Elma tercekat ketika bibir mereka berdua bertemu untuk kedua kalinya. Intensinya untuk melawan luluh lantah, terkalahkan oleh insting hawa nafsu. Ciuman itu berhasil meredam teriakan Elma, bahkan seluruh tubuh mendadak lumpuh karenanya. Pada akhirnya Elma hanya bisa disana dalam diam menikmati setiap sensasi yang pria itu bagi berikut dengan tangan Kai yang berada dikulitnya. Memeluk dirinya dengan erat ketika pria itu memperdalam ciuman diantara mereka berdua. Lidah mereka berdansa, mencoba untuk saling mendominasi satu sama lain. Kai mencoba untuk mengeksplorasi setiap inchi dari mulut wanita itu seperti orang yang kelaparan. Mereka melepaskan diri masing-masing dalam dekapan hasrat. Kai meraba setiap lekuk tubuhnya dengan sangat lembut dan hati-hati membuat Elma terbuai. Wanita itu bahkan mendesah ketika Kai menggigit bibir bawahnya sebelum melepaskan kulumannya dari bibir Elma. Kai memberi wanita itu tatapan penuh intensi serta senyuman manis, terutama karena Kai menyadari bahwa Elma tampaknya masih linglung atas ciuman yang baru saja terjadi.
“Sekarang aku akan menunjukan padamu bagaimana seharusnya seorang pria memperlakukan perempuan sepertimu,” tutur pria itu sambil mencengkram pinggang Elma. Ketika Elma hendak memberikan sumpah serapah pada Kai, sekali lagi pria itu mendekat dan kali ini bibir pria itu lebih mentargetkan leher Elma dengan cumbuan. Sementara tangannya sibuk dengan mengelus dan meremas dada wanita itu. Elma nyaris mendesah ketika Kai dengan sengaja menggigit lembut titik sensitif dilehernya. Tetapi dia menahanya karena tak ingin Kai berhenti. Tubuh mereka yang merapat membuat Elma dapat merasakan ereksi pria itu menempel di perutnya. Itu membuat sang wanita makin terangsang. Jelas sudah bahwa Kai menginginkannya sekarang tetapi dia dengan bodohnya malah menyiksa Elma dengan kenikmatan lebih dulu, memberinya belaian dan sentuhan lembut yang kian membuat wanita itu semakin basah. Kai menyentuh Elma dengan penuh kelembutan dan kesabaran seolah wanita ini kali pertama wanita itu melakukannya dengan seorang pria. Kai sendiri sengaja berlaku demikian lantaran dia ingin menikmati waktu intim ini dengan hati-hati tanpa perlu terburu-buru. Terlebih tidak setiap waktu pula dia tertarik dalam kepada seorang perempuan. Elma adalah pengecualian dari itu semua karena dia punya sesuatu yang Kai sukai. Merasa puas menggoda Elma, Kai lantas mendorong wanita itu hingga terlentang di atas ranjang yang tepat berada di belakangnya. Sementara Kai mengambil sesuatu dari dalam laci yang letaknya berada disebelah ranjang. Elma yang linglung mencoba mencerna situasi. Namun kedua matanya langsung terbelalak dengan benda yang berada di tangan Kai. Sebuah borgol. Tubuh wanita itu langsung berdesir penuh antisipasi. “Apa yang akan kau lakukan?” Ada sedikit nada ketakutan disana, tetapi Elma tidak memberikan sebuah perlawanan selain menatap Kai dengan sorot mata penuh kewaspadaan. “Tenanglah dan percayakan semuanya kepadaku. Ini bagian dari permainan yang sudah kau sepakati,” kata pria itu sambil membuka atasannya sendiri. Elma menahan napas melihat kulit tan pria itu. Tubuhnya tergolong kekar dan atletis, tampaknya dia membentuk tubuh itu dengan olahraga yang konsisten, sebab setiap ototnya tampak terlihat seperti dipahat dengan sedemikian rupa. Air liur Elma nyaris menets melihat pemandang tubuh seorang pria tampan yang menarik atensinya sejak di klub. Sungguh, Elma telah gatal ingin menarik celana yang masih pria itu kenakan sekarnag juga. Tetapi sayangnya, ide gila itu tidak bisa terlaksana lantaran kedua tangannya tanpa sadar telah terperangkap dalam borgol. “Hei!!!” Suara Elma melengking, dipadukan dengan tubuhnya yang sedikit memberontak. Namun Kai justru malah semakin menikmati rasa frustasi yang terlihat jelas dari bahasa tubuh wanita itu. Bahkan Kai sampai duduk mengangkangi wanita yang saat ini sedang dia kondisikan untuk pasrah akan keadaan. Pria itu sibuk berpikir tentang apa yang akan dia lakukan terhadap wanita cantik berambut panjang yang berada dibawah kuasanya sekarang. “Sebenarnya apa yang ada di dalam otakmu, Kai?!” ungkap Elma terang-terangan mengungkapkan rasa frustasi atas keterbatasan yang dia rasakan saat ini. Namun, alih-alih memberikan jawaban kepada wanita itu. Kai justru malah merendahkan kepalanya, memposisikan wajahnya untuk berada di antara kedua kaki Elma. Dengan kedua tangannya, Kai merentangkan lebar-lebar kedua kaki wanita itu. Sehingga dia bisa dengan bebas dan jelas melihat inti kewanitaan Elma. Situasi yang saat ini wanita itu hadapi jelas membuat dia malu sendiri, wajahnya merona merah ketika Kai melihatnya dari dekat dan begitu personal. “Jangan bersuara, Elma,” ujar pria itu kemudian menambah getaran tertentu yang membuat tubuh Elma sedikit tegang karenanya. Napas hangatnya menerpa bagian kewanitaan Elma, dan dalam waktu singkat pria itu telah berada disana. Menundukan kepalanya untuk menciumi inti kewanitaan Elma yang telah basah dkarena terangsang berat. Kai membenamkan wajahnya merasakan hawa panas yang muncul dari bagian intim wanita itu. Aroma yang memabukan memenuhi hidungnya. Dia menutupi bagian sensitif wanita itu dengan mulutnya dan mulai menghisap bagian yang sedikit mengeras disana. Elma tidak bisa Elma tesentak dan menekuk pinggulnya untuk mendapatkan friksi yang lebih nikmat tatkala lidah pria itu membuat kontak, desahan rendah keluar begitu saja dari bibir dan menyadari perintah lelaki itu sebelumnya Elma langsung menggigit bibirnya kuat-kuat, dia berjuang untuk melawan keinginannya untuk berteriak atas rangsangan yang pria itu berikan. Terlalu sulit baginya untuk meredam sensasi yang dihasilkan dari lidah pria itu pada pusat kenikmatannya. ‘Damn, it’s just too good!’ isi hatinya beteriak nyaring, memberikan apresiasi besar atas betapa lihai dan ahlinya lelaki itu mempermainkan lidahnya disana tanpa henti membuat Elma melempar kepalanya ke belakang. Memperlihatkan secara jelas seberapa besar pengaruh lidah pria itu kepada tubuhnya. “Kau sepertinya sangat menikmatinya ya?” ujar pria itu mengejeknya dengan pertanyaan kecil sesaat sebelum akhirnya dia memberikan Elma hisapan yang sangat kuat pada inti tubuhnya yang berdenyut-denyut. Kedua tangannya dia biarkan memegang kuat-kuat masing-masing paha wanita itu agar terbuka lebar. “Kalau begitu aku akan melahap vaginamu yang manis ini sampai tidak ada yang tersisa. Dan mungkin aku akan membiarkanmu duduk di atas wajahku supaya aku bisa menikmatinya hingga tetes terakhir.” Tubuh Elma bergetar, mendengar dirty talk yang keluar dari mulut Kai mengirimkan percikan kenikmatan yang mengalir pada tubuhnya yang super sensitif. Kedua pahanya gemetar di bawah cengkraman tanganmu, otot tubuhnya gemetar mempertahankan kedua pahanya untuk tetap terbuka lebar untuk memberikannya keleluasaan dalam eksplorasi liar. Napas wanita itu mulai putus-putus, pinggulnya bergerak menggesekan tanpa malu-malu pada wajah Kai. “Aku ingin kamu menikmati vaginaku seperti pria kelaparan di jamuan makan. Cicipi setiap inci diriku, tandai aku luar dan dalam sebagai milikmu!” “Kau melanggar aturannya, Manis. Tapi kurasa aku akan memberimu sedikit kebaikan hatiku.” Kai kembali melesakan kepalanya lagi, memberikan upaya lebih daripada sekadar menyapukan lidahnya dengan lebih cepat. Dia juga melakukan gerakan yang pendek dan tiba-tiba secara berulang di atas klitorisnya yang kian membengkak. Jeritan terdengar dari mulut Elma, membuat Kai memutuskan untuk melepaskan salah satu paha wanita itu dan membawa satu tangannya untuk berpartisipasi dengan mulutnya mengerjai bagian intim wanita itu. Sebab Kai merasa bahwa permainan ini tidak cukup hanya dengan lidahnya saja. Tiga digit jarinya yang panjang secara tiba-tiba untuk melesak masuk ke dalam lubang wania itu. Melengkungkan jemarinya kemudian untuk membelai tempat khusus di dalam. sementara lidah dan bibirnya tidak berhenti menstimulasi pusat kenikmatan wanita itu dari luar. Kontan punggung Elma melengkung di atas ranjang, sensasi yang dihasilkan oleh Kai dibawah sana membuat mulutnya terbuka lebar. Elma merasakan kenikmatan asing menjalari tubuhnya. Dia ingin menggelingjang, tetapi lengan Kai yang bebas menahan pergerakannya. Elma menutup mulutunya dengan tangannya sendiri untuk meredam teriakan yang memaksa keluar. Serangan ganda pada lidah dan jari Kai dibawah sana membuatnya tertatih-tatih di ambang orgasme. Dinding dalam wanita itu mencengkram erat jemari Kai terbenam di dalam sana. Kai yang mampu membaca situasi dengan liciknya berhenti begitu saja. Mencabut jarinya begitu saja sekaligus menghentikan semua stimulasi yang dia berikan sehingga Elma langsung merengek meminta sentuhan untuk menuntaskan hasratnya yang nyaris saja keluar. Namun Kai tidak ingin wanita itu klimaks dengan cepat. Setidaknya tidak untuk sekarang. Elma tampak frustasi, kemarahan dan kecewa menimbulkan ekspresi sedih di wajah wanita itu. Bahkan dia hampir menangis karena apa yang dia nantikan tidak jadi dia rasakan. Melihat wanita itu down, Kai memberikan seringai meledek padanya. “Itu hukuman untukmu karena kau tidak mematuhi perintahku.” “Brengsek!”“Jika kau ingin melanjutkan hal yang tertunda, maka beri aku kenikmatan yang setara,” ungkap Kai sambil membimbing Elma untuk bangkit, dan posisi Elma yang lebih pendek dari Kai membuat wanita itu berdiri tepat di hadapan dada telanjang sang pria. Elma memang sebal pada pria itu, tetapi begitu ditempatkan pada posisi ini dia hanya bisa meneguk ludah. Elma jelas mengerti apa yang pria itu inginkan. “Gunakan mulutmu untuk memuaskanku.” Anehnya ucapan yang keluar dari mulut Kai bagaikan sebuah sihir yang membuat Elma dapat dengan mudah mematuhinya. Elma menundukan kepala, dia memulai aksi dengan memberikan kecupan sederhana pada bagian bahu. Kai terdiam, lelaki itu merapatkan bibir mencoba untuk menahan diri. Wanita ini, tidak pernah petah lidah bahkan dia lebih lihai mengungkapkan rasa. Dan tindakan wanita ini sekarang terhadapnya membuktikan bahwa jauh lebih efektif dan lagi entah bagaimana sentuhan ringan yang dibuat olehnya membuat jantung Kai meliar. Detakan jantungnya jadi terbu
Sang nona sudah tidak dapat menahan jerit kenikmatan kala tubuh bagian bawahnya dipaksa untuk membuka lebih lebar. Ukuran milik pria itu adalah yang paling besar yang pernah mampir dalam dirinya, dan itu sebabnya pula Elma kesulitan untuk beradaptasi dengan situasi barunya.“Kau menyukai hadiah dariku … hmmm.. Ms. Elma?” kata Kai setelah dia berhasil membobol milik wanita itu dan kini dia menunggu beberapa saat untuk memberi waktu pada Elma beradaptasi penuh dengan miliknya.Hanya ada desahan dan kalimat-kalimat tak koheren yang keluar dari bibir Elma. Sesekali dia menoleh ke belekang hanya untuk mendapati tatapan ganas dari Kai yang ditujukan kepadanya. Elma menjilat bibir bawahnya sendiri, dia harus mengakui bahwa pria yang dia berhasil jaring malam ini adalah yang paling panas yang bisa dia nikmati. Sebagai seorang bartender biasa, Kai dianugerahi oleh wajah tampan dan tubuh yang seksi. Seandainya dia adalah salah satu dari pria elit dan Elma menemukannya sejak lama. Sudah pasti di
Elma menggeliat dibawah selimut yang entah sejak kapan menutupi tubuh. Wanita itu mengerjapkan mata memandang nanar keseluruh penjuru ruangan dengan dinding bercat putihnya. Isi kepala mulai memproses semua hal yang dia lihat, sampai kemudian dia memalingkan wajah tepat pada cermin besar yang diletakan didepan kasur. Memantulkan bayangan dirinya yang masih terbaring diatas ranjang dengan kondisi super berantakan tetapi Elma mengabaikan fakta itu dan memilih untuk bangkit kemudian duduk di tepi ranjang. Beberapa hal mulai masuk kedalam ingatan, memutar seluruh memori yang terjadi.“Fuck …,” gumam Elma setelah semua berhasil dia rangkum menjadi sebuah satu benang merah.Namun alih-alih segera bergerak dan kabur, Elma justru malah memberikan atensi lebih terhadap ruangan yang saat ini masih dia tempati. Dikamar sempit itu Elma menemukan ada tali yang tergeletak disudut, sebuah kursi kayu dan kalung yang terkait dengan rantai anjing di atas meja. “Memangnya ditempat seperti ini boleh meme
“Ah!” Tubuh Elma kontan tersentak, ketika jari telunjuk pria itu telah masuk ke dalam sana. Kai juga menggunakan ibu jarinya untuk mengelus bagian terluar yang paling sensitif agar semakin membengkak. “Masih bisa bilang kamu tidak suka ini?” bisik Kai rendah yang kemudian mempergunakan keahlian lidahnya untuk menggelitiki permukaan kulit leher Elma. Tentu saja hal tersebut membuat tubuh sang wanita sedikit gemetar dan secara mengejutkan kekesalan yang Elma pendam untuk pria itu memudar begitu saja. Raganya mengkhianati akal sehatnya sebab dia malah jadi mudah bereaksi atas sentuhan kecil dari pria itu. Kai mulai senang ketika Elma sudah sangat basah hanya karena jarinya, karena itulah dia mulai menambah satu jari lagi untuk memberikan sensasi lebih. Sesuatu yang dia tebak akan lebih disukai oleh si wanita kaya. “Ah … more…,” rintih Elma yang mulai terbius oleh hawa nafsunya sendiri. Kini bahkan tanpa merasa malu Elma secara spontan menggeliat dan mengangkat pinggulnya sendiri untu
Jeritan Elma menggema di dalam ruangan. Hal tersebut terjadi lantaran dia tidak merasa nyaman dengan keadaan barunya kini. Rasa nyeri langsung merebak ketika benda tersebut masuk dalam dirinya tanpa aba-aba, bergesekan dengan dinding dalam miliknya dengan cara yang kasar. Namun, yang jadi aneh dari semua itu adalah meski Elma tahu ini bukanlah salah satu bentuk variasi kesukaannya wanita itu terkesan tidak keberatan bahkan tidak menyuruh pria itu berhenti melakukannya. Sebelumnya Elma memang pernah dapat patner yang liar, tetapi jika dibandingkan dengan Kai jelas pria dimasa lalunya itu kalah jauh. Situasi ini seakan membuatnya seperti sedang berada dalam kondisi diperkosa. Elma agak heran mengapa dia malah jadi terangsang berat diperlakukan seperti ini. Apakah Kai baru saja memberikan dia sebuah penerangan baru bahwa sebenarnya dia seorang masokis? Inikah yang sebenernya dia cari dari seorang pria? sikap dominan, kasar dan tidak mau diatur oleh Elma? Sial! dia tidak tahu lagi. Selu
Elma menyentuh kalung yang sudah melekat erat dilehernya. Sesaat Elma terpaku ketika dia mendapati ekspresi Kai yang melembut. Itu sangatlah tidak terduga, tetapi cukup membuat sesuatu di dalam diri Elma berdebar kencang.“Nah, sayangku. Sekarang kita akan membicarakan aturan mainnya. Mulai saat ini kau harus menyerahkan seluruh kontrol atas dirimu kepadaku. Ini tidak hanya untuk urusan ranjang saja, tetapi untuk beberpa aspek dihidupmu pun aku yang akan membuat keputusan untukmu dan kamu wajib untuk selalu bertanya kepadaku lebih dulu,” jelas pria itu yang seketika membuat alis Elma mengernyit tak suka.“Hel, bukankah ini terlalu berlebihan? Kau tidak bisa mengatur hidupku, statusmu pun hanya menjadi kekasih palsuku saja. Dan yang perlu kau camkan adalah aku hanya bersedia menjadi milikmu saat kita sedang berada diatas ranjang atau pun untuk kegiatan erotis semata, bukan untuk gaya hidup!” tentang Elma.Kai terdiam sebentar, dia rasa itu memang terlalu cepat untuk Elma. Satu tangann
Kembali pada rutinitas sang nona besar, Elma kembali menduduki kursi ruang kerjanya sambil sibuk membaca satu persatu berkas yang menumpuk di meja. Sebagian besar berisi laporan penjualan, hasil survey, juga riset yang sedang dikembangkan untuk menjalankan ekspansi bisnis. Kebetulan Elma memang sedang termotivasi untuk membuat perusahaan semakin bergerak maju dan melampaui prestasi gemilang ayahnya, dan lagi ayahnya pernah bilang bahwa dia ingin segera pensiun sehingga pria itu ingin menyerahkan perusahaan kepada Elma ketika dia siap.Nasibnya yang terlahir sebagai putri tunggal Ethan Enderson membuat wanita itu tidak punya pilihan hidup lain selain daripada mengikuti bisnis keluarga yang sudah ada. Kalau boleh memilih sejujurnya Elma lebih suka terlibat langsung dalam kegiatan produksi seperti merancang sendiri busana untuk brand clothing Enderson dan menjadi modelnya sekaligus. Tetapi mengingat dia punya tanggung jawab lebih dan pekerjaan utamanya adalah untuk mengawasi jalannya per
Elma bergegas merapikan kembali pakaiannya. Berusaha untuk bersikap tenang dan normal meski keberadaan lelaki itu disini saja sudah sangat salah. Wajahnya merona semerah tomat, dia merasa malu lantaran kepergok melakukan kegiatan panas sendirian di jam pulang kantor. “Sungguh, aku terkejut menemukan seorang calon CEO Enderson Company sedang bersenang-senang sendirian di ruang kerjanya,” komentar pria itu dengan nada bicara yang sangat menyebalkan. “Mau apa kau datang kemari? Belum cukupkah aksi yang aku lakukan di depan orang tua kita kemarin?” balas Elma dengan agresif, dia baru saja mendapat kesenangan dari Kai tetapi sekarang hanya karena dia memandang wajah Arash stress di kepalanya langsung kembali. Sungguh bertatap muka dengannya selalu sukses membuat Elma jadi emosi, apalagi kalau mereka bicara. Elma memang punya dendam kesumat pada Arash, dan rasa itu mungkin akan terus ada di dalam benaknya. “Aku kemari ingin mengajakmu pulang bersama. Bukankah pendekatan diperlukan oleh
Waktu berlalu begitu saja, dan kini Elma sudah mulai terbiasa hidup tanpa kedua kakinya. Bekas luka bakar yang sebelumnya terlihat mengerikan sudah mulai memudar. Elma bahkan kembali bekerja sebagai pemimpin perusahaan keluarganya. Mengingat hanya dia saja sang pewaris tunggal perusahaan itu. Dia tidak bisa membiarkan hasil usaha kedua orang tuanya sia-sia begitu saja. Oleh sebab itu meski dengan keterbatasan yang ada, Elma tetap maju dan menjadi seorang wanita karir yang sukses. Kekurangan yang dia miliki tidak cukup menjadi penghambatnya. Bahkan disela-sela kesibukannya, Elma juga kadang kerap mengunjungi beberapa panti asuhan atau badan amal untuk melakukan kegiatan sosial. Terutama di tempat rehabilitasi yang memiliki beberapa pasien yang serupa dengan dirinya.Terlepas dari itu, Elma dan Kai juga sudah semakin dekat satu sama lain. Bahkan pria itu sendiri memindahkan Elma ke kediamannya. Dia enggan berpisah mengingat apa yang pernah terjadi di masa lalu. Walaupun Elma sendiri men
Kai dengan tergesa segera mendatangi kediaman Enderson begitu dia mendapatkan telepon dari suster yang merawat Elma. Mimpi buruk yang selalu menghantuinya menjadi nyata. Keringat dingin membanjiri tubuh pria itu, hatinya pilu. Meski dia mencoba untuk tenang dan tidak panik, tetap saja dia tidak bisa memungkiri pikirannya sendiri.Ambulan datang bertepatan dengan kedatangannya, dan mereka segera melakukan tindakan. Sementara Elma berada dalam penanganan, Kai menunggu dengan rasa bersalah yang menggantung di lehernya. Mengapa dia tidak bisa berada disisi wanita itu? Bagaimana dia bisa menyadarkan Elma bahwa hidupnya layak untuk dijalani?Kai merasa tidak bisa menanggung beban ini sendirian. Dia tidak punya kawan, tidak punya keluarga yang bisa dia ajak bicara untuk mengungkap rasa frustasinya atas peristiwa ini. Tanpa sadar tangannya menekan tombol panggilan begitu saja.“Ada apa meneleponku, Kai?” suara pria disebrang sana menerima panggilannya, dan untuk beberapa alasan Kai merasa leg
Mendengar namanya dipanggil, Kai lantas langsung menoleh pada sumber suara. Di depannya telah berdiri Arash Elvander dengan raut muka yang begitu tenang seperti biasa. Memang pada dasarnya Kai pribadi agak kesulitan mengenali emosi pria ini, sebab dia dan Arash punya keahlian yang sama dalam menyembunyikan perasaan.Kai berdiri dari posisinya lalu mendekati Arash yang memanggilnya. “Bagaimana kondisi Elma sekarang?”“Kau bisa tanyakan pada dia sendiri, memangnya kau tidak mau menemui dia langsung?”“Sejujurnya aku tidak bermaksud untuk mengintip kalian. Tapi tadi aku sempat melihat Elma menangis di bahumu. Jadi aku putuskan untuk menunggu percakapan diantara kalian berdua berakhir,” ungkap Kai dengan jujur.Arash menarik napas sebelum memberi tanggapan. “Aku harap kau bisa membuatnya bahagia, Kai. Elma saat ini betul-betul sangat terpuruk,” katanya dengan suara yang di dalamnya terdapat rasa sakit yang begitu kentara ketika pria itu menepuk pundak Kai. “Kurasa yang paling dibutuhkan E
Arash mampir ke rumah sakit keesokan harinya dan dia mendapati Elma sedang dibantu oleh seorang perawat untuk duduk di ranjangnya. Wanita itu tampak sedikit kesulitan hanya untuk sekadar menjaga posisinya. Seolah seluruh ototnya tidak kuat untuk menopang tubuh. Namun dengan sedikit pengaturan, akhirnya Elma bisa diposisikan duduk dengan bantal sebagai penopang yang diletakan di belakang punggung. Saat dia telah cukup nyaman, Elma lantas melirik dan menatap Arash yang mengunjunginya.Arash tertegun ketika kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. Kedua manik indah yang biasanya penuh dengan gairah hidup kini memandang dirinya tanpa perasaan apa-apa. Dia tampak lebih seperti sebuah cangkang kosong tanpa isi yang masih bernapas dan diberi nyawa. Melihat kondisi Elma yang seperti ini sungguh mengiris hatinya. Sungguh… tidak pernah terbayang sedikit pun kalau wanita yang kerap menghabiskan sebagian waktunya dengan perdebatan dan kekeras kepalaan yang lucu sekarang berada disini deng
Elma tergolek lemas di ruang perawatan. Sendirian. Begini pun karena memang permintaannya sendiri. Otaknya terlalu lelah menerima banyak informasi dalam satu waktu, dan lagi semua itu banyak memuat hal-hal yang terlalu menekan dirinya. Jadi, Elma memejamkan matanya sendiri dan mencoba untuk menyelami alam mimpi. Berharap ketika dia terbangun nanti semua hal yang dia alami sekarang hanyalah sekadar mimpi buruk belaka.Sebuah kecelakaan yang merenggut segala hal dari hidupnya. Orangtuanya, dan juga dirinya sendiri. Sekarang, bagaimana bisa Elma melanjutkan hidupnya bila kondisinya jadi begini? Tidak ada lagi yang bisa dia banggakan. Sosok Elma Enderson yang cantik, kaya dan rupawan saat ini telah berubah. Hanya sekadar menjadi wanita beruntung yang berhasil selamat dari maut tetapi harus mempertaruhkan tubuhnya sendiri. Wajahnya rusak karena luka bakar, dan kakinya pun lumpuh. Dunia mungkin sekarang menertawakannya karena dia dahulu terlalu congkak.Rangkaian bunga tulip dalam vas menar
Kai yang berdiri duduk di tepi ranjang hanya bisa terdiam ketika dokter selesai menjelaskan situasi dan kondisi Elma secara menyeluruh. Kai bisa melihat ekspresi wajah Elma yang tampak sangat terkejut, tetapi setelah ditenangkan pada akhirnya wanita itu hanya bisa menghela napas dengan air mata yang jatuh membasahi pipi begitu dokter meninggalkan mereka berdua saja.Elma terbaring menatap langit-langit, mengabaikan keberadaan Kai yang sesaat lalu juga ikut mendengarkan penuturan dokter mengenai situasinya. “Kau dengar kata dokter ‘kan, Kai?” Suara Elma terdengar kering dan serak.Kai menganggukan kepala. “Terlepas dari semua itu, semuanya akan segera membaik. Kau akan segera pulih dan sembuh seperti sedia kala,” ujar Kai terdengar sangat optimis.“Bukankah justru situasinya akan lebih baik kalau aku ikut mati saja bersama kedua orangtuaku dari pada menjadi cacat seumur hidup?”“Elma, please… jangan berkecil hati seperti itu. Banyak orang yang tidak ingin kehilanganmu, termasuk aku. Ak
“Elma sekeluarga mengalami kecelakaan lalu lintas.”Gaby langsung terperanjat, kedua matanya membulat. “Bagaimana keadaan mereka?”“Aku tidak tahu, yang pasti mereka di evakuasi ke rumah sakit pusat.”Sylla yang pada saat itu juga mendengarkan percakapan antara Gaby dan Thomy ikut terkejut. Wajahnya menjadi sepucat mayat, dan tubuhnya gemetar hebat. Keinginannya membuat Elma tidak hadir di pesta pernikahan memang terpenuhi, tetapi dia sama sekali tidak mengira bahwa Charles akan melakukan sesuatu yang keji. Lelaki itu betulan tidak peduli akan nyawa orang lain. Bila sampai kejadian ini diusut, dari gelagat Charles saja Sylla bisa menduga bahwa dia akan ikut terseret. Sylla menutup mulutnya dengan kedua tangan.Thomy yang telah lepas dari keterkejutan segera menengahi perkelahian yang tak perlu antara kakaknya dengan Kai. Melerai mereka dengan sebuah kabar buruk yang tentu saja mengejutkan semua orang.“Hentikan perdebatan yang tak penting ini. Aku baru saja mendapat kabar dari polisi,
Elma duduk dengan tenang, membiarkan wajahnya dirias sedemikian rupa oleh sang penata rias yang begitu berkonsentrasi menyapukan produk ke wajah sang pengantin wanita. Sebelumnya mereka sempat terkejut ketika melihat tampilan Elma yang begitu kuyu, berantakan, dengan mata yang sembab. Ketika ditanya alasannya, Elma hanya memberi jawaban bahwa dia tegang dan tidak bisa tidur semalaman. Untungnya alasan itu bisa diterima dan kini seluruh kekurangan yang tampak diwajahnya beberapa saat yang lalu telah diatasi dengan begitu baik. Mereka benar-benar seorang yang professional. Setelah menghabiskan waktu berjam-jam, tampilan Elma kini sudah begitu segar, dan tentu saja sangat bersinar. Mereka bekerja sangat keras untuk menutupi semuanya. Elma patut mengapresiasi hal itu, terutama ketika mereka berkata bahwa tidak ada yang ingin tampil buruk di acara pernikahannya sendiri. Apalagi ketika ada awak media yang siap mengabadikan moment tersebut.Mya dan Gaby, ada disini bersamanya sebagai sahabat
Elam berjinjit dan bibir mereka saling menyentuh. Kali ini bukan lagi sebuah ciuman yang dipenuhi dengan sensasi elektrik yang membakar gairah seperti sebelumnya. Tetapi lebih saling memberi kenyamanan. Mereka mencoba untuk berpura-pura mengabaikan adanya perpisahan, sehingga menenggelamkan diri dalam kenangan. Dan sialnya ciuman yang dimaksudkan untuk memberi sedikit kepastian malah lebih berasa seperti luka dan putus asa.Kai menyentuh pipi Elma. Jari-jarinya yang dingin bertemu dengan kulit putih susu yang terasa lembut dan hangat. Elma menggigit bibir bawahnya yang bergetar menahan rasa bersalah dan juga pedih di dalam hatinya.“Elma, jadilah milikku.” Entah bagaimana, sebuah kalimat yang semestinya dipenuhi dengan intrik dominasi malah terdengar pilu di telinga wanita itu. Kai yang sekarang tidak seperti Kai yang dulu selalu ingin didengar dan memerintah sesuka hati. Tidak lagi seperti seorang pria penuh misteri yang mengintimidasi. Dia bukan lagi menjadi sosok master yang penuh