"Aku akan segera pulang," jawab Brian lalu segera menutup telepon.Rumah Keluarga Frank.Tuan Besar Aldo duduk di ruang tamu dengan raut wajah yang gelap.Yang duduk di sebelahnya adalah orang tua Stephen.Stephen dianggap sebagai anak tunggal dari Keluarga Abbot.Brian telah menghancurkan Stephen kali ini. Keluarga Abbot ingin mencari keadilan meskipun harus bertengkar dengan Keluarga Frank.Begitu Brian memasuki pintu, Tuan Besar Aldo langsung melemparkan kruk ke arahnya."Dasar bajingan! Apa kamu benar-benar ingin membuatku kesal?"Brian langsung menghindar.Brian mengambil kruk dengan ekspresi acuh tak acuh dan berjalan menuju Tuan Besar Aldo."Jangan marah!"Brian menyerahkan kruk pada Tuan Besar Aldo dengan ekspresi tenang.Tuan Besar Aldo sangat marah hingga ingin muntah darah. Tuan Besar Aldo mengambil tongkat dan memukulnya ke arah Brian.Brian bahkan tidak berusaha untuk menghindar.Kruk itu menimpanya dengan keras.Simon merasakan sakit yang menusuk di hatinya saat melihat d
Selesai bicara, Aldo beranjak dari tempatnya dan berjalan ke luar.Simon bergegas maju dan memegang Brian. "Kak, bagaimana kondisimu?"Brian hanya tersenyum. Lalu, dia duduk di samping dan merokok."Nggak apa-apa, nggak akan mati."Simon mengernyit. "Aku sudah panggilkan dokter, tunggu sebentar."Brian mengisap rokoknya. "Ya."Simon ragu untuk menanyakan kondisi Nova. Pada akhirnya, Simon tidak menanyakan apa-apa.Di sisi lain.Setelah mendengar kabar, Jessy bergegas pergi ke taman belakang.Seorang wanita duduk di taman itu.Wanita itu lembut, tampak sangat cantik. Kebaya dengan warna kalem yang dia gunakan membuatnya tampak lebih anggun dan elegan.Jessy buru-buru berlari ke sana dan memeluk lengan wanita itu."Bibi, Kak Brian dipukul Kakek."Cherry tercengang. "Di mana dia?""Di ruang tamu, ditemani Kak Simon."Cherry langsung beranjak dari kursinya. "Aku tengok dia."Cherry berjalan sembari bertanya, "Karena wanita itu lagi?"Jessy mengangguk. "Kelihatannya Kak Brian serius kali in
Video itu hanya menampilkan visual, tidak ada audio.Walau berdurasi belasan detik saja, wajah Nova direkam dengan jelas.Nova sedang melawan pada saat itu.Namun, gerakannya yang lemas menjadi ambigu di video.Ditambah wajah Nova yang merah, video itu makin bersifat asmara.Wajah Nova memucat ketika melihat video itu.Komentar-komentar di bawah sangat vulgar."Wah, sundal sekali wanita ini.""Wajah dan badannya seksi sekali.""Aku pun mengeras melihatnya. Kakak, janjian, yuk!""Kalau bisa kutiduri sekali saja, mati pun aku rela."Banyak komentar-komentar cabul.Tak lama kemudian, ada orang yang memberi gagasan baru."Bukankah ini penerjemah cantik yang lumayan viral kemarin? Pria di sisinya waktu itu bukan yang ini.""Astaga, wanita begini juga bisa masuk Kementerian Luar Negeri? Dia benar-benar mempermalukan Kementerian Luar Negeri!""Mungkin dia punya pria yang lain di Kementerian Luar Negeri.""Aku dengar orang-orang di Kementerian Luar Negeri sangat baik padanya.""Serius? Dia jua
Nova menunduk ke bawah.Menyembunyikan perasaan kompleks dalam matanya."Nggak usah, bukannya nggak pernah sebelumnya."Setelah itu, Nova langsung menutup telepon.Brian menatap ponselnya setelah telepon diakhiri dan terdiam sejenak. Lalu, dia menaruh ponselnya ke samping.Simon bertanya dari samping, "Kak, apa Nova baik-baik saja?"Alih-alih menjawab, Brian bertanya, "Bagaimana hasil penyelidikannya?"Simon tiba-tiba menjadi jengkel."Ini memang bukan salah Rudy, Luis juga sudah periksa waktu itu. Siapa tahu ada kamera dalam mainan-mainan dewasa yang dibawa oleh Stephen?""Mereka langsung buang barang-barang itu ke tong sampah tanpa dicek. Aku sudah lihat rekaman CCTV. Bibi petugas kebersihan memang sudah angkut sampahnya. Orang yang unggah video bilang dia mendapatkannya secara kebetulan."Brian mendengus. Dia menatap Simon sambil tersenyum, tetapi ekspresi matanya dingin. "Menurutmu, ada orang yang akan pungut barang itu?"Simon terdiam.Jika itu dia, dia tidak akan memungut barang
