“Apakah baik terlalu cepat menuduh begitu, Tuan Bee yang budiman?” ketus Nyonya Smith. Memang, ada yang aneh dari cara Nyonya menjawab setiap pertanyaan.
“Kau terlalu memaksakan alibi, Nyonya Smith,” kata Briella membela. “Apa kami boleh bertemu dengan Tuan Morismith? Maksudku Tuan Mori.” Mendengar itu, Bee sontak bertanya ke Briella, “Kenapa secepat itu? Kau yakin sudah waktunya?” “Kita tak punya banyak waktu, Bee. Malam konser itu akan diadakan segera.” “Ya sudah.” “Tunggu,” kata Nyonya Smith. “Memangnya suamiku kenapa, apa yang menjadi alasan ia terlibat?” “Tidak ada apa-apa,Nyonya Smith. Tidak ada maksud mengatakan kalau Tuan Morismith terlibat. Kami hanya ingin memastikan sesuatu. Sesuatu yang lebih hebat dari hal-hal tak terduga,” ucap Bee. “Apa maksudnya itu?” “Bukan apa-apa. Kami biasa melakukan hal seperti ini dalam menangani kasus. Ada hal-hal yang di luar pemikiran biasa, jadi... mohon untuk dimaklumi, Nyonya Smith. Kita perlu melihat segala kemungkinannya. Kematian Mrs. Key benar-benar bukan kematian biasa ataupun bunuh diri, seperti yang ditulis Mrs. Key sendiri di dalam surat itu. Ada keganjilan yang kami rangkum sementara dari informasi Tuan Modi dan apa yang sudah kami lihat di gedung teleskop.” “Sesuatu hal ganjil seperti apa itu,Detektif?” “Semuanya, berkaitan, penuh tipu daya, dan juga sandiwara yang melahirkan tersangka lainnya.” “Maksudmu? Ada lebih dari dua pelaku? Aku bahkan tidak yakin, pembunuhan Mrs. Key berkaitan dengan itu semua. Bagaimana caranya pelaku melakukan pembunuhan, selagi ia berada di rumah ini malam ini?” “Itu adalah hal yang sedang kami pikirkan.” “Maaf, Detektif Bee, tetapi asumsi semata tidak cukup untuk membuat semunya menjadi seolah mendekati kebenaran.” “Kau salah.” “Apa?” “Dalam suatu kasus, hanya ada satu kebenaran.” “Jadi, bagaimana caramu menggunakan filosofi itu untuk mengumpulkan semua hal yang mengarah kepada pelaku? Bukankah harusnya kau berfokus pada bukti secara fisik? Aku jadi ragu kalian berhasil menangani kasus-kasus sebelumnya, seperti yang orang-orang katakan dan media beritakan. Jangan-jangan, kalian salah dalam memutuskan tersangka.” “Hmmm... kita lihat saja nanti, Nyonya. Jika kita duduk dengan tenang secara psikologi dan terbuka tanpa sadar, maka tidak ada kebenaran yang tidak terlihat. Bahkan bukti fisik itu juga sudah terbuka dengan sendirinya, benar, kan... Bibi Keri?” Bib Keri sontak terkejut dengan pertanyaan Bee. Bee yang sedari tadi meladeni pernyataan Nyonya Smith, mendadak mengarahkan hal seperti padanya. Nampak di wajah Bibi Keri seolah tertulis pertanyaan, “Aku?” “Hidup yang membosankan tak pernah berjalan lantang, kan?” Bee kembali membuka. “Bibi Keri, bagaimana menurutmu tentang alarm yang rusak itu, dan juga kepergian Tania?” “Tania? Kenapa mendadak menjadi ke arah Tania?” “Ah, kalian belum mengerti, baiklah. Begini... bisakah kita mencoba melihat segala kemungkinannya?” “Tentu saja bisa, Detektif. Tetapi...” “Tetapi apa? Apakah di matamu Tania sulit untuk menjadi pelaku? Bukankah kalian semua berada di rumah ini dan Tania berada di luar?” “Detekti Bee, jika kau menuduh Tania adalah pelaku karena ia menjadi orang yang kemungkinan berada di luar dan bisa melakukan itu, bagaimana cara ia membangun motifnya untuk membunuh ibunya sendiri? Tania memang kurang dekat dengan ibunya lantaran ibunya yang jarang punya waktu di