Share

Pecahan Kaca Jendela

Author: Beegumi
last update Last Updated: 2024-06-16 15:35:08

Detektif Bee menoleh sedikit ke arah jendela yang pecah. Ada perasaan membaur yang mungkin jadi pencetus gerak hatinya. Ia mendekati area serpihan kaca. Mendongak keluar, matanya, melototi tanah luar rumah, dan menganggukkan kepala pelan seperti telah mengerti satu hal kecil. Satu hal mendasar yang hanya bisa keluar dari cahaya analisisnya.

“Sebelumnya, kami memanggi Mrs. Key dari luar namun tak ada jawaban. Sinar alarm infraretnya pun masih bagus, tak ada kesalahan,” terang si petugas. “Kami bahkan sampai berteriak dan memberitahu Mrs. Key, kami akan membuka pintunya.

“Lalu?” tanya Inspektur Renji.

“Saat akan membuka pintu, Mrs. Key mendadak muncul dan berkata dia dari ruangannya. Bibi Keri saat itu pulang dan bertanya apa yang terjadi. Hal yang membuat kami kaget.”

“Kehadiranku?” tanya Bibi Keri tak percaya. “Kalian terkejut dengan kehadiranku?”

“Apa kau lupa Bibi? Mrs. Key saat itu sedang memakai masker dan kita sama-sama terkejut di depan pintu luar. Kebiasaan yang jarang terjadi dan dilakukan Mrs. Key.”

Bibi Keri menyentuh dagunya, menatap ke bawah, dan berkata, “Ya, saat itu aku langsung ke dapur melewati Mrs. Key terburu-buru agar bisa cepat memasak untuk makan malam sebelum Tania pulang.”

“Lalu kapan kau melihat Tuan Modi datang menjemput Mrs. Key, Bibi?” Bee bertanya.

“Aku lupa kapan tepatnya.  Lebih tepatnya, sebelum aku pergi membeli bahan makanan ke minimarket, Mrs. Key masih berbicara dengan Tuan Modi di ruangannya. Aku melihat mobil Nyonya Smith melaju terburu-buru saat aku mendengar suara pecahan kaca jendela itu. Aku keluar dan berlari menuju kamar Mrs. Key, tapi beliau tak ada.”

“Dia ada di rekaman kamera keamanan,” ucap Inspekture Renji.

“Jadi, Tuan Modi pelakunya?” tanya Bee melotot kecil, mulai nyeleneh seperti kebiasaan awal-awalnya saat ada kasus.

“Tidak, astaga, Detektif Bee, kau mulai kumat lagi. Tidak mungkin Tuan Modi membunuh Mrs. Key sementara ia adalah orang yang melapor,” terang Inspekture Renji. “Mari kita nyalakan rekaman dari CCTV yang mengarah ke pintu depan.

Tania memutar rekaman CCTV di bagian monitor ruangan pribadi ibunya.

“Di sini, Nyonya Smith pergi bersama Tuan Modi jam 20:50,” ucap Inspektur Renji.

“Saat itu aku sudah keluar melalui pintu belakang untuk membeli bahan makanan, sesuai permintaan Mrs. Key,” kata Bibi Keri setengah lesu.

“Begitu, pada jam ini korban masih hidup. Terlebih lagi, penjaga kemanan melihat Mrs. Key pada pukul 08.20 menggunakan masker di pintu depan.”

“Sebenarnya saat itu, aku juga melihat seekor kucing menyelinap ke halaman. Mungkin dia yang tak sengaja menyentuh alarm keamanan. Aku lantas keluar menuju pintu belakang dan terburu-buru kabur usai mendengar suara kaca jendela pecah. Dikarenakan telepon rumah dirusak si pencuri dan aku panik Tania belum pulang, aku menghubungi Mrs. Key namun tak ada jawaban dari ponselnya. Ia sudah terlanjur pergi bersama Tuan Modi. Aku pikir ia masih di jalan lantas tak sempat mengecek ponselnya di dalam tas.”

