Beranda / Horor / Nisan Retak / Bab 5 Kebenaran yang tersembunyi

Share

Bab 5 Kebenaran yang tersembunyi

Penulis: tama17
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 23:53:33

Amira merasa jantungnya berdegup lebih cepat begitu memasuki rumah yang luas namun terbengkalai itu. Pria tua yang membawa mereka masuk tampaknya sudah cukup lama hidup sendirian, dan rumah ini, meski besar, tampak seperti rumah yang tak terawat, penuh debu dan kesunyian. Setiap langkah Amira di atas lantai kayu yang berderit membuatnya merasa semakin dekat dengan rahasia yang selama ini tersimpan dan tersembunyi.

Pria itu memimpin mereka menuju ruang tamu yang gelap. Cahaya matahari yang merembes dari jendela yang pecah memberi suasana yang suram dan menegangkan. Amira berusaha untuk tetap tenang, meskipun hatinya penuh dengan rasa penasaran yang mendalam. Ia harus mendapatkan jawaban.

“Sugeng pernah tinggal di sini,” ujar pria itu, suara seraknya menggema di ruang yang sepi. “Namun, itu sudah lama sekali. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan dia setelah itu.”

Amira menatapnya tajam. “Kenapa dia pergi meninggalkan rumah ini?”

Pria itu menghela napas panjang, seolah memikirkan jawaban yang tepat. “Sugeng bukanlah orang yang bisa ditahan. Dia seorang yang ambisius, Amira. Dia ingin lebih dari sekadar hidup biasa. Dia terlibat dalam banyak hal yang melibatkan uang dan kekuasaan. Aku rasa dia mulai merasa bahwa orang-orang di sekitarnya adalah hambatan bagi ambisinya sendiri.”

Am iramerasakan sesuatu yang aneh melingkupi dirinya. Kata-kata pria itu mengungkapkan sisi gelap dari Sugeng yang selama ini tidak pernah ia duga. Namun, ia merasa ada yang lebih besar lagi, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan begitu saja. “Apa yang dia lakukan setelah pergi meninggalkan rumah ini?”

Pria itu menatap Amira dengan tatapan penuh peringatan. “Sugeng pergi ke luar kota setelah meninggalkan rumah ini. Tetapi, dia tidak pergi begitu saja. Banyak yang percaya, dia masih mengendalikan banyak hal dari jauh. Orang-orang yang bekerja dengan dia—termasuk ayahmu—terlibat dalam proyek yang sangat besar. Sebuah proyek yang tidak pernah selesai.”

Amira merasakan tubuhnya kaku. “Proyek apa itu?”

Pria itu ragu sejenak, lalu mengangguk pelan. “Proyek itu adalah jalan raya yang seharusnya melintasi desa ini. Namun, ada hal-hal yang terjadi selama pembangunan itu yang banyak orang tidak tahu. Ayahmu mulai merasa bahwa Sugang berusaha mengendalikan semuanya, dan itu bukanlah hal yang sehat. Itu sebabnya, ayahmu mulai menarik diri dari proyek tersebut.”

Amira merasa tenggorokannya tercekat. “Kenapa ayahku tidak pernah memberitahuku tentang semua ini?”

Pria itu menatap Amira dengan penuh rasa kasihan. “Karena ayahmu tahu betul apa yang sedang terjadi. Dia tidak ingin kamu terlibat dalam masalah yang bisa membahayakan hidupmu.”

Amira terdiam. Kata-kata pria itu menggema di telinganya. Ayahnya sudah mengetahui bahaya yang mengancam dan memilih untuk menjaga jarak, bahkan dari anaknya sendiri. Amira merasa sebuah kepedihan yang dalam. Selama ini, ia berjuang dengan kebingungannya, berharap suatu hari ayahnya akan menjelaskan semuanya. Namun, kini ia tahu bahwa ayahnya telah mengetahui banyak hal, dan memilih untuk menyimpan semua itu sendirian.

“Jadi, Sugeng yang bertanggung jawab atas kecelakaan itu?” tanya Amira dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Pria itu menghela napas panjang, lalu mengangguk. “Banyak orang yang percaya itu bukan kecelakaan biasa. Ada yang merasa bahwa itu disengaja. Ada yang mengatakan, kecelakaan itu adalah cara untuk menghilangkan hambatan terbesar dalam proyek itu. Ayahmu adalah penghalang bagi Sugeng.”

Amira merasa seolah-olah dunia sekitarnya berputar. Semua yang selama ini ia tahu tentang kematian orang tuanya mulai terasa tak lagi pasti. Setiap informasi baru hanya menambah kegelapan dalam benaknya.

“Dimana aku bisa menemui Sugeng?” tanya Amira, dengan suara yang penuh tekad.

Pria itu menatapnya dengan serius. “Sugeng sudah lama pergi, Amira. Tapi jejaknya masih ada. Jika kamu ingin menemui dia, kamu harus tahu satu hal: Sugeng adalah orang yang tidak mudah dijangkau. Dia punya koneksi di banyak tempat, dan dia tidak segan untuk menggunakan kekuatan yang dia miliki.”

Amira mengangguk, tekadnya semakin kuat. Ia tidak akan berhenti sekarang. Bagaimanapun juga, ia harus mendapatkan jawaban, meski itu berarti harus menghadapi bahaya yang tak terduga.


Jejak yang Terlupakan

Setelah meninggalkan rumah pria tua itu, Amira kembali ke rumah keluarganya, namun ia tahu bahwa ia tidak bisa tinggal diam. Ia harus menemukan Sugeng priono, meskipun itu berarti memasuki dunia yang gelap dan penuh dengan kekuatan yang bisa menghancurkannya.

Di rumah, Amira kembali memeriksa arsip dan dokumen yang ia temukan sebelumnya. Kali ini, ia menemukan sebuah petunjuk baru: sebuah surat dari Sugeng yang ditujukan kepada ayahnya. Surat itu terlihat biasa saja pada pandangan pertama, namun ada sesuatu yang sangat mencurigakan dari isinya.

“Ayah, saya percaya proyek ini akan menguntungkan kita semua. Tapi saya juga tahu, kita harus bergerak cepat jika kita ingin memastikan kesuksesannya. Terkadang, kita harus membuat keputusan yang sulit. Saya harap kita bisa bekerja sama lebih erat, karena saya percaya kita bisa mencapai lebih banyak bersama. – Sugeng priono”

Surat itu tidak menjelaskan apa pun secara jelas, namun Amira bisa merasakan ada ketegangan di balik kata-kata tersebut. Keputusan yang sulit? Apa yang dimaksud Sugeng? Amira merasa semakin terperangkap dalam sebuah jaringan besar yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya. Namun, satu hal yang pasti: ayahnya pasti mengetahui sesuatu yang sangat penting, dan ia harus menemukan apa itu.

Amira pun memutuskan untuk pergi ke tempat terakhir yang dikaitkan dengan Sugeng: sebuah perusahaan konstruksi besar yang ia temukan dalam dokumen-dokumen itu. Perusahaan itu terletak di kota besar, jauh dari desa yang tenang ini. Jika Sugeng masih terlibat dalam proyek besar, perusahaan itu mungkin memiliki informasi yang sangat penting.


Pencarian ke Kota Besar

Anzar menemani Amira dalam perjalanan mereka ke kota besar. disepanjang perjalanan, Amira terbenam dalam pikirannya sendiri, bertanya-tanya apa yang akan ia temui di sana. Anzar yang duduk di sampingnya tampak cemas, namun ia tidak berkata banyak. Ia tahu betul bahwa Laila tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan jawaban yang ia cari.

Mereka tiba di kota besar pada malam hari. Jalanan yang sibuk dan lampu-lampu kota yang gemerlap terasa sangat berbeda dengan suasana desa yang sepi dan tenang. Mereka menuju ke sebuah gedung tinggi yang menjadi markas besar perusahaan konstruksi tempat Sugeng pernah bekerja. Gedung itu terlihat megah, penuh dengan aktivitas, namun tidak ada yang tahu apa yang terjadi di balik pintu-pintu tertutup.

Amira dan Anzar masuk ke dalam gedung itu, dan setelah beberapa lama mencari, mereka berhasil bertemu dengan seorang karyawan yang cukup lama bekerja di sana. Pria itu tampaknya ragu untuk berbicara, namun setelah beberapa bujuk rayu, ia akhirnya setuju untuk memberi sedikit informasi.

“Sugeng... dia sudah tidak bekerja di sini lagi,” ujar pria itu, suaranya pelan, seolah takut ada yang mendengar. “Tapi... ada sesuatu yang tidak beres dengan proyek terakhir yang dia kerjakan. Itu proyek jalan raya yang melintasi desa kalian. Ada banyak hal yang disembunyikan tentang proyek itu.”

Amira menatap pria itu dengan penuh harapan. “Apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi di proyek itu?”

Pria itu menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya. “Ada yang salah dengan cara Sugeng menangani proyek itu. Dia terlibat dalam banyak kesepakatan yang tidak transparan, dan ada hal-hal yang sangat gelap yang terjadi di balik layar. Orang-orang yang terlibat, mereka tidak bisa keluar begitu saja.”

Amira merasa darahnya berdesir. Setiap kata yang keluar dari mulut pria itu semakin membuka tirai misteri yang selama ini meliputi kematian kedua orang tuanya.

“Jadi, Sugeng sudah tahu lebih banyak tentang kematian ayahku?” tanya Amira dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Pria itu hanya mengangguk, dan Amira tahu bahwa ia semakin dekat untuk mengungkapkan kebenaran yang telah lama tersembunyi.

Bab terkait

  • Nisan Retak   Bab 6 Jejak yang tak terlihat

    Amira menatap kearah langit dimalam yang berkelap-kelip dengan mata yang penuh tekad. Angin kota yang dingin menerpa wajahnya, membawakan aroma tak dikenal yang jauh dari bau tanah desa mereka. Ia merasa terasing, namun semakin kuat dalam keyakinannya bahwa perjalanan ini adalah satu-satunya cara untuk mengungkap apa yang terjadi pada ayahnya. Ayah yang selama ini diam, menjaga jarak, dan akhirnya... hilang begitu saja."Amira, aku tahu kamu ingin tahu lebih banyak, tapi kita harus berhati-hati," kata Anzar dengan suara pelan, merujuk pada pertemuan mereka dengan mantan manajer proyek. "Semakin dalam kita menggali, semakin banyak bahaya yang mengintai kita."Amira menoleh ke arah Anzar, matanya yang tajam menunjukkan tekad yang tidak bisa digoyahkan. "Aku sudah tidak bisa mundur, Anzar. Apa yang sudah terjadi pada ayahku, dan proyek itu—semua ini terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja. Kita harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab."Anzar menghela napas panjang. Ia tahu betu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Nisan Retak   Bab 7 Kebenaran dalam bayangan

    Amira dan Anzar kembali ke hotel mereka dengan kepala penuh pikiran. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, seolah udara kota ikut menyerap kegelapan dari rahasia yang mereka ungkap. Amira duduk di pinggir tempat tidur, menatap keluar jendela ke arah lampu-lampu kota yang berkelap-kelip, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapi langkah selanjutnya."Rudi menyebutkan sesuatu yang penting," kata Anzar, memecah keheningan. "Orang-orang di balik ini mungkin lebih sulit dijangkau daripada yang kita duga. Jika kita tidak hati-hati, kita akan menjadi target berikutnya."Amira mengangguk perlahan. "Tapi kita sudah terlalu jauh untuk mundur. Aku tidak bisa membiarkan mereka lolos begitu saja setelah apa yang mereka lakukan pada ayahku. Dia layak mendapatkan keadilan."Anzar menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Aku mengerti, Amira. Tapi kita harus merencanakan langkah kita dengan hati-hati. Jika tidak, kita mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk bertahan."Jejak Ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Nisan Retak   Bab 7 Bayang bayang kekuasaan

    Gang sempit itu menyelamatkan mereka sementara, tetapi Amira dan Anzar tahu mereka tidak bisa bersembunyi lama. Mobil hitam yang mengikuti mereka akhirnya pergi setelah beberapa menit, tetapi Amira yakin mereka hanya sementara kehilangan jejak."Kita harus segera meninggalkan kota," ujar Anzar, napasnya masih terengah. "Mereka pasti tahu kita sedang menyelidiki sesuatu. Kalau tidak segera bergerak, mereka akan menangkap kita.""Tidak," bantah Amira, meskipun tubuhnya sedikit gemetar. "Kita tidak bisa pergi sekarang. Semua ini dimulai di sini, dan aku yakin jawabannya ada di kota ini. Kita hanya perlu tempat yang lebih aman."Anzar terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, tapi kita tidak bisa sembarangan. Kita harus bergerak di bawah radar."Anzar kemudian menghubungi seorang kenalannya, Indra, yang bekerja sebagai mekanik di sebuah bengkel tua di pinggir kota. Indra dikenal sebagai pria yang jago mengotak-atik mobil, tetapi ia juga memiliki koneksi dengan jaringan informasi bawah t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Nisan Retak   Bab 8 Pertemuan dengan jaringan baru

    Amira, Anzar, dan Indra duduk di dalam pondok kecil milik Pak Alex. Malam semakin larut, namun suasana hening di luar hutan tidak membawa ketenangan. Mereka baru saja melarikan diri dari pengejaran sengit, dan kini mereka harus menyusun rencana matang untuk menghadapi ancaman Mekarjaya Group yang semakin nyata."Kita tidak bisa terus berlari," kata Amira, mencoba menenangkan napasnya. "Kita harus menyerang balik. Tapi dengan cara yang benar."Anzar menatap Amira dengan ragu. "Kita ini siapa? Mekarjaya punya koneksi, uang, dan orang-orang yang bersenjata. Kita cuma punya rekaman dan keberanian nekat."Indra, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Aku setuju dengan Amira. Kita memang kecil, tapi bukan berarti tidak bisa melawan. Kita harus mencari dukungan. Orang-orang yang juga dirugikan oleh Mekarjaya pasti ada. Kalau kita bisa mengumpulkan bukti lebih banyak, kita pasti punya peluang."Amira mengangguk, wajahnya menunjukkan tekad yang kuat. "Kita butuh jaringan. Orang-orang y

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Nisan Retak    Bab 9 Menyusup kedalam jaringan

    Amira dan Anzar kembali dari pertemuan dengan Ibu Susi dengan penuh tekad. Kini mereka memahami bahwa perjuangan mereka belum selesai. Berita tentang skandal Mekarjaya Group telah menyebar luas, memicu protes besar-besaran, tetapi Subagio Dormanjoyo dan kroninya masih bebas, melancarkan upaya untuk membungkam kebenaran. "Kita harus membuat langkah terakhir yang akan benar-benar menjatuhkan mereka," kata Amira saat mereka duduk di ruang kecil perlindungan polisi. "Semua bukti yang kita kumpulkan harus digunakan untuk menyerang inti jaringan mereka." Anzar mengangguk, matanya penuh keseriusan. "Tapi kita harus hati-hati. Mereka pasti akan meningkatkan pengawasan dan mencoba menjebak kita. Kita butuh rencana yang sangat matang." Strategi Baru Malam itu, Amira, Anzar, Indra, dan Via berkumpul di sebuah lokasi rahasia yang disediakan oleh jaringan jurnalis independen. Mereka mulai memetakan langkah-langkah berikutnya. Via, dengan keahliannya sebagai hacker, menemukan jejak transaksi mencur

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Nisan Retak   Bab 10 Keberanian yang tertinggal

    Meskipun mereka telah berhasil meruntuhkan salah satu jaringan korupsi terbesar di negara itu, Amira dan Anzar tahu bahwa perjuangan mereka baru saja dimulai. Tangan-tangan yang kuat yang dikendalikan oleh Subagio dan kroninya tidak akan hanya duduk diam setelah kalah dalam satu pertempuran besar. Mereka tahu bahwa banyak yang tersisa untuk diperbaiki, dan dunia mereka akan terus dipenuhi dengan bahaya yang mengintai.Beberapa minggu setelah konferensi pers yang mengungkap skandal besar itu, Amira dan Anzar duduk di ruang tamu dirumah kecil mereka, disebuah desa yang terpencil, jauh dari hiruk-pikuk Jakarta. Meskipun perasaan lega karena kemenangan mereka terasa, mereka juga merasa seolah-olah ada bayangan yang selalu mengikuti mereka.Menghadapi Bayang-Bayang Masa LaluAmira memandang jauh ke luar jendela, matanya terpaku pada hijaunya ladang yang membentang luas di depan rumah mereka. "Apa kita benar-benar aman?" tanyanya pelan, seolah berbicara lebih kepada dirinya sendiri daripada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Nisan Retak   Bab 10 Keberanian yang tertinggal ( lanjutan )

    Setelah berhasil lolos dari serangan yang hampir fatal di rumah mereka, Amira dan Anzar tahu bahwa tak ada lagi waktu untuk berpikir panjang. Bahaya kini bukan hanya datang dari pihak Mekarjaya Group, tetapi juga dari seluruh sistem yang mereka coba ubah. Mereka merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Namun, semangat mereka tetap teguh, dan mereka tahu bahwa mereka berada di jalur yang benar meskipun risiko yang dihadapi semakin besar.Langkah Baru dalam PerjuanganMalam itu, setelah mereka berhasil melarikan diri dari kejaran orang-orang yang bekerja untuk Mekarjaya Group, mereka duduk di ruang bawah tanah yang gelap dan terlindung dari dunia luar. Rencana mereka yang sebelumnya tampak matang kini harus direvisi. Mereka tidak bisa lagi bekerja sembunyi-sembunyi atau secara terbuka di Jakarta. Perjuangan mereka kini harus lebih terorganisir dan terencana dengan sangat hati-hati.Via, yang sejak awal menjadi tulang punggung teknologi mereka, memberikan informasi terbaru mengenai pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Nisan Retak   Bab 10 Keberanian yang tertinggal ( lanjutan II )

    Setelah berbulan-bulan bersembunyi dan merencanakan langkah berikutnya, Amira dan Anzar akhirnya merasa saat yang tepat untuk mengungkapkan seluruh kebenaran. Mereka tahu bahwa dunia internasional kini menunggu bukti lebih lanjut yang dapat menghancurkan struktur kekuasaan yang telah lama dibangun oleh orang-orang yang berusaha menutupi skandal Mekarjaya Group.Persiapan Terakhir: Mengungkap SegalanyaHari itu, mereka berkumpul di ruang kecil yang menjadi markas sementara mereka. Indra, Via, dan beberapa kontak internasional yang telah mereka ajak bekerja sama semua berada di sana. Mereka mulai menyusun rencana besar untuk konferensi pers internasional yang akan mengungkapkan semua bukti yang mereka kumpulkan. Bukti-bukti ini bukan hanya berupa dokumen dan email yang telah mereka temukan, tetapi juga rekaman suara dan video yang menunjukkan bagaimana para elit ini merencanakan dan menjalankan konspirasi besar mereka."Ini lebih dari sekadar membongkar satu perusahaan atau individu," k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18

Bab terbaru

  • Nisan Retak   Bab 10 Keberanian yang tertinggal ( lanjutan II )

    Setelah berbulan-bulan bersembunyi dan merencanakan langkah berikutnya, Amira dan Anzar akhirnya merasa saat yang tepat untuk mengungkapkan seluruh kebenaran. Mereka tahu bahwa dunia internasional kini menunggu bukti lebih lanjut yang dapat menghancurkan struktur kekuasaan yang telah lama dibangun oleh orang-orang yang berusaha menutupi skandal Mekarjaya Group.Persiapan Terakhir: Mengungkap SegalanyaHari itu, mereka berkumpul di ruang kecil yang menjadi markas sementara mereka. Indra, Via, dan beberapa kontak internasional yang telah mereka ajak bekerja sama semua berada di sana. Mereka mulai menyusun rencana besar untuk konferensi pers internasional yang akan mengungkapkan semua bukti yang mereka kumpulkan. Bukti-bukti ini bukan hanya berupa dokumen dan email yang telah mereka temukan, tetapi juga rekaman suara dan video yang menunjukkan bagaimana para elit ini merencanakan dan menjalankan konspirasi besar mereka."Ini lebih dari sekadar membongkar satu perusahaan atau individu," k

  • Nisan Retak   Bab 10 Keberanian yang tertinggal ( lanjutan )

    Setelah berhasil lolos dari serangan yang hampir fatal di rumah mereka, Amira dan Anzar tahu bahwa tak ada lagi waktu untuk berpikir panjang. Bahaya kini bukan hanya datang dari pihak Mekarjaya Group, tetapi juga dari seluruh sistem yang mereka coba ubah. Mereka merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Namun, semangat mereka tetap teguh, dan mereka tahu bahwa mereka berada di jalur yang benar meskipun risiko yang dihadapi semakin besar.Langkah Baru dalam PerjuanganMalam itu, setelah mereka berhasil melarikan diri dari kejaran orang-orang yang bekerja untuk Mekarjaya Group, mereka duduk di ruang bawah tanah yang gelap dan terlindung dari dunia luar. Rencana mereka yang sebelumnya tampak matang kini harus direvisi. Mereka tidak bisa lagi bekerja sembunyi-sembunyi atau secara terbuka di Jakarta. Perjuangan mereka kini harus lebih terorganisir dan terencana dengan sangat hati-hati.Via, yang sejak awal menjadi tulang punggung teknologi mereka, memberikan informasi terbaru mengenai pe

  • Nisan Retak   Bab 10 Keberanian yang tertinggal

    Meskipun mereka telah berhasil meruntuhkan salah satu jaringan korupsi terbesar di negara itu, Amira dan Anzar tahu bahwa perjuangan mereka baru saja dimulai. Tangan-tangan yang kuat yang dikendalikan oleh Subagio dan kroninya tidak akan hanya duduk diam setelah kalah dalam satu pertempuran besar. Mereka tahu bahwa banyak yang tersisa untuk diperbaiki, dan dunia mereka akan terus dipenuhi dengan bahaya yang mengintai.Beberapa minggu setelah konferensi pers yang mengungkap skandal besar itu, Amira dan Anzar duduk di ruang tamu dirumah kecil mereka, disebuah desa yang terpencil, jauh dari hiruk-pikuk Jakarta. Meskipun perasaan lega karena kemenangan mereka terasa, mereka juga merasa seolah-olah ada bayangan yang selalu mengikuti mereka.Menghadapi Bayang-Bayang Masa LaluAmira memandang jauh ke luar jendela, matanya terpaku pada hijaunya ladang yang membentang luas di depan rumah mereka. "Apa kita benar-benar aman?" tanyanya pelan, seolah berbicara lebih kepada dirinya sendiri daripada

  • Nisan Retak    Bab 9 Menyusup kedalam jaringan

    Amira dan Anzar kembali dari pertemuan dengan Ibu Susi dengan penuh tekad. Kini mereka memahami bahwa perjuangan mereka belum selesai. Berita tentang skandal Mekarjaya Group telah menyebar luas, memicu protes besar-besaran, tetapi Subagio Dormanjoyo dan kroninya masih bebas, melancarkan upaya untuk membungkam kebenaran. "Kita harus membuat langkah terakhir yang akan benar-benar menjatuhkan mereka," kata Amira saat mereka duduk di ruang kecil perlindungan polisi. "Semua bukti yang kita kumpulkan harus digunakan untuk menyerang inti jaringan mereka." Anzar mengangguk, matanya penuh keseriusan. "Tapi kita harus hati-hati. Mereka pasti akan meningkatkan pengawasan dan mencoba menjebak kita. Kita butuh rencana yang sangat matang." Strategi Baru Malam itu, Amira, Anzar, Indra, dan Via berkumpul di sebuah lokasi rahasia yang disediakan oleh jaringan jurnalis independen. Mereka mulai memetakan langkah-langkah berikutnya. Via, dengan keahliannya sebagai hacker, menemukan jejak transaksi mencur

  • Nisan Retak   Bab 8 Pertemuan dengan jaringan baru

    Amira, Anzar, dan Indra duduk di dalam pondok kecil milik Pak Alex. Malam semakin larut, namun suasana hening di luar hutan tidak membawa ketenangan. Mereka baru saja melarikan diri dari pengejaran sengit, dan kini mereka harus menyusun rencana matang untuk menghadapi ancaman Mekarjaya Group yang semakin nyata."Kita tidak bisa terus berlari," kata Amira, mencoba menenangkan napasnya. "Kita harus menyerang balik. Tapi dengan cara yang benar."Anzar menatap Amira dengan ragu. "Kita ini siapa? Mekarjaya punya koneksi, uang, dan orang-orang yang bersenjata. Kita cuma punya rekaman dan keberanian nekat."Indra, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Aku setuju dengan Amira. Kita memang kecil, tapi bukan berarti tidak bisa melawan. Kita harus mencari dukungan. Orang-orang yang juga dirugikan oleh Mekarjaya pasti ada. Kalau kita bisa mengumpulkan bukti lebih banyak, kita pasti punya peluang."Amira mengangguk, wajahnya menunjukkan tekad yang kuat. "Kita butuh jaringan. Orang-orang y

  • Nisan Retak   Bab 7 Bayang bayang kekuasaan

    Gang sempit itu menyelamatkan mereka sementara, tetapi Amira dan Anzar tahu mereka tidak bisa bersembunyi lama. Mobil hitam yang mengikuti mereka akhirnya pergi setelah beberapa menit, tetapi Amira yakin mereka hanya sementara kehilangan jejak."Kita harus segera meninggalkan kota," ujar Anzar, napasnya masih terengah. "Mereka pasti tahu kita sedang menyelidiki sesuatu. Kalau tidak segera bergerak, mereka akan menangkap kita.""Tidak," bantah Amira, meskipun tubuhnya sedikit gemetar. "Kita tidak bisa pergi sekarang. Semua ini dimulai di sini, dan aku yakin jawabannya ada di kota ini. Kita hanya perlu tempat yang lebih aman."Anzar terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, tapi kita tidak bisa sembarangan. Kita harus bergerak di bawah radar."Anzar kemudian menghubungi seorang kenalannya, Indra, yang bekerja sebagai mekanik di sebuah bengkel tua di pinggir kota. Indra dikenal sebagai pria yang jago mengotak-atik mobil, tetapi ia juga memiliki koneksi dengan jaringan informasi bawah t

  • Nisan Retak   Bab 7 Kebenaran dalam bayangan

    Amira dan Anzar kembali ke hotel mereka dengan kepala penuh pikiran. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, seolah udara kota ikut menyerap kegelapan dari rahasia yang mereka ungkap. Amira duduk di pinggir tempat tidur, menatap keluar jendela ke arah lampu-lampu kota yang berkelap-kelip, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapi langkah selanjutnya."Rudi menyebutkan sesuatu yang penting," kata Anzar, memecah keheningan. "Orang-orang di balik ini mungkin lebih sulit dijangkau daripada yang kita duga. Jika kita tidak hati-hati, kita akan menjadi target berikutnya."Amira mengangguk perlahan. "Tapi kita sudah terlalu jauh untuk mundur. Aku tidak bisa membiarkan mereka lolos begitu saja setelah apa yang mereka lakukan pada ayahku. Dia layak mendapatkan keadilan."Anzar menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Aku mengerti, Amira. Tapi kita harus merencanakan langkah kita dengan hati-hati. Jika tidak, kita mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk bertahan."Jejak Ba

  • Nisan Retak   Bab 6 Jejak yang tak terlihat

    Amira menatap kearah langit dimalam yang berkelap-kelip dengan mata yang penuh tekad. Angin kota yang dingin menerpa wajahnya, membawakan aroma tak dikenal yang jauh dari bau tanah desa mereka. Ia merasa terasing, namun semakin kuat dalam keyakinannya bahwa perjalanan ini adalah satu-satunya cara untuk mengungkap apa yang terjadi pada ayahnya. Ayah yang selama ini diam, menjaga jarak, dan akhirnya... hilang begitu saja."Amira, aku tahu kamu ingin tahu lebih banyak, tapi kita harus berhati-hati," kata Anzar dengan suara pelan, merujuk pada pertemuan mereka dengan mantan manajer proyek. "Semakin dalam kita menggali, semakin banyak bahaya yang mengintai kita."Amira menoleh ke arah Anzar, matanya yang tajam menunjukkan tekad yang tidak bisa digoyahkan. "Aku sudah tidak bisa mundur, Anzar. Apa yang sudah terjadi pada ayahku, dan proyek itu—semua ini terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja. Kita harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab."Anzar menghela napas panjang. Ia tahu betu

  • Nisan Retak   Bab 5 Kebenaran yang tersembunyi

    Amira merasa jantungnya berdegup lebih cepat begitu memasuki rumah yang luas namun terbengkalai itu. Pria tua yang membawa mereka masuk tampaknya sudah cukup lama hidup sendirian, dan rumah ini, meski besar, tampak seperti rumah yang tak terawat, penuh debu dan kesunyian. Setiap langkah Amira di atas lantai kayu yang berderit membuatnya merasa semakin dekat dengan rahasia yang selama ini tersimpan dan tersembunyi.Pria itu memimpin mereka menuju ruang tamu yang gelap. Cahaya matahari yang merembes dari jendela yang pecah memberi suasana yang suram dan menegangkan. Amira berusaha untuk tetap tenang, meskipun hatinya penuh dengan rasa penasaran yang mendalam. Ia harus mendapatkan jawaban.“Sugeng pernah tinggal di sini,” ujar pria itu, suara seraknya menggema di ruang yang sepi. “Namun, itu sudah lama sekali. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan dia setelah itu.”Amira menatapnya tajam. “Kenapa dia pergi meninggalkan rumah ini?”Pria itu menghela napas panjang, seolah memikirkan jawab

DMCA.com Protection Status