Andri dan Zelda menjalani kegiatannya masing-masing seperti biasa. Andri sibuk dengan aktivitasnya di tempat kerja, sedangkan Zelda menghabiskan waktunya bersama Della. Setelah beberapa bulan bekerja, Andri mendapat kenaikan gaji dari bosnya dan Zelda yang diberi tahu sangat bersyukur mendengarnya. Hal tersebut dikarenakan Andri jarang meminta libur di luar jatahnya. Cara kerjanya pun dinilai baik sekaligus memuaskan oleh bosnya.
Entah kenapa hari ini Zelda kurang fokus dan tidak terlalu menikmati waktunya saat menemani Della bermain. Tanpa direncanakan tiba-tiba pikirannya tertuju pada Luan, sehingga membuat Della kesal dan minta diantarkan pulang karena merasa diabaikan. Zelda yang menyadari kekesalan Della pun segera meminta maaf dan menuruti permintaan gadis kecil yang kini ekspresinya tengah cemberut tersebut.
Meski awalnya Zelda menolak saat Della meminta digendong mengingat kondisi perutnya, tapi dia terpaksa menurutinya karena mata balita mungil tersebut mulai
Zelda bangun lebih pagi dari biasanya karena ingin membuat nasi goreng sosis untuk sarapannya bersama Andri dan Dave. Ini kali pertama dia kembali membuat sarapan untuk suaminya, setelah pertengkarannya dulu. Karena saking seriusnya berkutat dengan kegiatannya, Zelda tidak menyadari bahwa Andri tengah memerhatikan kesibukannya dari belakang.“Sudah lama aku tidak menikmati menu sarapan buatanmu.” Andri mendekati Zelda dan tanpa permisi langsung melingkarkan kedua lengannya pada perut buncit sang istri.Tubuh Zelda yang awalnya menegang karena terkejut oleh tindakan tiba-tiba Andri pun kembali melemas. “An, hentikan kebiasaanmu memelukku secara tiba-tiba,” tegurnya sambil menoleh ke belakang.Andri terkekeh mendengar teguran Zelda, kemudian mengurai belitan kedua lengannya. Dia berpindah ke samping Zelda dan tanpa permisi mengambil alih kegiatan istrinya yang tengah mengaduk nasi goreng di wajan.“Ternyata keahlian memasakmu s
Zelda kini sedang bersandar pada dada bidang Andri di atas tempat tidur. Dia masih sulit memercayai, bahkan sangat tidak menyangka jika Della dan Nath adalah dua orang yang selama ini dicari-cari oleh Dave. Tadi siang Zelda sangat terkejut ketika mengetahui anak kandung Dave ternyata Della, dan Nath adalah istri kedua sahabatnya tersebut. Setelah Bi Rani menjelaskan semuanya dari awal, akhirnya Zelda mengerti penyebab Nath membawa Della pergi jauh dari Dave. Ternyata penyebab utamanya karena Keisha.“Sedang memikirkan apa, hm?” Andri yang tengah sibuk membaca majalah otomotif bertanya saat menyadari istrinya hanya diam.Zelda mendongak agar bisa menatap wajah suaminya. “Aku masih sulit percaya mengenai kenyataan tentang Nath dan Della. Dua orang yang selama ini dicari Dave hingga frustrasi,” jawabnya sambil menghela napas. “Ternyata selama ini mereka menjadi penolong sekaligus tetangga kita,” sambungnya terkekeh.Mendengar jaw
Andri mengisi waktu liburnya di dalam rumah saja, karena hujan belum juga reda, malah semakin deras. Awalnya usai makan siang Andri ingin mengajak Zelda berkeliling mencari perlengkapan bayi, tapi karena kondisi di luar tidak memungkinkan, jadi dia mengurungkan niatnya dan hanya bermalas-malasan di atas tempat tidur.“An, pisang gorengnya sudah matang.” Zelda menyambangi Andri yang masih berada di dalam kamar mereka. “Aku juga sudah membuatkanmu kopi panas untuk menghangatkan tubuhmu.” Kini Zelda sudah berdiri di sisi tempat tidur mereka. Usai tadi makan siang, Zelda kembali berkutat di dapur karena tiba-tiba ingin menikmati pisang goreng.Andri mendongak dan mengerling menatap istrinya. “Sebenarnya bukan kopi yang bisa menghangatkan tubuhku, tapi kamu,” ucapnya kemudian mengecup perut buncit Zelda. “Apalagi tenaga kita sudah terisi penuh dan suasananya juga sangat mendukung. Jika sekarang kita melakukannya, maka kamu bisa bert