rumah. Tetapi ia selalu punya kesempatan untuk tetap menceritakan rasa bangga atas prestasi ibunya padaku.” “Benarkah?” “Ya, dia sering bercerita tentang ibunya saat berada di dapur. Memelukku dari belakang dan menciumku seperti ibu kandungnya sendiri. Tania adalah anak tunggal satu-satunya di rumah ini. Tak ada yang lebih dari menjadi orang baik. Jika Tania adalah seseorang yang menginginkan harta warisan, untuk apa? Dia sudah jelas akan mendapatkannya.” “Kau berpikir sampai kesitu, ya, Bibi Keri?” “Tentu saja, Detektif. Aku pikir kau berpikir mengenai motif pembunuhan juga, kan? Jadi aku beritahu saja kebenarannya dari awal, agar kau bisa menilai sendiri dan mengaitkannya dengan bukti-bukti yang sementara masih jadi bahan spekulasi.” “Ya, kasus ini tidak rumit. Hanya saja butuh waktu yang tidak sedikit untuk memahaminya. Jika Tania memang bukan orang yang menyebabkan kesalahpahaman situasi malam itu,maka kemungkinan...” “Kemungkinan apa, Bee?” tanya Briella. “Kemungkinan-kemungkinan yang kita dapatkan sebelumnya, masihlah belum matang untuk bisa diikat satu sama lain. Apa mungkin Tania bisa melakukan itu semua?” “Aku rasa kemungkinannya tetap ada. Tetapi jangan beritahu dia soal ini, aku mempunyai bagian khusus untuk diperlihatkan pada Tania. Jawabannya mendekatkan aku pada pelakunya. Yah, hanya satu kebenarannya.” “Lalu, sebenarnya kenapa kau ingin bertemu suamiku, Detekti Bee? Suamiku akan pulang tak lama lagi. Mungkin kita bisa membahas alasan-alasan yang memang masuk akal,” kata Nyonya Smith. “Bagiku, ada baiknya kita menunggu dia kembali.” “Tuan Mori?” tanya Bibi Keri. “Benar. Ada beberapa pertanyaan yang mungkin membuatnya terkejut. Salah satunya adalah, kenapa dia tidak pulang-pulang saat tahu Mrs. Key meninggal?” “Hmmm... mengenai itu, aku memang belum memberitahunya, Detektif Bee. Aku ingin dia tahu dalam kondisi tidak lelah. Jika aku memberitahunya dalam kondisi lelah sehabis pulang kerja, itu akan sangat tidak baik untuk jantungnya.” “Tuan Mori ada riwayat penyakit jantung?” “Ya.” “Apa benar, Bibi Keri?” Bibi tak langsung menjawab kali ini. Entah apa alasannya. Tangannya... “Kenapa jemari Bibi Keri bergetar begitu?” kata Bee dalam hati. “Ada hal tidak beres mengenai Bibi Keri dan Nyonya Smith. Mungkin aku tanya ke Tania saja soal itu.” “Maaf, Detektif, aku kurang tahu soal itu. Aku lebih sering dekat dengan Tania. Untuk urusan Tuan Mori, aku kurang hak untuk tahu masalah pribadi itu. Lagipula, aku adalah asisten utama Mrs. Key, aku lebih berfokus pada Mrs. Key dan Tania.” “Bibi Keri benar, dia memang baru mendengar hal ini dariku,” jawab Nyonya Smith. “Bee...” bisik Briella. “Apa?” “Kau merenungkan apa tadi sepintas?” “Getaran.” “Oh?” “Nanti saja aku beritahu saat kita bersama Tania,” Bee berkata sambil mengelap pelipisnya yang tidak basah oleh keringat. “Nyonya Smith, aku ingin menentukan kata kuncinya sekarang.” “Boleh-boleh saja. Tetapi... kata kunci seperti apa itu?” “Kata kunci yang mungkin tidak kau sadari. Saat malam kau pergi buru-buru mengendarai mobil, dimana kau saat sebelum bertemu aku dan Briella?” “Malam?” “Yah, saat kau nyaris menabrakku usai aku dan Briella membeli tiket konser Mrs. Key.” “Ah, saat itu ya... sebentar, aku lupa tepatnya. Aku rasa aku memang mengendarai mobil kesana. Tidak ada hal lain yang membuat aku harus berhenti.” “Tetapi seingatku, waktu itu pukul