Home / Horor / Nisan Retak / Bab 3 Pencarian yang tak terduga

Share

Bab 3 Pencarian yang tak terduga

Author: tama17
last update Last Updated: 2024-11-27 23:08:37

Amira merasa jantungnya berdebar saat ia menatap nama yang baru saja ia temukan. Nama itu tertulis dengan tinta yang agak pudar di sebuah dokumen tua yang ia temukan di ruangan arsip desa. Itu adalah sebuah surat dari lebih dari dua puluh tahun yang lalu, yang tidak pernah dibaca oleh siapa pun, kecuali oleh penjaga arsip yang sudah lama bekerja di sana. Amira merasa seolah-olah ia baru saja menemukan potongan besar dari teka-teki yang telah lama terpendam.

Sugeng priono

Nama itu tidak asing bagi Amira. Ia ingat dengan samar bahwa Sugeng adalah seorang pria yang pernah dekat dengan keluarganya. Namun, apa yang mengejutkan Amira adalah fakta bahwa Sugeng disebutkan dalam surat-surat itu sebagai seseorang yang terlibat dalam kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya. Ada yang lebih gelap, lebih misterius, dari sekadar kecelakaan biasa. Sugeng bukan hanya sekadar teman atau kolega ayahnya. Ia terlibat dalam sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tersembunyi jauh di balik layar.

Amira duduk di meja arsip, membiarkan surat-surat lama itu mengisi pikirannya. Dengan hati-hati, ia mulai mengurai setiap kata yang tertulis, mencari setiap detail yang mungkin mengarah pada jawaban yang selama ini ia cari.


Setelah beberapa jam berlalu, Anzar datang menemui Amira di ruangan arsip. Wajahnya tampak cemas, namun ia tahu bahwa ini adalah jalan yang harus diambil oleh sahabatnya.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Anzar, meskipun ia telah tahu jawabannya.

Amira menatapnya dengan mata yang penuh tekad. “Aku harus mencari tahu siapa Sugeng priono ini, Anzar. Dia terlibat dalam kecelakaan itu, tapi siapa dia sebenarnya? Mengapa namanya tidak pernah disebut-sebut oleh keluarga kami?”

Anzar terdiam sejenak, berpikir. “Amira, kamu tahu bahwa semakin dalam kamu menggali, semakin besar kemungkinan akan ada hal-hal yang tidak ingin kamu temui. Ada alasan kenapa banyak orang di sini tidak pernah ingin membicarakan kejadian itu.”

“Aku tahu,” jawab Amira, suaranya pelan namun penuh keyakinan. “Tapi aku sudah cukup hidup dengan kebingungan yang aku rasakan selama ini. Aku harus tahu siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas kematian kedua orang tuaku, dan apa yang terjadi di balik kecelakaan itu. Jika aku tidak melanjutkan ini, aku tidak akan pernah merasa bebas.”

Dengan berat hati, Anzar duduk di sampingnya. “Aku akan membantu kamu, apapun yang terjadi. Tapi hati-hati, Amira. Terkadang, jawaban yang kita cari bisa lebih menyakitkan daripada yang kita bayangkan.”

Amira mengangguk, berterima kasih atas dukungan sahabatnya. Mereka berdua menghabiskan sisa hari itu untuk memeriksa lebih banyak dokumen yang tertinggal. Masing-masing surat yang ditemukan semakin memperjelas bahwa Sugeng priono memiliki hubungan yang lebih dalam dengan keluarga Amira daripada yang ia bayangkan.


Malam itu, setelah keluar dari ruangan arsip, Amira kembali ke rumah tua. Hatinya masih penuh dengan pertanyaan, dan kini ada satu lagi yang mengganggunya: Apakah Sugeng priono masih hidup? Selama ini, ia tidak pernah mendengar nama itu disebutkan, meskipun ia tahu bahwa Sugeng pasti memiliki jejak yang tak terhapuskan dalam hidup keluarganya.

Sambil berjalan kembali ke rumah, Amira memperhatikan sekelilingnya—kampung yang dulu begitu familiar kini terasa begitu asing baginya. Semuanya seolah berubah, namun ada satu hal yang tetap sama: ketegangan yang membayangi setiap sudut desa ini. Tidak ada yang benar-benar ingin tahu apa yang terjadi di balik pintu tertutup. Tidak ada yang berani menggalinya lebih dalam.

Namun, Amira sudah memutuskan. Ia tidak bisa mundur.


Mencari Jejak Sugeng priono

Pada keesokan harinya, Amira memutuskan untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai Sugeng. Setelah memeriksa arsip desa dan berbicara dengan beberapa orang yang pernah mengenal ayahnya, ia menemukan bahwa Sugeng priono bukan hanya seorang rekan bisnis ayahnya. Ia juga pernah terlibat dalam berbagai proyek besar yang berkaitan dengan pembangunan di desa ini. Salah satu proyek tersebut adalah pembangunan jalan raya yang melintasi desa, yang ternyata menjadi titik awal bagi kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya.

Amira merasa bahwa ada sesuatu hal yang tidak beres dengan proyek tersebut. Mengapa ayahnya dan ibu Amira begitu terlibat dalam proyek ini? Apa hubungan mereka dengan Sugeng? Dan yang lebih penting, mengapa tidak ada yang pernah membicarakan proyek tersebut setelah kecelakaan itu?

Untuk mendapatkan jawaban, Amira memutuskan untuk menemui beberapa orang yang pernah bekerja dengan orang tuanya, termasuk rekan bisnis ayahnya yang masih tinggal di desa. Dia mengingat nama seorang pria bernama Pak Ricko, seorang kontraktor yang dulu banyak bekerja sama dengan ayahnya. Jika ada orang yang tahu lebih banyak tentang proyek tersebut, itu adalah Pak Ricko.

Dengan hati-hati, Amira mendatangi rumah Pak Ricko, yang terletak tidak jauh dari pemakaman keluarga. Rumahnya tampak sederhana, dengan halaman yang sedikit terlantar yang dipenuhi dengan dedaunan yang gugur. Namun, di balik kesederhanaan itu, Amira merasakan ada sesuatu yang menunggu untuk diungkapkan.

Pak Ricko membuka pintu setelah Amira mengetuknya sebanyak beberapa kali. Pria itu tampak lebih tua daripada yang ia ingat, tetapi matanya masih tajam, penuh perhitungan.

“Amira?” Pak Ricko tampak terkejut, tetapi segera tersenyum. “Apa yang membawamu kembali ke sini setelah semua waktu yang lama?”

“Aku perlu bicara dengan Pak Ricko tentang ayahku,” jawab Amira, mencoba menjaga ketenangannya. “Ada yang ingin aku ketahui tentang proyek jalan raya yang mereka kerjakan sebelum kecelakaan itu terjadi.”

Pak Ricko terdiam sejenak, seolah berpikir dua kali sebelum menjawab. “Kau tahu, Amira, terkadang kenangan lama lebih baik dibiarkan terpendam. Itu sudah terlalu lama dan banyak orang di sini tidak ingin mengingatnya.”

Namun, Amira tidak akan mundur. “Aku harus tahu, Pak. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Pak Ricko menatapnya dalam-dalam, kemudian mempersilahkan Amira  masuk. Mereka duduk di ruang tamu sederhana, dikelilingi oleh foto-foto lama dan dokumen-dokumen yang tergeletak di meja. Amira merasa bahwa ia sedang memasuki dunia yang sangat berbeda—dunia yang dipenuhi dengan rahasia yang tak terucapkan dan terungkapkan.

“Ada yang perlu kamu ketahui, Amira,” kata Pak Ricko dengan suara rendah, hampir seperti berbisik. “Proyek jalan raya itu, sebenarnya bukan hanya tentang pembangunan. Ada permainan yang lebih besar di baliknya. Dan Sugeng priono... dia terlibat jauh lebih dalam daripada yang kau bayangkan.”

Amira mematung. “Apa yang bapak maksud ?”

Pak Ricko menghela napas panjang dan mulai bercerita...

Related chapters

  • Nisan Retak   Bab 4 Jejak yang tertinggal

    Pak Ricko duduk dengan badan yang tegak, matanya menatap lurus ke depan seolah mencoba mengingat sesuatu yang sangat berat. Amira menunggu dengan sabar, hatinya berdebar. Ia merasa bahwa ia sedang berada di ambang pintu menuju sebuah kebenaran yang telah lama terkubur, dan setiap kata Pak Ricko bisa menjadi kunci untuk membuka semua teka-teki itu.“Amira,” Pak Ricko akhirnya mulai berbicara, suaranya serak, seolah berat untuk mengungkapkan sesuatu yang lama terpendam. “Kamu tahu bahwa proyek jalan raya itu adalah proyek besar, bukan hanya untuk desa kita, tetapi juga untuk banyak daerah lain. Proyek itu melibatkan banyak orang berpengaruh, termasuk beberapa orang yang... tidak begitu jujur.”Amira mulai mendekat, matanya tajam. “Apa hubungan proyek itu dengan kematian orang tuaku? Kenapa mereka begitu terlibat?”Pak Ricko menatapnya, ragu sejenak. “Kamu mungkin tidak tahu, tapi ayahmu dan Sugeng priono punya hubungan yang lebih kompleks dari yang kamu kira. Proyek itu bukan hanya ten

    Last Updated : 2024-11-27
  • Nisan Retak   Bab 5 Kebenaran yang tersembunyi

    Amira merasa jantungnya berdegup lebih cepat begitu memasuki rumah yang luas namun terbengkalai itu. Pria tua yang membawa mereka masuk tampaknya sudah cukup lama hidup sendirian, dan rumah ini, meski besar, tampak seperti rumah yang tak terawat, penuh debu dan kesunyian. Setiap langkah Amira di atas lantai kayu yang berderit membuatnya merasa semakin dekat dengan rahasia yang selama ini tersimpan dan tersembunyi.Pria itu memimpin mereka menuju ruang tamu yang gelap. Cahaya matahari yang merembes dari jendela yang pecah memberi suasana yang suram dan menegangkan. Amira berusaha untuk tetap tenang, meskipun hatinya penuh dengan rasa penasaran yang mendalam. Ia harus mendapatkan jawaban.“Sugeng pernah tinggal di sini,” ujar pria itu, suara seraknya menggema di ruang yang sepi. “Namun, itu sudah lama sekali. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan dia setelah itu.”Amira menatapnya tajam. “Kenapa dia pergi meninggalkan rumah ini?”Pria itu menghela napas panjang, seolah memikirkan jawab

    Last Updated : 2024-11-27
  • Nisan Retak   Bab 6 Jejak yang tak terlihat

    Amira menatap kearah langit dimalam yang berkelap-kelip dengan mata yang penuh tekad. Angin kota yang dingin menerpa wajahnya, membawakan aroma tak dikenal yang jauh dari bau tanah desa mereka. Ia merasa terasing, namun semakin kuat dalam keyakinannya bahwa perjalanan ini adalah satu-satunya cara untuk mengungkap apa yang terjadi pada ayahnya. Ayah yang selama ini diam, menjaga jarak, dan akhirnya... hilang begitu saja."Amira, aku tahu kamu ingin tahu lebih banyak, tapi kita harus berhati-hati," kata Anzar dengan suara pelan, merujuk pada pertemuan mereka dengan mantan manajer proyek. "Semakin dalam kita menggali, semakin banyak bahaya yang mengintai kita."Amira menoleh ke arah Anzar, matanya yang tajam menunjukkan tekad yang tidak bisa digoyahkan. "Aku sudah tidak bisa mundur, Anzar. Apa yang sudah terjadi pada ayahku, dan proyek itu—semua ini terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja. Kita harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab."Anzar menghela napas panjang. Ia tahu betu

    Last Updated : 2024-11-28
  • Nisan Retak   Bab 7 Kebenaran dalam bayangan

    Amira dan Anzar kembali ke hotel mereka dengan kepala penuh pikiran. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, seolah udara kota ikut menyerap kegelapan dari rahasia yang mereka ungkap. Amira duduk di pinggir tempat tidur, menatap keluar jendela ke arah lampu-lampu kota yang berkelap-kelip, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapi langkah selanjutnya."Rudi menyebutkan sesuatu yang penting," kata Anzar, memecah keheningan. "Orang-orang di balik ini mungkin lebih sulit dijangkau daripada yang kita duga. Jika kita tidak hati-hati, kita akan menjadi target berikutnya."Amira mengangguk perlahan. "Tapi kita sudah terlalu jauh untuk mundur. Aku tidak bisa membiarkan mereka lolos begitu saja setelah apa yang mereka lakukan pada ayahku. Dia layak mendapatkan keadilan."Anzar menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Aku mengerti, Amira. Tapi kita harus merencanakan langkah kita dengan hati-hati. Jika tidak, kita mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk bertahan."Jejak Ba

    Last Updated : 2024-11-30
  • Nisan Retak   Bab 7 Bayang bayang kekuasaan

    Gang sempit itu menyelamatkan mereka sementara, tetapi Amira dan Anzar tahu mereka tidak bisa bersembunyi lama. Mobil hitam yang mengikuti mereka akhirnya pergi setelah beberapa menit, tetapi Amira yakin mereka hanya sementara kehilangan jejak."Kita harus segera meninggalkan kota," ujar Anzar, napasnya masih terengah. "Mereka pasti tahu kita sedang menyelidiki sesuatu. Kalau tidak segera bergerak, mereka akan menangkap kita.""Tidak," bantah Amira, meskipun tubuhnya sedikit gemetar. "Kita tidak bisa pergi sekarang. Semua ini dimulai di sini, dan aku yakin jawabannya ada di kota ini. Kita hanya perlu tempat yang lebih aman."Anzar terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, tapi kita tidak bisa sembarangan. Kita harus bergerak di bawah radar."Anzar kemudian menghubungi seorang kenalannya, Indra, yang bekerja sebagai mekanik di sebuah bengkel tua di pinggir kota. Indra dikenal sebagai pria yang jago mengotak-atik mobil, tetapi ia juga memiliki koneksi dengan jaringan informasi bawah t

    Last Updated : 2024-11-30
  • Nisan Retak   Bab 8 Pertemuan dengan jaringan baru

    Amira, Anzar, dan Indra duduk di dalam pondok kecil milik Pak Alex. Malam semakin larut, namun suasana hening di luar hutan tidak membawa ketenangan. Mereka baru saja melarikan diri dari pengejaran sengit, dan kini mereka harus menyusun rencana matang untuk menghadapi ancaman Mekarjaya Group yang semakin nyata."Kita tidak bisa terus berlari," kata Amira, mencoba menenangkan napasnya. "Kita harus menyerang balik. Tapi dengan cara yang benar."Anzar menatap Amira dengan ragu. "Kita ini siapa? Mekarjaya punya koneksi, uang, dan orang-orang yang bersenjata. Kita cuma punya rekaman dan keberanian nekat."Indra, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Aku setuju dengan Amira. Kita memang kecil, tapi bukan berarti tidak bisa melawan. Kita harus mencari dukungan. Orang-orang yang juga dirugikan oleh Mekarjaya pasti ada. Kalau kita bisa mengumpulkan bukti lebih banyak, kita pasti punya peluang."Amira mengangguk, wajahnya menunjukkan tekad yang kuat. "Kita butuh jaringan. Orang-orang y

    Last Updated : 2024-12-18
  • Nisan Retak    Bab 9 Menyusup kedalam jaringan

    Amira dan Anzar kembali dari pertemuan dengan Ibu Susi dengan penuh tekad. Kini mereka memahami bahwa perjuangan mereka belum selesai. Berita tentang skandal Mekarjaya Group telah menyebar luas, memicu protes besar-besaran, tetapi Subagio Dormanjoyo dan kroninya masih bebas, melancarkan upaya untuk membungkam kebenaran. "Kita harus membuat langkah terakhir yang akan benar-benar menjatuhkan mereka," kata Amira saat mereka duduk di ruang kecil perlindungan polisi. "Semua bukti yang kita kumpulkan harus digunakan untuk menyerang inti jaringan mereka." Anzar mengangguk, matanya penuh keseriusan. "Tapi kita harus hati-hati. Mereka pasti akan meningkatkan pengawasan dan mencoba menjebak kita. Kita butuh rencana yang sangat matang." Strategi Baru Malam itu, Amira, Anzar, Indra, dan Via berkumpul di sebuah lokasi rahasia yang disediakan oleh jaringan jurnalis independen. Mereka mulai memetakan langkah-langkah berikutnya. Via, dengan keahliannya sebagai hacker, menemukan jejak transaksi mencur

    Last Updated : 2024-12-18
  • Nisan Retak   Bab 10 Keberanian yang tertinggal

    Meskipun mereka telah berhasil meruntuhkan salah satu jaringan korupsi terbesar di negara itu, Amira dan Anzar tahu bahwa perjuangan mereka baru saja dimulai. Tangan-tangan yang kuat yang dikendalikan oleh Subagio dan kroninya tidak akan hanya duduk diam setelah kalah dalam satu pertempuran besar. Mereka tahu bahwa banyak yang tersisa untuk diperbaiki, dan dunia mereka akan terus dipenuhi dengan bahaya yang mengintai.Beberapa minggu setelah konferensi pers yang mengungkap skandal besar itu, Amira dan Anzar duduk di ruang tamu dirumah kecil mereka, disebuah desa yang terpencil, jauh dari hiruk-pikuk Jakarta. Meskipun perasaan lega karena kemenangan mereka terasa, mereka juga merasa seolah-olah ada bayangan yang selalu mengikuti mereka.Menghadapi Bayang-Bayang Masa LaluAmira memandang jauh ke luar jendela, matanya terpaku pada hijaunya ladang yang membentang luas di depan rumah mereka. "Apa kita benar-benar aman?" tanyanya pelan, seolah berbicara lebih kepada dirinya sendiri daripada

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • Nisan Retak   Bab 10 Keberanian yang tertinggal ( lanjutan II )

    Setelah berbulan-bulan bersembunyi dan merencanakan langkah berikutnya, Amira dan Anzar akhirnya merasa saat yang tepat untuk mengungkapkan seluruh kebenaran. Mereka tahu bahwa dunia internasional kini menunggu bukti lebih lanjut yang dapat menghancurkan struktur kekuasaan yang telah lama dibangun oleh orang-orang yang berusaha menutupi skandal Mekarjaya Group.Persiapan Terakhir: Mengungkap SegalanyaHari itu, mereka berkumpul di ruang kecil yang menjadi markas sementara mereka. Indra, Via, dan beberapa kontak internasional yang telah mereka ajak bekerja sama semua berada di sana. Mereka mulai menyusun rencana besar untuk konferensi pers internasional yang akan mengungkapkan semua bukti yang mereka kumpulkan. Bukti-bukti ini bukan hanya berupa dokumen dan email yang telah mereka temukan, tetapi juga rekaman suara dan video yang menunjukkan bagaimana para elit ini merencanakan dan menjalankan konspirasi besar mereka."Ini lebih dari sekadar membongkar satu perusahaan atau individu," k

  • Nisan Retak   Bab 10 Keberanian yang tertinggal ( lanjutan )

    Setelah berhasil lolos dari serangan yang hampir fatal di rumah mereka, Amira dan Anzar tahu bahwa tak ada lagi waktu untuk berpikir panjang. Bahaya kini bukan hanya datang dari pihak Mekarjaya Group, tetapi juga dari seluruh sistem yang mereka coba ubah. Mereka merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Namun, semangat mereka tetap teguh, dan mereka tahu bahwa mereka berada di jalur yang benar meskipun risiko yang dihadapi semakin besar.Langkah Baru dalam PerjuanganMalam itu, setelah mereka berhasil melarikan diri dari kejaran orang-orang yang bekerja untuk Mekarjaya Group, mereka duduk di ruang bawah tanah yang gelap dan terlindung dari dunia luar. Rencana mereka yang sebelumnya tampak matang kini harus direvisi. Mereka tidak bisa lagi bekerja sembunyi-sembunyi atau secara terbuka di Jakarta. Perjuangan mereka kini harus lebih terorganisir dan terencana dengan sangat hati-hati.Via, yang sejak awal menjadi tulang punggung teknologi mereka, memberikan informasi terbaru mengenai pe

  • Nisan Retak   Bab 10 Keberanian yang tertinggal

    Meskipun mereka telah berhasil meruntuhkan salah satu jaringan korupsi terbesar di negara itu, Amira dan Anzar tahu bahwa perjuangan mereka baru saja dimulai. Tangan-tangan yang kuat yang dikendalikan oleh Subagio dan kroninya tidak akan hanya duduk diam setelah kalah dalam satu pertempuran besar. Mereka tahu bahwa banyak yang tersisa untuk diperbaiki, dan dunia mereka akan terus dipenuhi dengan bahaya yang mengintai.Beberapa minggu setelah konferensi pers yang mengungkap skandal besar itu, Amira dan Anzar duduk di ruang tamu dirumah kecil mereka, disebuah desa yang terpencil, jauh dari hiruk-pikuk Jakarta. Meskipun perasaan lega karena kemenangan mereka terasa, mereka juga merasa seolah-olah ada bayangan yang selalu mengikuti mereka.Menghadapi Bayang-Bayang Masa LaluAmira memandang jauh ke luar jendela, matanya terpaku pada hijaunya ladang yang membentang luas di depan rumah mereka. "Apa kita benar-benar aman?" tanyanya pelan, seolah berbicara lebih kepada dirinya sendiri daripada

  • Nisan Retak    Bab 9 Menyusup kedalam jaringan

    Amira dan Anzar kembali dari pertemuan dengan Ibu Susi dengan penuh tekad. Kini mereka memahami bahwa perjuangan mereka belum selesai. Berita tentang skandal Mekarjaya Group telah menyebar luas, memicu protes besar-besaran, tetapi Subagio Dormanjoyo dan kroninya masih bebas, melancarkan upaya untuk membungkam kebenaran. "Kita harus membuat langkah terakhir yang akan benar-benar menjatuhkan mereka," kata Amira saat mereka duduk di ruang kecil perlindungan polisi. "Semua bukti yang kita kumpulkan harus digunakan untuk menyerang inti jaringan mereka." Anzar mengangguk, matanya penuh keseriusan. "Tapi kita harus hati-hati. Mereka pasti akan meningkatkan pengawasan dan mencoba menjebak kita. Kita butuh rencana yang sangat matang." Strategi Baru Malam itu, Amira, Anzar, Indra, dan Via berkumpul di sebuah lokasi rahasia yang disediakan oleh jaringan jurnalis independen. Mereka mulai memetakan langkah-langkah berikutnya. Via, dengan keahliannya sebagai hacker, menemukan jejak transaksi mencur

  • Nisan Retak   Bab 8 Pertemuan dengan jaringan baru

    Amira, Anzar, dan Indra duduk di dalam pondok kecil milik Pak Alex. Malam semakin larut, namun suasana hening di luar hutan tidak membawa ketenangan. Mereka baru saja melarikan diri dari pengejaran sengit, dan kini mereka harus menyusun rencana matang untuk menghadapi ancaman Mekarjaya Group yang semakin nyata."Kita tidak bisa terus berlari," kata Amira, mencoba menenangkan napasnya. "Kita harus menyerang balik. Tapi dengan cara yang benar."Anzar menatap Amira dengan ragu. "Kita ini siapa? Mekarjaya punya koneksi, uang, dan orang-orang yang bersenjata. Kita cuma punya rekaman dan keberanian nekat."Indra, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Aku setuju dengan Amira. Kita memang kecil, tapi bukan berarti tidak bisa melawan. Kita harus mencari dukungan. Orang-orang yang juga dirugikan oleh Mekarjaya pasti ada. Kalau kita bisa mengumpulkan bukti lebih banyak, kita pasti punya peluang."Amira mengangguk, wajahnya menunjukkan tekad yang kuat. "Kita butuh jaringan. Orang-orang y

  • Nisan Retak   Bab 7 Bayang bayang kekuasaan

    Gang sempit itu menyelamatkan mereka sementara, tetapi Amira dan Anzar tahu mereka tidak bisa bersembunyi lama. Mobil hitam yang mengikuti mereka akhirnya pergi setelah beberapa menit, tetapi Amira yakin mereka hanya sementara kehilangan jejak."Kita harus segera meninggalkan kota," ujar Anzar, napasnya masih terengah. "Mereka pasti tahu kita sedang menyelidiki sesuatu. Kalau tidak segera bergerak, mereka akan menangkap kita.""Tidak," bantah Amira, meskipun tubuhnya sedikit gemetar. "Kita tidak bisa pergi sekarang. Semua ini dimulai di sini, dan aku yakin jawabannya ada di kota ini. Kita hanya perlu tempat yang lebih aman."Anzar terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, tapi kita tidak bisa sembarangan. Kita harus bergerak di bawah radar."Anzar kemudian menghubungi seorang kenalannya, Indra, yang bekerja sebagai mekanik di sebuah bengkel tua di pinggir kota. Indra dikenal sebagai pria yang jago mengotak-atik mobil, tetapi ia juga memiliki koneksi dengan jaringan informasi bawah t

  • Nisan Retak   Bab 7 Kebenaran dalam bayangan

    Amira dan Anzar kembali ke hotel mereka dengan kepala penuh pikiran. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, seolah udara kota ikut menyerap kegelapan dari rahasia yang mereka ungkap. Amira duduk di pinggir tempat tidur, menatap keluar jendela ke arah lampu-lampu kota yang berkelap-kelip, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapi langkah selanjutnya."Rudi menyebutkan sesuatu yang penting," kata Anzar, memecah keheningan. "Orang-orang di balik ini mungkin lebih sulit dijangkau daripada yang kita duga. Jika kita tidak hati-hati, kita akan menjadi target berikutnya."Amira mengangguk perlahan. "Tapi kita sudah terlalu jauh untuk mundur. Aku tidak bisa membiarkan mereka lolos begitu saja setelah apa yang mereka lakukan pada ayahku. Dia layak mendapatkan keadilan."Anzar menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Aku mengerti, Amira. Tapi kita harus merencanakan langkah kita dengan hati-hati. Jika tidak, kita mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk bertahan."Jejak Ba

  • Nisan Retak   Bab 6 Jejak yang tak terlihat

    Amira menatap kearah langit dimalam yang berkelap-kelip dengan mata yang penuh tekad. Angin kota yang dingin menerpa wajahnya, membawakan aroma tak dikenal yang jauh dari bau tanah desa mereka. Ia merasa terasing, namun semakin kuat dalam keyakinannya bahwa perjalanan ini adalah satu-satunya cara untuk mengungkap apa yang terjadi pada ayahnya. Ayah yang selama ini diam, menjaga jarak, dan akhirnya... hilang begitu saja."Amira, aku tahu kamu ingin tahu lebih banyak, tapi kita harus berhati-hati," kata Anzar dengan suara pelan, merujuk pada pertemuan mereka dengan mantan manajer proyek. "Semakin dalam kita menggali, semakin banyak bahaya yang mengintai kita."Amira menoleh ke arah Anzar, matanya yang tajam menunjukkan tekad yang tidak bisa digoyahkan. "Aku sudah tidak bisa mundur, Anzar. Apa yang sudah terjadi pada ayahku, dan proyek itu—semua ini terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja. Kita harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab."Anzar menghela napas panjang. Ia tahu betu

  • Nisan Retak   Bab 5 Kebenaran yang tersembunyi

    Amira merasa jantungnya berdegup lebih cepat begitu memasuki rumah yang luas namun terbengkalai itu. Pria tua yang membawa mereka masuk tampaknya sudah cukup lama hidup sendirian, dan rumah ini, meski besar, tampak seperti rumah yang tak terawat, penuh debu dan kesunyian. Setiap langkah Amira di atas lantai kayu yang berderit membuatnya merasa semakin dekat dengan rahasia yang selama ini tersimpan dan tersembunyi.Pria itu memimpin mereka menuju ruang tamu yang gelap. Cahaya matahari yang merembes dari jendela yang pecah memberi suasana yang suram dan menegangkan. Amira berusaha untuk tetap tenang, meskipun hatinya penuh dengan rasa penasaran yang mendalam. Ia harus mendapatkan jawaban.“Sugeng pernah tinggal di sini,” ujar pria itu, suara seraknya menggema di ruang yang sepi. “Namun, itu sudah lama sekali. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan dia setelah itu.”Amira menatapnya tajam. “Kenapa dia pergi meninggalkan rumah ini?”Pria itu menghela napas panjang, seolah memikirkan jawab

DMCA.com Protection Status