Di kisaran jarak yang cukup jauh, hanya Bee, Briella, dan tiga penjaga rumah Mrs. Key yang kembali ke rumah kejadian. Inspektur Renji dan yang lainnya bersama Tania, kembali ke ruang kantor. Nyonya Smith kini bergiliran waktu dengan Tania dan sudah dijemput Inspektur Renji, untuk kembali ke rumah. Sebuah pertanyaan sudah disiapkan Bee dengan segala konsekwensinya.
Jika mengakui adrenalin para kandidat dalam pikiran Bee, maka mungkin Briella bisa mengimbangi itu. Nyonya Smith melangkahkan kaki dengan gemetar. Ada pikiran acak-acakan yang mungkin coba dilindungi oleh Bee. Nyonya Smith duduk lebih dulu di sofa ruangan tengah. Ia sadar, akan ada pertanyaannya yang sulit dijawab. "Apa aku harus menjadi orang pertama yang ditanya?" tanya Nyonya Smith membuka. "Tidak juga, Tuan Modi telah menjadi pertama," jawab Bee. "Apa?" Nyonya Smith entah kenapa bertanya dengan penuh tekanan. "Di mana?" "Suatu gedung yang biasa menjadi tempat orang-orang menggunakan teleskop gratis." Mendengar itu, Nyonya Key terbelalak. Matanya memancarkan keterkejutan. Seperti mengetahui sesuatu. "Kenapa begitu terkejut, Nyonya Smith. Apa kau mengetahui sesuatu tentang gedung itu? Para penjaga mengatakan, kalau Nyonya Mrs. Key memiliki kebiasaan mengambil gambar melalui teleskop itu saat malam hari. Apa kau tidak tahu kebiasaan Mrs. Key yang selalu keluar malam untuk hal itu?" Briella bertanya sembari menjelaskan. "Itu... aku baru mendengarnya dari kalian. Aku lebih sering keluar malam ke tempat suamiku untuk menjemputnya pulang. Aku tidak tahu kebiasaan Key karena aku juga sering keluar malam. Aku bahkan bertemu kalian berdua saat itu di tempat pembelian tiket, bukan? Malam hari kemarin." "Seseorang berusaha berusaha mengejar bayangan yang jatuh dari atas gedung. Tuan Modi yang gerak-geriknya membingungkan, mengakibatkan perasaan takut dan akhirnya dimanfaatkan oleh pelaku. Hal yang sulit dijelaskan. Tapi di sana, ada bekas tembak di sekitar pegangan bangunan," jelas Briella lagi lalu duduk di berdampingan di pinggiran raga Bee. Seperti lem lalat, mereka berdua seakan lekat dan tertempel baik sebagai rekan. Sementara itu, terdengar suara mobil petugas polisi di luar rumah. Seseorang masuk. "Bibi Keri?" tanya Nyonya Smith. "Aku diminta kemari lagi oleh Detektifnya Bee, Nyonya." "Kau bisa membuatkan mereka minum lebih dulu, Bibi Keri," pinta Nyonya Smith. Sekalian ada hal yang ingin saya lihat, Hal sederhana." Bibi Keri masuk ke dalam melintasi area dapur. "Sesuatu untuk menghibur diri, kah?" tanya Bee menghentikan. "Bee tunggu..." kata Briella menyeru kecil. Berbisik di telinga Bee. "Kita tidak bisa juga menyalahkan Bibi Keri. Bahkan terlihat Tania waktu itu. Meski alibinya sulit untuk dijadikan tersangka, tapi kau pernah mengatakan pembunuhan dilihat dari tingkat keberhasilannya. Selalu ada trik untuk memanipulasi semua hal." "Haha, apapun bisa terjadi, Briella," Bee hanya merespon dengan cengar-cengir kecil. Ia seakan menikmati perubahan sikap dari Briella yang lucu. "Apa hal seperap itu perlu untuk dikhawatirkannya? Bibi Keri, marilah... tak perlu menyiapkan minum. Kita kemari tidak untuk santai-santai. Kita harus mengejar waktu sebelum malam konser Mrs. Key tiba." Bibi Keri tersenyum. jalan ke sofa lalu duduk. Sementara Nyonya Smith tersenyum pahit. Entah apa yang mereka saling pikirkan satu sama lain. Pemandangan diam yang aneh dan alami namun begitu kaku di mata Bee dan Briella. "Apa sebenarnya yang kau dengar