hampir mendekati 22.00 di dinding toko perbelanjaan. Sementara pada rekaman video sebelumnya bersama Inspektur Renji, Mrs. Key meninggalkan rumah sebelum itu. Dan kau membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk sekedar bertabrakan dengan kami. Kau mengatakan akan ke kantor polisi waktu itu, kan?” “Ya, itu...” “Dan kau tidak mungkin melambatkan mobil yang kaukendarai karena kau memang terburu-buru sekali waktu itu. Apa aku salah?” “Waktu itu...” “Berhenti berbelit-beli Nyonya Smith. Aku belum lah punya banyak bukti untuk menyimpulkan semuanya. Jadi tolong, katakan saja apa yang terjadi.” “Ya, aku memang sempat berhenti karena macet sedikit.” “Hanya itu?” “Hmmm... lebih tepatnya aku banyak pikiran karena harus menitipkan bekal makan malam untuk suamiku, di pabrik mainan.” “Kau memang melakukan hal demikian, baiklah, diterima, Nyonya Smith. Tetapi kau melupakan satu hal, kau memiliki kelebihan waktu dan jarak untuk bisa melakukan itu semua. Pertama, pabrik mainan itu jaraknya tidak jauh dari tempat aku dan Briella membeli tiket konser Mrs. Key. Kedua, kau masih memiliki banyak waktu dengan keterburu-buruanmu mengejar waktu bertemu polisi, meskipun pada akhirnya kau harus kembali ke sini karena Inspektur Renji sudah berada di sini lebih dulu. Jika dilihat waktu kasus pencurian kalungmu, kematian Mrs. Key, dan kedatangan Inspektur Renji kesini melebihi diri Anda, maka dipastikan KAU MEMILIKI KELEBIHAN WAKTU UNTUK MELAKUKAN HAL LAIN, Nyonya Smith. Itulah kata-kata kuncinya, kau memiliki KELEBIHAN WAKTU. Jadi, bagaimana caramu menjelaskan hal itu padaku sebagai alibi baru, Nyonya Smith?”"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, Tuan Bee? Apakah kau ingin mengatakan aku adalah pelakunya? Aku mencuri kalungku sendiri? Begitu? Heh, hal bodoh untuk seorang yang terkenal sepertimu?""Kau sendiri yang mengatakannya barusan. Apa ini adalah kasus sulit yang memang diciptakan untuk menandingi kecerdasaan kami berdua, Nyonya Smith?""Oh?" Nyonya Smith entah kenapa terperangah kecil."Briella, kembali ke tempat itu dan kumpulkan kata-kata kunci yang aku kirimkan nanti. Kemudian kau urutkan lah seperti biasa.""Baik, aku akan kesana dan mengurutkannya secepat mungkin."Dan Briella pun pergi. Penjaga menawarinya untuk diantar namun ditolak. Inspektur Renji rupanya telah menanti di depan. Bee mengirimkan pesan diam-diam sebelumnya ke Inspeksi Renji diam-diam."Apa kita lanjutkan sedikit sampai Tuan Mori pulang?" tanya Bee kembali membuka. "Maksudku, apa ada hal-hal lain sebagai alibi masing-masing sebelum Tuan Morismith kemari?""Anda sudah menghubunginya diam-diam?" tanya Bibi Keri
Tuan Mori tiba, ia membawa tas besar yang entah apa isinya. Ia melihat Bee dengan tatapan biasa-biasa saja."Kau sudah di sini, Tuan Mori," kata Bee membuka."Apa yang...""Mungkin Anda terkejut, jadi mohonlah duduk sebentar dan mencoba untuk tenang. Anda lelah kelihatan, jadi mungkin Bibi Keri bisa mengambil beberapa minuman untukmu.""Bibi Keri," pinta Nyonya Smith."Iya, tunggu sebentar.""Jadi, apa yang perlu dicemaskan di sini? Aku memang sedang dalam perjalanan kemari, namun entah kenapa petugas polisi mendadak meneleponku agar segera pulang. Benar-benar tidak efektif. Benar, kan, Detektif Bee?""Oh, Anda sudah mengenali aku ternyata.""Astaga, mana ada di Moskow ini yang tidak tahu siapa dirimu.""Kalau begitu, apakah aku bisa menggunakan statusku dengan baik sebagai pemberi pertanyaan?""Ya, jika itu memang perlu dilakukan. Aku akan menjawabnya.""Jadi, kau sudah mengetahui kematian Mrs. Key?"Tuan Mori sontak terkejut, entah itu ekspresi alami atau tidak."Melihat dari ekspres