“Ya, menurut video kemananan, Mrs. Key berangkat pukul 20.50. Tetapi tunggu,” ucap Bee. “Bibi Keri, kau mengatakan melihat melihat Mrs. Key pergi bersama Tuan Modi sebelum keluar membeli bahan makanan, kan?”

“Ya, benar. Tetapi aku rasa hanya salah lihat. Mungkin hanya Tuan Modi yang pergi karena saat aku kembali, seperti kata penjaga sebelumnya, Mrs. Key berbicara dengan kami di pintu depan. Artinya Tuan Modi pergi sementara dan kembali lagi. Nyonya Smith keluar pukul 20.50 karena sudah ditunggu Tuan Modi. Apa aku salah?” terang Bibi Keri berusaha memahami kebingungannya sendiri.

“Aku akan menyusul ibu. Aku tidak percaya ibu meninggal,” kata Tania dan berlari meninggalkan ruangan.

“Tunggu! Tania!” para penjaga rumah bergegas mengejar.

“Bagaimana ini, Inspketur?” tanya Briella.

“Biarkan saja dulu. Kita tidak bisa gegabah sebelum menyusun urutan kejadian di rumah ini secara benar.”

“Aku rasa tidak akan benar secara utuh, Inspektur,” kata Bee serius.

“Apa maksud Anda, Detektif Bee?” tanya polisi lain.

“Lihat saja jawaban Bibi Keri dan Nyonya Smith, sedikit berlawanan dan membingungkan. Ada keganjilan dari apa yang dilihat oleh mereka berdua.”

Briella mendekat, menyentuh pundak Dee, dan bertanya, “Maksudnya, ada yang sengaja berada di tengah-tengah penglihatan mereka dan membuat sudut pandang lain?”

“Manipulasi situasi kah maksudmu, Opposite Briella?” Inspektur Renji bertanya dengan sedikit melotot. Memandangi Briella seolah ada sosok jenius baru yang muncul selain Bee.

“Perhatikan saja, mungkin maksud Bee... Mrs. Key yang dilihat oleh Bibi Keri saat sebelum keluar membeli makanan dengan sesudah membeli, itu berbeda situasi. Ditambah lagi, ketika Nyonya Smith keluar melalui pintu belakang karena khawatir si pencuri menikam atau semacamnya, ia bisa-bisanya tak sempat berteriak dengan alasan... para penjaga tak melihat alarm keamanan yang kemungkinan dirusak,” terang Briella. “Sayangnya, para penjaga hanya melihat kucing sebagai mahluk imut tak berdosa yang kemungkinan menyebabkan alarmnya rusak. Yah, bisa jadi ada benarnya jika si pencuri bukan yang merusak alarm itu melainkan seekor kucing. Sebab seperti ucapan Nyonya Smith, saat beliau panik karena ketika mendengar pecahan kaca jendela... tak penjaga yang terlihat di depan rumah untuk dipanggil. Artinya, Nyonya Smith menyangka Bibi Keri belum pulang. Benarkan, Nyonya Smith?”

“Ya, aku rasa hal-hal yang sangat sensiif memang selalu terjadi sesekali.”

“Pastikan kau mengunci semua pintu, Bibi Keri,” pinta Inspektur Renji. “Kau juga perlu melakukan hal-hal yang sekiranya perlu dilakukan... tanpa harus menunggu perintah Mrs. Key atau pun Nyonya Smith.”

“Ya, maafkan aku. Terimakasih sudah cepat datang, Inspketure.”

“Apa yang kau bicarakan, Inspekture Renji? Apakah saat itu pintu ruangan Nyonya Smith terkunci?” tanya Bee.

“Hmmm... kau bermaksud menganggap Nyonya Smith adalah pelaku manpulasi situasi ini, Detektif Bee? Pikirkanlah, jika Nyonya Smith adalah tersangka, ia tak akan menelepon kami kemari. Bukankah ia juga ingin menemui aku di kantor secara langsung dan kebetulan bertemu kalian saat membeli tiket konser Mrs. Key?”

“Oh, ha, ha! Sekarang kau membuat ingat,” kata Bee berlagak konyol.

“Benar-benar detektif yang membosankan.”

“Hei, tak perlu meledekku, Briel! Kurangilah daya bicaramu yang mengalir tanpa rem itu,” kata Bee protes pada rekan detektifnya itu.

“Ha, sudah kuduga. Lagak yang selalu demikian.”

“Saat itu, pintu kamar kamar Nyonya Smith memang sudah terbuka dan kamar Mrs. Key lah yang kami gedor.”

“Lalu?” tanya Bee.

“Tak ada jawaban dan sekalinya menerima telepon, Mrs. Key ternyata sudah meninggal. Padahal kami pikir ini hanya kasus pencurian saja. Nyonya Smith memberitahu kalungnya hilang. Ya, ini dugaan sementaraku meski aku tidak tahu apakah benar, kasus pencurian kalung Nyonya Smith berkaitan dengan meninggalnya Mrs. Key.”

“Tetapi, bagaimana kau tahu kalungmu hilang, Nyonya Smith?” tanya Briella kemudian. “Bukankah kau mengatakan langsung menuju mobil karena merasa sedang sendirian di rumah?”

“Itu... aku memang panik. Karena aku pikir Bibi Keri belum kembali, aku bingung dan sempat masuk melihat keadaan kamarku usai dari kamar mandi. Disitulah aku melihat telepon rumah dirusak dan kalung yang aku letakkan di dalam laci hilang. Kemudian, suara lain muncul. Aku pikir pencuri itu memasuki kamar Tania karena suaranya berdekatan dan kamarku dengan Tania juga paling dekat. Disitulah aku memutuskan untuk menyelinap melalui pintu belakang dan aku tak melihat penjaga. Langsung aku putuskan menyetir mobil dan menghubungi Inspekture Renji sambil mengemudi,” terang Nyonya Smith nampak ragu.

"Begitu, Bibi Keri, bisakah kau menyampaikan alibi yang masuk akal?" tanya Bee. "Maaf, tapi dalam teori pembunuhan, pembunuhan yang sukses akan dilihat dari hasilnya. Di mana kau saat mendengar suara pecahan kaca jendela?”

“Tentu saja di dapur. Bukankah aku sudah katakan aku baru saja membeli bahan makanan makan malam untuk dimasak?” Bibi Keri berujar dengan sedikit emosi. Namun Bee, ia sepertinya sedang memancing suatu pernyataan yang menjadi kunci.

“Dan hasilnya kita semua berkumpul di sini dengan berita pembunuhan Mrs. Key,” kata Bee sederhana.

"Kenapa mendadak sekali ya?" Bibi Keri syok, ia seakan bertanya pada dirinya sendiri. "Bagaimana mungkin Tuan Modi tidak bisa menjaga Mrs. Key di sana?"

"Konsernya otomatis batal. Kekecewaan besar-besaran akan terjadi besok malam, benar, kan, Briel?" Bee memberikan aura wajah serius yang berbeda pada Inspektur Briella.

"Kita jangan biarkan itu terjadi. Kita harus menemukan siapa dalangnya sebelum mengumumkan kematian Mrs. Key."

"Apakah artinya, kau akan mencoba menguak kasus ini sebelum tiba malam konser besok,

Detektif Bee?" tanya Inspekture Renji.

"Ya, saya dan Opposite Briella akan berusaha untuk itu."

"Kalau begitu, saya akan bereskan kamar ini dengan Nyonya Smith bersama para penjaga," kata Bibi Keri bergerak ke arah kaca jendela yang telah dipecahkan. "Penjaga, bisakah kalian..."

"Tunggu, itu tak perlu..." cegah Detektif Bee. "Biarkan tempat ini apa adanya seperti saat sesudah dibobol."

"Apa yang ingin kau pastikan, Bee?" tanya Briella. "Hak akses, kah?"

"Ya, memang begitu, kan?"

"Hak akses?" tanya Bibi Keri. "Hak akses semacam apa?"

