Andri memerhatikan Zelda yang masih terlelap di sampingnya. Dia merutuki dan sangat menyesali perbuatannya kemarin malam. Hanya gara-gara cemburu buta dia tega kembali membentak dan bertindak kasar kepada istrinya yang tengah mengandung. Andri mengalihkan tatapannya dari wajah damai Zelda ke arah tumpukan buku kehamilan, di samping tempat tidurnya. Ternyata Luan mengirimkan beberapa buku kehamilan milik mendiang ibu mertuanya kepada Zelda.
Perhatian Andri kembali teralih saat merasakan Zelda menggeliat dan merapatkan selimut pada tubuhnya sendiri. Melihat istrinya kembali terlelap, Andri pun mengulum senyum. Dia bersyukur karena ternyata Zelda juga memiliki perasaan yang sama dengannya.
“Ternyata benar kata orang, rasa cinta bisa tumbuh di hati sepasang insan jika keduanya terbiasa bersama,” ucap Andri dalam hati.
“Pagi, Zel.” Andri menyambut Zelda yang baru membuka mata dengan seulas senyuman.
Zelda membalas senyuman
Daramikha tersenyum lebar. Dia yakin rencananya akan berjalan lancar. “Kamu harus membagi keuntungan proyek suamimu yang Luan danai, mengingat aku juga punya andil di sana,” ucapnya frontal.Zara dan Nissa tercengang mendengar permintaan Daramikha.“Wanita gila!”umpat Nissa dalam hati.Zara membalas senyuman Daramikha setelah beberapa lama tercengang. “Pantas saja Luan tanpa berpikir panjang mengambil keputusan menceraikanmu, ternyata kamu sangat licik.” Tanpa ragu Zara menanggapi permintaan mantan besannya.“Apakah ucapanmu itu berarti penolakan atas permintaanku?” Daramikha menyimpulkan dan menyipitkan matanya.“Tentu saja,” Zara menjawabnya cepat dan tanpa ragu.Daramikha mendengkus. “Baiklah. Aku rasa kamu sudah mengetahui konsekuensi atas penolakanmu itu,” ancamnya.Zara tersenyum lebar. Bahkan, terkesan mengejek. “Perlu kamu ketahui,
Pagi ini langit sangat cerah setelah beberapa hari bumi diguyur hujan. Meski sudah saling mengakui perasaan masing-masing, tapi entah kenapa malah membuat Zelda dan Andri berbalik canggung ketika ingin mengungkapkan rasa cintanya. Padahal dulu bermesraan pun layaknya pasangan kekasih dirasakan biasa saja. Terlepas dari itu, hati keduanya kini terasa lebih lega setelah Luan bisa menerima pernikahan mereka dengan tangan terbuka, terlebih tanpa syarat atau kesepakatan lainnya. Walau bagaimanapun, pernikahan mereka harus diterima oleh kedua belah pihak keluarga. Kini tinggal menunggu orang tua Andri yang harus membentangkan tangannya lebar-lebar atas pernikahan mereka.“Zel, ikut mencari udara segar di halaman?” tanya Andri usai membersihkan tempat tidurnya.“Duluan saja, nanti aku menyusul,” jawab Zelda yang masih mencuci piring dan gelas di dapur.“Cuci yang bersih ya, Sayang,” ejek Andri sembari mencubit pipi gembil Zelda denga
Akhirnya semua bisa bernapas lega setelah Della berhasil dibujuk oleh Nath dan Dave. Karena hari sudah sore, jadi mereka membatalkan keinginannya mengunjungi Kebun Raya. Demi mengobati kekecewaan Della, Dave dan Nath mengajak buah hatinya mengunjungi kebunstrawberryyang berada tidak jauh dari vila, mumpung masih sore. Yang lainnya, kecuali Bi Rani juga ikut menemani Della.Walau tidak terlalu menyukai buahstrawberry, tapi Della sangat kagum melihat hamparan buah tersebut memenuhi kebun. Untungnya lagi, tidak ada banyak orang yang datang untuk memetiknya, mengingat hari sudah sore. Dengan penuh semangat Della mengajak Devi mulai memetik buah tersebut, agar keranjang yang dibawanya cepat penuh. Beberapa kali Della menjerit karena Devi memaksanya mencicipi buahstrawberry. Sebagai balasan atas tindakan Devi, Della pun melemparkan keranjang kecil kepada tantenya. Yang lainnya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Devi dan Del
Setelah membicarakan keinginannya dengan Nissa, Zara memutuskan menemui Andri terlebih dulu sebelum bertemu Zelda. Ivan pun menyetujuinya demi kebaikan kondisi kehamilan Zelda.Di dalam mobil Zara dihinggapi kegelisahaan saat menunggu kedatangan Nissa dari tempat kerja Andri. Nissa memang diminta menyambangi tempat kerja Andri untuk memberitahukan bahwa dia ingin bertemu.“Bagaimana, Niss?” tanya Zara tidak sabar setelah adik iparnya memasuki mobil.“Minum dulu, Ra.” Nissa menyerahkan sebotolsoft drinkdingin yang tadi dibelinya di tempat kerja Andri. “Kita tunggu Andri di rumah makan di depan sana,” lanjutnya usai meneguk minumannya.“Awalnya Andri sangat kaget melihat kedatanganku, tapi setelah aku memberinya penjelasan singkat, akhirnya dia menerima ajakan kita bertemu sepulang kerja,” Nissa kembali memberitahukan setelah melihat Zara selesai menikmati minuman pemberiannya.Keta
“Mama ingin meminta maaf kepada kalian. Kamu dan istrimu,” ucap Zara pada akhirnya dengan mata berkaca-kaca. “Mama tidak akan pernah lagi memintamu untuk bertunangan atau menikah dengan jalang sialan itu.” Sorot mata Zara kembali menyala saat bayangan Ruhandhina muncul dalam benaknya.“Ruhan yang Mama maksud?” Andri memastikan sambil mengernyit. Ingin rasanya dia tertawa sekencang-kencangnya saat melihat Zara mengangguk, sebab dulu ibunya sangat membanggakan wanita yang ingin dijodohkan dengannya tersebut.“Mama sangat menyesal karena sempat membujukmu mati-matian agar kamu mau bertunangan atau menikah dengan wanita itu. Mama memaklumi jika kamu dan Zelda tidak mungkin memaafkan Mama dengan mudah, tapi Mama sungguh-sungguh menyesal. Perkataan dan perbuatan Mama pasti sangat melukai kalian, terutama Zelda,” aku Zara dengan nada penuh penyesalan.Andri mengembuskan napas melihat penyesalan yang diungkapkan ibunya. An
Zelda tersenyum semringah ketika Andri datang membawa martabak manis yang diinginkannya. Dia meminta Andri untuk bergegas membersihkan diri agar mereka bisa menikmati martabak manis tersebut bersama-sama. Sambil menunggu Andri selesai mandi, Zelda membuat air panas untuk menyeduh tehchamomileuntuk suaminya.Usai membersihkan diri dan berpakaian, Andri menghampiri Zelda yang tengah menonton sambil duduk di atas kasur lantai. Dia melihat di samping istrinya sudah tersedia sebuah nampan berisi secangkir tehchamomileyang masih mengeluarkan uap dan sepiring martabak manis. Sesekali istrinya terlihat memperbaiki posisi duduk untuk mencari kenyamanan, mengingat kondisi perutnya yang semakin membesar. Menurut dokter di tempat Zelda sering memeriksakan kandungan, kelahiran bayi mereka diperkirakan tiga minggu lagi.“Kenapa belum dimakan martabaknya, Zel?” tanya Andri. Dia duduk di sebelah istrinya yang tengah meluruskan kaki
Aroma gurih seketika menusuk indra penciuman Zelda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya. Sambil menajamkan indra penciumannya, dia berjalan menuju dapur yang diyakini menjadi asal aroma tersebut. Benar saja, ketika beberapa langkah lagi mencapai dapur, dia melihat Andri tengah berdiri membelakanginya dan sibuk mengaduk sesuatu.“An, kamu sedang membuat apa?” Zelda menghampiri Andri sambil masih menghirup dalam-dalam aroma yang dia tebak berasal dari santan mendidih.“Eh, sudah bangun ternyata.” Andri terkejut karena tidak mendengar langkah kaki istrinya mendekat. “Aku membuat bubur kacang hijau sebagai menu sarapan kita hari ini. Kamu tidak keberatan kita sarapan bubur kacang hijau?” jawabnya setelah memberikanmorning kissuntuk Zelda.“Tentu saja tidak.” Zelda mengambil alih kegiatan Andri yang ternyata tengah mengaduk santan, karena suaminya sedang menyapa anaknya. “Kamu pakai santa
Zara ditemani Ivan mendatangi rumah anak dan menantunya. Kini keduanya sudah duduk di hadapan Andri, sedangkan Zelda tengah berada di dapur membuatkan minuman untuk mereka. Tadi saat Andri memintanya datang, Zara langsung menyanggupinya. Tanpa membuang waktu, Zara bergegas menuju alamat rumah yang dikirimkan Andri melalui pesan singkat.“Silakan diminum,” Zelda mempersilakan setelah Andri membantunya memindahkan empat cangkir berisi tehchamomiledan biskuit kelapa di nampan ke atas meja.“Terima kasih, Zel,” ujar Zara dan Ivan canggung. Keduanya pun secara bersamaan mengambil cangkir tersebut, kemudian menyeruput tehnya.Andri ikut mengambil cangkir dan mulai menyesap teh buatan istrinya, sedangkan Zelda lebih memilih menikmati biskuit kelapa yang dibelinya tadi diminimarketdekat rumahnya usai sarapan.“Oh ya, kapan Papa datang?” tanya Andri memecah kebisuan.