"Oh? Memangnya apa yang ada di dalam tasku? Itu adalah privasi, Detektif. Aku tak mungkin mengizinkan, apapun alasannya!""Tenang, sayang..." Nyonya Smith berujar lembut dan menyentuh pundak suaminya."Maaf, Detektif Bee, jika kau ingin mengecek tasku, boleh-boleh saja.""Tidak perlu.""Apa?""Ya, itu tidak perlu.""Kalau begitu aku saja yang membuka sendiri."Tuan Mori bangkit dari duduknya, membuka tasnya dengan gesit, dan mengeluarkan semua isi tasnya ke lantai dengan ekspresi seperti menahan emosi."Lihat? Ini semua adalah alat-alat agar aku tetap selamat di jalan. Sarung tangan, kacamata, dan alat-alat kecil lainnya seperti dompet dan selotip untuk mempermudah pekerjaanku."Bee tersenyum tipis memandang sudut tas yang terbuka itu. Tas berukuran besar seperti tas orang-orang yang ingin pergi piknik."Jadi ada sesuatu pada bentuk persegi panjang itu," kata Bee dalam hati."Ada apa, Detektif Bee?" tanya Bibi Keri."Tidak apa-apa, aku rasa lebih baik semuanya ditunda dulu. Aku ingin
“Benar apa yang dikatakan Inspektur Renji,” kata Briella. “Kita tida berfokus pada satu tempat atau dua tempat yang berbeda. Ini adalah tentang mengetahui, bagaimana cara membunuh seseorang dari jarak jauh, sementara pelakunya berada di sini saat pencurian kalung itu?”“Lalu kenapa kau mengatakan aku berbohong atas kasus pencurian itu, Nona Briella?” tanya Nyonya Smith.Briella tak langsung menjawab, ia berjalan menuju kaca jendela yang pecah, ke kamar Nyonya Smith. Dari ruang tamu, semuanya mengikuti Berhenti sejenak seakan ada hati yang tak bisa Apa boleh aku memecahkan kaca jendela lain sebagai ekperimen?”Ucapan Briella membuat semua orang terkejut, terlebih Bibi Keri. Bee yang sudah paham kalau Briella selalu sepemikiran dengannya, tak terlalu panik akan hal itu. Ia senyum. Senyum yang seakan menjelaskan, kalau orang-orang tak perlu ragu dengan tindakan Briella.“Kenapa harus sampai seperti itu, Nona Briella?” tanya Bibi Keri. “Bukankah pecahan kaca jendelanya tidak diubah sama s
“Apa yang terjadi pada kakimu?” tanya Bee melihat ada bekas luka di kaki kiri Tuan Mori, setelah pernyataan tentang Bibi Keri yang adalah korban lain usai diutrakan. “Apakah itu suatu hal yang bisa dijadikan petunjuk?”“Kau bercanda,” Tuan Mori berkata santai. “Kau mencurigai luka seperti ini? Jangan bilang kalau dugaanku benar. Kau memang orang yang selalu melihat hal-hal kecil sebagai pelengkap deduksimu di akhir. Ini mana mungkin bisa jadi petunjuk apa-apa, apa hubungannya?”“Yah, kau boleh bilang begitu, nyatanya memang itu hanya luka lama yang sudah kering,” kata Inspektur Renji masuk dalam keteganga sesaat itu.“Aku di mobil dengan istriku ketika malam itu ia mengantarkan makanan. Aku terjungkal saat keluar dan menenteng bekal dari istriku. Waktu itu dia bilang sedang buru-buru jadi aku mengatakan, agar ia tak usah peduli dengan luka kecil ini. Aku langsung masuk ke pabrik dan mulai lembur. Ini hanya luka kering dari cedera kecil,” terang Tuan Mori.“Inspetur!” ucap seorang petu
