Edisi malam juma't nich mueheheheh 😈😈 happy reading ebeb-ebeb akuhh wkwk
Wanita berambut hitam tersebut kemudian melepaskan seluruh ikatan dari tubuh Kai. Tentu saja pertanyaan itu mengisyaratkan afirmasi dari yang bersangkutan, terlebih Elma jadi merasa sedikit bersalah ketika melihat tatapan si pria kepadanya saat ini.“Apa aku telah membuat kesalahan?” tanya Elma lagi ketika dia tidak kunjung mendapatkan jawaban yang dia inginkan dari pria itu.“Elma, that was not fun. Apa yang kamu perbuat tadi hanyalah sebuah bentuk daripada keegoisan semata.”Elma menaikan sebelah alisnya, merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Kai tidak bisa dia terima begitu saja. “Apa aku tidak salah dengar? Bisa-bisanya kau menuntut kepedulian saat kau bahkan tidak melakukan hal yang sama padaku. Apa kau lupa apa yang sudah kau lakukan padaku di toilet wanita? itulah balasanku untukmu.”Kai kemudian menghela napasnya dengan penuh maklum, sedikit demi sedikit senyuman terbit di wajah tampannya. “Ya, kurasa aku tidak akan pernah bisa menang dari nona besar sepertimu.”“Harus begitu.
Elma sudah berada di dalam mobil, Kai menolak untuk diantar karena dia merasa perlu untuk melakukan sesuatu. Kalau boleh jujur singgahnya Elma di tempat tadi membawa kesan yang lumayan berarti. Elma hidup dalam dunia yang begitu nyaman dan bergelimpangan harta, sehingga begitu mendapati ada tempat kumuh semacam tadi seolah membuka matanya lebar-lebar bahwa dalam hidup ini ternyata kesusahan itu benar-benar dialami oleh orang dan bukan hanya sekadar yang terlihat di layar kaca. Potret kemiskinan yang dahulu kerap Elma abaikan dan tidak percayai, justru diperlihatkan Kai sejelas-jelasnya tadi.“Kai, kenapa kau memberi anak-anak itu makanan. Bukankah kau sendiri juga hidup susah?” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutnya. Elma tidak mengerti jalan pikiran pria yang duduk disampingnya sekarang. Buatnya kenapa memberikan sesuatu pada oranglain saat diri sendiri saja kesusahan? Bagi Elma itu aneh malah bisa dibilang tindakan bodoh.“Aku cuma mau membantu meski tidak banyak yang bisa
Kedua mata Elma langsung membulat. Dia sama sekali tidak habis pikir dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Arash. Secara refleks Elma langsung menyingkirkan tangan Arash dari dagunya dan menatap pria itu dengan nyalang. “Jangan bercanda denganku, Arash. Aku tidak bisa menerima lelucon seperti ini.” “Dengar, aku sama sekali tidak bercanda. Apa kau melihatku sebagai orang yang suka membuat lelucon?” Ini gila! Jika masalahnya hanya ada pada kedua orang tua mereka Elma bisa melakukan sesuatu dan bekerja sama dengan Arash. Tapi kalau begini keadaannya, apa yang bisa Elma perbuat? Pikiran wanita itu mulai diliputi kekalutan. Ayahnya saja yang mencintainya sudah tidak bisa dinego, padahal selama ini ayahnya selalu memberikan kebebasan untuk menjalani hidup tanpa pernah mencoba mengintervensi. Tapi kali ini sepertinya Elma betulan dipojokan dan hal ini jelas tidaklah bagus sama sekali. “Kalau begitu apa yang membuatmu bisa berubah pikiran secepat itu?” tanya Elma mencoba sebisa mungki
Arash hanya berharap siapapun yang terlibat dengan Elma saat ini bisa membuat wanita itu belajar untuk mengendalikan egonya dan belajar pula untuk menerima orang lain mengontrol kehidupannya. Dengan begitu Arash akan memiliki istri yang bisa dia atur dan kendalikan sesuka hati. Elma terlalu keras hati dan keras kepala untuk menerima paradigma tersebut, apalagi untuk menerima peran sebagai istri seorang Shelby. Wanita itu terlalu lama diam di Menara tinggi dan melupakan fakta bahwa pria dan wanita tidak akan pernah sama. “Sylla, apa kau bisa menemuiku nanti malam?” ujar Arash setelah dia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang dari benda itu. Apa boleh buat dia perlu pengalih perhatian. Dai tidak ingin memikirkan apalagi menganalisis Elma Enderson lebih lanjut. Lagipula hasilnya sudah jelas, dan takdir perempuan itu hanyalah sebagai aksesoris yang melengkapi kesuksesan Arash sebagai seorang pria. “Tentu saja Arash. Aku dengan senang hati akan menghabiskan waktu denganmu.” Suara seo
“Memangnya ada bedanya? Apakah perasaanku dipertimbangkan disini?”Kepala Elma tertunduk, hal ini sungguh kontras dengan kesehariannya yang angkuh. Mana pernah dia menundukan kepala kepada oranglain jika dia tidak melakukan kesalahan? Tetapi Kai telah membuktikan bahwa dia bisa melakukan itu.Sudut mulut Kai terangkat membentuk sebuah senyuman penuh kepuasan melihat Elma yang telah menyerah padanya. Tangan pria itu kemudian terulur untuk meraih dagu Elma dan memaksa mata mereka saling bertatapan satu sama lain.Elma menelan ludahnya, dalam semua hal dia selalu mencoba melawan. Itu adalah reaksi normal untuknya bila ada sesuatu yang mengancam dan tidak menyenangkan terjadi maka dia tidak akan bisa tinggal diam dan menerimanya begitu saja. Jika tidak bisa dihentikan, setidaknya Elma perlu sebuah penanggulangan. Tetapi dalam permainan ini, dia sadar betul bahwa hal itu tidak bisa dia pakai. Poin dari hubungan mereka adalah kepatuhan. Kai sering kali mewanti-wanti soal itu, dia selalu men
Elma terbangun dalam pelukan Kai. Tubuh mereka saling berbelit satu sama lain, berbagi kenyamana dan kehangatan tubuh masing-masing. Tenggorokan wanita itu terasa kering begitu dia terjaga, sebab semalam Kai membuatnya berteriak nyaris sepanjang malam. Dia memperhatikan tubuhnya sendiri dan menyadari bahwa dia perlu mengenakan pakaian tertutup untuk hari ini; Sebab disekujur tubuh ada banyak bekas ciuman yang tersebar dimana-mana. Kai tampaknya sudah lupa bahwa tidak seharusnya dia terlalu liar dan sengaja meninggalkan bekas aktivitas panas mereka ditubuhnya seperti ini.Elma menyadari bahwa pria itu masih tertidur lelap. Sang nona besar dibuat terheran-heran dengan pembawaan Kai yang bisa berubah sesuai perannya, bagaimana dia bisa begitu kasar tetapi juga bisa menjadi begitu lembut ketika permainan mereka telah berakhir. Kalau boleh jujur Elma mulai hanyut dalam ekstrimitas dan intensitas permainan panas mereka hingga tingkat lanjut.Namun berkat hal tersebut, Elma juga merasa bahwa
“Biarkan aku membantumu, Kai,” ucap Elma agak gemas dan parau dari tempat tidur. Dia saat itu sudah duduk di tepian dengan kedua tangannya terkepal meremas seprai putih dibawah-nya. Sementara wajah cantik wanita itu kelihatan sudah kehilangan kesabaran.Kai bergumam sendiri dengan frustasi, alisnya bertaut memperlihatkan bahwa dia sendiri juga nyaris menyerah. “Biarkan aku mencoba dulu, Elma. Aku yakin aku bisa melakukannya sendiri. Aku pernah melakukannya.”“Oh … ayolah Kai, please … biar aku saja yang pasangkan, oke? Jika kubiarkan kau malah akan membuat kainnya lecek. Kita juga sudah tidak punya banyak waktu, yang ada kita nanti datang terlambat,” cerocos Elma.Mendengar hal itu Kai menghembuskan napas tanda bahwa dia sudah tidak mau berupaya lebih. “Oke, baiklah. Tolong bantu aku, aku sudah menyerah sekarang.”Elma berdiri dan meraih secarik kain yang tadi tergantung di leher pria itu. Dengan cermat dan cepat Elma membuat sebuah simpul dan kemudian mengencangkannya. Upaya itu bahk
Elma sempat berkedip beberapa kali sebelum memberikan jawaban, tetapi pada akhirnya bibir ranum tersebut bergerak dan memberikan tanggapan lisan. “That’s no sense,” ujar wanita itu sambil mendorong dada Kai menjauh darinya. Dia berpaling muka, sementara Kai langsung berpura-pura sibuk mengamati sekitar.Perhatian keduanya mulai terpecah belah. Elma kini justru lebih mengagumi pesta yang digelar di ballroom hotel. Chandelier kristal yang digantung dilangit-langit dengan bunga-bunga yang menghiasi tiap sudut ruangan, dilengkapi pula dengan orchestra yang bertugas memberikan suasana menjadi lebih hidup sebab mereka memainkan musik klasik. Elma bisa merasakan nuansa abad pertengahan yang menciptakan persona sendiri di dalam dirinya. Memaksa sang nona besar berpikir bahwa dia adalah seorang putri yang baru saja menghadiri acara pesta dansa kerajaan. Ini seperti sebuah perwujudan dari impian masa kecilnya dahulu ketika dia masih gemar menonton film barbie.Tidak lama seorang pelayan mendeka
Jari-jari Kai tiba-tiba saja sudah menjelajah disana. Pria itu menyelipkan jarinya pada celah di antara bibir yang terkatup rapat dan menemukan sebuah fakta bahwa budaknya sudah begitu basah, hangat dan bergairah.Reaksi yang tampak dari Elma membuat darah lelaki itu berdesir semakin cempat dan mulai berkumpul di pangkal paha. Kai mendorong Elma untuk kemudian membaringkannya dalam posisi telungkup. Memberikan Kai pemandangan berupa bokong yang bulat sempurna dan akses lebih baik untuk satu hal yang paling menggoda keimanan dari tubuh perempuan.Sebagai akhir, sang pria berambut hitam tersebut melepaskan gag-ball yang menyumpal mulut sang wanita.“Princess, berikan aku rintihan dan lenguhan erotismu. Karena sekarang aku akan memberikan apa yang kau inginkan.”Tiba-tiba saja mulut dan lidah pria itu sudah berada di bagian privasi Elma. Memberikan stimulasi berlebih di area itu. Sang wanita kontan bereaksi dengan suara desahan yang keras tatkala merasakan sensasi elektrik di sekujur tub
Merasa nyaris kalah, buru-buru Kai melepaskan diri dari Elma. Mendorong wanita itu ke atas ranjang untuk membuat situasi kembali dia pegang lagi. Membiarkan Elma mempermainkannya hanya akan membuat dia keluar, dan Kai sangat tidak menginginkan hal itu terjadi.Sementara Elma sendiri membiarkan segalanya dipimpin oleh Kai. Dia memahami perannya sebagai submissive sehingga dia jadi lebih pasrah dan adaptif terhadap jenis permainan apapun yang akan sang tuan bawa ke atas ranjang. Dia hanya berdebar, menatap Kai yang tampak sibuk dengan sesuatu.Lelaki itu tampak mengambil seutas tali dari dalam laci, menekuk kedua kaki Elma dengan mudah dan tanpa perlawanan sama sekali. Kai lalu mengikat pergelangan kaki dan paha Elma menjadi satu dengan sebuah simpul yang rumit. Kai juga melakukan hal yang sama pada kaki yang lain dengan sangat terampil seolah itu adalah hal lumrah yang kerap dia lakukan sehari-hari. Bahkan sebelum memutuskan untuk beranjak membiarkan wanita itu, Kai menyempatkan diri u
Elma tiba di kediaman Kai di pukul delapan malam. Pria itu dengan segera membukakan pintu dan mempersilahkan Elma masuk dengan keramahan dan kesopanannya. Tanpa perlu berlama-lama begitu mereka masuk sorot mata sang pria langsung berubah drastis.“Lepaskan pakaianmu,” perintah Kai terhadap Elma.Lantaran sudah terbiasa dengan perannya, tanpa perlu banyak bicara Elma menuruti permintaan lelaki tersebut. Dia menanggalkan satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya hingga tidak ada satu pun yang melekat dikulit. Tubuhnya yang polos langsung mendapatkan pandangan lapar dari sang pria. Sementara Elma sendiri agak sedikit gugup tatkala dia dibiarkan berdiri begitu saja, tanpa melakukan apa-apa.Kai pun sama, dia tidak melakukan sesuatu selain menatap tubuh wanita itu dengan sorot mata yang nakal. Dia hanya berdiri sambil mengamati Elma baik-baik.Setelah puas memandangi, Kai lantas mendekat. “Apa kau memikirkanku, Princess?” tanya lelaki itu dengan suara yang parau dan seksi.Dia menelusur
“Bukan salahku kalau mereka jatuh cinta. Apa menurutmu aku harus bertanggung jawab atas perasaan mereka padalah aku sendiri tidak memiliki rasa yang sama? Salah sendiri kenapa jatuh cinta. Aku tidak pernah meminta cinta dari mereka.”Gaby menepuk jidatnya begitu mendengar penuturan tidak bertanggung jawab dari mulut Elma.“Elma, bukan tidak mungkin kalau suatu saat ini kau akan menerima dan merasakan akibat dari perbuatanmu sekarang. Sebelum kau menyesal, aku sarankan untuk berhenti mengambil manfaat dari orang-orang yang tulus padamu. Bila nanti kau betulan jatuh cinta dan terlambat menyadari, kau sendiri yang akan sakit.”“Sudah aku bilang, aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi.”Gaby mungkin bukan orang yang tepat untuk mengatakan sebuah pepatah yang bijak, tetapi berhubung dia sangat mengenal Elma dan mereka sudah mengenalnya sejak kecil, maka dia merasa bahwa harus dia yang menyadarkan gadis itu. “Elma, kau bisa saja berencana begitu. Tapi ingat, takdir hidup manusia sudah tertu
“Jadi intinya kau menyeret pria malang yang tidak tau apa-apa itu ke dalam masalahmu? Lalu kau membuat dia berhadapan dengan Arash demi menyelamatkan dirimu sendiri, begitu?” Ekspresi wajah Gaby membuat segalanya jadi lebih buruk, apalagi tatapan matanya yang menyelidik agak membuat Elma terganggu.Walaupun Gaby merebut Thomy darinya dahulu. Tetapi setelah kejadian itu mereka kembali bersahabat dan Elma sudah berdamai dengan keadaan. Karena itulah di waktu kosongnya, mereka bisa hangout bareng seperti sekarang.“Hei, jangan buat seolah-olah aku ini orang jahatnya. Lagipula kau tidak perlu bersimpati kepada Kai, toh dia bukan korban. Kami sudah membuat kesepakatan, dan lagi dia bersedia membantu karena aku bersedia memberinya imbalan yang sepadan.”“Berapa banyak uang yang dia inginkan darimu?”Elma menggelengkan kepala dan malah menunjukan sesuatu yang terpasang di lehernya. “Dia tidak minta uang, tapi kau lihat benda yang terpasang di leherku? Menurutmu ini apa?”“Choker? Tidak. Itu
“Good girl, setelah ini aku akan memberimu kenikmatan yang tidak terlupakan,” ungkap Kai sambil memegang kepala sang wanita yang berlutut diantara kedua kakinya. Elma benar-benar sangat ahli dalam hal ini. Kai tidak munafik bahwa perempuan ini adalah sosok yang membuatnya kelimpungan hanya dengan blow jobnya saja. Akan sangat memalukan bagi Kai bila dia keluar di mulut wanita itu.Merasa dia tidak bisa lagi bertahan lama, Kai menarik dirinya. Menimbulkan tanda tanya besar di raut wajah cantik sang wanita yang melihat dirinya telah memerah dengan napas terengah. Ya, Kai nyaris keluar jika saja dia tidak buru-buru melepaskan diri. Dan sekarang pria itu teramat membutuhkan Elma. Persetan dengan kesabaran, dia butuh lebih dan wanita itu membutuhkan pelepasan.Akhirnya Kai menarik dan menggendong Elma ke atas ranjang dan langsung mengambil sesuatu dari laci dekat ranjangnya. Posisi wanita terbaring dengan tengkurap sehingga mudah bagi Kai untuk mengatur posisi dan mengangkat pinggulnya. Ka
Ada jeda cukup lama sebelum akhirnya Kai memutuskan untuk membuka suaranya lagi. “I am fine with it.” Elma memandang pria itu agak lama, sudut bibirnya sedikit terangkat. “Aku tidak menyangka bahwa kita memiliki kesamaan, meskipun aku tidak tahu apa alasan dibalik kebekuan hatimu,” gurau Elma.“Apa kau pikir dua orang yang terluka bisa saling mengobati? Aku menginginkanmu Sayangku, tetapi bukan berarti kau bisa terlalu dekat denganku. Seperti yang kau sering katakan, aku tidak punya hati. You can’t fix me,” sahut Kai enteng.“Tapi kau juga perlu tahu bahwa aku tidak butuh cintamu. Aku cuku puas dengan situasi kita sekarang, duduk sebagai seorang teman lalu kita bisa main gila di lain waktu. Aku masih berharap kau mau membantuku lagi hingga aku lepas dari Arash.”“Aku tidak mengerti isi kepalamu, Sayangku. Alih-alih bersama seorang pria yang punya segalanya dan reputasinya cukup baik. Kau malah memilih bersamaku disini. Apa yang membuatmu menolak pria itu?”Elma memutar ingatannya pad
Sepanjang siang, waktu yang ada mereka habiskan bersama anak-anak itu. Hanya perlu waktu singkat saja sampai Elma menjadi pusat atensi, dan semua anak langsung suka dan lengket padanya. Hal itu tidak mengherankan, sebab Kai pun adalah korban dari daya tarik memikat yang wanita itu punya.Kai memandang penuh apresiasi kepada Elma, menyadari bahwa kecanggungan yang sempat ada padanya telah menguap kini dia bisa dengan sangat natural dan santai bersama mereka.Kini Elma sudah seperti seorang volunteer yang mengajari anak-anak itu bernyanyi, bertepuk tangan, dan berbagi canda tawa bersama mereka. Kai suka melihat sisi lain dari wanita itu saat ini. Apalagi saat dia tersenyum sumringah menanggapi apa saja yang anak-anak lontarkan kepadanya. Elma tidak terlihat seperti Elma Enderson sang nona besar angkuh. Dia yang sekarang seperti dapat dia jangkau.“Paman, kau sangat beruntung punya pacar yang cantik, baik hati, dan tegas seperti dia. Lihat, hanya perlu waktu sebentar bagi dia untuk mencu
Kai lantas berdiri dari kursinya, mengambil rokok dan pematik untuk kemudian meninggalkan Elma. Dia menuju ke balkon, bersandar pada dinding sambil menatap keluar. Pria itu menyalakan rokok dan menghisap benda beracun itu dalam-dalam. Kai sebetulnya bukan seorang perokok ulung, tetapi disaat-saat tertentu dia membutuhkan nikotin yang pekat untuk menenangkannya.Kai sebenarnya enggan mengaku bahwa wanita yang menemuinya pagi ini sudah menggerakan sesuatu jauh di dalam dirinya. Ya, Kai akan mengakui bahwa dia sejujurnya memiliki sebuah hasrat terpendam padanya. Dia menginginkan Elma lebih dari sekadar menjadi pemenuh kebutuhan fisik dan seksualitas. Namun berkat hal tersebut, disaat yang bersamaan dia menjadi sangat takut untuk lebih dekat dengan Elma. Perkataan orang yang bernama Angga malam itu cukup mengganggunya dan Kai juga tidak mau merasakan pengalaman yang serupa dengan lelaki berdarah panas itu. Karena bila Elma mengecewakannya, dia merasa bahwa dia tidak akan sanggup untuk men