Stephen!Nova tampak tidak puas, menarik-narik bajunya dan menolak melepaskannya.Brian hanya melepas bajunya yang basah kuyup.Dadanya yang lebar dan kuat menekan Nova dengan erat ke dinding."Kamu menginginkanku? Nova?"Kesadaran Nova sudah dalam kekacauan. Obat Stephen berkali-kali lebih kuat dari obat Bayu terakhir kali.Hasrat yang membara di tubuhnya seperti membakar dirinya hingga kering."Jawab aku."Brian belum puas jika belum mendapat jawabannya.Dia dengan lembut mengusap pinggang Nova dan menyentuhnya sampai ke bawah.Saat berbicara lagi, suaranya terdengar menggoda. "Aku akan membuatmu merasa nyaman, oke?"Sebelum Nova bisa menjawab, Brian membawanya ke wastafel dan berjongkok.Hasrat yang tak tertahankan akhirnya mendapat momen yang sangat pas.Brian meletakkan kaki Nova di pundaknya. Brian ingin memberikan Nova sensasi yang sangat indah.Brian tidak pernah menyangka suatu saat dirinya akan melakukan hal seperti itu pada seorang wanita.Namun, kini Brian tampak puas denga
Di rumah tua.Gudang bawah tanah.Dikatakan sebagai gudang, tapi nyatanya adalah penjara.Berbagai alat penyiksaan digantung di salah satu dinding kandang.Ketika Brian masuk, kilasan rasa kesal melintas di wajahnya. Brian menahan gelombang rasa mual di hatinya dan melangkah ke salah satu kandang dengan kakinya yang panjang.Stephen diikat di tengah kandang.Stephen tidak mengenakan pakaian di bagian atas tubuhnya dan ada bekas darah di tubuhnya.Begitu Brian masuk, Stephen tertawa."Brian, aku benar-benar nggak menyangka kamu akan begitu suka padanya hingga ke titik ini!"Tidak ada ekspresi di wajah dingin Brian.Brian melirik ke arah Stephen, lalu berjalan ke dinding di sebelahnya, melepas cambuk dan mencelupkannya ke dalam ember di sebelahnya. Sebelum Stephen sempat bereaksi, Brian langsung mencambuknya!Saat cambuk ini mengenainya, kulit dan dagingnya akan terkoyak.Stephen berteriak."Brian, dasar sialan ...."Sebelum selesai berbicara, Stephen dicambuk lagi.Jeritan Stephen berge
Nova mengepalkan jarinya erat-erat.Siapa orang itu tadi malam?Apa Brian?Pintu kamar tidur tiba-tiba terbuka.Nova tiba-tiba tertegun, lalu air mata jatuh dari wajahnya.Ketika Nabila melihatnya, matanya dipenuhi dengan rasa sakit."Bagaimana keadaanmu? Apa kamu baik-baik saja?"Sudut bibir Nova sangat pucat."Nabila, aku ...."Nabila bergegas mendekat dan memeluknya."Jangan takut, semuanya sudah berakhir."Air mata Nova jatuh tak terkendali.Ingatan tentang semalam samar-samar dan kacau, tapi perlakuan Stephen saja sudah cukup untuk menjadi mimpi buruknya.Nova masih sedikit gemetar sambil bersandar di pelukan Nabila.Setelah beberapa saat, Nova akhirnya tenang dan bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?"Nabila terdiam beberapa saat lalu berkata, "Brian yang meneleponku."Nova tiba-tiba menjadi kaku, tangannya di atas selimut sedikit menegang.Jadi, orang tadi malam memang Brian?Air matanya mulai jatuh lagi tanpa disadari.Saat ini, Nova tidak tahu harus merasa lebih nyaman atau tida
"Aku akan segera pulang," jawab Brian lalu segera menutup telepon.Rumah Keluarga Frank.Tuan Besar Aldo duduk di ruang tamu dengan raut wajah yang gelap.Yang duduk di sebelahnya adalah orang tua Stephen.Stephen dianggap sebagai anak tunggal dari Keluarga Abbot.Brian telah menghancurkan Stephen kali ini. Keluarga Abbot ingin mencari keadilan meskipun harus bertengkar dengan Keluarga Frank.Begitu Brian memasuki pintu, Tuan Besar Aldo langsung melemparkan kruk ke arahnya."Dasar bajingan! Apa kamu benar-benar ingin membuatku kesal?"Brian langsung menghindar.Brian mengambil kruk dengan ekspresi acuh tak acuh dan berjalan menuju Tuan Besar Aldo."Jangan marah!"Brian menyerahkan kruk pada Tuan Besar Aldo dengan ekspresi tenang.Tuan Besar Aldo sangat marah hingga ingin muntah darah. Tuan Besar Aldo mengambil tongkat dan memukulnya ke arah Brian.Brian bahkan tidak berusaha untuk menghindar.Kruk itu menimpanya dengan keras.Simon merasakan sakit yang menusuk di hatinya saat melihat d