"Hanya sekedar membiarkan tempat ini tetap berantakan, membuat aku mudah menyelidiki semuanya secara alami. Kalian tahu, aku berpikir pelaku pencurian dan pembunuhan Mrs. Key memang tidaklah berbeda, seperti asumsi Inspketur Renji. Meskipun ini sangat sulit bahkan berkali lipat lebih rumit dari kasus-kasus biasanya, kami akan coba tetap berusaha mengaitkan semuanya. Bahkan hal-hal kecil sekalipun bisa menjadi tipu daya terbesar dalam kasus unik semacam ini."

"Hal-hal kecil, hmmm... menarik, kau ingin mengatakan pelakunya sama?" Briella memancing daya gedor pikiran dasar Bee.

"Bisa dua kemungkinan ditambah dua kemungkinan-kemungkinan lainnya."

"Bisa kau jelaskan asumsi awalmu, Detektif Bee?" tanya Inspekture Renji.

"Mudah saja, poin pertama... pelaku adalah satu orang dengan dua insiden. Kedua, pelaku adalah dua orang dengan pembagian insiden."

"Kerjasama?"

"Benar. Ah, tapi itu hanya hal rumit yang belum bisa jadi pemecah alibi apapun. Benar-benar sempurna. Pelakunya, pasti adalah..."

"Bee," kata Briella memotong gumaman perkataan Bee yang semakin mengecil, menyentuh pundaknya pelan.

"Kau mengerti, Briell?"

"Kenapa kau tiba-tiba bersikap formal begitu, Bee?"

"Ha, ha!” Bee tertawa lepas lalu menyambung kalimatnya. "Ini mungkin akan jadi hal yang cukup sulit untuk kita dikupas."

"Anda bermaksud mengatakan telah mengetahui pelakunya?" tanya salah seorang petugas polisi.

Bee enggan menjawab. Mendadak, Nyonya Smith menyarankan sesuatu hal yang membuat terburu-buru, "Sebaiknya kita temui Tuan Modi, atau minta ia datang kemari."

"Ia sudah menelepon polisi lain dan adik Anda akan dibawa mayatnya kemari."

"O, maaf, Inspektur, sebaiknya kita tanyakan apa yang terjadi saat Tuan Modi masih bersama Mrs. Key."

"Tentu, kita akan tunggu beberapa menit lagi."

Waktu berlalu lima menit sampai suara lampu sirine polisi dan ambulan, saling berbalas berkumandang di luar rumah Nyonya Smith. Tania yang penuh bekas air mata pun pulang kembali.

“Maaf terlalu lama, Inspektur Renji, oh... ada Detektif juga ternyata,” kata Tuan Modi terengah-engah. “Aku berusaha menenangkan Tania lebih dulu. Ia mendadak datang ke studio, lokasi meninggalnya Mrs. Key.”

“Tak apa, Tuan Modi. Terimakasih sudah menenangkan keponakanku dan membantu membawa jenazah kemari.”

“Ah, tidak... berterimakasih lah pada para petugas polisi dan tim ambulan.”

"Apakah kita bisa lebih serius lagi?" mendadak Bee memberi sebuah pertanyaan yang terasa seperti sebuah pernyataan. Membenamkan suasana. Memberi banyak celah yang mendadak terbuka untuk diserang rasa penasaran bertubi-tubi.

Orang-orang di luar pintu kamar Nyonya Smith terkejut tanpa terkecuali. Terlihat, Briella terpancing untuk bertanya pada Bee, "Secepat itu, kah?"

"Aku hanya ingin menentukan urutan orang-orang yang harus ditanyakan nantinya. Mungkin aku tidak akan tidur malam ini. Mengejar waktu agar orang-orang yang akan hadir di konser besok, tidak mendapatkan kekecewaan yang sia-sia karena Mrs. Key... idola mereka telah meninggalkan dunia ini.”