malam itu, Bibi Keri?" Bee bertanya sedang. "Aku tidak mendengar apa-apa. Eh... maksudku..." "Apa?" Bibi Keri menyatakan sesuatu, yang seolah sengaja diceploskan. Tak tertahankan dan membuat Bee terkejut. "Bukankah kau mengatakannya mendengar suara pecahan kaca jendela, Bibi Keri?" Bee lanjut bertanya. "Bukankah Bibi Keri sudah menceritakan semua yang terjadi sebelumnya waktu semuanya ada di sini?" tanya Nyonya Smith. Bee menggaruk kepalanya, tersenyum sedikit. Matanya diedarkan ke lain arah. "Aku hanya memancing dan ingin memastikan sesuatu. Meskipun kita sudah sama-sama tahu apa yang terjadi, tapi semuanya adalah hal yang saling bertolak belakang dan kurang masuk akal. Itulah alasan aku bertanya lagi, namun dengan cara spontan. Reaksi psikologi terkadang bisa memberi jawaban lebih baik daripada yang diutarakan lidah." "Aku hanya sedang bingung. Maaf, Detektif Bee, bisakah kau katakan langsung apa yang kaubutuhkan?" Bibi Keri bertanya gugup. "Hmmm... harusnya kau tidak mendengar apa-apa saat kaca jendela itu dipecahkan, Bibi Keri," jawab Briella tak langsung, ia seakan tahu apa yang ingin dipikirkan dalam oleh Bee. "Aku sebenarnya juga tidak terlalu mendengar. Mendengar yang aku maksud saat itu adalah, seolah aku mendengar. Apalagi saat Nyonya Smith bercerita tentang kejadian di kamarnya, aku jadi yakni kalau aku memang mendengar suara itu." "Hmmm... begitu. Kau memang hebat, Bibi Keri. Tapi lebih hebat lagi Nyonya Smith," kelakar Bee. "Jika dilihat dari pecahan kaca jendela, itu lebih dominan di luar, kan?" "Bukankah kau sudah membahas itu, Detektif Bee?" tanya Nyonya Smith menjadi tinggi entah kenapa. "Ya, tapi aneh jika pencuri itu masuk ke dalam melalui pintu dalam, bukan? Harusnya ia adalah orang di dalam rumah ini sendiri. Pelakunya adalah orang yang mengerti rumah ini. Terbitin dari alarm keamanan yang rusak. Penjaga rumah sudah memeriksa ulang seperti kataku. Alarmnya tidak rusak, melainkan diputuskan dari dalam. Lalu pelaku menyambungkannya lagi saat penjaga melihatnya, saat malam pencurian itu, sekaligus malam pembunuhan Mrs. Key." "Apa maksudmu... alarm yang diputuskan dan disambungkan ulang di pusat penyalanya, menjadi penyebab alarm itu terlalu rusak?" tanya Nyonya Smith. "Entahlah, bukankah kau seharusnya lebih mengedepankan rumah ini, Nyonya Smith?" Bee kembali memancing dan ia seakan berhasil. Nyonya Smith terbelalak antara seperti berbohong, dan seperti sedang menjadi korban yang dibohongi. "Lalu apa hubungannya dengan kejadian di gedung teleskop yang kaukatakan tadi, Detekti Bee?" "Hmmm.... yang aku maksudkan adalah ada korban pengarahan situasi di sini. Sehingga pelaku bisa membunuh Mrs. Key dan melakukan dua manipulasi sekaligus." "Pembunuhnya lebih dari satu orang?" tanya Bibi Keri. "Tidak, hanya satu. Namun korban yang seolah menjadi tersangka menjadi lebih dari satu. Jika kita tidak hati-hati, maka kita akan tertipu pelaku sebenarnya. Kita jadi menganggap korban pengalihan tersangka, menjadi tersangka sebenarnya." Penjaga kemudian masuk. Ia keluar melalui kamar Mrs. Key. "Sejak kapan kalian masuk ke situ?" tanya Nyonya Smith. "Aku yang memintanya memeriksa kamar Mrs. Key. Itulah alasan aku meminta rumah di kosongkan, dan kalian semua berada di kantor Inspektur Renji sementara sejak kemarin. Tentu agar semua hal tidak dirubah oleh pelaku," terang Briella. "Maaf, kami menemukan surat di atas meja Mrs. Key," kata penjaga itu lalu menyerahkannya kepada Bee. Kapan