalam hati."Ada apa, Detektif Bee?" tanya Bibi Keri."Tidak apa-apa, aku rasa lebih baik semuanya ditunda dulu. Aku ingin
“Benar apa yang dikatakan Inspektur Renji,” kata Briella. “Kita tida berfokus pada satu tempat atau dua tempat yang berbeda. Ini adalah tentang mengetahui, bagaimana cara membunuh seseorang dari jarak jauh, sementara pelakunya berada di sini saat pencurian kalung itu?”“Lalu kenapa kau mengatakan aku berbohong atas kasus pencurian itu, Nona Briella?” tanya Nyonya Smith.Briella tak langsung menjawab, ia berjalan menuju kaca jendela yang pecah, ke kamar Nyonya Smith. Dari ruang tamu, semuanya mengikuti Berhenti sejenak seakan ada hati yang tak bisa Apa boleh aku memecahkan kaca jendela lain sebagai ekperimen?”Ucapan Briella membuat semua orang terkejut, terlebih Bibi Keri. Bee yang sudah paham kalau Briella selalu sepemikiran dengannya, tak terlalu panik akan hal itu. Ia senyum. Senyum yang seakan menjelaskan, kalau orang-orang tak perlu ragu dengan tindakan Briella.“Kenapa harus sampai seperti itu, Nona Briella?” tanya Bibi Keri. “Bukankah pecahan kaca jendelanya tidak diubah sama s
“Apa yang terjadi pada kakimu?” tanya Bee melihat ada bekas luka di kaki kiri Tuan Mori, setelah pernyataan tentang Bibi Keri yang adalah korban lain usai diutrakan. “Apakah itu suatu hal yang bisa dijadikan petunjuk?”“Kau bercanda,” Tuan Mori berkata santai. “Kau mencurigai luka seperti ini? Jangan bilang kalau dugaanku benar. Kau memang orang yang selalu melihat hal-hal kecil sebagai pelengkap deduksimu di akhir. Ini mana mungkin bisa jadi petunjuk apa-apa, apa hubungannya?”“Yah, kau boleh bilang begitu, nyatanya memang itu hanya luka lama yang sudah kering,” kata Inspektur Renji masuk dalam keteganga sesaat itu.“Aku di mobil dengan istriku ketika malam itu ia mengantarkan makanan. Aku terjungkal saat keluar dan menenteng bekal dari istriku. Waktu itu dia bilang sedang buru-buru jadi aku mengatakan, agar ia tak usah peduli dengan luka kecil ini. Aku langsung masuk ke pabrik dan mulai lembur. Ini hanya luka kering dari cedera kecil,” terang Tuan Mori.“Inspetur!” ucap seorang petu
Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran
“Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”
“Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.
Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau
“Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk
Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu
Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka
Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira
"Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"