"Kamu punya janji apa sama papa?" tanya Sara saat mereka sudah ada di mobil, perjalanan mau pulang.Banyu menoleh santai pada Sara. Sebenarnya ia tidak mau berbohong, tapi melihat kedekatan mereka yang semakin intens, Banyu sedikit takut kalau suasana menjadi seperti awal mereka menikah. "Janji jagain kamu lah." jawab Banyu."Yakin cuma itu aja? Maksudku, Babal juga jagain aku tiap hari tapi gak pernah digituin sama Papa.""Ya jagain kamu, ya kasih kamu makan, ya mastiin kamu sehat. Udah kayak babysitter kan tugasku."Sara terkekeh. Sebetulnya ia tidak terlalu yakin, pasti ada sesuatu yang serius juga selain itu, tapi Banyu menjawabnya dengan santai. Jadi ya sudahlah, nanti Sara tanya papanya langsung saja.Mereka pun saling ngobrol di sisa perjalanan, lebih banyak membahas tentang Healthy Fresh Fruit. Banyu banyak memberi masukan terutama soal manajemen perusahaan. Sara pun menerima masukan itu, kadang ia juga bertanya apa yang ia tidak paham. "Habis ini kamu mau langsung ke kantor
Banyu tersenyum saat melihat CCTV rumahnya di layar ponselnya. Kini ia tahu mengapa Sara tidak membalas pesan dan mengangkat teleponnya. Rupanya Sara sedang berbincang dengan seseorang di telepon. Perempuan itu duduk di teras samping, dengan pakaian super santainya dan menyesap kopi.Padahal Sara berjanji untuk membalas pesan lima menit sekali. Tapi tidak apa-apa, bukan masalah besar.Senyumnya semakin lebar saat melihat perempuan itu berjongkok dan mengamati Kikut. Di akhir video, sebelum Sara pergi dari tempat itu, Sara sempat mengelus Kikut ragu-ragu. Ia sampai terlonjak agak kaget, tatkala Kikut melompat di tangannya, lalu Sara tertawa sendiri."Lihat apa sih senyum-senyum gitu. Kayak bahagia banget." ejek Ardi yang baru masuk dan duduk di depannya."Bukan apa-apa." jawab Banyu yang langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku. "Ada apa?""Bro, beberapa hari ini lo gak menemui Hira?""Malam lalu gue ke apartemen, kenapa?"
"Kita kurang malam gak sih nongkinya. Sebenarnya lo takut di marahin mas Banyu apa gimana sih, cepet-cepet banget minta pulang." protes Babal saat mereka sudah berada di mobil."Banyu kayaknya gak marah sih. Gue udah ijin tadi.""Cie, sekarang pakai ijin segala ya. Beneran udah kayak pasutri deh.""Ya gimana, Banyu ribet banget hari ini. Pakai segala minta kabarin lima menit sekali gara-gara tetangga rese' itu. Lagian gue udah cukup have fun tadi. Thanks ya Bal." ujar Sara sambil memeluk lengan Babal yang besar."Iya tuan putri. Beneran gak mau kemana lagi ini? Langsung pulang aja?" tanya Babal masih fokus dengan setirnya.Sara hanya mengangguk. "Lama gak hangout, kok gue jadi jompo gini ya. Lo tahu solusinya gak?""Ya olahraga Beb. Ajakin tuh mas Banyu olahraga.""Udah tiap hari."Babal tersedak air liurnya sendiri. "Buset! Serius lo?" matanya membelalak.Ah, sial, Sara keceplosan. Sudah pasti kalau begini-begini, otak Babal paling cepat menangkapnya. "Se-senam mulut, makan maksudny
"Bay, kenapa dia pakai kamarku?" tanya Hira yang sejak melihat Sara, ia langsung menginterogasi Banyu dan mendesak supaya Banyu menjawab dengan cepat.Banyu melajukan mobilnya sedikit lebih cepat. Bisa-bisanya Hira masih mengklaim jika itu kamarnya. Padahal perempuan ini sendiri yang pamit pergi untuk meninggalkan kamar itu, rumah itu, juga Banyu. Jujur, Banyu agak sedikit sakit hati dengan pertanyaan Hira yang satu ini."Kamu udah meninggalkan kamar itu, satu tahun lalu. Ingat?"Berbeda dengan Sara, Banyu jelas akan selalu kalah jika berdebat dengan Hira. Perempuan ini selalu bisa mengkounter apapun argumennya seperti apa yang ia pikirkan. Dan juga, bersama Hira, sejujurnya ia lebih banyak mengalah."Bay, aku udah tinggal di kamar itu gak satu dua hari aja loh. Ada banyak kenangan di kamar itu, terutama tentang kita. Kok kamu dengan gampangnya mengijinkan saudara jauhmu tadi tidur di sana?"Banyu tidak menjawab. Ia sudah tahu ini akan sa
"Deal!"Kedua tangan itu berjabat dengan mantap. Akhirnya Sara dipercaya untuk menjadi bagian dari projek trip ini. Ia tersenyum kepada Kak Ica, salah satu perwakilan perusahaan 'Rekreasik'. Mereka mau Sara menjadi salah satu selebgram yang akan mempromosikan Rekreasik. Tentu saja, ia akan difasilitasi untuk pergi ke beberapa destinasi premium di Indonesia salah satunya adalah pantai pink.Dalam dua hari ke depan, ia juga akan membuat konten dengan Rekreasik di beberapa spot menarik di Jakarta. Itu artinya ia akan mulai sibuk kembali. Sibuk tapi senang-senang karena jalan-jalan. "Apa gue bilang, mereka tuh percaya sama kredibilitas lo sebagai selebgram travel. Udah deh, jangan rendah diri. Mulai besok, lo harus aktif lagi di sosmed."Sara memeluk lengan Babal yang besar dan hampir menggigitnya karena gemas. "Akhirnya gue dapat kerjaan lagi. Thanks ya Bal." Ia pun mulai berkhayal bahwa ia akan segera lepas dari Banyu dan tidak menggantungkan diri padanya lagi. Semoga saja rejekinya ak
Sara seperti sedang memasuki dunia lain, padahal ia hanya masuk rumah Banyu. Mulutnya yang tadinya melongo, kini terkatup saat tubuhnya terguncang oleh tubuh lain yang memeluknya. Ia kebingungan, linglung dan nge-freeze. Perempuan setengah baya, berkerudung panjang, dan berpenampilan syar'i yang ada di hadapannya ini memeluknya hangat setelah bertanya dengan nada yang antusias. "Jadi ini yang namanya Sara?" Sara hanya menarik bibirnya tersenyum tipis dan kedua tangannya belas memeluk dengan ragu-ragu. Sumpah ia belum pernah bertemu dengan beliau dan tidak kenal sama sekali."Loh, Mami pulang?" Banyu berceletuk sama kagetnya dengan Sara. Tapi apa? Jadi ini mami Banyu? Astaga! Masalahnya Banyu tidak pernah memberitahunya foto keluarganya, Banyu hanya pernah bilang bahwa orang tua dan satu adiknya tinggal di luar negeri dan papanya sangat sibuk. Sudah, hanya sebatas itu dan Sara juga tidak ingin banyak tahu karena itu privasi Banyu. Namun sekarang maminya ada di hadapannya, memeluknya
"Ya udah Mami temenin Banyu dulu telpon Papi ya." ujar Banyu sambil merangkul maminya dan melepaskan tangannya dari gandengan Sara."Ngapain harus di temenin, telpon tinggal telpon aja kok. Apa susahnya?""Mi, please, temenin Banyu ya telpon Papi." Banyu memohon pada maminya sambil terus mendorong maminya untuk berpindah tempat.Sekali waktu, Banyu mengkode Sara dengan kedipan satu mata supaya Sara segera beraksi, membereskan pakaian dan barangnya yang ada di kamar itu."Ya udah duduk di sini aja, ngapain harus ke teras samping segala?!" protes mami yang sudah mau berbalik arah dan duduk di sofa ruang tengah.Namun, bukan Banyu namanya jika ia tidak bisa membuat maminya luluh. Banyu pun mengusap punggung maminya dengan lembut."Di sini suka gak ada sinyal. Mami kan tahu Banyu sama Papi komunikasinya gimana. Udah sekian lama dan pasti akan jadi canggung banget. Banyu cuma butuh Mami temenin aja, supaya Banyu tenang, ya?"Beberapa saat mami hanya terdiam, lalu mendengus dan akhirnya meng
Banyu kembali ke kantor setelah makan siang. Meninggalkan Sara dan Mami di rumah. Sebenarnya ada Mbak Yah juga yang hari ini seperti betah sekali di rumah, mungkin karena ia sudah lebih dulu bekerja dengan mami Lucy dulunya. Jadi, mami merasa mbak Yah yang akan selalu beliau butuhkan ketika di rumah."Syukur Alhamdulillah, Banyu beliin Sara hadiah mobil. Mami kira anak mami yang blangsak itu cuek-cuek aja meski udah punya istri. Tapi MasyaAllah, dia bucin sekali. Makasih ya sayang udah menjadikan Banyu lelaki yang baik dan bertanggung jawab." ujar Mami begitu adem sambil mengelus lengan Sara yang sedang menyetir. Mereka berjalan-jalan mengelilingi kota sambil mencoba mobil barunya. Sebetulnya mami Lucy agak berlebihan sih. Banyu begitu bukan karena dirinya. Banyu memang lelaki yang brtanggung jawab sejak awal, hanya kadang kejailan dan slengeannya membuatnya terkesan seperti lelaki yang suka main-main dan tidak serius. Namun bukan berarti Banyu sebaik itu juga. Tentu mobil ini ia bel