Nova tidak tahu apa keistimewaan obat itu.Nova hanya tahu obat malam itu jauh lebih keras daripada obat yang diberikan oleh Bayu sebelumnya.Saat diberi obat oleh Bayu, Nova masih bisa mempertahankan kesadaran diri.Namun, pada malam itu, Nova sama sekali tidak dapat mengontrol diri.Nabila cemas ketika melihat Nova kebingungan."Nova, apa kamu tahu itu obat apa?"Nova mengernyit seraya menatap Nabila. "Ada apa dengan obat itu?"Nabila maju dan memegang tangan Nova. Perasaannya sangat kompleks."Obat itu nggak ada penawarnya."Nova terkesiap oleh apa yang dikatakan oleh Nabila."Apa maksudnya nggak ada penawarnya?"Wajah Nabila menjadi sangat masam saat mengungkit obat itu.Nabila tidak paham mengapa ada orang yang membuat obat semacam itu.Menurut Nabila, obat seharusnya dibuat untuk mengobati pasien dan meringankan penderitaan pasien.Namun, sekarang seseorang membuat obat itu untuk kebutuhan uang dan nafsu.Setelah diam sesaat, Nabila menjelaskan, "Beberapa waktu yang lalu, rumah s
Nova tercengang mendengar hal itu.Pada akhirnya, Nova bertanya, "Rudy, malam itu, apa Brian tahu aku diberi obat apa?"Rudy tertegun sejenak. Dia tiba-tiba ingin berbohong dan mengatakan Brian tidak tahu.Namun, pada akhirnya, Rudy berterus terang, "Dia tahu, tapi Nova, Brian memang memanfaatkan kesempatan itu."Nova terdiam seketika.Rudy mengatakan sesuatu lagi, tetapi Nova tidak mendengarkan.Kemudian, Rudy memanggilnya lagi."Nova, apa kamu mendengarku?"Nova tersadarkan. "Apa?"Rudy mendengus. "Aku bilang, ayahku tanya bagaimana kondisimu. Lalu, dia nggak tahu dengar dari siapa kalau ibumu sudah siuman. Dia bilang mau jenguk ibumu kalau sempat."Nova tersenyum. "Sampaikan terima kasihku pada Pak Thoriq. Aku sudah baik-baik saja. Lalu, tentang ibuku, dia nggak perlu datang secara pribadi."Rudy mendengus. "Terserah dia saja. Dia mungkin merasa dia sedang memberi perhatian pada karyawannya. Nggak usah pedulikan dia."Nova menyahut, lalu menutup telepon.Setelah Nova menutup telepon
Nova menggenggam ponselnya dengan lebih erat.Sebelum Nova sempat menjawab, Simon berbicara lagi."Luka Kak Brian lumayan parah. Beberapa hari ini, dia selalu menentang Kakek karena masalah Stephen. Kakek juga nggak berbelaskasihan. Luka yang lama belum sembuh, sudah tambah luka baru. Dia mulai demam lagi tadi malam, tapi bilang dia nggak apa-apa, juga nggak mau minum obat. Dia tahan begitu saja."Nova mengernyit saat mendengar itu. Terkadang, dia curiga apakah itu adalah taktik Brian.Namun, faktanya, Brian terluka demi membantunya.Nova merapatkan bibir. Lama kemudian, dia bertanya, "Dia di apartemen?"Simon menjawab, "Ya, di apartemen. Dia ditahan di rumah oleh Kakek dalam beberapa hari ini, baru dilepas kemarin."Nova berucap, "Aku akan ke sana nanti.""Oke."Nova menutup telepon dan terbengong selama dua detik.Setelah berkemas, Nova langsung pergi ke apartemen.Sesampainya di apartemen, Nova mengetuk pintu.Akan tetapi, tidak ada yang menyahut ataupun membukakan pintu.Pada akhir
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo