Di atas panggung di ballroom yang besar itu, sang MC mengintruksikan pasangan-pasangan tersebut untuk berdiri berhadapan dan memposisikan diri masing-masing.
"Bay, serius kita dansa di atas sini dan dilihatin semua tamu undangan? Kita turun aja lah!" bisik Sara."Kita gak sendiri, itu ada pasangan lain," ujar Banyu menunjuk pasangan-pasangan yang dipanggil juga, tapi jaraknya jauh-jauhan karena saking luasnya altar ini.Jujur, Sara sedikit malu dilihat banyak orang begini. Namun sebelum ia protes lagi, Banyu sudah memandu tangan kiri Sara untuk bersandar di atas bahunya. Sementara tangan Kanan Banyu mendarat di tulang belikat Sara dengan lembut. Lalu tangan kiri Banyu menggandeng tangan kanan Sara dan mengisi jemari-jemari itu dengan jemarinya. Lelaki itu mengangkat sejajar dengan mata Sara. Tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah.Alunan musik dansa itu pun mulai terdengar.Sara bisa berdansa, tetapi jika situasinya mendadak danBanyu dan Sara tak mengerti, mengapa mereka begitu menggebu malam ini. Mungkin faktor penampilan yang berbeda dari biasanya dan saling mengagumi satu sama lain, sehingga membuat gairah mereka tak bisa di tahan lebih lama. Banyu menawan malam ini, Sara pun begitu cantik dengan riasan dan gaun hitam sederhana yang anggun. Atau bisa jadi juga karena faktor lain; perasaan hangat yang mereka mulai sadari dan itu mungkin saja benih-benih cinta.Sara duduk di pangkuan Banyu, menyusuri dada bidang itu dan membuka kancingnya satu per satu. Ini gila. Tanpa sempat berdiskusi, mereka akhirnya mengikuti naluri masing-masing dan tidak peduli lagi bahwa mereka kini ada di dalam mobil di parkiran yang gelap. Sementara Banyu masih memagut bibir Sara, menyesapnya dan menjelajahi setiap gigi-giginya hingga membelai lidah dengan tergesa. Menuntut lebih dalam dan dalam. Tangan Banyu tentu saja aktif juga menyusuri bagian tubuh Sara. Bermain di atas dada Sara yang masih terbungkus oleh dress brokat hitam.
Gara-gara bibir Babal yang kemes itu, Sara jadi harus effort untuk meyakinkan mbak Yah kalau apa yang di dengarnya itu salah. Sara sampai harus mengikuti setiap kegiatan mbak Yah di rumah ini, termasuk ngepel lantai, bersihin perabotan dan banyak hal.Sara menyengir. "Babal memang suka bercanda Mbak. Mulutnya tercipta buat jadi lambe turah.""Oh gitu ya neng?" ujar mbak Yah yang masih agak sinis.Sara tidak tahu mengapa Mbak Yah jadi bersikap aneh setelah mendengar celetukan Babal yang sebenarnya memang fakta itu. Apa Mbak Yah sangat kecewa kalau memang asumsinya benar soal Sara dan Banyu menikah kontrak?Ah! Babal juga sih mulutnya tidak bisa di kontrol, main jeplak saja padahal sudah tahu ini rumah orang dan di dalamnya tidak hanya mereka berdua saja. Kalau begini kan Sara yang repot. Jangan sampai mbak Yah mempercayai omongan itu jika tidak mau mami Lucy juga tahu. Masalahnya, mami Lucy sangat mempercayai mbak Yah. Jujur, Sara belum siap mengec
Setelah video call dengan mami Lucy, mereka memutuskan untuk menghabiskan malam dengan menonton film dan order makanan online. Saking serunya, mereka sampai order beberapa kali dengan menu makanan yang berbeda."Ah, kenapa mati sih cowoknya? Gak asyik banget!" umpat Sara sambil memasukkan ke dalam mulutnya.Ia masih bersila di atas sofa dan menyandarkan punggungnya dengan santai."Percaya atau enggak, dari awal sampai akhir film, kamu nontonnya asyik banget. Kenapa baru bilang gak asyik di akhir?" ujar Banyu."Iya juga sih, tapi tetep aja bikin patah hati, masak ceweknya ditinggal mati, Bay.""Yah namanya juga film." sahut Banyu santai.Akan tetapi, di sebelahnya, Sara sudah mengusap air mata. Perasaan baru saja protes soal filmnya, tiba-tiba perempuan ini sudah menangis. Mungkin ini sebabnya banyak perempuan yang tidak suka menonton film sad ending, karena mereka sesensitif ini."Ra, kok nangis?" tanya Banyu yang sudah membalik tubuhnya menghadap Sara."Sedih tahu Bay kalau jadi cewek
"Mau taruhan?" tanya Banyu."Soal?" Sara mengernyitkan keningnya. "Sebenarnya siapa diantara kita yang jatuh cinta duluan."Sara tersenyum miring. Sudah pasti Banyu duluan kan? Banyu yang terlalu menganggap serius permintaan konyolnya, Banyu yang sejak awal bersikap seolah suami sungguhan dengan bilang akan bertanggung-jawab atas Sara secara penuh dan Banyu yang selama ini banyak memperhatikannya. Benar bukan? "Kalau terbukti kamu duluan, kamu mau kasih apa ke aku?" tantang Sara begitu berani.Ia sendiri yakin, jika ia tidak merasakan jatuh cinta di awal pernikahan mereka. Justru ia yang paling cuek diantara mereka berdua."Aku kasih apapun yang kamu mau. Tiket liburan keliling Indonesia, London, Swiss pakai first class? Stay cation di Maldive? Atau barang branded, terserah. Tapi kalau terbukti kamu duluan?"Hmm... tawaran yang menggiurkan, batin Sara."Aku bakalan melakukan apa yang kamu mau.""Apapun?" tanya Banyu. Ia sendiri begitu optimis."Yap, apapun. Deal?" Sara mengulurkan ta
Sara semakin memberi jarak pada Banyu dan menarik tangannya dari perut lelaki itu. Wajahnya mulai cemberut dan ia memutar badannya memunggungi Banyu. Sebetulnya Sara bingung, selain kekhawatiran itu, mengapa papa dan Banyu melarangnya. Padahal risiko bisa di minimalkan dengan persiapan yang matang dan mempelajari kisi-kisi pendakian gunung."Kamu ngambek?" tanya Banyu seraya mengulurkan tangannya untuk melingkari purut dan memeluk Sara dari belakang.'Pakai nanya!' umpat Sara dalam hati.Banyu mendaratkan dagunya di atas kepala Sara. Sepertinya ia harus lebih effort untuk membujuk Sara kali ini. Masalahnya Banyu tahu banyak latar belakang perusahaan itu. "Kamu pasti gak ngulik dulu.""Buat apa? Mereka udah terbukti perusahaan yang profesional."Banyu mendengus. "Mereka bakar uang buat bayar selebgram dan influencer kayak kamu, buat bayar reviewer biar kesannya perusahaan itu kredible. Kamu gak tahu?"Sara menggeleng. "Jangan sok tahu."Sara semakin kesal. Bisa-bisanya Banyu menjelekkan
"Bilang sama Sara, jangan capek-capek. Kalau perlu mbak Yah suruh datang tiap hari ke rumah buat bantuin kalian." Mami Lucy pagi-pagi sudah video call Banyu.Meski tidak in frame, Sara bisa tetap mendengar obrolan Banyu dengan maminya itu. Sementara ia sedang di ruang laundry untuk memasukkan baju-baju ke mesin cuci. Memang biasanya mbak Yah yang mengerjakan ini, tapi sesekali juga Sara melakukan sendiri karena merasa bajunya akan segera ia pakai kembali. Beberapa baju Banyu juga sekalian. Bukan hal yang sulit. "Iya Mi, Sara gak sampai capek-capek kok.""Itu nyuci segala, apa namanya? Pasti nyuciin baju kamu yang seabrek itu juga kan? Tega kamu!"Banyu mengusap wajahnya yang memang baru saja bangun tidur. Tidak habis pikir maminya pagi-pagi sudah mengkhawatirkan Sara. Banyu pun beranjak dari sofa dan menghampiri Sara di ruang laundry, mengarahkan layar ponsel itu ke wajah Sara. "Nih sayang, kata Mami kamu gak boleh nyuci, biar mbak Yah aja."Sara tersenyum melihat ke layar yang sudah
Sara menertawakan Banyu yang kini sedang berpose aneh saat berfoto di Merlion Park dengan background patung singanya. Sara yang memegang kamera harus bisa memanipulasi foto hingga Banyu terlihat sedang meminum air yang memancur dari mulut singanya atau berpose seperti mengajak berantem si singa tersebut. "Bay, yang bener dikit lah fotonya." seru Sara yang masih memposisikan kamera ke arah Banyu. Terakhir, Banyu melompat dan Sara harus dengan sigap memfoto supaya tertangkap kamera itu dengan pose yang pas. Lelaki yang kini mengenakan pakaian santai dengan kacamata hitamnya itu, memghampiri Sara. "Bagus gak?" tanya Banyu ikut nimbrung melihat hasil fotonya. "Bagus dong, kan aku fotoin." ujar Sara kepedean. "Ya ampun, bagus dari hongkong? Kok ini blur? Yang ini eangle-nya kurang turun, terus aku kayak kodok begini. Bagusan foto kamu yang aku ambil tadi!" kesal Banyu setelah melihat hasil fotonya tidak ada yang benar satupun. Sara menaikkan satu sudut bibirnya sinis."Ya maaf, aku kan
Liburan ke Singapura yang hanya satu hari satu malam itu. ternyata memberi efek yang baik untuk hubungan Sara dan Banyu. Mereka jadi lebih terbuka dan lebih lengket dari sebelum-sebelumnya. Apalagi Banyu telah berhasil membuat Sara merasa terharu atas aksinya yang menebus barang paling berharganya; kalung pemberian mamanya. Tangan Banyu tidak sedikitpun melepas genggamannya di tangan Sara. Kini, perempuan itu juga tidak sungkan untuk memeluk manja Banyu di depan banyak orang. Hubungan mereka sudah melesat sejauh ini. Bisa dibilang, ini adalah momen yang paling manis selama mereka menikah hampir tiga bulan ini. Sayangnya, kasus papanya tak kunjung usai dan malah semakin berbelit-belit. Andai papanya bisa di vonis tidak bersalah secepatnya, mungkin kebahagiaan Sara akan menjadi berkali lipat.Sara menghembuskan napas kasarnya saat mendaratkan kepalanya di bahu Banyu di ruang tunggu keberangkatan pesawat ini. Banyu pun merasakan hembusan napas itu mengenai tangannya dan ia menolehkan kep