Share

Pecahan Kaca Jendela

Detektif Bee menoleh sedikit ke arah jendela yang pecah. Ada perasaan membaur yang mungkin jadi pencetus gerak hatinya. Ia mendekati area serpihan kaca. Mendongak keluar, matanya, melototi tanah luar rumah, dan menganggukkan kepala pelan seperti telah mengerti satu hal kecil. Satu hal mendasar yang hanya bisa keluar dari cahaya analisisnya.

“Sebelumnya, kami memanggi Mrs. Key dari luar namun tak ada jawaban. Sinar alarm infraretnya pun masih bagus, tak ada kesalahan,” terang si petugas. “Kami bahkan sampai berteriak dan memberitahu Mrs. Key, kami akan membuka pintunya.

“Lalu?” tanya Inspektur Renji.

“Saat akan membuka pintu, Mrs. Key mendadak muncul dan berkata dia dari ruangannya. Bibi Keri saat itu pulang dan bertanya apa yang terjadi. Hal yang membuat kami kaget.”

“Kehadiranku?” tanya Bibi Keri tak percaya. “Kalian terkejut dengan kehadiranku?”

“Apa kau lupa Bibi? Mrs. Key saat itu sedang memakai masker dan kita sama-sama terkejut di depan pintu luar. Kebiasaan yang jarang terjadi dan dilakukan Mrs. Key.”

Bibi Keri menyentuh dagunya, menatap ke bawah, dan berkata, “Ya, saat itu aku langsung ke dapur melewati Mrs. Key terburu-buru agar bisa cepat memasak untuk makan malam sebelum Tania pulang.”

“Lalu kapan kau melihat Tuan Modi datang menjemput Mrs. Key, Bibi?” Bee bertanya.

“Aku lupa kapan tepatnya.  Lebih tepatnya, sebelum aku pergi membeli bahan makanan ke minimarket, Mrs. Key masih berbicara dengan Tuan Modi di ruangannya. Aku melihat mobil Nyonya Smith melaju terburu-buru saat aku mendengar suara pecahan kaca jendela itu. Aku keluar dan berlari menuju kamar Mrs. Key, tapi beliau tak ada.”

“Dia ada di rekaman kamera keamanan,” ucap Inspekture Renji.

“Jadi, Tuan Modi pelakunya?” tanya Bee melotot kecil, mulai nyeleneh seperti kebiasaan awal-awalnya saat ada kasus.

“Tidak, astaga, Detektif Bee, kau mulai kumat lagi. Tidak mungkin Tuan Modi membunuh Mrs. Key sementara ia adalah orang yang melapor,” terang Inspekture Renji. “Mari kita nyalakan rekaman dari CCTV yang mengarah ke pintu depan.

Tania memutar rekaman CCTV di bagian monitor ruangan pribadi ibunya.

“Di sini, Nyonya Smith pergi bersama Tuan Modi jam 20:50,” ucap Inspektur Renji.

“Saat itu aku sudah keluar melalui pintu belakang untuk membeli bahan makanan, sesuai permintaan Mrs. Key,” kata Bibi Keri setengah lesu.

“Begitu, pada jam ini korban masih hidup. Terlebih lagi, penjaga kemanan melihat Mrs. Key pada pukul 08.20 menggunakan masker di pintu depan.”

“Sebenarnya saat itu, aku juga melihat seekor kucing menyelinap ke halaman. Mungkin dia yang tak sengaja menyentuh alarm keamanan. Aku lantas keluar menuju pintu belakang dan terburu-buru kabur usai mendengar suara kaca jendela pecah. Dikarenakan telepon rumah dirusak si pencuri dan aku panik Tania belum pulang, aku menghubungi Mrs. Key namun tak ada jawaban dari ponselnya. Ia sudah terlanjur pergi bersama Tuan Modi. Aku pikir ia masih di jalan lantas tak sempat mengecek ponselnya di dalam tas.”

“Ya, menurut video kemananan, Mrs. Key berangkat pukul 20.50. Tetapi tunggu,” ucap Bee. “Bibi Keri, kau mengatakan melihat melihat Mrs. Key pergi bersama Tuan Modi sebelum keluar membeli bahan makanan, kan?”