ya... aku meninggal? Dunia ini benar-benar menyakitkan untuk dijalani. Kalau aku diberi tahu kapan waktuku meninggal, aku pasti bahagia. Sebutkan alasan kenapa harus bahagia kalau kita sudah tahu kapan kita meninggal? Ya, kita jadi tinggalkan dunia sepenuhnya dan menunggu waktu pulang. Kita tidak khawatir ketika kekurangan segalanya. Karena kita tahu kapan kita akan pulang Hanya saja, pembedahan saat kita MENGETAHUI dengan TIDAK MENGETAHUINYA. Sama sama menunggu waktu juga sih, hidup yang seperti sebuah sepeda. Jika masih terus ingin berjalan, maka kita harus tetap bergerak untuk mengayuhnya. Walaupun kita sudah tahu jika akan sampai ke tujuan dan berhenti di sana. Sepertinya hidup, mau itu sudah diketahui atau belum kapan kita mati, tetap saja harus bergerak saat menunggu waktunya tiba. Apakah kalau satu minggu kemudian kita sudah tahu akan meninggal, lantas kita berhenti bergerak, berhenti beraktifitas? Memangnya kalau kita sudah tahu kapan akan meninggal, kita juga sudah bisa mengukur kebaikan yang kita miliki dan dapatkan? "Apa benar ini tulisan tangan Mrs. Key?" tanya Bee seraya memberikan surat itu kepada Bibi Keri, usai ia membacanya. "Iya, tidak salah lagi." "Tapi... dari isi tulisan, itu tidak seperti keinginan untuk bunuh diri, melainkan persepsi Mrs. Key sendiri saat sedang dalam masa kesalahan mental. Apa satu rumah tidak menyukai beliau?" Bee sontak memberikan pernyataan yang membuat semuanya terkejut otomatis tak terkecuali Briella. "Aku yakin Mrs. Key sama sekali tidak berniat bunuh diri melihat dari semangatnya latihan bersama Tuan Modi. Ia juga tidak memiliki pembenci di antara penggemarnya. Penyukanya lebih banyak. Lagipula, ia memang dibunuh di area gedung teleskop itu. Dan kaca jendela yang pecah itu, menjadi kalau ada yang berbohong sejak kemarin pada kami. Yah, pelakunya adalah orang-orang di rumah ini, salah satunya," lanjutnya.“Apakah baik terlalu cepat menuduh begitu, Tuan Bee yang budiman?” ketus Nyonya Smith. Memang, ada yang aneh dari cara Nyonya menjawab setiap pertanyaan.“Kau terlalu memaksakan alibi, Nyonya Smith,” kata Briella membela. “Apa kami boleh bertemu dengan Tuan Morismith? Maksudku Tuan Mori.”Mendengar itu, Bee sontak bertanya ke Briella, “Kenapa secepat itu? Kau yakin sudah waktunya?”“Kita tak punya banyak waktu, Bee. Malam konser itu akan diadakan segera.”“Ya sudah.”“Tunggu,” kata Nyonya Smith. “Memangnya suamiku kenapa, apa yang menjadi alasan ia terlibat?”“Tidak ada apa-apa,Nyonya Smith. Tidak ada maksud mengatakan kalau Tuan Morismith terlibat. Kami hanya ingin memastikan sesuatu. Sesuatu yang lebih hebat dari hal-hal tak terduga,” ucap Bee.“Apa maksudnya itu?”“Bukan apa-apa. Kami biasa melakukan hal seperti ini dalam menangani kasus. Ada hal-hal yang di luar pemikiran biasa, jadi... mohon untuk dimaklumi, Nyonya Smith. Kita perlu melihat segala kemungkinannya. Kematian Mrs. Ke
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, Tuan Bee? Apakah kau ingin mengatakan aku adalah pelakunya? Aku mencuri kalungku sendiri? Begitu? Heh, hal bodoh untuk seorang yang terkenal sepertimu?""Kau sendiri yang mengatakannya barusan. Apa ini adalah kasus sulit yang memang diciptakan untuk menandingi kecerdasaan kami berdua, Nyonya Smith?""Oh?" Nyonya Smith entah kenapa terperangah kecil."Briella, kembali ke tempat itu dan kumpulkan kata-kata kunci yang aku kirimkan nanti. Kemudian kau urutkan lah seperti biasa.""Baik, aku akan kesana dan mengurutkannya secepat mungkin."Dan Briella pun pergi. Penjaga menawarinya untuk diantar namun ditolak. Inspektur Renji rupanya telah menanti di depan. Bee mengirimkan pesan diam-diam sebelumnya ke Inspeksi Renji diam-diam."Apa kita lanjutkan sedikit sampai Tuan Mori pulang?" tanya Bee kembali membuka. "Maksudku, apa ada hal-hal lain sebagai alibi masing-masing sebelum Tuan Morismith kemari?""Anda sudah menghubunginya diam-diam?" tanya Bibi Keri