Saat Bee dan yang lainnya melihat, mereka berekpresi sama seperti Briella. Namun Bee berbeda, ia tak ingi larut dalam keterkejutan. Ia melihat kaca jendela kamar Tania yang pecah dan meminta para penjaga untuk mengejar pelaku.“Aku rasa pelakunya masih di luar!” kata Bee terburu-buru.“Aku akan ikut memeriksanya!” ucap Tuan Mori.“Cepat telepon Tania dan Tuan Modi, minta mereka kemari segera,” pinta Inspektur Renji.“Mari kita lihat. Pintu dan jendela di kamar ini semuanya terkunci. Tak ada yang kabur melalui jendela di kamar sebelah. Pembunuhnya sengaja menyeret Bibi Keri kemari. Oh, tunggu!” ucap Bee. “Ada pohon di luar.Bee melihat keluar jendela.“Dari sini, tembok luar begitu dekat. Mudah bagi pelaku untuk kabur. Kamar Tania lebih strategis untuk melakukan pembunuhan terang-terangan begini. Berbeda dari kamar Nyonya Smith, ataupun kamar Mrs. Key.”“Tapi kenapa Bibi Keri masuk ke kamar ini saat mati lampu tadi?” tanya Nyonya Smith mengusap air matanya.“Hmmm... mengenai itu, aku t
Tania pun masuk. Ia terlihat sayu dan kosong.“Jadi, sepertinya orang-orang tanpa alibi yang jelas adalah empat orang ini. Meski Tuan Mori terluka, itu tidak jadi alasan ia bukan pelakunya. Kita bisa menyisihkan Tuan Mori sementara agar lebih mudah. Ha, ha! Pelakunya ternyata memiliki kecerobohan juga,” kat Bee lagi.“Aku mengerti. Aku ingin bicara dengan masing-masing dari kalian secara terpisah nanti sementara. Aku akan meminta meminta kalian menunggu. Lalu, aku ingin setiap orang untuk memeriksa lahan di lingkungan ini. Senjatanya seharusnya masih ada di sekitar luar rumah,” jelas Inspektur Renji.“Kita harus menemukannya,” kata Bee.“Hei, Bee, berapa banyak yang kau dapat?” tanya Briella.“Lumayan! Mungkin tujuh, empatnya ada di aku, dan totalnya ada padamu yang sudah merincinya di monitor, kan?“Aku tahu itu. Aku juga punya lebih dari tujuh kecurigaan.”“Pertama adalah senjata yang pembunuhnya bawa dari tempat kejadian. Pelaku memakai banyak waktu untuk mengunci semuanya. Jika se
“Baiklah, Briella, pastikan kau memegangi talinya,” kata Bee dengan nada bergetar. “Hah, kenapa sampai harus seperti ini? Benar-benar pembunuh yang merepotkan.”“Hei, bagaimana Bee?”“Lebih mudah dari yang kukira.”“Yang artinya, pembunuhnya turun ke beranda kecil ini.”Bee mendarat di luaran tembok yang cukup tinggi di dekat kamar Tania. Di posisi belakang rumah. Dan ada pohon yang tumbuh di luaran rumah itu, di luar dari batas tembok rumah.“Apa itu? Ternyata dari sini lebih jelas, sesuatu tersangkut di pohon.”“Di mana?” tanya Briella.“Di pohon itu, tepat dari pandangan aku berdiri. Jika dari dalam luar jendela, maka cukup sulit melihatnya. Pantas para petugas tak menemukan apa-apa sejak tadi.”“Oh iya, ayo akan meminta yang lain kesitu juga dari arah luar.”“Baiklah, mari kita periksa,” kata Bee dalam hati sambil menunggu Briella menyusul dengan para pemeriksa.“Sekarang apa yang kau lakukan, Detektif Bee?” tanya Inpektur Renji yang sudah tiba di halaman luar tembok rumah.“Apaka
Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran
“Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”
“Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.
Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau
“Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk
Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu
Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka
Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira
"Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"