Home / Romansa / Noda Merah Malam Pertama / Kenapa Kamu Pulang, Selvi?

Share

Kenapa Kamu Pulang, Selvi?

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2022-08-09 23:47:39
Bab 118

"Dari siapa, Sayang?" tanya Ravin. Lelaki itu menghentikan langkah, berdiri di samping istrinya.

"Dari Ziyad, Hubby." Rayna memberikan ponselnya kepada sang suami. Nama mantan suami muncul di layar yang berkedap-kedip.

Ravin mengusap icon telepon berwarna hijau. Terdengar nada terkejut dari Ziyad saat panggilan tersambung. Namun tak ada percakapan penting di antara keduanya, kecuali sekedar mengabarkan soal Adam dan Damian yang terlambat datang lantaran harus mengantar Selvi ke kampung halamannya.

"Akhirnya masalah itu selesai juga, Sayang." Ravin mengembalikan ponsel kepada istrinya.

"Ziyad cukup cerdik dengan mengembalikan Selvi ke kampung," tanggap Rayna sembari memasukkan ponsel ke dalam tas.

Keduanya kembali berjalan menuju mobil. Ravin dan Rayna masuk ke dalam mobil dan memilih tempat di jok belakang. Tak ada pembicaraan apapun. Rayna memilih untuk bermain ponsel, membaca beberapa artikel seputar kehamilan. Sementara Ravin tengah membuka beberapa email melalui table
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Noda Merah Malam Pertama   Memamerkan Ponsel Baru

    Bab 119 Nafas Selvi seketika turun naik, menahan amarahnya. Dadanya bergemuruh. Sampai hati ibunya mengucapkan kata-kata itu. Seakan-akan ibunya hanya menerima kesuksesan dan tidak akan pernah menerima kegagalannya. Di tatapnya kembali wajah tua yang sudah mulai keriput itu. "Bukankah Mama bisa bilang kepada mereka jikalau aku tengah liburan?" tegas gadis itu. Dia mendorong piringnya agak ke tengah walaupun makanannya belum habis, lantas membasuh tangan dan mengeringkannya dengan serbet. "Tidak semudah itu, Selvi. Kalau kamu memutuskan untuk kembali tinggal di sini, mereka akan berpikir, liburan macam apa yang selama itu?" Widya terus memperhatikan gerak-gerik putrinya. "Percayalah, Ma. Aku hanya sementara di sini. Pada saatnya nanti, bukan cuma aku yang meninggalkan rumah jelek ini tetapi juga Mama." "Maksudmu?" sela Widya. "Mama pikir, aku betah tinggal di sini. Kalau bukan karena terpaksa, aku juga tidak mau tinggal di sini, meski hanya untuk satu atau dua bulan." Selvi men

    Last Updated : 2022-08-10
  • Noda Merah Malam Pertama   Bibit Unggul

    Bab 120 "Ya iyalah. Selvi gitu loh," decaknya bangga. Dia menarik ponsel dari hadapan ibunya, lalu memasukkannya kembali ke dalam saku baju. Suara Selvi sedikit mengejutkan Widya. Perempuan tua itu buru-buru memasang ekspresi wajah biasa. Namun terlambat. Selvi menangkap bias-bias kesedihan dari sorot mata wanita yang telah melahirkannya itu. "Apa yang Mama pikirkan? Apakah Mama tidak suka dengan semua yang telah aku raih?" telisik gadis itu. "Mama hanya memikirkan Rayna, Selvi. Mama tidak habis pikir, bagaimana seorang lelaki kaya raya bisa tergila-gila padanya bahkan sampai berani memberikan uang yang sangat besar kepada kita hanya demi selembar surat nikah. Pakai ilmu pelet apa si Rayna?" Widya menghela nafas berat teringat insiden beberapa waktu yang lalu. "Tanpa menggunakan ilmu pelet apapun, aku sudah membuat Mas Angga tergila-gila dan berniat untuk menikahiku," bantah Selvi menggeram. Selvi tidak sudi dibanding-bandingkan dengan Rayna, walaupun oleh ibunya sendiri. Perempu

    Last Updated : 2022-08-10
  • Noda Merah Malam Pertama   Sultan Memang Beda

    Bab 121 "Sayang, kamu melupakan tujuan perjalanan kita," tegur Ravin. Rayna tetegun. Dia balas menatap Ravin. Seketika itu pula dia mengangguk. Ravin tersenyum. Dia kembali menginjak pedal gas, lantas pergi meninggalkan tempat itu. "Nanti kalau sudah selesai konsultasi, kita akan kembali ke tempat itu. Siapa tahu dugaan kamu benar. Mereka memang tengah butuh pertolongan kita." Ravin menjejeri langkah Rayna. Rayna menoleh sekilas. Mereka kini sudah sampai di pelataran gedung Viona Medical Center. Meskipun dokter Viona bertugas di Elizabeth Hospital, tetapi perempuan muda itu memiliki klinik sendiri, Viona Medical Center. Klinik khusus untuk ibu dan anak. Ravin memang sengaja membuat janji dengan dokter Viona di klinik pribadinya. "Tentu saja. Apa sih yang tidak untuk Istriku yang tersayang?" Tanpa malu lelaki itu mengecup pipi istrinya sekilas. Padahal saat itu orang-orang tengah lalu lalang. Beberapa orang berseragam putih menyambut kedatangan mereka. Lantaran merasa kondisiny

    Last Updated : 2022-08-11
  • Noda Merah Malam Pertama   Selamat Datang, Putriku!

    Bab 122 Detik demi detik terasa begitu berharga bagi Ziyad. Lelaki itu tahu persis, di dalam ruangan operasi Ghina pun tengah berjuang untuk melahirkan buah hati mereka. Seharusnya memang tak ada yang perlu dia sesali. Setiap metode persalinan pasti ada resikonya. Tidak berarti persalinan secara caesar lebih mudah dan tidak merasakan sakit ketimbang persalinan normal. Hanya beda cara, tetapi resikonya sama saja. Salah sedikit, nyawa ibu dan anak yang menjadi taruhannya. Lelaki itu merentangkan tangan, lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dadanya penuh sesak. Otaknya masih dipenuhi dengan besaran biaya yang harus dia keluarkan. Rasanya ia tidak rela mengeluarkan dana sebesar itu hanya untuk biaya persalinan Ghina. Dia tak bisa membayangkan bagaimana tanggapan ibunya nanti saat tahu Ghina harus menjalani persalinan secara caesar. "Ah, kenapa biaya persalinan harus semahal ini?" gerutunya pada diri sendiri. Ini baru biaya persalinan, belum termasuk biaya kontrol dan rawat jalan. An

    Last Updated : 2022-08-12
  • Noda Merah Malam Pertama   Jalan Lahir

    Bab 123"Anggap saja itu sebagai hadiah kelahiran putri mereka. Lagi pula aku tidak ingin kondisi buruk Ziyad dan Ghina saat ini menjadi beban pikiranmu. Kamu lagi hamil, Sayang.""Aku?" tunjuk Rayna pada dadanya."Tentu saja. Memangnya siapa lagi? Aku melakukan semua ini demi istriku tersayang yang sedang mengandung buah cintaku," godanya. Ravin mengusap perut rata Rayna, tidak peduli saat ini mereka tengah berada di mobil yang pintunya masih terbuka."Hubby, kamu terlalu berlebihan. Aku memang kasihan dengan Ziyad, tetapi bukan berarti dia memenuhi seluruh pikiranku. Aku hanya memikirkan dirimu....""Sayang, kalau begitu buktikanlah. Setelah ini kamu tidak perlu lagi memikirkan soal Ziyad dan Ghina, karena aku sudah melunasi semua biaya persalinan Ghina. Tidak ada lagi yang perlu kamu khawatirkan." Ravin berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya, menetralisir dadanya yang sedikit sesak."Aku hanya tidak menduga Angga bisa sekejam itu kepada Ghina. Sebenarnya Ghina tidak bersalah.

    Last Updated : 2022-08-13
  • Noda Merah Malam Pertama   Harapan Terakhir

    Bab 124Perempuan tua itu terduduk di tepi ranjang. Dia membiarkan tasnya terbuka begitu saja. Matanya tajam menatap Selvi yang hanya bisa tertunduk."Baru saja seminggu yang lalu kamu bilang, Angga berencana akan menikahimu, tetapi kenapa sekarang dia tidak bisa dihubungi? Ada apa dengan kalian?""Aku juga tidak mengerti, Ma. Kemarin aku pikir hanya karena masalah sinyal, tetapi ternyata ujung-ujungnya nomorku diblokir mas Angga," keluh Selvi.Terdengar helaan nafas berat dari Widya. "Bagaimanapun caranya, kita harus kembali ke ibukota. Disamping urusan Ziyad dan Ghina, Mama tidak mau ya, Angga lepas dari kamu. Dia itu harapan terakhir kita, karena sekarang Mama tidak bisa lagi mengharapkan Ziyad. Dia sudah tunduk sepenuhnya kepada istrinya." Suara Widya penuh penekanan.Mendengar kata-kata ibunya, Selvi meremas ujung bajunya kuat-kuat. "Aku mengerti keinginan Mama, tapi aku juga butuh dukungan Mama, bukan kemarahan Mama." Wajahnya merah padam.Selvi bermaksud keluar dari kamar ibunya

    Last Updated : 2022-08-14
  • Noda Merah Malam Pertama   Hadiah Kelahiran

    Bab 125 "Loh, Mbak Aisyah?" Lelaki itu terkesiap. Dia mundur selangkah. Mata elangnya memindai perempuan muda ini. Di tangannya ada sebuah bungkusan besar dan sebuah rantang susun di salah satu tangannya yang lain. "Ada apa, Mbak?" tanya Ziyad terbata-bata. "Mbak Ghina-nya ada, Mas?" Perempuan ini masih tak bergerak dari tempat berdirinya. "Ada. Dia sedang di dapur. Silahkan masuk dulu, Mbak." Ziyad menggeser tubuhnya, membiarkan Aisyah masuk ke dalam rumah. Ziyad bermaksud ke dapur, tapi baru beberapa langkah, ia berpapasan dengan Ghina yang tengah menggendong baby Qia "Loh, Mbak Aisyah? Pagi-pagi sudah kemari. Ada apa, Mbak? Apakah ada orderan pekerjaan untukku? Maaf Mbak, aku belum bisa kerja seperti biasa. Soalnya masih dalam proses pemulihan dan baby Qia belum bisa di tinggal kerja," ujar Ghina dengan wajah tertunduk. "Mbak Ghina boleh masuk kerja kapanpun Mbak mau, asalkan kondisi Mbak sudah pulih. Masalah baby Qia, bisa dititipkan nanti dengan saya. Kebetulan saya belum

    Last Updated : 2022-08-16
  • Noda Merah Malam Pertama   Ikrarku Untuk Selalu Menjagamu

    Bab 126"Memang itu kusengaja. Aku tidak mau semua bantuan yang kuberikan dianggap sebagai angin segar oleh Ziyad dan Ghina, sehingga nanti mereka jadi berharap kepadaku, seperti yang sudah-sudah. Ini tidak sehat, Adam." Lelaki itu merentangkan tangan berusaha meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, lalu melirik ke arah Damian yang duduk di jok belakang.Hari ini Ravin pergi ke kantor dengan diantar oleh dua orang bodyguard-nya, Adam dan Damian. Bram, asisten pribadinya pergi ke kantor dengan mobil yang berbeda. Ada pekerjaan penting yang harus di selesaikan, sehingga harus datang lebih pagi ke kantor. Ravin tidak mungkin berangkat terlalu pagi, karena ia harus mengantar Rayna ke rumah Nafisa seperti biasanya."Aku mengerti, Bos," sahut Adam kembali menyalakan mesin. Percakapan Adam dengan Aisyah membuat lelaki itu menghentikan mobilnya di tepi jalan untuk beberapa saat."Kalian lakukan saja apa yang kuperintahkan," ujar Ravin dingin."Tantu, dengan senang hati, Bos." Adam mengacun

    Last Updated : 2022-08-17

Latest chapter

  • Noda Merah Malam Pertama   Jodoh Itu Cerminan Diri

    Bab 139 "Jodoh itu ibarat cerminan diri. Di detik ini aku baru sadar, aku memang tidak pantas untukmu. Kamu memang pantas untuk bersanding dengan Ravin," gumam Ziyad. Matanya tak lepas dari layar ponsel yang menayangkan adegan demi adegan kegiatan Rayna bersama Al-Fatih Mart Foundation. Perempuan muda itu nampak begitu tulus menyalami para orang tua di salah satu panti jompo yang ia kunjungi. Meskipun tak pernah ada lagi kontak dengan Rayna, tetapi lelaki itu senantiasa mengikuti perkembangan Rayna melalui akun media sosial Al-Fatih Mart yang ia follow. Ya, hanya itu jalan satu-satunya untuk mengetahui perkembangan dari perempuan yang bahkan sampai kini masih tetap dia cintai. Semua akses sudah tertutup. Rayna sudah menikah dengan Ravin, bahkan kini memiliki anak, Akalanka Mirza Zahair Narendra. Tak ada gunanya ia terus berharap. Mencintai dalam diam. Itu yang ia lakukan sekarang. Ziyad tersenyum kecut. Biarlah semua orang menganggapnya bodoh. Tapi hanya itu yang tersisa dari sosok

  • Noda Merah Malam Pertama   Kelahiran Sang Pewaris (2)

    Bab 138 "Selamat, Tuan. Anaknya laki-laki, sehat, tak kurang suatu apapun dan ganteng seperti daddynya," canda dokter Viona. Dia sendiri yang menyerahkan langsung bayi mungil di dalam bedongan itu kepada Ravin. "Terima kasih, Dok." Ini jelas sebuah keajaiban bagi Ravin. Bisa menggendong bayi yang merupakan darah dagingnya sendiri merupakan mimpinya sejak lama dan kini menjadi kenyataan. Ravin melangkah menghampiri sang istri yang terbaring lemah di ranjang. Wanita itu mengulas senyum termanis. "Ini putra kita, Sayang," ujarnya sembari duduk di kursi dekat ranjang. Matanya menatap wajah mungil itu lekat-lekat. "Tentu saja. Terima kasih sudah menyambut kehadirannya." "Apa yang kau katakan, Sayang?!" Refleks tangannya terulur menutup mulut Rayna. "Kehadirannya sudah lama kutunggu dan hari ini aku sangat bahagia karena sekarang aku memiliki seorang pewaris. Pewaris Al-Fatih Mart yang sekarang tumbuh dan berkembang semakin besar, melebarkan sayap sampai ke negeri tetangga," ujarnya

  • Noda Merah Malam Pertama   Kelahiran Sang Pewaris (1)

    Bab 137 "Bukan, Sayang. Lagi pula aku sudah memutuskan untuk tidak lagi memantau mereka. Dean dan Roy akan ditarik sebagai pengawal pribadiku, menggantikan Adam dan Damian yang telah resmi menjadi pengawal pribadimu mulai hari ini." "Kenapa bisa begitu?" Rayna tersentak. "Karena kita sudah punya kehidupan masing-masing. Ada banyak hal yang lebih penting untuk kita perhatikan, Sayang. Jadi mulai hari ini stop! Ziyad dan keluarganya kita keluarkan dari tema pembicaraan kita sehari-hari. Are you oke?" tegas Ravin. Tangannya terulur menangkup wajah perempuan itu, mendongakkannya, lalu mendekatkan wajahnya sendiri, mengecup bibir ranum itu dengan lembut. Rayna menggeliat. Tubuhnya menghangat seketika. "Berjanjilah untuk move on dari cinta dan suami pertamamu itu, Sayang. Seperti aku juga yang move on dari istri pertamaku," lirih lelaki itu. Rayna menatap pemilik wajah dengan rahang yang tegas itu dalam-dalam. Ada kesungguhan dan ketulusan di sana. Ravin benar. Setelah selesai soal kem

  • Noda Merah Malam Pertama   Pertemuan Dengan Selvi

    Bab 136Perempuan muda itu menoleh. "Kak Rayna!" Suaranya bergetar.Rayna menubruk gadis itu, memeluknya dengan erat, meskipun beberapa detik kemudian menyadari saat mereka berpelukan, ada yang mengganjal. Bukan cuma perutnya, tetapi juga perut Selvi."Selvi, kamu sedang hamil?" Tanpa sadar tangan perempuan itu mengusap perut besar milik Selvi.Gadis itu mengangguk. "Seperti yang Kakak lihat," sahutnya getir"Kamu sudah menikah?" Pertanyaan itu terasa begitu konyol. Otaknya berusaha keras mengingat-ingat. Dia dan Ravin memang memantau Ziyad dan Selvi, meskipun tentu tidak bisa 100%. Sampai sejauh ini suaminya tidak pernah menceritakan soal Selvi. Setiap kali ditanya, Ravin selalu bilang Selvi dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi nyatanya....Laila berinisiatif untuk membawa Selvi, Rayna dan Vania masuk ke rumahnya yang bersebelahan dengan bangunan itu."Ini anak Angga?" Rayna kembali mengusap perut besar Selvi dengan lembut saat mereka sudah duduk di sofa."Iya, Kak." Butir-butir beni

  • Noda Merah Malam Pertama   Kunjungan Ke Dapoer Syifa

    Bab 135"Terima kasih, Sayang. Kamu adalah istriku dan ratuku. Kamu tidak perlu merubah apapun dari dirimu. Semua yang ada pada dirimu sudah sempurna. Aku juga tidak menuntutmu terlibat penuh dalam kegiatan di perusahaan, kalau memang kamu tidak menginginkannya. Cukuplah kamu mendampingiku, setia padaku, karena aku benci dengan yang namanya penghianatan." Ravin menghela nafas berat.Antara Bella dan Rayna sungguh berbeda dan Ravin menerima Rayna mutlak apa adanya. Dia hanya menginginkan kesetiaan, setelah apa yang Bella torehkan kepadanya. Buat apa memiliki istri cantik, cerdas, berpendidikan tinggi, tetapi punya kebiasaan memelihara pria pemuas hasrat? Ini sangat menjijikan!Keduanya menikmati waktu beberapa saat di taman sebelum akhirnya bangkit. Ravin memeluk pinggang istrinya posesif. Namun baru beberapa langkah keduanya mengayunkan kaki, mendadak ponsel Ravin berdering"Panggilan video dari Axel," cicit Rayna. Sepasang suami istri itu berpandangan."Angkat saja, Hubby. Siapa tahu

  • Noda Merah Malam Pertama   Aku Berjanji, Hubby

    Bab 134 "Istrimu?!" Perempuan yang hanya mengenakan dress di atas lutut tanpa lengan itu mengibaskan rambutnya. "Apakah aku tidak salah dengar? Apakah ini benar-benar istrimu?" Dia menunjuk Rayna dengan ekspresi keheranan. Matanya tak lepas mengamati penampilan Rayna yang mengenakan gamis dengan jilbab yang menutupi kepala sampai tonjolan di dadanya. Memang, pakaian yang dikenakan oleh Rayna berharga cukup mahal dan model kekinian. Namun di mata Chintya, gaya berpakaian Rayna seperti orang udik, kampungan! "Lho, memangnya kenapa, Chintya?" Ravin menatap Chintya dengan pandangan tak suka. "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya heran dengan seleramu. Kamu terlihat sangat berubah, Ravin. Aku pikir setelah kamu menceraikan Bella, kamu akan mencari wanita yang jauh lebih baik dari mantan istrimu itu." Chintya mencoba menutupi keterkejutannya dengan tertawa kecil. "Dan Rayna adalah wanita yang jauh lebih baik dari Bella," ujar Ravin sinis. Sekalian saja dia menumpahkan isi hatinya, mampung bert

  • Noda Merah Malam Pertama   Makan Malam Sederhana

    Bab 133"Oh, ya? Benarkah?" Sepasang mata indah itu berbinar-binar menatap tudung saji yang teramat besar menutupi seluruh hidangan di atas meja makan."Benar sekali, Nyonya. Hari ini saya memasak makanan yang merupakan kekayaan kuliner kami orang Melayu." Chef Ehsan melambaikan tangan kepada dua orang wanita berseragam pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Mereka bergegas menghampiri, lalu membuka tudung saji."Inilah nasi lemak khas Malaysia," ujar chef Ehsan bangga."Wow...! Ini sangat keren. Terima kasih, Chef. Kamu memang juru masak yang hebat!" puji Rayna."Terima kasih atas pujian Nyonya. Itu memang sudah tugas saya sebagai chef pribadi keluarga Narendra, sekaligus senior chef di sebuah restoran masakan khas Melayu yang dimiliki oleh keluarga Narendra," sahut chef Ehsan sopan."Keluargamu juga memiliki restoran di sini, Hubby?" Perempuan itu sangat terkejut. Dia menoleh kepada sang suami."Kurang lebihnya seperti itu, Sayang. Daddy Elvan memang menjadi investor terbesar di sal

  • Noda Merah Malam Pertama   Mantan Itu Dibuang Ke Laut Saja!

    Bab 132Dari sebuah bandara kecil yang intensitas penerbangannya tidak terlalu padat, Ravin dan Rayna bertolak ke Kuala lumpur. Rayna yang baru pertama kali menaiki pesawat pribadi terkagum-kagum dengan interior yang dimiliki oleh pesawat pribadi keluarga Narendra. Sungguh sangat mewah. Seumur hidupnya ia tidak pernah menyaksikan ada pesawat yang di dalamnya didesain mirip sebuah rumah."Ini adalah milikmu juga. Kamu bebas menggunakan pesawat ini kemanapun kamu akan bepergian. Kapten Ivan akan senang hati mengantarmu. Beliau adalah seorang pilot dengan jam terbang yang sangat tinggi." Ravin seolah bisa membaca keminderan dari diri wanita itu."Memangnya aku mau kemana?" Rayna tertawa kecil. "Ini adalah pertama kali aku pergi ke luar negeri dan itu pun bersamamu Hubby....""Kasihan," goda Ravin mencubit hidung bangir istrinya. Mereka tengah berbaring di pembaringan. Ravin memeluk Rayna sembari mengelus perut wanita itu. Terasa olehnya permukaannya yang tak lagi rata. Untuk sesaat hat

  • Noda Merah Malam Pertama   Rencana Selvi

    Bab 131 Tangan Selvi terulur mengelus pipi tirus perempuan tua itu. Tak ada rasa hangat sedikitpun dari wajah yang disentuhnya. Tak ada kehidupan. Wajah itu dingin dan beku. Selvi menjerit keras. Tubuhnya seketika lemas tiada berdaya. Namun sebelum tubuh itu terkapar di lantai ruangan, sepasang tangan besar menangkap Selvi, membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Mama sudah tiada." Ziyad berulang kali membisikkan kata-kata itu ke telinga Selvi, meskipun matanya memanas menahan tangisnya. Bagaimanapun ibunya adalah surganya. Ziyad menggendong Selvi keluar dari ruangan itu. Dia membiarkan jenazah ibunya langsung diurus oleh para petugas di rumah sakit. Di ibukota ini ia tidak memiliki siapapun, kecuali bude Darsinah. Fokusnya sekarang adalah menenangkan Selvi yang mengalami shock berat. Saudara ibunya itu datang ke rumah sakit ini bersama keluarganya satu jam kemudian, saat jenazah ibunya sudah siap untuk di shalatkan. Mereka memutuskan untuk menyalatkan jenazah Widya di mushala de

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status