Tuan Mori tiba, ia membawa tas besar yang entah apa isinya. Ia melihat Bee dengan tatapan biasa-biasa saja."Kau sudah di sini, Tuan Mori," kata Bee membuka."Apa yang...""Mungkin Anda terkejut, jadi mohonlah duduk sebentar dan mencoba untuk tenang. Anda lelah kelihatan, jadi mungkin Bibi Keri bisa mengambil beberapa minuman untukmu.""Bibi Keri," pinta Nyonya Smith."Iya, tunggu sebentar.""Jadi, apa yang perlu dicemaskan di sini? Aku memang sedang dalam perjalanan kemari, namun entah kenapa petugas polisi mendadak meneleponku agar segera pulang. Benar-benar tidak efektif. Benar, kan, Detektif Bee?""Oh, Anda sudah mengenali aku ternyata.""Astaga, mana ada di Moskow ini yang tidak tahu siapa dirimu.""Kalau begitu, apakah aku bisa menggunakan statusku dengan baik sebagai pemberi pertanyaan?""Ya, jika itu memang perlu dilakukan. Aku akan menjawabnya.""Jadi, kau sudah mengetahui kematian Mrs. Key?"Tuan Mori sontak terkejut, entah itu ekspresi alami atau tidak."Melihat dari ekspres
"Oh? Memangnya apa yang ada di dalam tasku? Itu adalah privasi, Detektif. Aku tak mungkin mengizinkan, apapun alasannya!""Tenang, sayang..." Nyonya Smith berujar lembut dan menyentuh pundak suaminya."Maaf, Detektif Bee, jika kau ingin mengecek tasku, boleh-boleh saja.""Tidak perlu.""Apa?""Ya, itu tidak perlu.""Kalau begitu aku saja yang membuka sendiri."Tuan Mori bangkit dari duduknya, membuka tasnya dengan gesit, dan mengeluarkan semua isi tasnya ke lantai dengan ekspresi seperti menahan emosi."Lihat? Ini semua adalah alat-alat agar aku tetap selamat di jalan. Sarung tangan, kacamata, dan alat-alat kecil lainnya seperti dompet dan selotip untuk mempermudah pekerjaanku."Bee tersenyum tipis memandang sudut tas yang terbuka itu. Tas berukuran besar seperti tas orang-orang yang ingin pergi piknik."Jadi ada sesuatu pada bentuk persegi panjang itu," kata Bee dalam hati."Ada apa, Detektif Bee?" tanya Bibi Keri."Tidak apa-apa, aku rasa lebih baik semuanya ditunda dulu. Aku ingin
“Benar apa yang dikatakan Inspektur Renji,” kata Briella. “Kita tida berfokus pada satu tempat atau dua tempat yang berbeda. Ini adalah tentang mengetahui, bagaimana cara membunuh seseorang dari jarak jauh, sementara pelakunya berada di sini saat pencurian kalung itu?”“Lalu kenapa kau mengatakan aku berbohong atas kasus pencurian itu, Nona Briella?” tanya Nyonya Smith.Briella tak langsung menjawab, ia berjalan menuju kaca jendela yang pecah, ke kamar Nyonya Smith. Dari ruang tamu, semuanya mengikuti Berhenti sejenak seakan ada hati yang tak bisa Apa boleh aku memecahkan kaca jendela lain sebagai ekperimen?”Ucapan Briella membuat semua orang terkejut, terlebih Bibi Keri. Bee yang sudah paham kalau Briella selalu sepemikiran dengannya, tak terlalu panik akan hal itu. Ia senyum. Senyum yang seakan menjelaskan, kalau orang-orang tak perlu ragu dengan tindakan Briella.“Kenapa harus sampai seperti itu, Nona Briella?” tanya Bibi Keri. “Bukankah pecahan kaca jendelanya tidak diubah sama s
