Brian mengerutkan kening dan menatapnya. Brian tidak mengangguk, tapi juga tidak menyangkalnya.Sekarang bahkan dirinya tidak tahu apa yang tidak direlakan olehnya.Nova melanjutkan, "Lalu bagaimana agar kamu bisa rela? Selama kamu mengatakannya, aku akan melakukannya. Selama kamu nggak mengganggu hidupku lagi, aku akan melakukannya sampai kamu puas."Ekspresi Brian menjadi jelek, tangan di pergelangan tangan Nova sepertinya akan mematahkannya."Apa kamu menganggapku seperti ini? Ya, aku memang nggak rela. Kita jelas-jelas menandatangani surat perjanjian, tapi kamu melanggarnya di tengah jalan. Nova, menurutmu kenapa kamu bisa pergi? Bukankah kamu hanya mengandalkan aku untuk peduli padamu?"Karena peduli, Brian rela melepaskannya.Brian takut terjadi sesuatu pada Nova.Sebenarnya, jika dirinya benar-benar kejam, semua metodenya tidak akan berguna baginya.Namun, Brian tidak bisa berbuat kejam.Sekarang wanita ini masih membicarakannya seperti ini.Hati nuraninya benar-benar sudah hila
Brian menatap Nova sejenak.Ingin melihat sedikit saja kekurangan dalam ekspresinya.Namun, sayang sekali.Selain kekecewaan, satu-satunya yang tersisa di matanya hanyalah tekad.Setelah mengatakan ini, Nova bersandar dengan lemah di kursinya."Bisakah buka pintu mobilnya?"Bibir Brian membentuk garis rapat.Brian tidak ingin membiarkannya pergi begitu saja.Akan lebih baik untuk tetap seperti ini bahkan untuk sementara waktu.Jari ramping Nova mengusap bibirnya yang merah karena dicium.Ujung jari Brian kosong dan gerakannya terhenti.Setelah beberapa lama, Brian tiba-tiba tertawa."Dalam tiga tahun terakhir, Bu Nova benar-benar tersiksa, ya. Nggak ada perasaan sama sekali tapi tidur denganku selama tiga tahun."Nova menurunkan bulu matanya dan tidak melihat ke arah Brian.Suara Nova terdengar acuh tak acuh, tapi hatinya terasa sakit."Itu semua berkat ajaran Pak Brian."Brian telah memberitahunya lebih dari sekali bahwa yang ada hanya urusan di antara mereka, bukan perasaan.Hanya me
Dari vas kecil dan peralatan makan hingga furnitur dan peralatan besar, Nova membeli semuanya secara langsung satu per satu.Saat itu, Nova sangat memperlakukan tempat ini sebagai rumah mereka.Namun, kalau dilihat sekarang, rasanya sangat ironis.Nova menjawab dengan sangat tenang, "Nggak mau lagi, cinta akan hilang, apalagi suka. Hal-hal yang aku sukai dulu nggak ada bedanya dengan sampah bagiku sekarang."Brian kembali merasa tertekan.Brian tidak tahu kenapa Nova ini begitu sulit untuk dihadapi.Benar-benar susah ditaklukkan.Brian mengerutkan bibir tipisnya menjadi garis lurus dan menatap Nova seperti ini.Nova tahu bahwa Brian pasti marah lagi dan tidak ingin tinggal bersamanya lebih lama lagi.Pria ini mungkin akan menjadi gila lagi nanti."Bisakah kamu membuka pintunya?"Brian sangat marah. Nova ingin pergi, tapi Brian menolak untuk melepaskannya. "Kalau bisa, hancurkan jendela mobil."Nova memelototi Brian.Kenapa Nova tidak menyadari sebelumnya bahwa pria ini sangat kekanak-k
Ketika kembali ke rumah, Nova langsung pergi ke kamar mandi.Setelah mandi, Nova merasa sedikit lebih baik.Nabila memandangnya dan berkata, "Ada apa? Kenapa raut wajahmu terlihat jelek?"Nova mengerucutkan bibir bawahnya dan berkata, "Aku digigit anjing."Nabila berkata, "Brian datang menemuimu lagi?"Nova menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kami bertemu secara kebetulan dan kemudian kami terlibat dengannya."Mata Nabila berbinar. "Nova, menurutku Brian sangat menyukaimu, 'kan? Itu sebabnya Brian begitu enggan melepaskanmu. Kalau nggak, mana mungkin dia terus menjeratmu, ada banyak wanita yang ingin dengannya!"Nova terdiam beberapa saat, lalu tertawa, "Mungkin karena jahat. Bersikap cuek saat aku di sisinya dan nggak rela aku meninggalkannya."Nabila langsung menggerakkan sudut mulutnya.Namun, kalau dipikir-pikir dengan hati-hati, sepertinya memang begitu.Benar saja, semua pria memang keji!...Nova tidak bertemu Brian selama beberapa hari berikutnya.Nova tidak peduli atau berta