“Ya, benar. Tetapi aku rasa hanya salah lihat. Mungkin hanya Tuan Modi yang pergi karena saat aku kembali, seperti kata penjaga sebelumnya, Mrs. Key berbicara dengan kami di pintu depan. Artinya Tuan Modi pergi sementara dan kembali lagi. Nyonya Smith keluar pukul 20.50 karena sudah ditunggu Tuan Modi. Apa aku salah?” terang Bibi Keri berusaha memahami kebingungannya sendiri.

“Aku akan menyusul ibu. Aku tidak percaya ibu meninggal,” kata Tania dan berlari meninggalkan ruangan.

“Tunggu! Tania!” para penjaga rumah bergegas mengejar.

“Bagaimana ini, Inspketur?” tanya Briella.

“Biarkan saja dulu. Kita tidak bisa gegabah sebelum menyusun urutan kejadian di rumah ini secara benar.”

“Aku rasa tidak akan benar secara utuh, Inspektur,” kata Bee serius.

“Apa maksud Anda, Detektif Bee?” tanya polisi lain.

“Lihat saja jawaban Bibi Keri dan Nyonya Smith, sedikit berlawanan dan membingungkan. Ada keganjilan dari apa yang dilihat oleh mereka berdua.”

Briella mendekat, menyentuh pundak Dee, dan bertanya, “Maksudnya, ada yang sengaja berada di tengah-tengah penglihatan mereka dan membuat sudut pandang lain?”

“Manipulasi situasi kah maksudmu, Opposite Briella?” Inspektur Renji bertanya dengan sedikit melotot. Memandangi Briella seolah ada sosok jenius baru yang muncul selain Bee.

“Perhatikan saja, mungkin maksud Bee... Mrs. Key yang dilihat oleh Bibi Keri saat sebelum keluar membeli makanan dengan sesudah membeli, itu berbeda situasi. Ditambah lagi, ketika Nyonya Smith keluar melalui pintu belakang karena khawatir si pencuri menikam atau semacamnya, ia bisa-bisanya tak sempat berteriak dengan alasan... para penjaga tak melihat alarm keamanan yang kemungkinan dirusak,” terang Briella. “Sayangnya, para penjaga hanya melihat kucing sebagai mahluk imut tak berdosa yang kemungkinan menyebabkan alarmnya rusak. Yah, bisa jadi ada benarnya jika si pencuri bukan yang merusak alarm itu melainkan seekor kucing. Sebab seperti ucapan Nyonya Smith, saat beliau panik karena ketika mendengar pecahan kaca jendela... tak penjaga yang terlihat di depan rumah untuk dipanggil. Artinya, Nyonya Smith menyangka Bibi Keri belum pulang. Benarkan, Nyonya Smith?”

“Ya, aku rasa hal-hal yang sangat sensiif memang selalu terjadi sesekali.”

“Pastikan kau mengunci semua pintu, Bibi Keri,” pinta Inspektur Renji. “Kau juga perlu melakukan hal-hal yang sekiranya perlu dilakukan... tanpa harus menunggu perintah Mrs. Key atau pun Nyonya Smith.”

“Ya, maafkan aku. Terimakasih sudah cepat datang, Inspketure.”

“Apa yang kau bicarakan, Inspekture Renji? Apakah saat itu pintu ruangan Nyonya Smith terkunci?” tanya Bee.

“Hmmm... kau bermaksud menganggap Nyonya Smith adalah pelaku manpulasi situasi ini, Detektif Bee? Pikirkanlah, jika Nyonya Smith adalah tersangka, ia tak akan menelepon kami kemari. Bukankah ia juga ingin menemui aku di kantor secara langsung dan kebetulan bertemu kalian saat membeli tiket konser Mrs. Key?”

“Oh, ha, ha! Sekarang kau membuat ingat,” kata Bee berlagak konyol.

“Benar-benar detektif yang membosankan.”

“Hei, tak perlu meledekku, Briel! Kurangilah daya bicaramu yang mengalir tanpa rem itu,” kata Bee protes pada rekan detektifnya itu.

“Ha, sudah kuduga. Lagak yang selalu demikian.”

“Saat itu, pintu kamar kamar Nyonya Smith memang sudah terbuka dan kamar Mrs. Key lah yang kami gedor.”

“Lalu?” tanya Bee.