Bee meregam telapak tangannya kuat-kuat, setengah menunduk, air matanya mengalir lepas. Mendadak sekali. Ada rasa yang tak kuat ditahan. Bee dan Briella, juga salah satu dari penggemar Mrs. Key. Tiket yang sudah mereka beli sebelumnya, kini jadi kenang-kenangan yang menjadi simbol rasa peduli mereka. Bee dan Briella harus menyelidiki kasus kematian orang yang mereka sayangi, Mrs. Key. Mereka hanya memiliki waktu satu setengah hari untuk kasus manipulatif yang serumit itu.

“Baiklah, kita biarkan Detektif Bee menyelidiki. Aku dan petugas polisi lain akan mengurusi bagian-bagian otopsi dan kemungkinan-kemungkinan sidik jari. Dari kelihatannya, Mrs. Key dicekik seseorang.”

“Ibu...” gumam Tania cukup keras. Ia masih meneruskan isakannya.

“Mulai malam ini, mohon dimaklumi untuk semuanya siapapun yang didatangi Detektif Bee dan Opposite Briella, agar bisa meluangkan waktu menjawab pertanyaan kunjungannya sesibuk apapun kalian. Kita tak punya banyak waktu karena besok malam, kematian Mrs. Key harus diinformasikan,” kata Inspektur Renji melanjutkan.

Related chapters

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Tania

    Detik berikutnya, udara berbeda dan lebih segar. Inspektur Renji meninggalkan Briella dan Bee yang pulas dan sejenak tak henti-hentinya berpikir semalaman. Bee sebelumnya meminta semuanya tidur saja.Bee mencari posisi Briella, ada hal yang ingin disampaikan. Cerita yang semestinya. Alasan yang harus dikaitkan. Semalaman memandangi jenazah Mrs. Key, Bee merasa ada yang janggal dengan wajah Mrs. Key. Penuh kerutan.“Seperti diracun,” gumam Briella.“Tidak, kemungkinan dari cara itu kecil,” Bee menyimpulkan singakt. “Jika hanya tetap terjaga dan tidak tidur, apakah kita bisa memikirkan cara agar pelaku terlihat unsur-unsur kecilnya? Briella tersenyum, memandangi punggung Bee yang tengah menatap ke luar jendela yang pecah. “Ada yang aneh bukan... dengan cara pecahnya kaca jendela itu? Itu hal yang jadi alasan kau berulang kali memandanginya saat semua orang masih berkumpul di sini."Ada apa? Apa ada hal yang perlu kau curigai dari pikiranku kali ini, Brilel?" Bee bertanya tiba-tiba, meny

    Last Updated : 2024-06-16
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Pesan Teleskop

    “Ha, ha! Aku hanya bercanda, Tania,” kata Bee tanpa beban. Briella semringah sementara Tania entah kenapa seolah menganggap ucapan Bee sebelumnya adalah keseriusan, meskipun telah diberitahu seperti itu.Inspektur Renji mendadak hadir kembali. Hadir secara mengejutkan. Sebuah pergelaran kecil seperti akan keluar dari tubuh kekarnya.“Bagaimana hasil otopsinya, Detektif Renji?”“Yah, terukur, namun penuh pembodohan.”“Maksudnya?”“Ada bekas cekikan, namun juga ada bekas luka tembakan.”“Hmmm... benar-benar seperti dugaanku. Memang ada manipulasi situasi yang sengaja dibuat pelakunya. Aku rasa itu adalah dua hal yang sengaja ditinggalkan pelaku secara alami.”“Dilakukan setelah Mrs. Key meninggal, begitu, kan, maksudmu?” kata Briella.“Benar, tapi bisa juga ada perlawanan dari Mrs. Key dan akhirnya pelaku terpaksa menembaknya. Em, bagaimana dengan sidik jari di leher?”“Tidak ada,” jawab Inspektur Renji. “Semuanya hilang. Pelaku memang menghapusnya, atau ia memakai sarung tangan.”“Ha,

    Last Updated : 2024-06-16
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Retakan Peluru

    Detektif Bee melihat ke arah ruang kosong yang lain. Ia bertanya pada Tuan Modi, "Apa ada ruangan lainnya?"Tuan Modi hanya menjawab, "Ruangan apa yang Anda maksud, kan?"Detektif Bee tak langsung menjawab, ia malah menunjuk ke sisi lain gedung teleskop."Sudah mengerti?" kata Detektif Bee mengayunkan pertanyaannya pada semua orang. "Banyak retakan di sini. Retakannya tidak teratur.""Lalu apa hubungannya dengan kematian Mrs. Key?" Briella bertanya. "Jika ini adalah retakan alami, bisa jadi ini tercipta dari karatan. Ini seperti... ah, benar!"Orang-orang serempak teralihkan ke arah Briella."Pembunuhan terbaik selalu berupaya meninggalkan alibi yang masuk akal," lanjut Briella."Kami tidak mengerti, Opposite Briella. Inikah yang disebut dengan...""Ada pengalihan isu," jawab Briella memotong laju perkataan Inspektur Renji. "Apa itu yang ingin kau katakan, Bee?"Bee mengangguk, "Bisa jadi. Tetapi ini baru menjadi spekulasi saja. Tuan Modi, dimana kau kehilangan Mrs. Key pertama kali m

    Last Updated : 2024-06-16
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Bukan Surat Bunuh Diri

    Di kisaran jarak yang cukup jauh, hanya Bee, Briella, dan tiga penjaga rumah Mrs. Key yang kembali ke rumah kejadian. Inspektur Renji dan yang lainnya bersama Tania, kembali ke ruang kantor. Nyonya Smith kini bergiliran waktu dengan Tania dan sudah dijemput Inspektur Renji, untuk kembali ke rumah. Sebuah pertanyaan sudah disiapkan Bee dengan segala konsekwensinya.Jika mengakui adrenalin para kandidat dalam pikiran Bee, maka mungkin Briella bisa mengimbangi itu. Nyonya Smith melangkahkan kaki dengan gemetar. Ada pikiran acak-acakan yang mungkin coba dilindungi oleh Bee. Nyonya Smith duduk lebih dulu di sofa ruangan tengah. Ia sadar, akan ada pertanyaannya yang sulit dijawab. "Apa aku harus menjadi orang pertama yang ditanya?" tanya Nyonya Smith membuka. "Tidak juga, Tuan Modi telah menjadi pertama," jawab Bee. "Apa?" Nyonya Smith entah kenapa bertanya dengan penuh tekanan. "Di mana?" "Suatu gedung yang biasa menjadi tempat orang-orang menggunakan teleskop gratis." Mendengar itu,

    Last Updated : 2024-08-29
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Kata-Kata Kunci

    “Apakah baik terlalu cepat menuduh begitu, Tuan Bee yang budiman?” ketus Nyonya Smith. Memang, ada yang aneh dari cara Nyonya menjawab setiap pertanyaan.“Kau terlalu memaksakan alibi, Nyonya Smith,” kata Briella membela. “Apa kami boleh bertemu dengan Tuan Morismith? Maksudku Tuan Mori.”Mendengar itu, Bee sontak bertanya ke Briella, “Kenapa secepat itu? Kau yakin sudah waktunya?”“Kita tak punya banyak waktu, Bee. Malam konser itu akan diadakan segera.”“Ya sudah.”“Tunggu,” kata Nyonya Smith. “Memangnya suamiku kenapa, apa yang menjadi alasan ia terlibat?”“Tidak ada apa-apa,Nyonya Smith. Tidak ada maksud mengatakan kalau Tuan Morismith terlibat. Kami hanya ingin memastikan sesuatu. Sesuatu yang lebih hebat dari hal-hal tak terduga,” ucap Bee.“Apa maksudnya itu?”“Bukan apa-apa. Kami biasa melakukan hal seperti ini dalam menangani kasus. Ada hal-hal yang di luar pemikiran biasa, jadi... mohon untuk dimaklumi, Nyonya Smith. Kita perlu melihat segala kemungkinannya. Kematian Mrs. Ke

    Last Updated : 2024-08-29
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Urutkan Kata Kunci, Briella!

    "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, Tuan Bee? Apakah kau ingin mengatakan aku adalah pelakunya? Aku mencuri kalungku sendiri? Begitu? Heh, hal bodoh untuk seorang yang terkenal sepertimu?""Kau sendiri yang mengatakannya barusan. Apa ini adalah kasus sulit yang memang diciptakan untuk menandingi kecerdasaan kami berdua, Nyonya Smith?""Oh?" Nyonya Smith entah kenapa terperangah kecil."Briella, kembali ke tempat itu dan kumpulkan kata-kata kunci yang aku kirimkan nanti. Kemudian kau urutkan lah seperti biasa.""Baik, aku akan kesana dan mengurutkannya secepat mungkin."Dan Briella pun pergi. Penjaga menawarinya untuk diantar namun ditolak. Inspektur Renji rupanya telah menanti di depan. Bee mengirimkan pesan diam-diam sebelumnya ke Inspeksi Renji diam-diam."Apa kita lanjutkan sedikit sampai Tuan Mori pulang?" tanya Bee kembali membuka. "Maksudku, apa ada hal-hal lain sebagai alibi masing-masing sebelum Tuan Morismith kemari?""Anda sudah menghubunginya diam-diam?" tanya Bibi Keri

    Last Updated : 2024-08-29
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Tuan Mori 1

    Tuan Mori tiba, ia membawa tas besar yang entah apa isinya. Ia melihat Bee dengan tatapan biasa-biasa saja."Kau sudah di sini, Tuan Mori," kata Bee membuka."Apa yang...""Mungkin Anda terkejut, jadi mohonlah duduk sebentar dan mencoba untuk tenang. Anda lelah kelihatan, jadi mungkin Bibi Keri bisa mengambil beberapa minuman untukmu.""Bibi Keri," pinta Nyonya Smith."Iya, tunggu sebentar.""Jadi, apa yang perlu dicemaskan di sini? Aku memang sedang dalam perjalanan kemari, namun entah kenapa petugas polisi mendadak meneleponku agar segera pulang. Benar-benar tidak efektif. Benar, kan, Detektif Bee?""Oh, Anda sudah mengenali aku ternyata.""Astaga, mana ada di Moskow ini yang tidak tahu siapa dirimu.""Kalau begitu, apakah aku bisa menggunakan statusku dengan baik sebagai pemberi pertanyaan?""Ya, jika itu memang perlu dilakukan. Aku akan menjawabnya.""Jadi, kau sudah mengetahui kematian Mrs. Key?"Tuan Mori sontak terkejut, entah itu ekspresi alami atau tidak."Melihat dari ekspres

    Last Updated : 2024-09-11
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Tuan Mori 2

    "Oh? Memangnya apa yang ada di dalam tasku? Itu adalah privasi, Detektif. Aku tak mungkin mengizinkan, apapun alasannya!""Tenang, sayang..." Nyonya Smith berujar lembut dan menyentuh pundak suaminya."Maaf, Detektif Bee, jika kau ingin mengecek tasku, boleh-boleh saja.""Tidak perlu.""Apa?""Ya, itu tidak perlu.""Kalau begitu aku saja yang membuka sendiri."Tuan Mori bangkit dari duduknya, membuka tasnya dengan gesit, dan mengeluarkan semua isi tasnya ke lantai dengan ekspresi seperti menahan emosi."Lihat? Ini semua adalah alat-alat agar aku tetap selamat di jalan. Sarung tangan, kacamata, dan alat-alat kecil lainnya seperti dompet dan selotip untuk mempermudah pekerjaanku."Bee tersenyum tipis memandang sudut tas yang terbuka itu. Tas berukuran besar seperti tas orang-orang yang ingin pergi piknik."Jadi ada sesuatu pada bentuk persegi panjang itu," kata Bee dalam hati."Ada apa, Detektif Bee?" tanya Bibi Keri."Tidak apa-apa, aku rasa lebih baik semuanya ditunda dulu. Aku ingin

    Last Updated : 2024-09-11

Latest chapter

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 55

    Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 54

    “Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 53

    “Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 52

    Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 51

    “Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 50

    Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 49

    Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 48

    Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 47

    "Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"

DMCA.com Protection Status