Elma memutuskan menunggu diluar club, ketika akhirnya dia melihat Kai keluar dari pintu belakang khusus staff. Melihat pria itu telah berganti pakaian, dia tahu bahwa itu saatnya bagi Elma untuk turun dan membungkus ikan yang telah dia pancing.
Pria itu langsung terkejut melihat keberadaan Elma yang sudah bersender pada dinding gedung bar, sekadar menantikan kepulangannya. Sejujurnya Kai hanya bercanda dan sekadar menggoda balik wanita itu saja, dia tidak pernah punya ekspektasi bahwa leluconnya akan ditanggapi dengan serius oleh perempuan ini. Buat Kai mana mungkin wanita secantik dia mau tidur dengan pria yang bekerja sebagai bartender club malam? hanya satu dari sejuta kemungkinan, dan tampaknya malam ini dia keruntuhan bulan.
“Hallo lagi, Tuan Bartender seksi. Tawaran darimu masih berlaku kan?” tanya Elma to the point sambil mengedipkan sebelah matanya.
Kai sedikit shock, ini sungguhan. Dia tidak sedang bermimpi mala mini. “Apa yang sebenarnya wanita cantik sepertimu inginkan dari saya?”
“Mind blowing sex maybe,” jawab Elma bercanda.
Pria berambut kecoklatan itu kemudian melangkah mendekati Elma. Jarak mereka semakin menipis, dan terus terang setiap langkah yang diambil oleh Kai membuat Elma harus mengendalikan dirinya sendiri agar tetap terlihat tenang. Hanya tersisa beberapa centimeter saja, dan terus terang setiap pergerakan yang Kai buat membuat jantung Elma dibuat nyaris meledak. Tubuh wanita itu bergidik penuh antisipasi ketika Kai menundukan kepala hanya untuk sekadar berbisik di telinga.
“Bagaimana kalau kita test drive dulu? kalau tidak sesuai ekspektasi kau boleh menamparku,” ujarnya parau.
Elma tidak sanggup menjawab, untuk beberapa alasan suaranya tiba-tiba saja menghilang apalagi ketika tangan pria itu membelai pipinya yang agak dingin karena terekan angin malam selama beberapa saat sebelum mereka bertemu. Kehangatan yang dia dapatkan dari telapak tangan pria itu membuat dia meleleh. Tubuhnya pun seakan dipaksa memaku jauh ke dalam tanah ketika secara perlahan-lahan lelaki itu mendaratkan kecupan demi kecupan ke lehernya. Menggodanya dengan sedikit sentuhan penuh kasih yang tampaknya cukup membuat Elma dibuat gemetaran.
‘Not bad, dia tahu apa yang dia lakukan’ pikir Elma dan membiarkan tubuhnya dijelajahi oleh Kai sementara yang dia lakukan hanyalah memejamkan mata dan menikmati sensasi yang diciptakan bibir pria itu dipemukaan kulitnya.
Menyadari tidak adanya perlawanan meski tanpa jawaban, Kai tahu betul bahwa itu berarti adalah sebuah konfirmasi persetujuan dari yang bersangkutan. Maka tanpa ragu, Kai melanjutkan eksplorasi yang telah diamulai. Menggunakan lidahnya untuk membelai kulit sensitif dibelakang telinga wanita itu dan kini mulailah dia mendapati adanya respon berupa sedikit erangan tertahan dengan tangan si wanita yang mencengkram otot bisepnya.
Merasa mulai limbung dan Elma tahu dia bisa menggila jika membiarkan pria itu berbuat semuanya. Maka dia segera berinisiatif mengaitkan tangannya pada leher si pria. Kedua matanya mulai dipenuhi dengan kabut birahi dan sensitivitasnya mulai meningkat. Ini mendebarkan dan membuatnya ketagihan.
“Hmm? Ternyata tidak perlu banyak usaha untuk membuatmu excited, Ms. Confident,” gumam Kai.
“Shut up!”
Elma memutuskan berhenti menjadi wanita pasif. Dia mengambil inisiatif untuk mencuri ciuman dari Kai sebagai balasan atas tindakan nakal yang pria itu perbuat sebelumnya. Tatkala bibir mereka saling bersentuhan satu sama lain, Elma merasa bagaikan tersengat aliran Listrik. Dia memulainya dengan sebuah kecupan yang lembut dan perlahan hanya untuk memberikan umpan panas yang dibalas dengan ciuman kasar nan agresif. Elma merasa takjub mengetahui bahwa instingnya sebagai perempuan dalam memilih pria cukup bisa diancungi jempol. Toh, dari ciuman saja pria ini sudah bisa sangat liar, bagaimana dengan yang lainnya? membayangkannya saja sudah membuat Elma merem melek.
“Kau cukup liar rupanya, Tuan Bartender,” ungkap Elma ketika mereka berpisah sesaat dan dia melihat betapa kepayahannya Kai dalam rangka mengontrol dirinya sendiri.
Kai sendiri memang tidak pernah begitu excited dan agresif. Dia selalu bisa sangat tenang dan logis dalam situasi apapun. Tetapi sesuatu yang ada didalam diri wanita ini membuat dia kehilangan ketenangan yang selalu dia banggakan. Entah karena kulitnya yang halus, atau karena aroma wanginya yang memabukan.
Kai tidak tahu alasannya, tetapi yang pasti dia menyukai suara rintihan wanita itu ditelinganya ketika dia cukup sibuk memanjakan. Rasanya dia ingin buru-buru melucuti pakaian dan menikmati wanita itu hingga tuntas. Namun mengingat wanita itu datang padanya untuk sebuah pelayanan panas dan bahkan rela menantikannya hingga jam pulang. Maka Kai tahu bila foreplay yang baik untuk memulai permainan sangat penting bagi si wanita dan dia juga yakin kalau kesabarannya akan berbuah manis.
“Karena kau membuat saya mabuk dalam gairah, Ms. Confident.” Sejauh ini Kai memanggil wanita itu dengan panggilan yang dia buat. Rasanya aneh saja untuk bertanya nama saat mereka sudah sejauh ini. Buat Kai dia rasa ini hanya terjadi sekali dan mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Jadinya, dia hanya perlu memastikan membuat kenangan terbaik sebelum semuanya sirna begitu saja. Waktu yang dia miliki tidak begitu banyak karena itu dia akan memanfaatkan segalanya dalam satu kesempatan.
“Apakah saya membuatmu panas?” tanya Kai lagi yang dibalas dengan kikikan dan kerlingan nakal.
“Tunjukan padaku apa yang membuatmu berpikir bahwa aku cukup panas? Yang kau berikan padaku hanya sekadar ciuman bila perlu kuingatkan,” sahut Elma dengan kepercayaan dirinya yang begitu tinggi. Energi feminim yang begitu besar menguar darinya dan menantang hasrat kelelakian Kai untuk berbuat semakin lebih.
“Kalau begitu persiapkan dirimu, karena mungkin saja saya akan membuatmu kehilangan akal.”
Elma bersiul. “Aku tidak sabar menantikannya darimu.”
Tangan pria itu kemudian mulai menjamah pahanya, ketika sekali lagi dia memagut bibir Elma. Perlahan tetapi pasti dia mulai menjelajah disana hingga pangkal paha dan sedikit terkejut ketika menyadari bahwa wanita ini tidak mengenakan apa-apa dibalik gaun malam seksinya. “Kau ternyata sangat nakal, Ms. Confident,” ungkap Kai ketika bibir mereka berpisah sementara untuk mengambil napas.
“Aku memang bukan perempuan baik-baik, tuan bartender.”
Maka dengan langkah pasti, Kai membelai lipatan yang terasa hangat dan basah dengan jarinya. Sentuhan itu sejujurnya sangat ringan tetapi itu cukup membuat Elma tersentak. Melihat reaksi wanita itu dari hasil perbuatannya, Kai semakin berani untuk mengeksplorasi lebih jauh lagi, jarinya menemukan satu titik sensitif yang tersembunyi dibalik lipatan keintimannya. Dengan ahli pria itu mulai memanipulasi keadaan, merangsang area tersebut dengan ibu jarinya. “Wow, you’re the feisty one,” gumam Kai dengan suara yang serak.
Elma tidak bisa menjawab, wanita itu hanya bisa merintih dan mengerang menikmati sensasi yang mengalir deras ke sekujur tubuhnya hanya dari sentuhan disatu titik. Kai mulai merasakan dirinya sudah sangat sesak dan celananya mengetat. Suara desahan yang keluar dari bibir ranum nan seksi dihadapannya membuat dia kegerahan dan terangsang berat. Elma merasa tubuhnya mulai lemah dan tidak kuat untuk berdiri sendiri, untungnya dia bersandar pada dinding club dan memeluk pria itu erat-erat sebagai pertahanan diri untuk tidak ambruk.
Kai tersenyum puas, dia tergugah untuk menggoda wanita ini sampai dia memohon untuk mendapatkan hal yang lebih. Kai bisa menebak bahwa wanita ini bisa dibilang adalah wanita yang tidak pernah memohon seumur hidupnya. Wanita ini cantik, misterius, punya aura dominasi tapi juga seperti seorang control freak. Kai bisa merasakan kalau wanita itu selalu ingin in-charge. Selalu menjadi pihak yang memerintah dan tahu apa yang dia inginkan tanpa rasa malu atau ragu dari carinya menarik tangan Kai untuk menyentuh bagian yang dia inginkan atau menjambak rambutnya untuk memperdalam ciuman mereka. Wanita itu ingin menjadi sang dominan, tetapi sebagai pria Alpha jelas Kai tidak akan membiarkan peran itu diambil alih oleh mate-nya.
“Kau menginginkan lebih, Ms. Confident?”
Meski itu adalah sebuah pertanyaan tapi dari setiap penekanan kata yang lelaki itu gunakan lebih mengimplementasikan bahwa itu adalah sebuah perintah yang mutlak mesti Elma patuhi.
Kini Elma telah jatuh dalam lubang harsat yang tidak dia duga, dia telah dijebak oleh pria dengan wajah teduh dan tenang ini yang membawanya pada sisi tidak lagi bisa berpikir jernih. Elma jelas menginginkannya, dia ingin sesuatu didalam dirinya diisi penuh, belaian pria itu pada inti dirinya membuat Elma tidak bisa lagi menggunakan otaknya dengan benar. Tanpa dia sadari dia telah ditaklukan oleh sang bartender muda, pria yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan akan menjadi sang dominan.
“Ya,” sahut Elma dengan suara serak dan napas yang tersenggal.
Kai menyelipkan dua jari pada lubang panas nan basah, secara perlahan menggerakan jarinya masuk keluar. Menyaksikan dengan kedua matanya efek yang terjadi dari tindakan erotisnya. Wanita itu memejamkan mata dan Kai tergoda untuk menaikan tempo permainan. Desah napas sang wanita mulai tidak beraturan, makin pendek makin kewalahan. Kai tahu bahwa dititik ini tampaknya sang submissive sebentar lagi akan mencapai klimaks. Tetapi Kai punya gagasan lain bahwa dia tidak ingin membiarkan wanita itu merasa puas dengan cepat.
“Fuck …,” gumam Elma yang bisa merasakan kehangatan merebak dari pusat ke seluruh tubuhnya. Jari pria itu memenuhi inti kewanitaannya dan dia bisa merasakan tensi meningkat dari setiap pergerakan dan dorongan yang diciptakan. Gelombang maha dahsyat hampir meledak.
“Faster!” perintah Elma, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Bukan klimaks yang dia dapatkan melainkan kekosongan yang mendadak.
Itulah gagasan Kai yang ingin mempermainkan Elma. Berhenti mengikuti keinginannya, dan memberikan wanita itu pemahaman bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginannya.
Kedua mata Elma melebar tidak percaya, rasa frustasi merebak dan membuat Elma merasakan dorongan emosional tinggi sehingga membuat dia begitu marah akan keadaan yang terjadi. Ini membuatnya gila, bagaimana bisa dia berhenti saat Elma nyaris akan keluar?
“Kenapa berhenti?!” Arogansi yang kental begitu kentara dari suaranya. Elma paling tidak suka dibuat gantung seperti ini.
“Bila kau mau melanjutkannya, it should be on my term. Ms. Confident.” Kai menatap Elma tanpa ekspresi apa-apa.
Situasi ini membuatnya gila, tapi bukan Elma namanya bila dia tidak bisa mengatasi hal seperti ini. “Namaku Elma,” katanya. Kedua mata wanita itu berkilat di bawah cahaya bulan, masih terengah karena dipaksa berhenti ketika dirinya nyaris klimaks.
Kedua mata Kai berkilat dibawah cahaya rembulan. “Sepertinya kamu sedikit terlambat untuk memperkenalkan diri, Ms. Elma.”
Elma memperlihatkan seringainya. “Aku tertarik padamu, Kai. Jadilah kekasihku.”
“Selamat datang di tempat saya yang kecil. Saya tidak berharap kamu akan suka tempat ini, tetapi tolong buatlah dirimu senyaman mungkin disini. Apa kamu mau minum sesuatu, Ms. Confident?” kata Kai setelah membuka pintu rumah kecilnya yang jujur saja buat Elma sangat tidak layak huni. Terlebih alih-alih menjawab pertanyaannya beberapa saat lalu dia malah menyeret Elma masuk ke dalam rumah seperti ini.Elma untuk beberapa saat tidak langsung menjawab pertanyaan Kai yang ramah kepadanya, malah dia lebih memilih mengitari pandangannya ke segala penjuru arah di dalam rumah tersebut. Seperti yang dia duga, tidak ada yang mewah disana, tetapi ruangan tersebut sangat rapi, bersih dan yang paling penting sangat terorganisir. Elma curiga kalau Kai adalah seorang neat freak karena semua yang dia lihat terlalu sempurna untuk ukuran tempat tinggal seorang pria lajang. Kecuali, sudut ruang tamu yang dimana terdapat sebuah kanvas, kuas, dan juga cat yang berserakan.“Ms. Elma?” panggil Kai sekali la
“Sampai kapan aku harus duduk disini? membosankan sekali! Arrghh … tulisan-tulisan ini membuatku muak!”“Mohon bersabar, Ms. Elma. Pekerjaan Anda bahkan baru dimulai.” Mya sang sekretaris tiba-tiba menyahut dan masuk ke dalam ruangan dengan setumpuk berkas baru di tangan. Elma langsung pasang muka masam, ketika berkas tersebut sudah berpindah ke meja yang telah selesai setengahnya dan kini upaya penyelesaian itu sepertinya sudah tidak lagi terlihat adanya.“Oh … ya Tuhan, kenapa kau harus membawa berkas sialan itu kemari sekarang?” keluh Elma. Sebetulnya keluhan macam itu lebih pada sisi tenang sang nona besar. Sebelumnya bahkan sang nona besar bisa mengamuk, galak, temperamental pada semua karyawan. Tetapi hari ini tampaknya dia sedikit jauh lebih rileks meski masih sesekali mengeluh ketika sedang bertugas.“Ini dokumen yang harus Anda periksa dan tanda tangani,” jelas Mya cuek, dia sama sekali tidak mengindahkan perkataan Elma sebelumnya.“Ini banyak sekali lho, Mya. Ini sudah mau j
Elma menggunakan waktu yang dia minta untuk sekadar meracau dan mengeluarkan semua kekesalannya hingga lelah. Setelah itu, dia keluar tepat di menit kelima, dan mulai melangkah beriringan dengan Arash untuk keluar dari kantornya. Tidak lupa Elma juga memberikan Mya yang rupanya masih berada di mejanya dengan pandangan yang menusuk karena wanita itu malah kabur padahal dia bisa mengusir Arash saat itu dengan alasan apapun.Mya menanggapinya dengan menjulurkan lidah. Elma jelas tahu bahwa semua rangkaian peristiwa ini adalah sebuah konpsirasi antara dia dengan ayahnya. Terlebih tadi pagi saja, Mya sudah memperingatkan Elma tentang pernikahan, jelas sekratarisnya itu sudah dapat perintah khusus dari sang ayah dan Mya sudah memberikan dia bocoran.Elma memberikan Mya jari tengah, sementara Mya malah melambai mengantar kepergiannya dengan sumringah. Memang dasar sahabat bangsat.“Mukamu masam sekali, sebegitu tidak sukanya kau bersamaku?”Pertanyaan itu keluar dari mulut Arash setelah mere
Diluar restoran Elma menghentak kedua kakinya, meluapkan seluruh emosi dengan gesture tubuh tanpa kenal tempat. Dia mendengus kesal karena ini adalah kali pertama dia bertengkar hebat dengan ayahnya. Biasanya pria itu sangat mudah dinego, apalagi kalau Elma sudah merengek dan terang-terangan menolak. Namun malam ini, sikapnya tidak seperti ayahnya yang dia kenal. Memangnya sepenting apa sih menikah itu? Ibu dan ayahnya saja bercerai dulu, lantas kenapa Elma perlu menjalin hubungan yang bisa retak kapan saja macam itu? Elma tidak akan mau menikah, apalagi kalau mempelai prianya adalah Arash Elvander. Kakak dari mantan pacarnya.“Elma!”“Mau apa kau kemari? Tinggalkan aku sendiri. Aku sudah sangat muak sekarang,” sahut Elma penuh emosi. Dia mengeluarkan sebatang rokok dari tas tangannya dan menghisap benda itu sambil menarik napas dalam-dalam. Arash hanya menyaksikan tingkah polah sang nona besar, dan kemudian memandang wajah wanita itu lekat-lekat.“Kau mau pergi kesuatu tempat kan? ka
“Selamat datang di tempat saya yang kecil. Saya tidak berharap kamu akan suka tempat ini, tetapi tolong buatlah dirimu senyaman mungkin disini. Apa kamu mau minum sesuatu, Ms. Confident?” kata Kai setelah membuka pintu rumah kecilnya yang jujur saja buat Elma sangat tidak layak huni. Terlebih alih-alih menjawab pertanyaannya beberapa saat lalu dia malah menyeret Elma masuk ke dalam rumah seperti ini.Elma untuk beberapa saat tidak langsung menjawab pertanyaan Kai yang ramah kepadanya, malah dia lebih memilih mengitari pandangannya ke segala penjuru arah di dalam rumah tersebut. Seperti yang dia duga, tidak ada yang mewah disana, tetapi ruangan tersebut sangat rapi, bersih dan yang paling penting sangat terorganisir. Elma curiga kalau Kai adalah seorang neat freak karena semua yang dia lihat terlalu sempurna untuk ukuran tempat tinggal seorang pria lajang. Kecuali, sudut ruang tamu yang dimana terdapat sebuah kanvas, kuas, dan juga cat yang berserakan.“Ms. Elma?” panggil Kai sekali la
Elma memutuskan menunggu diluar club, ketika akhirnya dia melihat Kai keluar dari pintu belakang khusus staff. Melihat pria itu telah berganti pakaian, dia tahu bahwa itu saatnya bagi Elma untuk turun dan membungkus ikan yang telah dia pancing.Pria itu langsung terkejut melihat keberadaan Elma yang sudah bersender pada dinding gedung bar, sekadar menantikan kepulangannya. Sejujurnya Kai hanya bercanda dan sekadar menggoda balik wanita itu saja, dia tidak pernah punya ekspektasi bahwa leluconnya akan ditanggapi dengan serius oleh perempuan ini. Buat Kai mana mungkin wanita secantik dia mau tidur dengan pria yang bekerja sebagai bartender club malam? hanya satu dari sejuta kemungkinan, dan tampaknya malam ini dia keruntuhan bulan.“Hallo lagi, Tuan Bartender seksi. Tawaran darimu masih berlaku kan?” tanya Elma to the point sambil mengedipkan sebelah matanya.Kai sedikit shock, ini sungguhan. Dia tidak sedang bermimpi mala mini. “Apa yang sebenarnya wanita cantik sepertimu inginkan dari
Diluar restoran Elma menghentak kedua kakinya, meluapkan seluruh emosi dengan gesture tubuh tanpa kenal tempat. Dia mendengus kesal karena ini adalah kali pertama dia bertengkar hebat dengan ayahnya. Biasanya pria itu sangat mudah dinego, apalagi kalau Elma sudah merengek dan terang-terangan menolak. Namun malam ini, sikapnya tidak seperti ayahnya yang dia kenal. Memangnya sepenting apa sih menikah itu? Ibu dan ayahnya saja bercerai dulu, lantas kenapa Elma perlu menjalin hubungan yang bisa retak kapan saja macam itu? Elma tidak akan mau menikah, apalagi kalau mempelai prianya adalah Arash Elvander. Kakak dari mantan pacarnya.“Elma!”“Mau apa kau kemari? Tinggalkan aku sendiri. Aku sudah sangat muak sekarang,” sahut Elma penuh emosi. Dia mengeluarkan sebatang rokok dari tas tangannya dan menghisap benda itu sambil menarik napas dalam-dalam. Arash hanya menyaksikan tingkah polah sang nona besar, dan kemudian memandang wajah wanita itu lekat-lekat.“Kau mau pergi kesuatu tempat kan? ka
Elma menggunakan waktu yang dia minta untuk sekadar meracau dan mengeluarkan semua kekesalannya hingga lelah. Setelah itu, dia keluar tepat di menit kelima, dan mulai melangkah beriringan dengan Arash untuk keluar dari kantornya. Tidak lupa Elma juga memberikan Mya yang rupanya masih berada di mejanya dengan pandangan yang menusuk karena wanita itu malah kabur padahal dia bisa mengusir Arash saat itu dengan alasan apapun.Mya menanggapinya dengan menjulurkan lidah. Elma jelas tahu bahwa semua rangkaian peristiwa ini adalah sebuah konpsirasi antara dia dengan ayahnya. Terlebih tadi pagi saja, Mya sudah memperingatkan Elma tentang pernikahan, jelas sekratarisnya itu sudah dapat perintah khusus dari sang ayah dan Mya sudah memberikan dia bocoran.Elma memberikan Mya jari tengah, sementara Mya malah melambai mengantar kepergiannya dengan sumringah. Memang dasar sahabat bangsat.“Mukamu masam sekali, sebegitu tidak sukanya kau bersamaku?”Pertanyaan itu keluar dari mulut Arash setelah mere
“Sampai kapan aku harus duduk disini? membosankan sekali! Arrghh … tulisan-tulisan ini membuatku muak!”“Mohon bersabar, Ms. Elma. Pekerjaan Anda bahkan baru dimulai.” Mya sang sekretaris tiba-tiba menyahut dan masuk ke dalam ruangan dengan setumpuk berkas baru di tangan. Elma langsung pasang muka masam, ketika berkas tersebut sudah berpindah ke meja yang telah selesai setengahnya dan kini upaya penyelesaian itu sepertinya sudah tidak lagi terlihat adanya.“Oh … ya Tuhan, kenapa kau harus membawa berkas sialan itu kemari sekarang?” keluh Elma. Sebetulnya keluhan macam itu lebih pada sisi tenang sang nona besar. Sebelumnya bahkan sang nona besar bisa mengamuk, galak, temperamental pada semua karyawan. Tetapi hari ini tampaknya dia sedikit jauh lebih rileks meski masih sesekali mengeluh ketika sedang bertugas.“Ini dokumen yang harus Anda periksa dan tanda tangani,” jelas Mya cuek, dia sama sekali tidak mengindahkan perkataan Elma sebelumnya.“Ini banyak sekali lho, Mya. Ini sudah mau j