Nova ragu-ragu dan melapor ke Brian."Aku liburan dengan Nabila dan akan pulang tiga hari lagi."Nabila memesan penerbangan malam. Saat Nova tiba di bandara, masih ada waktu dua jam sebelum pesawat lepas landas.Dia awalnya ingin menunggu Nabila datang dan kemudian pergi makan bersama.Namun, di luar dugaan, Nabila langsung menelepon."Nova, aku nggak bisa pergi. Aku hampir sampai di bandara tapi direktur kita meneleponku lagi. Aku harus bertugas selama liburan. Maaf, Nova. Aku akan merayakan ulang tahunmu saat kamu sudah pulang."Nova berkedip dan kemudian teringat bahwa ulang tahunnya akan segera tiba.Namun, ulang tahunnya bukanlah hari yang harus dirayakan.Setiap tahun, Nabila akan mengiriminya pesan atau saat tidak sibuk, dia akan makan bersama Nabila.Sedangkan yang lainnya sudah tidak ada lagi."Baiklah, kalau begitu aku akan pergi sendiri."Kota Berka adalah tempat yang spesial bagi Nova.Dia benar-benar ingin ke sana untuk melihat-lihat.Pesawat mendarat pada pukul sebelas.N
Melihat Brian pergi, raut wajah Yasmin langsung menjadi gelap.Stephen mendecakkan lidahnya di sampingnya.Simon tertawa."Apa? Pak Stephen cemburu?"Stephen tertawa dan berkata, "Simon, manfaat apa yang diberikan wanita jalang itu padamu hingga kamu melindunginya seperti ini?"Simon terkekeh. "Nggak ada. Menurutku dia memang kakak iparku."Saat Simon mengucapkan kata-kata ini, raut wajah Yasmin menjadi semakin memburuk."Simon, mustahil kakakmu bisa bersama Nova. Dengan statusnya, bagaimana dia bisa layak menjadi Keluarga Frank?"Simon menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nona Yasmin, pernikahan kakakku nggak pernah diputuskan oleh Keluarga Frank. Kalau nggak, pertunangan terakhir kali nggak akan batal. Benar, 'kan?"Ketika menyebutkannya hal ini, Yasmin benar-benar merasa kesal.Namun, Simon masih menganggap itu tidak biasa."Lagi pula, ada orang yang bilang akan pergi dan nggak akan kembali hingga kakakku memintanya, tapi sekarang kenapa kembali lagi?"Yasmin sangat marah, dirinya
Nova menatap kosong ke arah Brian yang berdiri di depannya."Kenapa kamu datang ke sini?"Brian mengerutkan kening dan menatapnya. Setelah beberapa saat, Brian mengulurkan tangan dan menyentuh dahinya."Kamu masih demam, ganti bajumu dan ikut aku ke rumah sakit."Dada Nova sepertinya dipenuhi dengan emosi yang bahkan tidak bisa dijelaskan.Nova menghindari tatapannya dan tersenyum. "Nggak apa-apa, aku minum obat lagi saja, semuanya pasti akan baik-baik saja."Brian memegangi pergelangan tangannya."Nova, patuh saja. Gantilah pakaianmu, atau kamu ingin aku membantumu menggantinya?"Nova melepaskan diri dari tangannya, menahan rasa sakit di ujung hidungnya dan bertanya, "Brian, kenapa kamu datang ke sini?"Entah apa yang terjadi pada dirinya.Mungkin karena sendirian di luar dan sakit.Saat melihat pria ini muncul di depan pintu, matanya terasa sedikit panas.Nova benar-benar tidak mengerti kenapa pria ini datang mencarinya saat hubungan keduanya begitu bermasalah.Brian memandangnya dan
Nova tahu bahwa Brian tidak ingin berbicara lebih banyak.Nova tidak bertanya lagi dan hanya menutup matanya.Brian tiba-tiba meraih dagunya dan menciumnya.Ciuman dengan sentuhan kelembutan, kelembutan yang belum pernah terjadi sebelumnya.Nova terkejut.Sebelum Nova bisa bergerak, Brian berbalik dan menekannya."Brian, aku ....""Patuh, jangan bergerak, aku hanya mau cium saja, tapi kalau kamu bergerak, bukan hanya sekadar ciuman saja yang akan mendarat." Suara Brian agak serak dan membuatnya merasa tidak nyaman.Nova tidak berani bergerak sejenak.Brian terkekeh. "Apa kamu begitu takut dengan apa yang akan aku lakukan?""Aku merasa nggak enak badan."Dia tahu lebih baik dari siapa pun betapa pria ini bisa menyiksanya di tempat tidur.Dia benar-benar tidak bisa mengatasi keadaan ini.Brian tidak benar-benar berniat untuk melakukannya.Entah betapa kejamnya dirinya, Brian tidak akan pernah melakukannya pada orang sakit.Setelah mencium bibir Nova dua kali lagi, Brian berdiri dan memas
Dia langsung menutup telepon.Setelah itu berkemas sejenak dan keluar.Perawat sangat senang melihatnya tiba di rumah sakit."Nona Nova, selamat Tahun Baru."Nova menjawab dengan senyuman dan menyerahkan buah yang dibelinya dalam perjalanan ke perawat."Selamat Tahun Baru, Bibi. Terima kasih atas kerja kerasmu selama setahun terakhir."Bibi perawat mengambil buah itu dengan sangat senang."Nggak apa-apa, lagi pula ini tugasku."Setelah mengatakan itu, dia melirik ke arah Susy yang terbaring di dalam dan menghela napas.Satu tahun terlewat lagi, kali ini sudah empat tahun.Entah kapan ini akan berakhir. Sebenarnya, Nona Nova adalah orang yang mengalami masa tersulit.Perawat itu tidak berkata apa-apa lagi, mengambil ketel dan pergi, menyisakan ruang untuk Nova.Nova duduk di tepi tempat tidur dan memijat otot Susy sebentar.Begitu selesai, Nova tersenyum."Selamat Tahun Baru, Bu."Susy masih terbaring di tempat tidur tanpa respons apa pun.Nova tersenyum dan tidak berbicara lagi. Nova h
Colton sudah terlalu lama berpikir untuk mencapai puncak dengan memanfaatkan Keluarga Frank.Sepuluh tahun, Colton merencanakan Yasmin berpura-pura menjadi Nova untuk bertemu Brian.Namun, Colton tidak ingin Yasmin terlalu keras kepala.Rakus akan cinta dan menginginkan Brian.Sekarang, wanita jalang ini sudah memanfaatkan situasi ini.Nova tertawa. "Kalau Brian benar-benar ingin menikah dengan Yasmin, menurutmu apa aku bisa melakukan apa saja untuk menghancurkannya?"Colton tersengat oleh kata-kata ini.Dia awalnya mengira selama Yasmin kembali, Brian akan segera bersama kembali dengan Yasmin.Ketika Yasmin kembali, Brian menjadikan Yasmin sebagai bintang iklan Permata Ivy. Ini juga merupakan bukti terbaik.Semula keluarga mereka siap menikahkan Yasmin dengan Keluarga Frank.Namun, tidak menyangka dalam waktu yang lama, Brian bahkan tidak memiliki niat sedikit pun untuk bersama kembali dengan Yasmin, apalagi menikah.Colton mendengus. "Brian menikah dengan Yasmin hanya masalah waktu s
Tanpa diduga, saat keluar dari mobil, dia melihat Bisma sudah menunggu di sana."Kak, kok cepat sekali?"Bisma sudah ada di sini saat meneleponnya."Kebetulan ada urusan di sini."Setelah berbicara, dia memberikan Nova segelas teh susu hangat. "Aku ingat kamu suka minuman rasa ini."Mata Nova berbinar. "Setelah bertahun-tahun, aku nggak nyangka kamu masih ingat saja."Bisma tersenyum sangat lembut. "Aku khawatir seleramu akan berubah."Nova tertawa dan tidak melanjutkan topik pembicaraan, tapi bertanya, "Tahun Baru ini kamu nggak pulang ke kampung?""Pulang, tapi hari ini aku pulang ke sini lagi."Sebenarnya dia tidak perlu datang ke pertemuan ini.Kali ini yang datang adalah pimpinan tertinggi kementerian, meski dianggap sebagai bintang baru di Kementerian Luar Negeri.Namun pada akhirnya kualifikasinya tidak cukup untuk pertemuan ini.Hanya saja ... saat dia dan Nova berpisah terakhir kali, suasana hati Nova tidak terlalu baik.Setelah kembali, Bisma menanyakan hal itu.Baru kemudian
Nova berteriak.Beberapa saat berikutnya mulutnya kembali tertutup.Segera setelah itu, sebuah suara yang sangat familier terdengar di telinganya."Jangan teriak!"Hampir seketika, tangan dan kakinya lemas.Nova menyentuh dadanya dengan rasa takut yang masih ada lalu berbalik untuk menatap Brian."Brian, kamu sudah gila, ya! Kenapa kamu ada di sini?"Brian mencibir dan mencubit pinggangnya dengan kuat."Apa menurutmu aku nggak mau masuk? Bagaimana aku bisa masuk? Buka pintunya?"Nova berhenti sejenak dan kemudian teringat bahwa dia tidak pernah memberikan kuncinya kepada Brian."Maaf, aku lupa."Brian meliriknya dan menariknya ke dalam kamar.Saat lampu menyala, mata Brian tertuju pada gelas teh susu di tangannya dan raut wajahnya langsung menjadi suram.Nova menundukkan kepalanya tanpa sadar dan mengganti sandalnya.Bahkan saat mengganti sepatunya, Nova tidak menyisihkan teh susu itu.Brian membungkuk, mengambil teh susu di tangannya, lalu langsung membuangnya ke tempat sampah."Apa y