Elma bergegas merapikan kembali pakaiannya. Berusaha untuk bersikap tenang dan normal meski keberadaan lelaki itu disini saja sudah sangat salah. Wajahnya merona semerah tomat, dia merasa malu lantaran kepergok melakukan kegiatan panas sendirian di jam pulang kantor. “Sungguh, aku terkejut menemukan seorang calon CEO Enderson Company sedang bersenang-senang sendirian di ruang kerjanya,” komentar pria itu dengan nada bicara yang sangat menyebalkan. “Mau apa kau datang kemari? Belum cukupkah aksi yang aku lakukan di depan orang tua kita kemarin?” balas Elma dengan agresif, dia baru saja mendapat kesenangan dari Kai tetapi sekarang hanya karena dia memandang wajah Arash stress di kepalanya langsung kembali. Sungguh bertatap muka dengannya selalu sukses membuat Elma jadi emosi, apalagi kalau mereka bicara. Elma memang punya dendam kesumat pada Arash, dan rasa itu mungkin akan terus ada di dalam benaknya. “Aku kemari ingin mengajakmu pulang bersama. Bukankah pendekatan diperlukan oleh
“Seingatku mukamu juga semasam ini kemarin,” ujar Arash begitu mereka sudah berdua saja di dalam mobil pria itu.“Apa kau bekerja sama dengan sekretarisku?” timpal Elma yang sama sekali tidak nyambung dengan ucapan si pria.Arash hanya menghela napas. “Aku hanya bertanya apa kau masih ada di kantor, dan dia bilang ada. Tentunya setelah aku memberinya sedikit uang.”“Ck, dasar brengsek,” sembur Elma sebal mengarahkan sumpah serapahnya yang membuat lelaki itu sedikit melirik.“Kau sebenci itu pulang bersamaku?”“Jangan ajak aku bicara, aku sedang tidak mood,” sahut Elma lagi dengan muka ditekuk.Pulang kerja dijemput sehingga mereka punya moment berdua adalah sesuatu yang menyebalkan buat Elma. Terutama setelah dia mengetahui bahwa sekretaris yang merangkap sebagai temannya itu melakukan pengkhianatan dengan menerima uang suap dari lelaki yang sedang menyetir sekarang.Lalu lintas tidak terlalu padat, sehingga perjalanan mereka jauh lebih lancar. Mungkin karena Elma yang pulang di luar
“Ayah. Aku mohon padamu, tolong hentikan semua kegilaan ini. Aku tidak sanggup menghadapinya. Bukankah aku kemarin sudah dengan jelas mengatakan apa mauku? Kenapa pula si Arash pake ada acara menjemputku lagi hari ini?” Elma betul-betul geram, belum sehari sejak ayahnya tiba-tiba saja mengirim Arash ke kantornya untuk menjemput lalu membawanya untuk makan bersama dengan kepala keluarga Elvander. Hari ini Arash kembali melakukan hal yang sama seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Padahal Elma telah menolak perjodohan bahkan di depan pihak kedua orang tua. Tapi masih saja lelaki itu cari-cari kesempatan bahkan memintanya untuk menjadi pasangan di acara pesta, yang benar saja! sejak kapan Elma setuju? “Kau itu sudah cukup umur, kau tidak lihat teman-temanmu sudah menikah. Minimal berkenalan dulu saja,” kata Ethan pada sang putri. “Ayah! Aku sudah cukup mengenal orang itu, untuk apa pula aku harus berkenalan lagi dengannya? Dengar Ayah, aku akan menikah kalau aku mau tapi tid
Dari setiap langkah yang Elma lakukan tatkala dia menuju ke toilet wanita, saat itu pula isi kepalanya dipenuhi dengan banyak fantasi kinky. Dia tahu bahwa terkadang sisi liarnya yang nyeleneh selalu saja membuat isi kepalanya penuh dengan hal kotor di beberapa kesempatan. Namun bila pria yang saat ini dia hadapi adalah Kai, bisa saja setiap adegan yang berputar dikepalanya sekarang bisa jadi kenyataan. Tiba di toilet, Elma membawa tubuhnya untuk berdiri di depan cermin. Disana dia menatap bayangan dirinya sendiri sambil mencuci tangan. Gerak-gerik biasa yang kerap dilakukan oleh orang-orang yang masuk ke dalam toilet umum. Disana dia berdampingan dengan seorang wanita berambut merah menyala yang sedang sibuk membedaki wajahnya, melirik sedikit Elma mendapati warna lipstick wanita itu meleber dari posisinya. Sepertinya dia pun baru saja mengalami situasi panas dan sedang bersiap membereskan sisa hal nakal mereka dengan touch up. Sekali lagi pikiran kotor Elma datang, bagian dirinya
Setelah berkendara selama dua puluh menit, akhirnya mereka tiba di kediaman Elma. Wanita itu menghuni lantai paling atas disebuah apartment mewah di wilayah elite. Kai yang sudah tahu identitas asli dari Elma hanya bisa menahan napas mendapati banyaknya kemewahan yang dimiliki oleh wanita itu.Ruang tamu apartmentnya saja seukuran seluruh kediamannya, nuansanya putih dengan sedikit aksen warna lilac yang menunjukan feminitas. Memang benar, rumah adalah cerminan dari kepribadian si penghuni. Dan buat Kai tempat ini sangat menggambarkan Elma sekali.“Selamat datang ditempatku, Kai. Aku harap kau terkesan,” kata Elma sambil melemparkan tasnya ke sofa dan berbalik menghadap pria itu.“Lebih dari itu. Tempat ini indah tapi terlalu girly,” sahut Kai yang tampaknya tidak merasa canggung sedikit pun di kediaman Elma. Malah dia berjalan menuju ke dekat jendela yang sangat besar menawarkan pemandangan dari luar.“Interiornya aku design sendiri, jadi wajar kalau sangat feminim. Terlebih aku mema
Itu adalah sebuah perintah yang dibalut dengan godaan. Kai, cukup tertantang untuk mendapatkan imbalan yang wanita itu maksud. Oleh sebab itu, sang pria berusaha dengan telaten menyelesaikan tugasnya.Setelah semua bagian tubuhnya selesai disabuni, Elma menyalakan shower guna membilas busa-busa yang menempel dikulitnya. Kai ikut basah di bawah siraman air shower. Dia menundukan wajah guna mencium sang nona, tetapi sebelum semua itu dapat terjadi sesuai dengan kehendaknya. Elma keburu menghentikan.“Kau meminta hadiah hanya karena sudah menyelesaikan tugas kecil? dasar anjing tidak tahu diri,” ujar Elma seraya berlalu dari sana dan melemparkan handuk kepada pria itu sebelum dia benar-benar meninggalkannya.Kai sendiri mengambil handuk tersebut, dan mengeringkan tubuhnya sendiri sebelum akhirnya mengikut Elma masuk ke dalam kamarnya. Dia berdiri ditengah-tengah ruangan, menunggu titah selanjutnya dari sang nona. Tadi Elma sempat memanggilnya anjing. Jadi, saat ini dia hanyalah seekor an
Elma memindahkan kursi kayu untuk kemudian dia tempatkan di tengah ruang tamu, berikut pula dia membawa tali sebagai pelengkap dari aksi yang hendak dia lakoni. “Kai, kemari dan duduklah disini,” ujar Elma memerintahnya, tetapi dengan nada yang entah mengapa buat Kai lebih terdengar seperti nada yang manja. Pria itu kemudian duduk dikursi yang ditunjuk oleh sang nona, membiarkan dirinya diperlakukan sedemikian rupa. Karena perannya saat ini adalah menjadi mainan, dia tidak boleh memberikan perlawanan. Dia juga tahu kalau Elma akan mengikatnya, hanya masalah waktu sebelum Kai mengetahui seberapa pintarnya Elma dalam hal tali menali sehingga membuat dia tidak bisa bergerak. “Ini terasa sangat kendur,” komentar Kai yang tentu saja membuat Elma terprovokasi. Wanita itu mengikat tangan Kai ke belakang sandaran kursi, dengan lebih keras lagi. Tidak cukup dengan itu dia juga mengikat kedua kaki dan juga tubuh pria itu sehingga dia dan kursi menjadi sangat melekat satu sama lain. “Ma
Wanita berambut hitam tersebut kemudian melepaskan seluruh ikatan dari tubuh Kai. Tentu saja pertanyaan itu mengisyaratkan afirmasi dari yang bersangkutan, terlebih Elma jadi merasa sedikit bersalah ketika melihat tatapan si pria kepadanya saat ini.“Apa aku telah membuat kesalahan?” tanya Elma lagi ketika dia tidak kunjung mendapatkan jawaban yang dia inginkan dari pria itu.“Elma, that was not fun. Apa yang kamu perbuat tadi hanyalah sebuah bentuk daripada keegoisan semata.”Elma menaikan sebelah alisnya, merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Kai tidak bisa dia terima begitu saja. “Apa aku tidak salah dengar? Bisa-bisanya kau menuntut kepedulian saat kau bahkan tidak melakukan hal yang sama padaku. Apa kau lupa apa yang sudah kau lakukan padaku di toilet wanita? itulah balasanku untukmu.”Kai kemudian menghela napasnya dengan penuh maklum, sedikit demi sedikit senyuman terbit di wajah tampannya. “Ya, kurasa aku tidak akan pernah bisa menang dari nona besar sepertimu.”“Harus begitu.
Waktu berlalu begitu saja, dan kini Elma sudah mulai terbiasa hidup tanpa kedua kakinya. Bekas luka bakar yang sebelumnya terlihat mengerikan sudah mulai memudar. Elma bahkan kembali bekerja sebagai pemimpin perusahaan keluarganya. Mengingat hanya dia saja sang pewaris tunggal perusahaan itu. Dia tidak bisa membiarkan hasil usaha kedua orang tuanya sia-sia begitu saja. Oleh sebab itu meski dengan keterbatasan yang ada, Elma tetap maju dan menjadi seorang wanita karir yang sukses. Kekurangan yang dia miliki tidak cukup menjadi penghambatnya. Bahkan disela-sela kesibukannya, Elma juga kadang kerap mengunjungi beberapa panti asuhan atau badan amal untuk melakukan kegiatan sosial. Terutama di tempat rehabilitasi yang memiliki beberapa pasien yang serupa dengan dirinya.Terlepas dari itu, Elma dan Kai juga sudah semakin dekat satu sama lain. Bahkan pria itu sendiri memindahkan Elma ke kediamannya. Dia enggan berpisah mengingat apa yang pernah terjadi di masa lalu. Walaupun Elma sendiri men
Kai dengan tergesa segera mendatangi kediaman Enderson begitu dia mendapatkan telepon dari suster yang merawat Elma. Mimpi buruk yang selalu menghantuinya menjadi nyata. Keringat dingin membanjiri tubuh pria itu, hatinya pilu. Meski dia mencoba untuk tenang dan tidak panik, tetap saja dia tidak bisa memungkiri pikirannya sendiri.Ambulan datang bertepatan dengan kedatangannya, dan mereka segera melakukan tindakan. Sementara Elma berada dalam penanganan, Kai menunggu dengan rasa bersalah yang menggantung di lehernya. Mengapa dia tidak bisa berada disisi wanita itu? Bagaimana dia bisa menyadarkan Elma bahwa hidupnya layak untuk dijalani?Kai merasa tidak bisa menanggung beban ini sendirian. Dia tidak punya kawan, tidak punya keluarga yang bisa dia ajak bicara untuk mengungkap rasa frustasinya atas peristiwa ini. Tanpa sadar tangannya menekan tombol panggilan begitu saja.“Ada apa meneleponku, Kai?” suara pria disebrang sana menerima panggilannya, dan untuk beberapa alasan Kai merasa leg
Mendengar namanya dipanggil, Kai lantas langsung menoleh pada sumber suara. Di depannya telah berdiri Arash Elvander dengan raut muka yang begitu tenang seperti biasa. Memang pada dasarnya Kai pribadi agak kesulitan mengenali emosi pria ini, sebab dia dan Arash punya keahlian yang sama dalam menyembunyikan perasaan.Kai berdiri dari posisinya lalu mendekati Arash yang memanggilnya. “Bagaimana kondisi Elma sekarang?”“Kau bisa tanyakan pada dia sendiri, memangnya kau tidak mau menemui dia langsung?”“Sejujurnya aku tidak bermaksud untuk mengintip kalian. Tapi tadi aku sempat melihat Elma menangis di bahumu. Jadi aku putuskan untuk menunggu percakapan diantara kalian berdua berakhir,” ungkap Kai dengan jujur.Arash menarik napas sebelum memberi tanggapan. “Aku harap kau bisa membuatnya bahagia, Kai. Elma saat ini betul-betul sangat terpuruk,” katanya dengan suara yang di dalamnya terdapat rasa sakit yang begitu kentara ketika pria itu menepuk pundak Kai. “Kurasa yang paling dibutuhkan E
Arash mampir ke rumah sakit keesokan harinya dan dia mendapati Elma sedang dibantu oleh seorang perawat untuk duduk di ranjangnya. Wanita itu tampak sedikit kesulitan hanya untuk sekadar menjaga posisinya. Seolah seluruh ototnya tidak kuat untuk menopang tubuh. Namun dengan sedikit pengaturan, akhirnya Elma bisa diposisikan duduk dengan bantal sebagai penopang yang diletakan di belakang punggung. Saat dia telah cukup nyaman, Elma lantas melirik dan menatap Arash yang mengunjunginya.Arash tertegun ketika kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. Kedua manik indah yang biasanya penuh dengan gairah hidup kini memandang dirinya tanpa perasaan apa-apa. Dia tampak lebih seperti sebuah cangkang kosong tanpa isi yang masih bernapas dan diberi nyawa. Melihat kondisi Elma yang seperti ini sungguh mengiris hatinya. Sungguh… tidak pernah terbayang sedikit pun kalau wanita yang kerap menghabiskan sebagian waktunya dengan perdebatan dan kekeras kepalaan yang lucu sekarang berada disini deng
Elma tergolek lemas di ruang perawatan. Sendirian. Begini pun karena memang permintaannya sendiri. Otaknya terlalu lelah menerima banyak informasi dalam satu waktu, dan lagi semua itu banyak memuat hal-hal yang terlalu menekan dirinya. Jadi, Elma memejamkan matanya sendiri dan mencoba untuk menyelami alam mimpi. Berharap ketika dia terbangun nanti semua hal yang dia alami sekarang hanyalah sekadar mimpi buruk belaka.Sebuah kecelakaan yang merenggut segala hal dari hidupnya. Orangtuanya, dan juga dirinya sendiri. Sekarang, bagaimana bisa Elma melanjutkan hidupnya bila kondisinya jadi begini? Tidak ada lagi yang bisa dia banggakan. Sosok Elma Enderson yang cantik, kaya dan rupawan saat ini telah berubah. Hanya sekadar menjadi wanita beruntung yang berhasil selamat dari maut tetapi harus mempertaruhkan tubuhnya sendiri. Wajahnya rusak karena luka bakar, dan kakinya pun lumpuh. Dunia mungkin sekarang menertawakannya karena dia dahulu terlalu congkak.Rangkaian bunga tulip dalam vas menar
Kai yang berdiri duduk di tepi ranjang hanya bisa terdiam ketika dokter selesai menjelaskan situasi dan kondisi Elma secara menyeluruh. Kai bisa melihat ekspresi wajah Elma yang tampak sangat terkejut, tetapi setelah ditenangkan pada akhirnya wanita itu hanya bisa menghela napas dengan air mata yang jatuh membasahi pipi begitu dokter meninggalkan mereka berdua saja.Elma terbaring menatap langit-langit, mengabaikan keberadaan Kai yang sesaat lalu juga ikut mendengarkan penuturan dokter mengenai situasinya. “Kau dengar kata dokter ‘kan, Kai?” Suara Elma terdengar kering dan serak.Kai menganggukan kepala. “Terlepas dari semua itu, semuanya akan segera membaik. Kau akan segera pulih dan sembuh seperti sedia kala,” ujar Kai terdengar sangat optimis.“Bukankah justru situasinya akan lebih baik kalau aku ikut mati saja bersama kedua orangtuaku dari pada menjadi cacat seumur hidup?”“Elma, please… jangan berkecil hati seperti itu. Banyak orang yang tidak ingin kehilanganmu, termasuk aku. Ak
“Elma sekeluarga mengalami kecelakaan lalu lintas.”Gaby langsung terperanjat, kedua matanya membulat. “Bagaimana keadaan mereka?”“Aku tidak tahu, yang pasti mereka di evakuasi ke rumah sakit pusat.”Sylla yang pada saat itu juga mendengarkan percakapan antara Gaby dan Thomy ikut terkejut. Wajahnya menjadi sepucat mayat, dan tubuhnya gemetar hebat. Keinginannya membuat Elma tidak hadir di pesta pernikahan memang terpenuhi, tetapi dia sama sekali tidak mengira bahwa Charles akan melakukan sesuatu yang keji. Lelaki itu betulan tidak peduli akan nyawa orang lain. Bila sampai kejadian ini diusut, dari gelagat Charles saja Sylla bisa menduga bahwa dia akan ikut terseret. Sylla menutup mulutnya dengan kedua tangan.Thomy yang telah lepas dari keterkejutan segera menengahi perkelahian yang tak perlu antara kakaknya dengan Kai. Melerai mereka dengan sebuah kabar buruk yang tentu saja mengejutkan semua orang.“Hentikan perdebatan yang tak penting ini. Aku baru saja mendapat kabar dari polisi,
Elma duduk dengan tenang, membiarkan wajahnya dirias sedemikian rupa oleh sang penata rias yang begitu berkonsentrasi menyapukan produk ke wajah sang pengantin wanita. Sebelumnya mereka sempat terkejut ketika melihat tampilan Elma yang begitu kuyu, berantakan, dengan mata yang sembab. Ketika ditanya alasannya, Elma hanya memberi jawaban bahwa dia tegang dan tidak bisa tidur semalaman. Untungnya alasan itu bisa diterima dan kini seluruh kekurangan yang tampak diwajahnya beberapa saat yang lalu telah diatasi dengan begitu baik. Mereka benar-benar seorang yang professional. Setelah menghabiskan waktu berjam-jam, tampilan Elma kini sudah begitu segar, dan tentu saja sangat bersinar. Mereka bekerja sangat keras untuk menutupi semuanya. Elma patut mengapresiasi hal itu, terutama ketika mereka berkata bahwa tidak ada yang ingin tampil buruk di acara pernikahannya sendiri. Apalagi ketika ada awak media yang siap mengabadikan moment tersebut.Mya dan Gaby, ada disini bersamanya sebagai sahabat
Elam berjinjit dan bibir mereka saling menyentuh. Kali ini bukan lagi sebuah ciuman yang dipenuhi dengan sensasi elektrik yang membakar gairah seperti sebelumnya. Tetapi lebih saling memberi kenyamanan. Mereka mencoba untuk berpura-pura mengabaikan adanya perpisahan, sehingga menenggelamkan diri dalam kenangan. Dan sialnya ciuman yang dimaksudkan untuk memberi sedikit kepastian malah lebih berasa seperti luka dan putus asa.Kai menyentuh pipi Elma. Jari-jarinya yang dingin bertemu dengan kulit putih susu yang terasa lembut dan hangat. Elma menggigit bibir bawahnya yang bergetar menahan rasa bersalah dan juga pedih di dalam hatinya.“Elma, jadilah milikku.” Entah bagaimana, sebuah kalimat yang semestinya dipenuhi dengan intrik dominasi malah terdengar pilu di telinga wanita itu. Kai yang sekarang tidak seperti Kai yang dulu selalu ingin didengar dan memerintah sesuka hati. Tidak lagi seperti seorang pria penuh misteri yang mengintimidasi. Dia bukan lagi menjadi sosok master yang penuh