Selesai bicara, Aldo beranjak dari tempatnya dan berjalan ke luar.Simon bergegas maju dan memegang Brian. "Kak, bagaimana kondisimu?"Brian hanya tersenyum. Lalu, dia duduk di samping dan merokok."Nggak apa-apa, nggak akan mati."Simon mengernyit. "Aku sudah panggilkan dokter, tunggu sebentar."Brian mengisap rokoknya. "Ya."Simon ragu untuk menanyakan kondisi Nova. Pada akhirnya, Simon tidak menanyakan apa-apa.Di sisi lain.Setelah mendengar kabar, Jessy bergegas pergi ke taman belakang.Seorang wanita duduk di taman itu.Wanita itu lembut, tampak sangat cantik. Kebaya dengan warna kalem yang dia gunakan membuatnya tampak lebih anggun dan elegan.Jessy buru-buru berlari ke sana dan memeluk lengan wanita itu."Bibi, Kak Brian dipukul Kakek."Cherry tercengang. "Di mana dia?""Di ruang tamu, ditemani Kak Simon."Cherry langsung beranjak dari kursinya. "Aku tengok dia."Cherry berjalan sembari bertanya, "Karena wanita itu lagi?"Jessy mengangguk. "Kelihatannya Kak Brian serius kali in
Video itu hanya menampilkan visual, tidak ada audio.Walau berdurasi belasan detik saja, wajah Nova direkam dengan jelas.Nova sedang melawan pada saat itu.Namun, gerakannya yang lemas menjadi ambigu di video.Ditambah wajah Nova yang merah, video itu makin bersifat asmara.Wajah Nova memucat ketika melihat video itu.Komentar-komentar di bawah sangat vulgar."Wah, sundal sekali wanita ini.""Wajah dan badannya seksi sekali.""Aku pun mengeras melihatnya. Kakak, janjian, yuk!""Kalau bisa kutiduri sekali saja, mati pun aku rela."Banyak komentar-komentar cabul.Tak lama kemudian, ada orang yang memberi gagasan baru."Bukankah ini penerjemah cantik yang lumayan viral kemarin? Pria di sisinya waktu itu bukan yang ini.""Astaga, wanita begini juga bisa masuk Kementerian Luar Negeri? Dia benar-benar mempermalukan Kementerian Luar Negeri!""Mungkin dia punya pria yang lain di Kementerian Luar Negeri.""Aku dengar orang-orang di Kementerian Luar Negeri sangat baik padanya.""Serius? Dia jua
Nova menunduk ke bawah.Menyembunyikan perasaan kompleks dalam matanya."Nggak usah, bukannya nggak pernah sebelumnya."Setelah itu, Nova langsung menutup telepon.Brian menatap ponselnya setelah telepon diakhiri dan terdiam sejenak. Lalu, dia menaruh ponselnya ke samping.Simon bertanya dari samping, "Kak, apa Nova baik-baik saja?"Alih-alih menjawab, Brian bertanya, "Bagaimana hasil penyelidikannya?"Simon tiba-tiba menjadi jengkel."Ini memang bukan salah Rudy, Luis juga sudah periksa waktu itu. Siapa tahu ada kamera dalam mainan-mainan dewasa yang dibawa oleh Stephen?""Mereka langsung buang barang-barang itu ke tong sampah tanpa dicek. Aku sudah lihat rekaman CCTV. Bibi petugas kebersihan memang sudah angkut sampahnya. Orang yang unggah video bilang dia mendapatkannya secara kebetulan."Brian mendengus. Dia menatap Simon sambil tersenyum, tetapi ekspresi matanya dingin. "Menurutmu, ada orang yang akan pungut barang itu?"Simon terdiam.Jika itu dia, dia tidak akan memungut barang
Nova tidak tahu apa keistimewaan obat itu.Nova hanya tahu obat malam itu jauh lebih keras daripada obat yang diberikan oleh Bayu sebelumnya.Saat diberi obat oleh Bayu, Nova masih bisa mempertahankan kesadaran diri.Namun, pada malam itu, Nova sama sekali tidak dapat mengontrol diri.Nabila cemas ketika melihat Nova kebingungan."Nova, apa kamu tahu itu obat apa?"Nova mengernyit seraya menatap Nabila. "Ada apa dengan obat itu?"Nabila maju dan memegang tangan Nova. Perasaannya sangat kompleks."Obat itu nggak ada penawarnya."Nova terkesiap oleh apa yang dikatakan oleh Nabila."Apa maksudnya nggak ada penawarnya?"Wajah Nabila menjadi sangat masam saat mengungkit obat itu.Nabila tidak paham mengapa ada orang yang membuat obat semacam itu.Menurut Nabila, obat seharusnya dibuat untuk mengobati pasien dan meringankan penderitaan pasien.Namun, sekarang seseorang membuat obat itu untuk kebutuhan uang dan nafsu.Setelah diam sesaat, Nabila menjelaskan, "Beberapa waktu yang lalu, rumah s
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo