Sara terbangun di jam 2 pagi karena mimpi aneh. Ia meraih gelas di nakas yang ternyata kosong, padahal tenggorokannya kering kerontang. Di mimpi itu ia merasa teriak-teriak tapi tidak ada yang mendengarkan.Ia pun beranjak dan pergi ke dapur untuk mengisi gelasnya. Sejak pulang dari rutan sore tadi, ia belum melihat Banyu sama sekali. Sambil ke dapur, Sara juga melihat carport dari jendela dan tidak ada mobil Banyu. Itu artinya, Banyu menginap.Sara pun berniat mengirim chat tapi ia urungkan karena keburu sadar bahwa mereka sepakat untuk tidak mengurusi urusan pribadi terlalu dalam satu sama lain. Jadi, Sara hanya mendesah karena akan sangat bodoh jika ia mengkhawatirkan Banyu dan menanyakan mengapa lelaki itu tidak pulang. Padahal jelas-jelas Sara tahu kalau Banyu sedang bersama Hira. Tentu saja mereka menghabiskan malam berdua bukan?Sara tiba-tiba tertawa sumbang sambil menunggu air di gelasnya penuh.Lalu, deru mobil terdengar dari luar. Sudah pasti kalau tidak mobil Banyu ya mobi
"Baik, kita tunggu konfirmasi dari bapak." Banyu menutup laptopnya setelah memutuskan untuk meeting zoom di rumah. Ia tidak ke kantor dan menemui klien secara langsung jelas karena insiden tadi pagi. Ia bangun kesiangan dan Sara membuatnya tidak bisa berkutik. Belum lagi ribut urusan iler. Ujung-ujungnya yang menang tetaplah Banyu.Perempuan itu ngambek dan sampai sekarang belum keluar dari kamarnya. Betah sekali, pikir Banyu. Ia pun berjalan ke kamar Sara dan mengetuk pintunya."Ra, kamu gak lapar apa? Dari tadi kayak keong di kamar mulu." ujar Banyu dari balik pintu.Tidak ada sahutan. Apa perempuan itu tidur lagi? Kerbau sekali jika sampai tidur lagi. Ia pun membuka pintunya perlahan, melihat apa Sara sedang apa.Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, menyusuri ruangan kamar yang kosong itu. Maka, ia memperlebar pintunya dan masuk ke dalam."Ra." panggilnya.Ia mendekati pintu toilet dan mengetuknya. "Ra, kamu lagi man
"Why? I hurt you?" tanya Banyu serius.Sara tidak menjawab, ia justru kembali berdiri dan keluar dari dalam jacuzzi tersebut. Meninggalkan Banyu yang tampak kebingungan. Tidak peduli lagi dengan rasa malu karena bertelanjang bulat, Sara berjalan dan masuk ke kubikel kaca transparan, membilas tubuhnya hingga bersih.Banyu pun ikut bangkit dan menyusul Sara. Logikanya, jika Sara tidak mau kehadiran Banyu di sini, ia bisa menutup pintu kaca itu, tapi nyatanya tidak. Banyu pun optimis bahwa Sara tidak betulan marah dan ia tidak melakukan hal fatal. padanya. Kaos putih yang sudah basah itu ia loloskan dari tubuhnya, begitupun celana pendek dan hanya meninggalkan boxer ketat.Ia masuk dan bergabung dengan Sara yang kini menggosok tubuhnya dengan tergesa. Sumpah, kali ini Banyu begitu menginginkan Sara, tapi perempuan ini bersikap aneh sekali.Tanpa bertanya, Banyu membantu Sara membersihkan area punggungnya. Menggosoknya dengan tangan dengan lembut. Namun saat itu juga, Sara jadi terdiam. "
Setelah kejadian di kamar mandi Sara yang cukup mendebarkan jantung mereka itu, kini semuanya jadi berubah.Sara dan Banyu lebih transparan dan tidak canggung bahkan malu lagi mengatakan sesuatu. Mereka melakukan kegiatan itu beberapa kali tanpa harus berdebat dulu. Physical touch mereka juga lebih intens dari sebelumnya. Bahkan di saat-saat tertentu, Sara yang lebih dulu minta bermanja-manja dengan Banyu. Mereka tahu ini akan berpotensi membuat mereka tambah tidak bisa lepas nantinya, tapi ternyata mereka menyepakati bahwa hal ini membuat mereka nyaman satu sama lain dan mengaku bahwa mereka bisa mengendalikan hati masing-masing.Apa ini bullshit? Entahlah. Sudah bisa berkomunikasi dengan lebih baik saja, itu membuat tenang. Kerja sama mereka dalam main rumah tangga-rumah tanggaan berprogres dengan baik. Ya, setidaknya tidak ada yang dirugikan.Transaksi yang sebanding. Meski kadang Sara merasa menjual dirinya demi uang, tapi Banyu sama sekali tidak memperlakukannya selayaknya budak
Dari semua hal yang membuat Sara bernuansa hati baik pagi ini, tentu salah satunya adalah bertemu Babal lagi. Lelaki kemayu itu sudah kembali dari kampung dan kini ada di gedung pengadilan menyusul Sara.Sara memeluk Babal dengan girangnya seperti bertemu saudara kandung."Ya ampun Beb, lo senang banget gue balik. Ah, berasa dikangenin pacar. Tapi kan pacar gue—""Sssttt diem dulu Babal, gue kangen." ujar Sara sambil memeluk Babal dengan eratnya. Seperti beruang dan anaknya.Mereka terlalu asyik melepas kangen sampai tidak sadar dibelakang mereka ada Banyu yang bermuka suram. Kepanasan. Gedung sebesar ini di ruang tunggunya tidak ada AC yang proper. Jangan bilang sedang rusak. Banyu menggerutu. Ia melepas kacamata hitamnya dan bersidekap lalu bersandar di tembok. "Kacang mahal banget ya harganya." celetuk Banyu.Namun, orang yang di sindir masih tidak sadar dan masih saling memeluk girang. Baru kali ini juga Ia melihat Sara seperti anak kecil sungguhan jika sedang bersama Babal. Mung
"Kamu punya janji apa sama papa?" tanya Sara saat mereka sudah ada di mobil, perjalanan mau pulang.Banyu menoleh santai pada Sara. Sebenarnya ia tidak mau berbohong, tapi melihat kedekatan mereka yang semakin intens, Banyu sedikit takut kalau suasana menjadi seperti awal mereka menikah. "Janji jagain kamu lah." jawab Banyu."Yakin cuma itu aja? Maksudku, Babal juga jagain aku tiap hari tapi gak pernah digituin sama Papa.""Ya jagain kamu, ya kasih kamu makan, ya mastiin kamu sehat. Udah kayak babysitter kan tugasku."Sara terkekeh. Sebetulnya ia tidak terlalu yakin, pasti ada sesuatu yang serius juga selain itu, tapi Banyu menjawabnya dengan santai. Jadi ya sudahlah, nanti Sara tanya papanya langsung saja.Mereka pun saling ngobrol di sisa perjalanan, lebih banyak membahas tentang Healthy Fresh Fruit. Banyu banyak memberi masukan terutama soal manajemen perusahaan. Sara pun menerima masukan itu, kadang ia juga bertanya apa yang ia tidak paham. "Habis ini kamu mau langsung ke kantor
Banyu tersenyum saat melihat CCTV rumahnya di layar ponselnya. Kini ia tahu mengapa Sara tidak membalas pesan dan mengangkat teleponnya. Rupanya Sara sedang berbincang dengan seseorang di telepon. Perempuan itu duduk di teras samping, dengan pakaian super santainya dan menyesap kopi.Padahal Sara berjanji untuk membalas pesan lima menit sekali. Tapi tidak apa-apa, bukan masalah besar.Senyumnya semakin lebar saat melihat perempuan itu berjongkok dan mengamati Kikut. Di akhir video, sebelum Sara pergi dari tempat itu, Sara sempat mengelus Kikut ragu-ragu. Ia sampai terlonjak agak kaget, tatkala Kikut melompat di tangannya, lalu Sara tertawa sendiri."Lihat apa sih senyum-senyum gitu. Kayak bahagia banget." ejek Ardi yang baru masuk dan duduk di depannya."Bukan apa-apa." jawab Banyu yang langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku. "Ada apa?""Bro, beberapa hari ini lo gak menemui Hira?""Malam lalu gue ke apartemen, kenapa?"
"Kita kurang malam gak sih nongkinya. Sebenarnya lo takut di marahin mas Banyu apa gimana sih, cepet-cepet banget minta pulang." protes Babal saat mereka sudah berada di mobil."Banyu kayaknya gak marah sih. Gue udah ijin tadi.""Cie, sekarang pakai ijin segala ya. Beneran udah kayak pasutri deh.""Ya gimana, Banyu ribet banget hari ini. Pakai segala minta kabarin lima menit sekali gara-gara tetangga rese' itu. Lagian gue udah cukup have fun tadi. Thanks ya Bal." ujar Sara sambil memeluk lengan Babal yang besar."Iya tuan putri. Beneran gak mau kemana lagi ini? Langsung pulang aja?" tanya Babal masih fokus dengan setirnya.Sara hanya mengangguk. "Lama gak hangout, kok gue jadi jompo gini ya. Lo tahu solusinya gak?""Ya olahraga Beb. Ajakin tuh mas Banyu olahraga.""Udah tiap hari."Babal tersedak air liurnya sendiri. "Buset! Serius lo?" matanya membelalak.Ah, sial, Sara keceplosan. Sudah pasti kalau begini-begini, otak Babal paling cepat menangkapnya. "Se-senam mulut, makan maksudny