Banyu telah kembali. Mungkin Sara melihat kesedihan dan kehilangannya terhadap Hira masih ada. Beberapa kali Banyu masih suka termenung, tetapi kabar baiknya, He recovered so fast. Buktinya Banyu sudah menjahili Sara kembali. Kerlingan mata jailnya, senyum miringnya dan gestur menyebalkannya sudah kembali lagi. Sara senang meski dengan risiko ia akan kesal sepanjang hari karenanya. Namun ini lebih baik daripada melihat Banyu menahan emosi dan diam. Itu lebih mengerikan."Mobil kamu mana?""Di kantor. Aku ke sini pakai taksi online." Banyu meringis menunjukkan barisan giginya."Ck! Dasar!" Sara pun melempar kunci mobilnya kepada Banyu yang sudah berjalan ke sisi kanan mobil.Banyu menangkap kunci itu dan membuka mobilnya. Mereka pun meninggalkan halaman kantor om Derry. Banyu tetaplah Banyu. Ada saja idenya untuk tidak melewatkan makan siang bersama Sara. Mereka pun akhirnya makan di sebuah restoran jepang yang cukup terkenal. Beberapa me
"Pelan-pelan bisa gak sih?!" rajuk Sara yang sedang fokus memoleskan lipstik di bibirnya sambil mengaca."Kita telat Ra." ujar Banyu."Salah siapa?" tanya Sara yang sudah menatap Banyu penuh kesal.Oh tentu saja salah keduanya. Bisa-bisanya Banyu menggoda Sara hanya karena perempuan ini berpenampilan berbeda dari biasanya. Sara tampak begitu cantik dan menarik dimatanya. Sementara Sara, diam-diam juga terbuai saat Banyu mencium bibirnya lembut. Namun lama-lama ciuman itu semakin panas dan hampir saja mereka tidak jadi berangkat kondangan. Kalau saja Ardi tidak telepon dan menyuruh Banyu cepat datang, maka sofa ruang tengah itu mungkin menjadi saksi mengapa mereka bolos kondangan malam ini.Sial!"Ya salah kamu lah. Kalau kamu mencegah aku, kita gak akan ciuman selama itu di sofa. Lagian kamu kelihatan menikmati kok." protes Banyu tidak mau kalah."Heh! Kok aku? Yang mulai siapa? Kamu kan?!"Keduanya saling menyalahkan. "Gini ya Sara, ibarat aku jual kamu beli. Kalau aku jual tapi kam
Di atas panggung di ballroom yang besar itu, sang MC mengintruksikan pasangan-pasangan tersebut untuk berdiri berhadapan dan memposisikan diri masing-masing. "Bay, serius kita dansa di atas sini dan dilihatin semua tamu undangan? Kita turun aja lah!" bisik Sara."Kita gak sendiri, itu ada pasangan lain," ujar Banyu menunjuk pasangan-pasangan yang dipanggil juga, tapi jaraknya jauh-jauhan karena saking luasnya altar ini.Jujur, Sara sedikit malu dilihat banyak orang begini. Namun sebelum ia protes lagi, Banyu sudah memandu tangan kiri Sara untuk bersandar di atas bahunya. Sementara tangan Kanan Banyu mendarat di tulang belikat Sara dengan lembut. Lalu tangan kiri Banyu menggandeng tangan kanan Sara dan mengisi jemari-jemari itu dengan jemarinya. Lelaki itu mengangkat sejajar dengan mata Sara. Tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah.Alunan musik dansa itu pun mulai terdengar.Sara bisa berdansa, tetapi jika situasinya mendadak dan
Banyu dan Sara tak mengerti, mengapa mereka begitu menggebu malam ini. Mungkin faktor penampilan yang berbeda dari biasanya dan saling mengagumi satu sama lain, sehingga membuat gairah mereka tak bisa di tahan lebih lama. Banyu menawan malam ini, Sara pun begitu cantik dengan riasan dan gaun hitam sederhana yang anggun. Atau bisa jadi juga karena faktor lain; perasaan hangat yang mereka mulai sadari dan itu mungkin saja benih-benih cinta.Sara duduk di pangkuan Banyu, menyusuri dada bidang itu dan membuka kancingnya satu per satu. Ini gila. Tanpa sempat berdiskusi, mereka akhirnya mengikuti naluri masing-masing dan tidak peduli lagi bahwa mereka kini ada di dalam mobil di parkiran yang gelap. Sementara Banyu masih memagut bibir Sara, menyesapnya dan menjelajahi setiap gigi-giginya hingga membelai lidah dengan tergesa. Menuntut lebih dalam dan dalam. Tangan Banyu tentu saja aktif juga menyusuri bagian tubuh Sara. Bermain di atas dada Sara yang masih terbungkus oleh dress brokat hitam.
Gara-gara bibir Babal yang kemes itu, Sara jadi harus effort untuk meyakinkan mbak Yah kalau apa yang di dengarnya itu salah. Sara sampai harus mengikuti setiap kegiatan mbak Yah di rumah ini, termasuk ngepel lantai, bersihin perabotan dan banyak hal.Sara menyengir. "Babal memang suka bercanda Mbak. Mulutnya tercipta buat jadi lambe turah.""Oh gitu ya neng?" ujar mbak Yah yang masih agak sinis.Sara tidak tahu mengapa Mbak Yah jadi bersikap aneh setelah mendengar celetukan Babal yang sebenarnya memang fakta itu. Apa Mbak Yah sangat kecewa kalau memang asumsinya benar soal Sara dan Banyu menikah kontrak?Ah! Babal juga sih mulutnya tidak bisa di kontrol, main jeplak saja padahal sudah tahu ini rumah orang dan di dalamnya tidak hanya mereka berdua saja. Kalau begini kan Sara yang repot. Jangan sampai mbak Yah mempercayai omongan itu jika tidak mau mami Lucy juga tahu. Masalahnya, mami Lucy sangat mempercayai mbak Yah. Jujur, Sara belum siap mengec
Setelah video call dengan mami Lucy, mereka memutuskan untuk menghabiskan malam dengan menonton film dan order makanan online. Saking serunya, mereka sampai order beberapa kali dengan menu makanan yang berbeda."Ah, kenapa mati sih cowoknya? Gak asyik banget!" umpat Sara sambil memasukkan ke dalam mulutnya.Ia masih bersila di atas sofa dan menyandarkan punggungnya dengan santai."Percaya atau enggak, dari awal sampai akhir film, kamu nontonnya asyik banget. Kenapa baru bilang gak asyik di akhir?" ujar Banyu."Iya juga sih, tapi tetep aja bikin patah hati, masak ceweknya ditinggal mati, Bay.""Yah namanya juga film." sahut Banyu santai.Akan tetapi, di sebelahnya, Sara sudah mengusap air mata. Perasaan baru saja protes soal filmnya, tiba-tiba perempuan ini sudah menangis. Mungkin ini sebabnya banyak perempuan yang tidak suka menonton film sad ending, karena mereka sesensitif ini."Ra, kok nangis?" tanya Banyu yang sudah membalik tubuhnya menghadap Sara."Sedih tahu Bay kalau jadi cewek
"Mau taruhan?" tanya Banyu."Soal?" Sara mengernyitkan keningnya. "Sebenarnya siapa diantara kita yang jatuh cinta duluan."Sara tersenyum miring. Sudah pasti Banyu duluan kan? Banyu yang terlalu menganggap serius permintaan konyolnya, Banyu yang sejak awal bersikap seolah suami sungguhan dengan bilang akan bertanggung-jawab atas Sara secara penuh dan Banyu yang selama ini banyak memperhatikannya. Benar bukan? "Kalau terbukti kamu duluan, kamu mau kasih apa ke aku?" tantang Sara begitu berani.Ia sendiri yakin, jika ia tidak merasakan jatuh cinta di awal pernikahan mereka. Justru ia yang paling cuek diantara mereka berdua."Aku kasih apapun yang kamu mau. Tiket liburan keliling Indonesia, London, Swiss pakai first class? Stay cation di Maldive? Atau barang branded, terserah. Tapi kalau terbukti kamu duluan?"Hmm... tawaran yang menggiurkan, batin Sara."Aku bakalan melakukan apa yang kamu mau.""Apapun?" tanya Banyu. Ia sendiri begitu optimis."Yap, apapun. Deal?" Sara mengulurkan ta
Sara semakin memberi jarak pada Banyu dan menarik tangannya dari perut lelaki itu. Wajahnya mulai cemberut dan ia memutar badannya memunggungi Banyu. Sebetulnya Sara bingung, selain kekhawatiran itu, mengapa papa dan Banyu melarangnya. Padahal risiko bisa di minimalkan dengan persiapan yang matang dan mempelajari kisi-kisi pendakian gunung."Kamu ngambek?" tanya Banyu seraya mengulurkan tangannya untuk melingkari purut dan memeluk Sara dari belakang.'Pakai nanya!' umpat Sara dalam hati.Banyu mendaratkan dagunya di atas kepala Sara. Sepertinya ia harus lebih effort untuk membujuk Sara kali ini. Masalahnya Banyu tahu banyak latar belakang perusahaan itu. "Kamu pasti gak ngulik dulu.""Buat apa? Mereka udah terbukti perusahaan yang profesional."Banyu mendengus. "Mereka bakar uang buat bayar selebgram dan influencer kayak kamu, buat bayar reviewer biar kesannya perusahaan itu kredible. Kamu gak tahu?"Sara menggeleng. "Jangan sok tahu."Sara semakin kesal. Bisa-bisanya Banyu menjelekkan
"Ish! Salah siapa sih kamu buru-buru, sampai gak lihat jalan?"Sara meniup-niup kening Banyu. Lelaki itu kemarin baru saja mendapatkan lima jahitan akibat menabrak pinggiran pintu dan bocor."Aku panik Hon waktu dengar Bumi nangis kejer. Jadi aku lari gak lihat-lihat. Mana baru bangun tidur di sofa, terus ingetnya masih rumah lama.""Ck! Bumi nangis kan wajar sayang. Kalau gak minta susu ya gak nyaman. Kamu gak perlu sepanik itu." Kini, Sara mengusap pelan perban sekitar perban itu dan menyelipkan rambut ikal Banyu ke belakang.Tangan Banyu melingkar di pinggang Sara yang berdiri di depannya. "Iya, maaf. Lain kali aku hati-hati."Banyu mendongak dan menatap istrinya yang serius sekali meniup luka Banyu tersebut. "Honey, Kiss me a little, please!" katanya dengan nada berbisik."Gak bisa, kita harus segera keluar sekarang. Itu udah rame loh. Gak sopan membuat mereka nunggu." tolak Sara.Banyu memberengut. "Satu k
"Kenapa, Hon?" tanya Banyu saat Sara terlihat menghela napas kasar seraya menyurukkan kepalanya di dada Banyu."Papa pasti kesepian di rumah. Biasanya kita selalu makan malam bersama, terus ngobrol di ruang tengah. Atau aku bantuin Papa mengurus beberapa hal di ruang kerjanya sambil ngerjain endorsment."Tangan Banyu membelai kepala Sara dengan sayang. "Kamu bisa telpon Papa, Hon. Atau mau aku telponin?"Sara menggeleng. "Papa udah tidur jam segini."Ini memang sudah pukul sebelas malam, dan Mario selalu tidur sebelum sepuluh malam. Beliau selalu menerapkan jam tidur sehat supaya bisa bekerja lebih produktif esok harinya. Ya tidak heran, Mario kan pemilik perusahaan kesehatan."Sayang, aku kepikiran sesuatu." Sara mendongak menatap Banyu.Lelaki itu pun menaikkan kedua alisnya, bertanya. "Apa?""Boleh gak Kikut dikasihkan ke Papa, biar gak kesepian banget kalau punya hewan peliharaan."Banyu melotot. "Sara, wala
Papa, Sara, dan Banyu duduk berjejer di dalam satu pesawat. Mereka akan balik ke ibu kota sore ini setelah Sara diperbolehkan pulang oleh dokter.Sementara Babal, Ardi dan Disha, masih mau menikmati liburan mereka. Biarlah tim penggembira itu bersenang-senang, sebelum Babal akan Sara repotkan selama kehamilannya ini. Mungkin Ardi dan Disha juga akan kerepotan karena Banyu tampak akan menjadi suami super posesif dan siaga nantinya. Ya bagaimana tidak? Banyu punya beban untuk meyakinkan Papa Mario atas tanggung jawab dan perhatian penuhnya terhadap Sara.Meski suasananya sudah lebih mencair, Sejak masuk ke dalam pesawat, Mario sama sekali belum berbicara apapun dengan Banyu. Membuat Sara gemas sendiri."Papa tahu gak? Seberapa bahagia Sara hari ini?"Mario menaikkan kedua alisnya saat putrinya membungkus lengannya dengan manja."Sara bahagia banget Pa. Dua lelaki kesayangan Sara kini kembali. Momen-momen yang selalu Sara impikan saat Papa m
Sara tidak bisa diam di kamar. Babal dan Ardi bahkan sudah meminta Sara untuk duduk dan berbaring dengan tenang demi kesehatannya, tapi Sara terus menolak. Ia tidak bisa diam saja melihat Banyu dan papa bicara di luar sana. Ada rasa takut. Bagaimana jika Banyu akan menuruti apa yang papanya mau seperti waktu di rumah Papa itu. Ia baru saja mengurai benang kusut dengan Banyu dan akan memulai semuanya kembali. Mengarungi rumah tangga dengan pengalaman baru mempersiapkan diri jadi orang tua. Kali ini ia tidak mau mengulangi hal buruk kemarin lagi. Berpisah dengan Banyu meski hanya seminggu, rasanya sudah sangat menyiksanya. Terserah jika orang berkata ia budak cinta paling tolol. Nyatanya, Banyu tidak pernah gagal membuatnya mabuk kepayang dan jatuh cinta sedalam-dalamnya. Ia tidak bisa terpisah dengan Banyu.Kemudian ia teringat sesuatu. Sara pun menyuruh Babal mengambilkan ponselnya dan menelepon Mbok Na. Sara harus memastikan sesuatu."Mbak Sara!! Astaga!
Babal menggigit bibirnya dengan gelisah, sementara Ardi mengusap wajahnya kasar, sama paniknya dengan Babal tatkala melihat Mario Iswary sudah berdiri tegak di depan ranjang itu, melihat tajam dua orang yang masih bergelung di atas sana."Gawat!" bisik Babal setelah mereka membuka pintu kamar itu dan hanya bisa mematung juga di belakang Mario.Ardi menggeleng-gelengkan kepalanya sambil komat-kamit mulut mbah dukun baca mantra, dengan segelas air lalu pasien di sembur. Ah! ia frustasi melihat pemandangan ini.Sepasang pasutri kembali kasmaran itu pun mulai terusik. Sara mulai membuka matanya dan pupilnya melebar kaget. Lalu, Banyu juga terusik dan akhirnya terbangun dan otomatis seperti melihat hantu di depannya. Dengan wajah kusut, rambut berantakan dan baju tipis saringan tahu, Banyu melompat dari ranjang itu. "Papa." ujarnya dengan suara serak.Sialan Banyu! Sudah tahu itu papa Mario, bukan hulk, masih menvalidasi pula dengan ekspresi tidak berdosanya.Situasi macam apa ini?Di sela
Sara tidak pernah terbayangkan akan merasakan perasaan hangat ini lagi. Kemarin, ia sungguh bertekad melepaskan Banyu setelah perceraian selesai dan melupakan semua momen kebersamaannya dengan Banyu. Sekalipun ternyata prosesnya sangat sakit. Diam-diam, ia sering menangis sendirian di tengah malam. Ada perasaan hampa menyelimutinya saat sadar fakta mereka tidak akan bersama, melewati hari, bercanda gurau dan saling memadu kasih lagi. Di lubuk hati yang paling dalam, Sara tidak ingin ini terjadi. Sara mencintai Banyu. Masih mencintai lelaki itu bahkan saat Banyu membohonginya soal perjanjian dengan papanya.Namun, memang semuanya terlalu rumit.Sara sangat sayang dengan Papanya. Sejak dulu, ia selalu menurut apa yang papanya bilang. Ia tidak pernah menjadi anak yang pembangkang dan terbukti, berbakti dengan orang tua membuat hidupnya lebih mudah, lebih tenang hatinya dan damai. Ia akan melakukan apapun untuk papanya, terlebih setelah dinyatakan bebas. Sara
Mengetahui mereka akan segera menjadi orang tua adalah sesuatu yang mengejutkan bagi Sara, bahkan Banyu. Apalagi mereka sedang di luar pulau dan di tempat yang asing. Sesuatu perasaan yang sangat aneh. Sara terus menangis karena terharu, bimbang, dan banyak ketakutan serta kekhawatiran yang mendiami pikirannya. Namun, Banyu dengan setia menemani Sara melalui proses penerimaan dengan keadaan baru ini. Hampir satu jam, Sara menangis dan bicara ngalor-ngidul soal kecemasannya akan menjadi ibu. Kini, air matanya telah berhenti. Hidungnya merah dan matanya sembab. Kerinduan Banyu yang telah terakumulasi seminggu lebih ini, justru membuatnya gemas melihat Sara yang begini. Ia sungguh ingin mencium Sara terus menerus dan menghujaninya dengan sayang, melepas kerinduannya kepada istrinya ini. Sekarang tentu saja bukan saatnya kangen-kangenan. Banyu harus tetap menjadi suami siaga untuk Sara, ditengah kelabilan Sara ini. "Sara, kamu udah melewatkan makan siang. Sekarang kamu harus makan malam.
"Jadi ... surat siapa yang dikirim ke rumah?"Keduanya tampak memandang bingung satu sama lain. Terutama Banyu yang sangat tidak paham dengan cerita Sara. Bagaimana mungkin ada surat dari pengadilan yang tiba-tiba ada di rumah Sara, sementara Banyu saja tidak berniat menceraikan Sara. Tidak sedikitpun ia menginjak lantai pengadilan untuk menggugatnya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk terus memperjuangkan Sara, bagaimanapun sulitnya menghadapi Mario dan kerasnya hati Sara saat ini. Di tengah keheningan dengan pikiran masing-masing itu, suara pintu kamar terdengar. Sontak keduanya memalingkan wajah ke arah pintu. Lalu muncullah seorang dokter laki-laki paruh bawa yang rambutnya sudah putih semua tapi wajahnya tampak seperti umur tiga puluhan. Cukup good looking dan pasti membuat semua perawat dan dokter perempuan di sini ketar-ketir. Andai Sara tidak sedang berstatus terombang-ambing begini, sudah pasti ia mengaku naksir dokter tersebut.Dokter
Sara menepis tangan Banyu saat mau membantunya turun dari kapal. Sebagai gantinya, ia lebih menarik Babal dan menerima bantuan lain dari Disha di sebelah kanannya. Tadi, kaki Sara sempat kram karena ia memang tidak banyak melakukan pemanasan sebelum naik ke Padar. Sungguh kesalahan fatal. Sekarang, ia harus merepotkan banyak orang untuk membantunya begini. Ambulan sudah siap ketika mereka turun di pelabuhan dan Sara diminta untuk tiduran di brankar. Sara pikir hanya Babal dan Disha yang ikut naik ambulan itu, rupanya Ardi dan Banyu juga ikut naik. Bahkan Banyu dengan sigap duduk di sebelah kanan dada Sara mendahului Disha.Bibir Sara sudah hampir protes dan meminta Bantu keluar, tapi pintu ambulan itu sudah ditutup oleh petugas medisnya. Mau tidak mau, Sara harus menerima situasi berdekatan dengan Banyu. Ia menutupi matanya dengan lengan karena pusing itu kembali menderanya. Selain itu juga untuk menghindari melihat Banyu.Dalam kurun waktu dela