“Apa yang terjadi pada kakimu?” tanya Bee melihat ada bekas luka di kaki kiri Tuan Mori, setelah pernyataan tentang Bibi Keri yang adalah korban lain usai diutrakan. “Apakah itu suatu hal yang bisa dijadikan petunjuk?”“Kau bercanda,” Tuan Mori berkata santai. “Kau mencurigai luka seperti ini? Jangan bilang kalau dugaanku benar. Kau memang orang yang selalu melihat hal-hal kecil sebagai pelengkap deduksimu di akhir. Ini mana mungkin bisa jadi petunjuk apa-apa, apa hubungannya?”“Yah, kau boleh bilang begitu, nyatanya memang itu hanya luka lama yang sudah kering,” kata Inspektur Renji masuk dalam keteganga sesaat itu.“Aku di mobil dengan istriku ketika malam itu ia mengantarkan makanan. Aku terjungkal saat keluar dan menenteng bekal dari istriku. Waktu itu dia bilang sedang buru-buru jadi aku mengatakan, agar ia tak usah peduli dengan luka kecil ini. Aku langsung masuk ke pabrik dan mulai lembur. Ini hanya luka kering dari cedera kecil,” terang Tuan Mori.“Inspetur!” ucap seorang petu
Saat Bee dan yang lainnya melihat, mereka berekpresi sama seperti Briella. Namun Bee berbeda, ia tak ingi larut dalam keterkejutan. Ia melihat kaca jendela kamar Tania yang pecah dan meminta para penjaga untuk mengejar pelaku.“Aku rasa pelakunya masih di luar!” kata Bee terburu-buru.“Aku akan ikut memeriksanya!” ucap Tuan Mori.“Cepat telepon Tania dan Tuan Modi, minta mereka kemari segera,” pinta Inspektur Renji.“Mari kita lihat. Pintu dan jendela di kamar ini semuanya terkunci. Tak ada yang kabur melalui jendela di kamar sebelah. Pembunuhnya sengaja menyeret Bibi Keri kemari. Oh, tunggu!” ucap Bee. “Ada pohon di luar.Bee melihat keluar jendela.“Dari sini, tembok luar begitu dekat. Mudah bagi pelaku untuk kabur. Kamar Tania lebih strategis untuk melakukan pembunuhan terang-terangan begini. Berbeda dari kamar Nyonya Smith, ataupun kamar Mrs. Key.”“Tapi kenapa Bibi Keri masuk ke kamar ini saat mati lampu tadi?” tanya Nyonya Smith mengusap air matanya.“Hmmm... mengenai itu, aku t
Tania pun masuk. Ia terlihat sayu dan kosong.“Jadi, sepertinya orang-orang tanpa alibi yang jelas adalah empat orang ini. Meski Tuan Mori terluka, itu tidak jadi alasan ia bukan pelakunya. Kita bisa menyisihkan Tuan Mori sementara agar lebih mudah. Ha, ha! Pelakunya ternyata memiliki kecerobohan juga,” kat Bee lagi.“Aku mengerti. Aku ingin bicara dengan masing-masing dari kalian secara terpisah nanti sementara. Aku akan meminta meminta kalian menunggu. Lalu, aku ingin setiap orang untuk memeriksa lahan di lingkungan ini. Senjatanya seharusnya masih ada di sekitar luar rumah,” jelas Inspektur Renji.“Kita harus menemukannya,” kata Bee.“Hei, Bee, berapa banyak yang kau dapat?” tanya Briella.“Lumayan! Mungkin tujuh, empatnya ada di aku, dan totalnya ada padamu yang sudah merincinya di monitor, kan?“Aku tahu itu. Aku juga punya lebih dari tujuh kecurigaan.”“Pertama adalah senjata yang pembunuhnya bawa dari tempat kejadian. Pelaku memakai banyak waktu untuk mengunci semuanya. Jika se
Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran
“Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”
“Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.
Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau
“Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk
Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu
Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka
Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira
"Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"