Sesuai dugaannya, got tersumbat oleh sampah sehingga aliran airnya tidak lancar. Dengan cekatan dia mengambil sampah-sampah plastik yang menjadi pemicu got tersumbat. Berselang beberapa menit memunguti sampah, Dave pun datang membantunya.“Della kenapa, Dave?” tanya Andri saat samar-samar mendengar tangisan melengking Della, meski suara hujan lebih mendominasi telinganya.Sebelum menjawab, Dave menoleh ke arah Della yang tengah menangis di gendongan Nath. “Nath memberitahukan kepulanganku ke Denpasar kepada Della. Mungkin Della mengira aku akan pergi untuk selamanya, makanya dia menangis seperti itu. Bahkan, dari tadi Della terus saja mengekoriku,” jawabnya sambil terkekeh.Andri ikut terkekeh di sela-sela aktivitasnya memungut sampah. “Sepertinya Della sudah merasa nyaman denganmu, meski aku yakin dia belum mengerti jika kamu adalah ayah kandungnya,” komentarnya. “Oh ya, apakah Nath sudah memberimu sinyal perdamaian ata
Bola mata Zelda membesar saat Andri menuduhnya berselingkuh. Dengan sekuat tenaga dia menepis tangan Andri yang mencengkeram rahangnya sangat kuat, sehingga rasa ngilu kini menghampirinya. Namun, ngilu pada rahangnya tidak sebanding dengan yang dirasakan hatinya atas tuduhan tanpa sebab suaminya.“Atas dasar apa kamu menuduhku berselingkuh, An?!” Emosi Zelda mulai tersulut karena tindakan anarkis suaminya.Andri tersenyum mengejek mendengar pertanyaan Zelda. “Masih berusaha mengelak? Aku tidak akan berkata jika tidak ada bukti, sebaiknya kamu akui saja dan katakan yang sejujurnya padaku.” Andri berbalik dan berjalan ke arah tempat tidur. Dia mengambil ponsel Zelda yang tadi dijatuhkan. “Apakah pesan menjijikkan ini belum cukup kuat?” tanyanya penuh penekanan setelah kembali berdiri di depan Zelda.Napas Zelda tercekat saat membaca pesan yang tertera pada ponselnya, dari nomor tanpa nama. Keterkejutannya tersebut tidak luput da
Andri mengacak rambutnya, karena kini perasaannya campur aduk terhadap istrinya. Tadi setelah dia menyuruh Zelda pergi, ponsel yang sempat dilemparnya kembali berbunyi. Dengan kasar Andri mengambil ponsel tersebut dan kembali mendapat pesan singkat. Alangkah terkejutnya Andri setelah membaca isi pesan singkat itu, hingga akhirnya dia mengetahui identitas pemilik nomor tanpa nama di ponsel Zelda tersebut.“Sepulangnya dari Jakarta, Papa akan kembali mengunjungimu sekaligus ingin bertemu dengan suamimu untuk meminta maaf. Jangan lupa mengonsumsi makanan yang bergizi agar kamu dan bayimu tetap sehat. Selalu jaga kesehatanmu dan anakmu, Sayang. Papa menyayangi kalian.”Kecewa, lega, kesal, marah, dan menyesal, itulah yang kini berkecamuk dalam diri Andri usai membaca isi pesan singkat dari ayah mertuanya tersebut.Andri mengalihkan tatapannya saat mendengar pintu kamarnya dibuka secara perlahan. Dia menyipitkan mata untuk memastikan penglihatann
Andri memerhatikan Zelda yang masih terlelap di sampingnya. Dia merutuki dan sangat menyesali perbuatannya kemarin malam. Hanya gara-gara cemburu buta dia tega kembali membentak dan bertindak kasar kepada istrinya yang tengah mengandung. Andri mengalihkan tatapannya dari wajah damai Zelda ke arah tumpukan buku kehamilan, di samping tempat tidurnya. Ternyata Luan mengirimkan beberapa buku kehamilan milik mendiang ibu mertuanya kepada Zelda.Perhatian Andri kembali teralih saat merasakan Zelda menggeliat dan merapatkan selimut pada tubuhnya sendiri. Melihat istrinya kembali terlelap, Andri pun mengulum senyum. Dia bersyukur karena ternyata Zelda juga memiliki perasaan yang sama dengannya.“Ternyata benar kata orang, rasa cinta bisa tumbuh di hati sepasang insan jika keduanya terbiasa bersama,”ucap Andri dalam hati.“Pagi, Zel.” Andri menyambut Zelda yang baru membuka mata dengan seulas senyuman.Zelda membalas senyuman
Daramikha tersenyum lebar. Dia yakin rencananya akan berjalan lancar. “Kamu harus membagi keuntungan proyek suamimu yang Luan danai, mengingat aku juga punya andil di sana,” ucapnya frontal.Zara dan Nissa tercengang mendengar permintaan Daramikha.“Wanita gila!”umpat Nissa dalam hati.Zara membalas senyuman Daramikha setelah beberapa lama tercengang. “Pantas saja Luan tanpa berpikir panjang mengambil keputusan menceraikanmu, ternyata kamu sangat licik.” Tanpa ragu Zara menanggapi permintaan mantan besannya.“Apakah ucapanmu itu berarti penolakan atas permintaanku?” Daramikha menyimpulkan dan menyipitkan matanya.“Tentu saja,” Zara menjawabnya cepat dan tanpa ragu.Daramikha mendengkus. “Baiklah. Aku rasa kamu sudah mengetahui konsekuensi atas penolakanmu itu,” ancamnya.Zara tersenyum lebar. Bahkan, terkesan mengejek. “Perlu kamu ketahui,