“Tak ada jawaban dan sekalinya menerima telepon, Mrs. Key ternyata sudah meninggal. Padahal kami pikir ini hanya kasus pencurian saja. Nyonya Smith memberitahu kalungnya hilang. Ya, ini dugaan sementaraku meski aku tidak tahu apakah benar, kasus pencurian kalung Nyonya Smith berkaitan dengan meninggalnya Mrs. Key.”

“Tetapi, bagaimana kau tahu kalungmu hilang, Nyonya Smith?” tanya Briella kemudian. “Bukankah kau mengatakan langsung menuju mobil karena merasa sedang sendirian di rumah?”

“Itu... aku memang panik. Karena aku pikir Bibi Keri belum kembali, aku bingung dan sempat masuk melihat keadaan kamarku usai dari kamar mandi. Disitulah aku melihat telepon rumah dirusak dan kalung yang aku letakkan di dalam laci hilang. Kemudian, suara lain muncul. Aku pikir pencuri itu memasuki kamar Tania karena suaranya berdekatan dan kamarku dengan Tania juga paling dekat. Disitulah aku memutuskan untuk menyelinap melalui pintu belakang dan aku tak melihat penjaga. Langsung aku putuskan menyetir mobil dan menghubungi Inspekture Renji sambil mengemudi,” terang Nyonya Smith nampak ragu.

"Begitu, Bibi Keri, bisakah kau menyampaikan alibi yang masuk akal?" tanya Bee. "Maaf, tapi dalam teori pembunuhan, pembunuhan yang sukses akan dilihat dari hasilnya. Di mana kau saat mendengar suara pecahan kaca jendela?”

“Tentu saja di dapur. Bukankah aku sudah katakan aku baru saja membeli bahan makanan makan malam untuk dimasak?” Bibi Keri berujar dengan sedikit emosi. Namun Bee, ia sepertinya sedang memancing suatu pernyataan yang menjadi kunci.

“Dan hasilnya kita semua berkumpul di sini dengan berita pembunuhan Mrs. Key,” kata Bee sederhana.

"Kenapa mendadak sekali ya?" Bibi Keri syok, ia seakan bertanya pada dirinya sendiri. "Bagaimana mungkin Tuan Modi tidak bisa menjaga Mrs. Key di sana?"

"Konsernya otomatis batal. Kekecewaan besar-besaran akan terjadi besok malam, benar, kan, Briel?" Bee memberikan aura wajah serius yang berbeda pada Inspektur Briella.

"Kita jangan biarkan itu terjadi. Kita harus menemukan siapa dalangnya sebelum mengumumkan kematian Mrs. Key."

"Apakah artinya, kau akan mencoba menguak kasus ini sebelum tiba malam konser besok,

Detektif Bee?" tanya Inspekture Renji.

"Ya, saya dan Opposite Briella akan berusaha untuk itu."

"Kalau begitu, saya akan bereskan kamar ini dengan Nyonya Smith bersama para penjaga," kata Bibi Keri bergerak ke arah kaca jendela yang telah dipecahkan. "Penjaga, bisakah kalian..."

"Tunggu, itu tak perlu..." cegah Detektif Bee. "Biarkan tempat ini apa adanya seperti saat sesudah dibobol."

"Apa yang ingin kau pastikan, Bee?" tanya Briella. "Hak akses, kah?"

"Ya, memang begitu, kan?"

"Hak akses?" tanya Bibi Keri. "Hak akses semacam apa?"

"Hanya sekedar membiarkan tempat ini tetap berantakan, membuat aku mudah menyelidiki semuanya secara alami. Kalian tahu, aku berpikir pelaku pencurian dan pembunuhan Mrs. Key memang tidaklah berbeda, seperti asumsi Inspketur Renji. Meskipun ini sangat sulit bahkan berkali lipat lebih rumit dari kasus-kasus biasanya, kami akan coba tetap berusaha mengaitkan semuanya. Bahkan hal-hal kecil sekalipun bisa menjadi tipu daya terbesar dalam kasus unik semacam ini."

"Hal-hal kecil, hmmm... menarik, kau ingin mengatakan pelakunya sama?" Briella memancing daya gedor pikiran dasar Bee.

"Bisa dua kemungkinan ditambah dua kemungkinan-kemungkinan lainnya."

"Bisa kau jelaskan asumsi awalmu, Detektif Bee?" tanya Inspekture Renji.

"Mudah saja, poin pertama... pelaku adalah satu orang dengan dua insiden. Kedua, pelaku adalah dua orang dengan pembagian insiden."

"Kerjasama?"

"Benar. Ah, tapi itu hanya hal rumit yang belum bisa jadi pemecah alibi apapun. Benar-benar sempurna. Pelakunya, pasti adalah..."

"Bee," kata Briella memotong gumaman perkataan Bee yang semakin mengecil, menyentuh pundaknya pelan.

"Kau mengerti, Briell?"

"Kenapa kau tiba-tiba bersikap formal begitu, Bee?"

"Ha, ha!” Bee tertawa lepas lalu menyambung kalimatnya. "Ini mungkin akan jadi hal yang cukup sulit untuk kita dikupas."

"Anda bermaksud mengatakan telah mengetahui pelakunya?" tanya salah seorang petugas polisi.

Bee enggan menjawab. Mendadak, Nyonya Smith menyarankan sesuatu hal yang membuat terburu-buru, "Sebaiknya kita temui Tuan Modi, atau minta ia datang kemari."

"Ia sudah menelepon polisi lain dan adik Anda akan dibawa mayatnya kemari."

"O, maaf, Inspektur, sebaiknya kita tanyakan apa yang terjadi saat Tuan Modi masih bersama Mrs. Key."

"Tentu, kita akan tunggu beberapa menit lagi."

Waktu berlalu lima menit sampai suara lampu sirine polisi dan ambulan, saling berbalas berkumandang di luar rumah Nyonya Smith. Tania yang penuh bekas air mata pun pulang kembali.

“Maaf terlalu lama, Inspektur Renji, oh... ada Detektif juga ternyata,” kata Tuan Modi terengah-engah. “Aku berusaha menenangkan Tania lebih dulu. Ia mendadak datang ke studio, lokasi meninggalnya Mrs. Key.”

“Tak apa, Tuan Modi. Terimakasih sudah menenangkan keponakanku dan membantu membawa jenazah kemari.”

“Ah, tidak... berterimakasih lah pada para petugas polisi dan tim ambulan.”

"Apakah kita bisa lebih serius lagi?" mendadak Bee memberi sebuah pertanyaan yang terasa seperti sebuah pernyataan. Membenamkan suasana. Memberi banyak celah yang mendadak terbuka untuk diserang rasa penasaran bertubi-tubi.

Orang-orang di luar pintu kamar Nyonya Smith terkejut tanpa terkecuali. Terlihat, Briella terpancing untuk bertanya pada Bee, "Secepat itu, kah?"

"Aku hanya ingin menentukan urutan orang-orang yang harus ditanyakan nantinya. Mungkin aku tidak akan tidur malam ini. Mengejar waktu agar orang-orang yang akan hadir di konser besok, tidak mendapatkan kekecewaan yang sia-sia karena Mrs. Key... idola mereka telah meninggalkan dunia ini.”

Bee meregam telapak tangannya kuat-kuat, setengah menunduk, air matanya mengalir lepas. Mendadak sekali. Ada rasa yang tak kuat ditahan. Bee dan Briella, juga salah satu dari penggemar Mrs. Key. Tiket yang sudah mereka beli sebelumnya, kini jadi kenang-kenangan yang menjadi simbol rasa peduli mereka. Bee dan Briella harus menyelidiki kasus kematian orang yang mereka sayangi, Mrs. Key. Mereka hanya memiliki waktu satu setengah hari untuk kasus manipulatif yang serumit itu.

“Baiklah, kita biarkan Detektif Bee menyelidiki. Aku dan petugas polisi lain akan mengurusi bagian-bagian otopsi dan kemungkinan-kemungkinan sidik jari. Dari kelihatannya, Mrs. Key dicekik seseorang.”

“Ibu...” gumam Tania cukup keras. Ia masih meneruskan isakannya.

“Mulai malam ini, mohon dimaklumi untuk semuanya siapapun yang didatangi Detektif Bee dan Opposite Briella, agar bisa meluangkan waktu menjawab pertanyaan kunjungannya sesibuk apapun kalian. Kita tak punya banyak waktu karena besok malam, kematian Mrs. Key harus diinformasikan,” kata Inspektur Renji melanjutkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status