Namun, Nova tidak ingin lagi berhubungan dengan Brian.Jika ingin membalas dendam, Nova akan menggunakan cara lain.Nova tersenyum dan berkata, "Nggak, Simon, aku dan kakakmu nggak akan bisa bersama lagi."Setelah Nova selesai berbicara, sebuah bayangan tiba-tiba muncul di sekelilingnya.Nova mengerutkan kening, mendongak dan melihat Brian berdiri di samping meja dengan memakai setelan jas.Ekspresi Brian terlihat tenang, tapi ada sedikit makna yang tidak diketahui di matanya."Kak!" Mata Simon tiba-tiba berbinar. "Kenapa kamu datang ke sini?"Nova menatap Simon dan menunduk.Kemampuan akting Simon sangat buruk. Entah sebodoh apa pun Nova, dia bisa tahu bahwa pertemuan kali ini adalah sebuah jebakan."Aku lewat sini sepulang kerja dan kebetulan melihat Simon di sini, jadi aku masuk untuk menyapanya. Apa kamu keberatan, Bu Nova?"Setelah Brian selesai berbicara, matanya tertuju pada Nova.Mereka tidak bertemu satu sama lain selama beberapa hari, Brian sudah sangat merindukannya.Nova te
Langkah kaki Nova berhenti sejenak dan mengira dia salah dengar.Sekretaris Umum mengulangi ucapannya lagi."Bu Nova, ada masalah dengan salah satu kontrak untuk proyek yang menjadi tanggung jawabmu dan kamu harus melakukan perjalanan bisnis."Nova, "..."Dia terdiam beberapa saat sebelum bertanya, "Apa aku harus pergi?""Orang itu sudah memutuskan untuk bernegosiasi dengan pemimpin proyek."Nova terdiam beberapa saat sebelum menjawab.Sebenarnya Nova belum resmi mengundurkan diri dari Grup Ivy."Asistenku harus ikut denganku."Sekretaris Umum terdiam beberapa saat, "Oke, Bu Nova, aku akan memberi tahu asistenmu dan memintanya untuk menunggumu di bandara besok."Keesokan harinya.Nova mengemasi barang-barangnya dan pergi ke bandara pagi-pagi sekali.Setibanya di bandara, dia menerima telepon dari Rudy."Bu Nova, seharusnya kamu ada waktu akhir pekan ini, 'kan?"Nova mengatupkan bibirnya dan tersenyum, "Maaf, Pak Rudy. Aku ada di bandara dan harus melakukan perjalanan bisnis."Rudy jela
Brian melirik ke arah Nova dan bertanya, "Sudah ada Rudy, jadi kamu nggak mau duduk bersamaku?"Nova tidak menjawabnya dan hanya mengusap pelipisnya dengan agak lelah."Nggak tidur cukup tadi malam?" Pria itu bertanya lagi.Nova tidak ingin memedulikannya dan langsung memejamkan matanya setelah duduk.Nova benar-benar tidak beristirahat yang baik tadi malam.Kontrak yang salah kali ini agak rumit.Nova hanya menyiapkan materi sampai tengah malam.Nova terus sibuk dan tubuhnya belum pulih dengan baik, jadi dia tertidur tidak lama setelah pesawat lepas landas.Tatapan Brian tertuju pada wajahnya.Sorot matanya terlihat muram.Setelah beberapa saat berlalu, Brian mengangkat tangannya dan meletakkan kepala Nova di bahunya.Saat bangun, pesawat telah mendarat.Nova membutuhkan dua detik untuk menyadari kalau dia sedang bersandar di bahu Brian.Tubuhnya juga ditutupi dengan jas.Itu adalah jas yang dibeli untuknya dulu.Tatapan Nova tertuju pada setelan itu dan menjadi linglung.Adegan yang
Setelah mendengar kata-kata ini, Nova berbalik dan berjalan keluar dengan wajah pucat."Aku akan pergi memeriksa hotel lain."Brian menyipitkan mata dan mendekat untuk menghentikan Nova."Lepaskan!"Tatapan Brian berkilat dengan penuh ancaman, "Kamu begitu enggan berbagi kamar denganku?"Raut wajah Nova berubah menjadi muram, "Brian, menurutmu pantaskah kita berbagi kamar dengan hubungan kita seperti ini?"Brian mendengus dan menjawab, "Aku nggak keberatan.""Aku keberatan!"Nova menarik tangannya dan berjalan keluar.Brian menariknya langsung ke dalam lift.Ada orang lain di dalam lift. Nova tidak meronta lagi, tetapi sudut bibirnya menegang.Setiap saraf di tubuhnya menolak untuk terus bersikap tidak jelas dengan Brian.Akan tetapi, pria ini menolak untuk melepaskannya.Setelah keluar dari lift, Brian langsung menarik Nova ke dalam kamar.Begitu memasuki pintu, Brian langsung mendorongnya ke pintu.Aura yang luar biasa menekan Nova seperti ini.Ponsel Brian tiba-tiba berdering tepat
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo