Setelah kejadian di kamar mandi Sara yang cukup mendebarkan jantung mereka itu, kini semuanya jadi berubah.Sara dan Banyu lebih transparan dan tidak canggung bahkan malu lagi mengatakan sesuatu. Mereka melakukan kegiatan itu beberapa kali tanpa harus berdebat dulu. Physical touch mereka juga lebih intens dari sebelumnya. Bahkan di saat-saat tertentu, Sara yang lebih dulu minta bermanja-manja dengan Banyu. Mereka tahu ini akan berpotensi membuat mereka tambah tidak bisa lepas nantinya, tapi ternyata mereka menyepakati bahwa hal ini membuat mereka nyaman satu sama lain dan mengaku bahwa mereka bisa mengendalikan hati masing-masing.Apa ini bullshit? Entahlah. Sudah bisa berkomunikasi dengan lebih baik saja, itu membuat tenang. Kerja sama mereka dalam main rumah tangga-rumah tanggaan berprogres dengan baik. Ya, setidaknya tidak ada yang dirugikan.Transaksi yang sebanding. Meski kadang Sara merasa menjual dirinya demi uang, tapi Banyu sama sekali tidak memperlakukannya selayaknya budak
Dari semua hal yang membuat Sara bernuansa hati baik pagi ini, tentu salah satunya adalah bertemu Babal lagi. Lelaki kemayu itu sudah kembali dari kampung dan kini ada di gedung pengadilan menyusul Sara.Sara memeluk Babal dengan girangnya seperti bertemu saudara kandung."Ya ampun Beb, lo senang banget gue balik. Ah, berasa dikangenin pacar. Tapi kan pacar gue—""Sssttt diem dulu Babal, gue kangen." ujar Sara sambil memeluk Babal dengan eratnya. Seperti beruang dan anaknya.Mereka terlalu asyik melepas kangen sampai tidak sadar dibelakang mereka ada Banyu yang bermuka suram. Kepanasan. Gedung sebesar ini di ruang tunggunya tidak ada AC yang proper. Jangan bilang sedang rusak. Banyu menggerutu. Ia melepas kacamata hitamnya dan bersidekap lalu bersandar di tembok. "Kacang mahal banget ya harganya." celetuk Banyu.Namun, orang yang di sindir masih tidak sadar dan masih saling memeluk girang. Baru kali ini juga Ia melihat Sara seperti anak kecil sungguhan jika sedang bersama Babal. Mung
"Kamu punya janji apa sama papa?" tanya Sara saat mereka sudah ada di mobil, perjalanan mau pulang.Banyu menoleh santai pada Sara. Sebenarnya ia tidak mau berbohong, tapi melihat kedekatan mereka yang semakin intens, Banyu sedikit takut kalau suasana menjadi seperti awal mereka menikah. "Janji jagain kamu lah." jawab Banyu."Yakin cuma itu aja? Maksudku, Babal juga jagain aku tiap hari tapi gak pernah digituin sama Papa.""Ya jagain kamu, ya kasih kamu makan, ya mastiin kamu sehat. Udah kayak babysitter kan tugasku."Sara terkekeh. Sebetulnya ia tidak terlalu yakin, pasti ada sesuatu yang serius juga selain itu, tapi Banyu menjawabnya dengan santai. Jadi ya sudahlah, nanti Sara tanya papanya langsung saja.Mereka pun saling ngobrol di sisa perjalanan, lebih banyak membahas tentang Healthy Fresh Fruit. Banyu banyak memberi masukan terutama soal manajemen perusahaan. Sara pun menerima masukan itu, kadang ia juga bertanya apa yang ia tidak paham. "Habis ini kamu mau langsung ke kantor
Banyu tersenyum saat melihat CCTV rumahnya di layar ponselnya. Kini ia tahu mengapa Sara tidak membalas pesan dan mengangkat teleponnya. Rupanya Sara sedang berbincang dengan seseorang di telepon. Perempuan itu duduk di teras samping, dengan pakaian super santainya dan menyesap kopi.Padahal Sara berjanji untuk membalas pesan lima menit sekali. Tapi tidak apa-apa, bukan masalah besar.Senyumnya semakin lebar saat melihat perempuan itu berjongkok dan mengamati Kikut. Di akhir video, sebelum Sara pergi dari tempat itu, Sara sempat mengelus Kikut ragu-ragu. Ia sampai terlonjak agak kaget, tatkala Kikut melompat di tangannya, lalu Sara tertawa sendiri."Lihat apa sih senyum-senyum gitu. Kayak bahagia banget." ejek Ardi yang baru masuk dan duduk di depannya."Bukan apa-apa." jawab Banyu yang langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku. "Ada apa?""Bro, beberapa hari ini lo gak menemui Hira?""Malam lalu gue ke apartemen, kenapa?"
"Kita kurang malam gak sih nongkinya. Sebenarnya lo takut di marahin mas Banyu apa gimana sih, cepet-cepet banget minta pulang." protes Babal saat mereka sudah berada di mobil."Banyu kayaknya gak marah sih. Gue udah ijin tadi.""Cie, sekarang pakai ijin segala ya. Beneran udah kayak pasutri deh.""Ya gimana, Banyu ribet banget hari ini. Pakai segala minta kabarin lima menit sekali gara-gara tetangga rese' itu. Lagian gue udah cukup have fun tadi. Thanks ya Bal." ujar Sara sambil memeluk lengan Babal yang besar."Iya tuan putri. Beneran gak mau kemana lagi ini? Langsung pulang aja?" tanya Babal masih fokus dengan setirnya.Sara hanya mengangguk. "Lama gak hangout, kok gue jadi jompo gini ya. Lo tahu solusinya gak?""Ya olahraga Beb. Ajakin tuh mas Banyu olahraga.""Udah tiap hari."Babal tersedak air liurnya sendiri. "Buset! Serius lo?" matanya membelalak.Ah, sial, Sara keceplosan. Sudah pasti kalau begini-begini, otak Babal paling cepat menangkapnya. "Se-senam mulut, makan maksudny
"Bay, kenapa dia pakai kamarku?" tanya Hira yang sejak melihat Sara, ia langsung menginterogasi Banyu dan mendesak supaya Banyu menjawab dengan cepat.Banyu melajukan mobilnya sedikit lebih cepat. Bisa-bisanya Hira masih mengklaim jika itu kamarnya. Padahal perempuan ini sendiri yang pamit pergi untuk meninggalkan kamar itu, rumah itu, juga Banyu. Jujur, Banyu agak sedikit sakit hati dengan pertanyaan Hira yang satu ini."Kamu udah meninggalkan kamar itu, satu tahun lalu. Ingat?"Berbeda dengan Sara, Banyu jelas akan selalu kalah jika berdebat dengan Hira. Perempuan ini selalu bisa mengkounter apapun argumennya seperti apa yang ia pikirkan. Dan juga, bersama Hira, sejujurnya ia lebih banyak mengalah."Bay, aku udah tinggal di kamar itu gak satu dua hari aja loh. Ada banyak kenangan di kamar itu, terutama tentang kita. Kok kamu dengan gampangnya mengijinkan saudara jauhmu tadi tidur di sana?"Banyu tidak menjawab. Ia sudah tahu ini akan sa
"Deal!"Kedua tangan itu berjabat dengan mantap. Akhirnya Sara dipercaya untuk menjadi bagian dari projek trip ini. Ia tersenyum kepada Kak Ica, salah satu perwakilan perusahaan 'Rekreasik'. Mereka mau Sara menjadi salah satu selebgram yang akan mempromosikan Rekreasik. Tentu saja, ia akan difasilitasi untuk pergi ke beberapa destinasi premium di Indonesia salah satunya adalah pantai pink.Dalam dua hari ke depan, ia juga akan membuat konten dengan Rekreasik di beberapa spot menarik di Jakarta. Itu artinya ia akan mulai sibuk kembali. Sibuk tapi senang-senang karena jalan-jalan. "Apa gue bilang, mereka tuh percaya sama kredibilitas lo sebagai selebgram travel. Udah deh, jangan rendah diri. Mulai besok, lo harus aktif lagi di sosmed."Sara memeluk lengan Babal yang besar dan hampir menggigitnya karena gemas. "Akhirnya gue dapat kerjaan lagi. Thanks ya Bal." Ia pun mulai berkhayal bahwa ia akan segera lepas dari Banyu dan tidak menggantungkan diri padanya lagi. Semoga saja rejekinya ak
Sara seperti sedang memasuki dunia lain, padahal ia hanya masuk rumah Banyu. Mulutnya yang tadinya melongo, kini terkatup saat tubuhnya terguncang oleh tubuh lain yang memeluknya. Ia kebingungan, linglung dan nge-freeze. Perempuan setengah baya, berkerudung panjang, dan berpenampilan syar'i yang ada di hadapannya ini memeluknya hangat setelah bertanya dengan nada yang antusias. "Jadi ini yang namanya Sara?" Sara hanya menarik bibirnya tersenyum tipis dan kedua tangannya belas memeluk dengan ragu-ragu. Sumpah ia belum pernah bertemu dengan beliau dan tidak kenal sama sekali."Loh, Mami pulang?" Banyu berceletuk sama kagetnya dengan Sara. Tapi apa? Jadi ini mami Banyu? Astaga! Masalahnya Banyu tidak pernah memberitahunya foto keluarganya, Banyu hanya pernah bilang bahwa orang tua dan satu adiknya tinggal di luar negeri dan papanya sangat sibuk. Sudah, hanya sebatas itu dan Sara juga tidak ingin banyak tahu karena itu privasi Banyu. Namun sekarang maminya ada di hadapannya, memeluknya
"Ish! Salah siapa sih kamu buru-buru, sampai gak lihat jalan?"Sara meniup-niup kening Banyu. Lelaki itu kemarin baru saja mendapatkan lima jahitan akibat menabrak pinggiran pintu dan bocor."Aku panik Hon waktu dengar Bumi nangis kejer. Jadi aku lari gak lihat-lihat. Mana baru bangun tidur di sofa, terus ingetnya masih rumah lama.""Ck! Bumi nangis kan wajar sayang. Kalau gak minta susu ya gak nyaman. Kamu gak perlu sepanik itu." Kini, Sara mengusap pelan perban sekitar perban itu dan menyelipkan rambut ikal Banyu ke belakang.Tangan Banyu melingkar di pinggang Sara yang berdiri di depannya. "Iya, maaf. Lain kali aku hati-hati."Banyu mendongak dan menatap istrinya yang serius sekali meniup luka Banyu tersebut. "Honey, Kiss me a little, please!" katanya dengan nada berbisik."Gak bisa, kita harus segera keluar sekarang. Itu udah rame loh. Gak sopan membuat mereka nunggu." tolak Sara.Banyu memberengut. "Satu k
"Kenapa, Hon?" tanya Banyu saat Sara terlihat menghela napas kasar seraya menyurukkan kepalanya di dada Banyu."Papa pasti kesepian di rumah. Biasanya kita selalu makan malam bersama, terus ngobrol di ruang tengah. Atau aku bantuin Papa mengurus beberapa hal di ruang kerjanya sambil ngerjain endorsment."Tangan Banyu membelai kepala Sara dengan sayang. "Kamu bisa telpon Papa, Hon. Atau mau aku telponin?"Sara menggeleng. "Papa udah tidur jam segini."Ini memang sudah pukul sebelas malam, dan Mario selalu tidur sebelum sepuluh malam. Beliau selalu menerapkan jam tidur sehat supaya bisa bekerja lebih produktif esok harinya. Ya tidak heran, Mario kan pemilik perusahaan kesehatan."Sayang, aku kepikiran sesuatu." Sara mendongak menatap Banyu.Lelaki itu pun menaikkan kedua alisnya, bertanya. "Apa?""Boleh gak Kikut dikasihkan ke Papa, biar gak kesepian banget kalau punya hewan peliharaan."Banyu melotot. "Sara, wala
Papa, Sara, dan Banyu duduk berjejer di dalam satu pesawat. Mereka akan balik ke ibu kota sore ini setelah Sara diperbolehkan pulang oleh dokter.Sementara Babal, Ardi dan Disha, masih mau menikmati liburan mereka. Biarlah tim penggembira itu bersenang-senang, sebelum Babal akan Sara repotkan selama kehamilannya ini. Mungkin Ardi dan Disha juga akan kerepotan karena Banyu tampak akan menjadi suami super posesif dan siaga nantinya. Ya bagaimana tidak? Banyu punya beban untuk meyakinkan Papa Mario atas tanggung jawab dan perhatian penuhnya terhadap Sara.Meski suasananya sudah lebih mencair, Sejak masuk ke dalam pesawat, Mario sama sekali belum berbicara apapun dengan Banyu. Membuat Sara gemas sendiri."Papa tahu gak? Seberapa bahagia Sara hari ini?"Mario menaikkan kedua alisnya saat putrinya membungkus lengannya dengan manja."Sara bahagia banget Pa. Dua lelaki kesayangan Sara kini kembali. Momen-momen yang selalu Sara impikan saat Papa m
Sara tidak bisa diam di kamar. Babal dan Ardi bahkan sudah meminta Sara untuk duduk dan berbaring dengan tenang demi kesehatannya, tapi Sara terus menolak. Ia tidak bisa diam saja melihat Banyu dan papa bicara di luar sana. Ada rasa takut. Bagaimana jika Banyu akan menuruti apa yang papanya mau seperti waktu di rumah Papa itu. Ia baru saja mengurai benang kusut dengan Banyu dan akan memulai semuanya kembali. Mengarungi rumah tangga dengan pengalaman baru mempersiapkan diri jadi orang tua. Kali ini ia tidak mau mengulangi hal buruk kemarin lagi. Berpisah dengan Banyu meski hanya seminggu, rasanya sudah sangat menyiksanya. Terserah jika orang berkata ia budak cinta paling tolol. Nyatanya, Banyu tidak pernah gagal membuatnya mabuk kepayang dan jatuh cinta sedalam-dalamnya. Ia tidak bisa terpisah dengan Banyu.Kemudian ia teringat sesuatu. Sara pun menyuruh Babal mengambilkan ponselnya dan menelepon Mbok Na. Sara harus memastikan sesuatu."Mbak Sara!! Astaga!
Babal menggigit bibirnya dengan gelisah, sementara Ardi mengusap wajahnya kasar, sama paniknya dengan Babal tatkala melihat Mario Iswary sudah berdiri tegak di depan ranjang itu, melihat tajam dua orang yang masih bergelung di atas sana."Gawat!" bisik Babal setelah mereka membuka pintu kamar itu dan hanya bisa mematung juga di belakang Mario.Ardi menggeleng-gelengkan kepalanya sambil komat-kamit mulut mbah dukun baca mantra, dengan segelas air lalu pasien di sembur. Ah! ia frustasi melihat pemandangan ini.Sepasang pasutri kembali kasmaran itu pun mulai terusik. Sara mulai membuka matanya dan pupilnya melebar kaget. Lalu, Banyu juga terusik dan akhirnya terbangun dan otomatis seperti melihat hantu di depannya. Dengan wajah kusut, rambut berantakan dan baju tipis saringan tahu, Banyu melompat dari ranjang itu. "Papa." ujarnya dengan suara serak.Sialan Banyu! Sudah tahu itu papa Mario, bukan hulk, masih menvalidasi pula dengan ekspresi tidak berdosanya.Situasi macam apa ini?Di sela
Sara tidak pernah terbayangkan akan merasakan perasaan hangat ini lagi. Kemarin, ia sungguh bertekad melepaskan Banyu setelah perceraian selesai dan melupakan semua momen kebersamaannya dengan Banyu. Sekalipun ternyata prosesnya sangat sakit. Diam-diam, ia sering menangis sendirian di tengah malam. Ada perasaan hampa menyelimutinya saat sadar fakta mereka tidak akan bersama, melewati hari, bercanda gurau dan saling memadu kasih lagi. Di lubuk hati yang paling dalam, Sara tidak ingin ini terjadi. Sara mencintai Banyu. Masih mencintai lelaki itu bahkan saat Banyu membohonginya soal perjanjian dengan papanya.Namun, memang semuanya terlalu rumit.Sara sangat sayang dengan Papanya. Sejak dulu, ia selalu menurut apa yang papanya bilang. Ia tidak pernah menjadi anak yang pembangkang dan terbukti, berbakti dengan orang tua membuat hidupnya lebih mudah, lebih tenang hatinya dan damai. Ia akan melakukan apapun untuk papanya, terlebih setelah dinyatakan bebas. Sara
Mengetahui mereka akan segera menjadi orang tua adalah sesuatu yang mengejutkan bagi Sara, bahkan Banyu. Apalagi mereka sedang di luar pulau dan di tempat yang asing. Sesuatu perasaan yang sangat aneh. Sara terus menangis karena terharu, bimbang, dan banyak ketakutan serta kekhawatiran yang mendiami pikirannya. Namun, Banyu dengan setia menemani Sara melalui proses penerimaan dengan keadaan baru ini. Hampir satu jam, Sara menangis dan bicara ngalor-ngidul soal kecemasannya akan menjadi ibu. Kini, air matanya telah berhenti. Hidungnya merah dan matanya sembab. Kerinduan Banyu yang telah terakumulasi seminggu lebih ini, justru membuatnya gemas melihat Sara yang begini. Ia sungguh ingin mencium Sara terus menerus dan menghujaninya dengan sayang, melepas kerinduannya kepada istrinya ini. Sekarang tentu saja bukan saatnya kangen-kangenan. Banyu harus tetap menjadi suami siaga untuk Sara, ditengah kelabilan Sara ini. "Sara, kamu udah melewatkan makan siang. Sekarang kamu harus makan malam.
"Jadi ... surat siapa yang dikirim ke rumah?"Keduanya tampak memandang bingung satu sama lain. Terutama Banyu yang sangat tidak paham dengan cerita Sara. Bagaimana mungkin ada surat dari pengadilan yang tiba-tiba ada di rumah Sara, sementara Banyu saja tidak berniat menceraikan Sara. Tidak sedikitpun ia menginjak lantai pengadilan untuk menggugatnya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk terus memperjuangkan Sara, bagaimanapun sulitnya menghadapi Mario dan kerasnya hati Sara saat ini. Di tengah keheningan dengan pikiran masing-masing itu, suara pintu kamar terdengar. Sontak keduanya memalingkan wajah ke arah pintu. Lalu muncullah seorang dokter laki-laki paruh bawa yang rambutnya sudah putih semua tapi wajahnya tampak seperti umur tiga puluhan. Cukup good looking dan pasti membuat semua perawat dan dokter perempuan di sini ketar-ketir. Andai Sara tidak sedang berstatus terombang-ambing begini, sudah pasti ia mengaku naksir dokter tersebut.Dokter
Sara menepis tangan Banyu saat mau membantunya turun dari kapal. Sebagai gantinya, ia lebih menarik Babal dan menerima bantuan lain dari Disha di sebelah kanannya. Tadi, kaki Sara sempat kram karena ia memang tidak banyak melakukan pemanasan sebelum naik ke Padar. Sungguh kesalahan fatal. Sekarang, ia harus merepotkan banyak orang untuk membantunya begini. Ambulan sudah siap ketika mereka turun di pelabuhan dan Sara diminta untuk tiduran di brankar. Sara pikir hanya Babal dan Disha yang ikut naik ambulan itu, rupanya Ardi dan Banyu juga ikut naik. Bahkan Banyu dengan sigap duduk di sebelah kanan dada Sara mendahului Disha.Bibir Sara sudah hampir protes dan meminta Bantu keluar, tapi pintu ambulan itu sudah ditutup oleh petugas medisnya. Mau tidak mau, Sara harus menerima situasi berdekatan dengan Banyu. Ia menutupi matanya dengan lengan karena pusing itu kembali menderanya. Selain itu juga untuk menghindari melihat Banyu.Dalam kurun waktu dela