Di rumah tua.Gudang bawah tanah.Dikatakan sebagai gudang, tapi nyatanya adalah penjara.Berbagai alat penyiksaan digantung di salah satu dinding kandang.Ketika Brian masuk, kilasan rasa kesal melintas di wajahnya. Brian menahan gelombang rasa mual di hatinya dan melangkah ke salah satu kandang dengan kakinya yang panjang.Stephen diikat di tengah kandang.Stephen tidak mengenakan pakaian di bagian atas tubuhnya dan ada bekas darah di tubuhnya.Begitu Brian masuk, Stephen tertawa."Brian, aku benar-benar nggak menyangka kamu akan begitu suka padanya hingga ke titik ini!"Tidak ada ekspresi di wajah dingin Brian.Brian melirik ke arah Stephen, lalu berjalan ke dinding di sebelahnya, melepas cambuk dan mencelupkannya ke dalam ember di sebelahnya. Sebelum Stephen sempat bereaksi, Brian langsung mencambuknya!Saat cambuk ini mengenainya, kulit dan dagingnya akan terkoyak.Stephen berteriak."Brian, dasar sialan ...."Sebelum selesai berbicara, Stephen dicambuk lagi.Jeritan Stephen berge
Nova mengepalkan jarinya erat-erat.Siapa orang itu tadi malam?Apa Brian?Pintu kamar tidur tiba-tiba terbuka.Nova tiba-tiba tertegun, lalu air mata jatuh dari wajahnya.Ketika Nabila melihatnya, matanya dipenuhi dengan rasa sakit."Bagaimana keadaanmu? Apa kamu baik-baik saja?"Sudut bibir Nova sangat pucat."Nabila, aku ...."Nabila bergegas mendekat dan memeluknya."Jangan takut, semuanya sudah berakhir."Air mata Nova jatuh tak terkendali.Ingatan tentang semalam samar-samar dan kacau, tapi perlakuan Stephen saja sudah cukup untuk menjadi mimpi buruknya.Nova masih sedikit gemetar sambil bersandar di pelukan Nabila.Setelah beberapa saat, Nova akhirnya tenang dan bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?"Nabila terdiam beberapa saat lalu berkata, "Brian yang meneleponku."Nova tiba-tiba menjadi kaku, tangannya di atas selimut sedikit menegang.Jadi, orang tadi malam memang Brian?Air matanya mulai jatuh lagi tanpa disadari.Saat ini, Nova tidak tahu harus merasa lebih nyaman atau tida
"Aku akan segera pulang," jawab Brian lalu segera menutup telepon.Rumah Keluarga Frank.Tuan Besar Aldo duduk di ruang tamu dengan raut wajah yang gelap.Yang duduk di sebelahnya adalah orang tua Stephen.Stephen dianggap sebagai anak tunggal dari Keluarga Abbot.Brian telah menghancurkan Stephen kali ini. Keluarga Abbot ingin mencari keadilan meskipun harus bertengkar dengan Keluarga Frank.Begitu Brian memasuki pintu, Tuan Besar Aldo langsung melemparkan kruk ke arahnya."Dasar bajingan! Apa kamu benar-benar ingin membuatku kesal?"Brian langsung menghindar.Brian mengambil kruk dengan ekspresi acuh tak acuh dan berjalan menuju Tuan Besar Aldo."Jangan marah!"Brian menyerahkan kruk pada Tuan Besar Aldo dengan ekspresi tenang.Tuan Besar Aldo sangat marah hingga ingin muntah darah. Tuan Besar Aldo mengambil tongkat dan memukulnya ke arah Brian.Brian bahkan tidak berusaha untuk menghindar.Kruk itu menimpanya dengan keras.Simon merasakan sakit yang menusuk di hatinya saat melihat d
Selesai bicara, Aldo beranjak dari tempatnya dan berjalan ke luar.Simon bergegas maju dan memegang Brian. "Kak, bagaimana kondisimu?"Brian hanya tersenyum. Lalu, dia duduk di samping dan merokok."Nggak apa-apa, nggak akan mati."Simon mengernyit. "Aku sudah panggilkan dokter, tunggu sebentar."Brian mengisap rokoknya. "Ya."Simon ragu untuk menanyakan kondisi Nova. Pada akhirnya, Simon tidak menanyakan apa-apa.Di sisi lain.Setelah mendengar kabar, Jessy bergegas pergi ke taman belakang.Seorang wanita duduk di taman itu.Wanita itu lembut, tampak sangat cantik. Kebaya dengan warna kalem yang dia gunakan membuatnya tampak lebih anggun dan elegan.Jessy buru-buru berlari ke sana dan memeluk lengan wanita itu."Bibi, Kak Brian dipukul Kakek."Cherry tercengang. "Di mana dia?""Di ruang tamu, ditemani Kak Simon."Cherry langsung beranjak dari kursinya. "Aku tengok dia."Cherry berjalan sembari bertanya, "Karena wanita itu lagi?"Jessy mengangguk. "Kelihatannya Kak Brian serius kali in
Video itu hanya menampilkan visual, tidak ada audio.Walau berdurasi belasan detik saja, wajah Nova direkam dengan jelas.Nova sedang melawan pada saat itu.Namun, gerakannya yang lemas menjadi ambigu di video.Ditambah wajah Nova yang merah, video itu makin bersifat asmara.Wajah Nova memucat ketika melihat video itu.Komentar-komentar di bawah sangat vulgar."Wah, sundal sekali wanita ini.""Wajah dan badannya seksi sekali.""Aku pun mengeras melihatnya. Kakak, janjian, yuk!""Kalau bisa kutiduri sekali saja, mati pun aku rela."Banyak komentar-komentar cabul.Tak lama kemudian, ada orang yang memberi gagasan baru."Bukankah ini penerjemah cantik yang lumayan viral kemarin? Pria di sisinya waktu itu bukan yang ini.""Astaga, wanita begini juga bisa masuk Kementerian Luar Negeri? Dia benar-benar mempermalukan Kementerian Luar Negeri!""Mungkin dia punya pria yang lain di Kementerian Luar Negeri.""Aku dengar orang-orang di Kementerian Luar Negeri sangat baik padanya.""Serius? Dia jua
Nova menunduk ke bawah.Menyembunyikan perasaan kompleks dalam matanya."Nggak usah, bukannya nggak pernah sebelumnya."Setelah itu, Nova langsung menutup telepon.Brian menatap ponselnya setelah telepon diakhiri dan terdiam sejenak. Lalu, dia menaruh ponselnya ke samping.Simon bertanya dari samping, "Kak, apa Nova baik-baik saja?"Alih-alih menjawab, Brian bertanya, "Bagaimana hasil penyelidikannya?"Simon tiba-tiba menjadi jengkel."Ini memang bukan salah Rudy, Luis juga sudah periksa waktu itu. Siapa tahu ada kamera dalam mainan-mainan dewasa yang dibawa oleh Stephen?""Mereka langsung buang barang-barang itu ke tong sampah tanpa dicek. Aku sudah lihat rekaman CCTV. Bibi petugas kebersihan memang sudah angkut sampahnya. Orang yang unggah video bilang dia mendapatkannya secara kebetulan."Brian mendengus. Dia menatap Simon sambil tersenyum, tetapi ekspresi matanya dingin. "Menurutmu, ada orang yang akan pungut barang itu?"Simon terdiam.Jika itu dia, dia tidak akan memungut barang
Nova tidak tahu apa keistimewaan obat itu.Nova hanya tahu obat malam itu jauh lebih keras daripada obat yang diberikan oleh Bayu sebelumnya.Saat diberi obat oleh Bayu, Nova masih bisa mempertahankan kesadaran diri.Namun, pada malam itu, Nova sama sekali tidak dapat mengontrol diri.Nabila cemas ketika melihat Nova kebingungan."Nova, apa kamu tahu itu obat apa?"Nova mengernyit seraya menatap Nabila. "Ada apa dengan obat itu?"Nabila maju dan memegang tangan Nova. Perasaannya sangat kompleks."Obat itu nggak ada penawarnya."Nova terkesiap oleh apa yang dikatakan oleh Nabila."Apa maksudnya nggak ada penawarnya?"Wajah Nabila menjadi sangat masam saat mengungkit obat itu.Nabila tidak paham mengapa ada orang yang membuat obat semacam itu.Menurut Nabila, obat seharusnya dibuat untuk mengobati pasien dan meringankan penderitaan pasien.Namun, sekarang seseorang membuat obat itu untuk kebutuhan uang dan nafsu.Setelah diam sesaat, Nabila menjelaskan, "Beberapa waktu yang lalu, rumah s
Nova tercengang mendengar hal itu.Pada akhirnya, Nova bertanya, "Rudy, malam itu, apa Brian tahu aku diberi obat apa?"Rudy tertegun sejenak. Dia tiba-tiba ingin berbohong dan mengatakan Brian tidak tahu.Namun, pada akhirnya, Rudy berterus terang, "Dia tahu, tapi Nova, Brian memang memanfaatkan kesempatan itu."Nova terdiam seketika.Rudy mengatakan sesuatu lagi, tetapi Nova tidak mendengarkan.Kemudian, Rudy memanggilnya lagi."Nova, apa kamu mendengarku?"Nova tersadarkan. "Apa?"Rudy mendengus. "Aku bilang, ayahku tanya bagaimana kondisimu. Lalu, dia nggak tahu dengar dari siapa kalau ibumu sudah siuman. Dia bilang mau jenguk ibumu kalau sempat."Nova tersenyum. "Sampaikan terima kasihku pada Pak Thoriq. Aku sudah baik-baik saja. Lalu, tentang ibuku, dia nggak perlu datang secara pribadi."Rudy mendengus. "Terserah dia saja. Dia mungkin merasa dia sedang memberi perhatian pada karyawannya. Nggak usah pedulikan dia."Nova menyahut, lalu menutup telepon.Setelah Nova menutup telepon