Share

Prelude

Author: ayspcy
last update Last Updated: 2021-04-03 00:16:21

At Victoria General Hospital, Canada, 2021.

Mark baru saja membuka matanya setelah -- kurang lebih seminggu tidak sadarkan diri. Ia mengerjap-ngerjap karena terkena sinar lampu yang cukup menyilaukan. Netranya menelusuri tiap sudut langit-langit serta dinding bernuansa putih. Ia melirik ke sebelah kirinya, terdapat sang Ibu dengan wajah yang terlihat sangat lega sekaligus bersyukur.

"Markeu-ya?" sapa Wendy –Ibu Mark. Senyum merekah dengan air mata, mendefinisikan betapa bahagianya ia melihat putra satu-satunya itu telah siuman.

Mark mengedipkan matanya perlahan, tanda ia merespon sapaan Wendy. Masih agak sulit untuk Mark berbicara, ia harus menggerakkan bibirnya perlahan.

"Terima kasih ya Tuhan. Syukurlah kau sudah bangun sayang. Aemi sangat mengkhawatirkanmu. Kau tidak membuka matamu selama seminggu..." lirih Wendy sambil menggenggam tangan Mark yang tak terinfus.

Hingga akhirnya Mark sudah bisa menggerakkan bibirnya. Satu pertanyaan terlontar begitu saja dari lelaki itu ketika siuman. Keberadaan dirinya yang ada di mana dan Karina --cinta pertamanya.

"Eomma, aku di mana?" tanya Mark sambil beralih memikirkan Karina Jung. Bagaimana kabar wanita itu?

"Kau di Rumah Sakit Victoria, Kanada," sahut seorang wanita bersurai panjang.

Mark menoleh ke samping kanannya dan terdapat Ningning —adik angkatnya. "Aku di Kanada? Bagaimana dengan Karina?"

Mendengus sebal, Ningning tak habis pikir dengan seorang Mark Lee. Padahal ia baru saja melewati masa kritis, tapi yang ada di pikirannya hanya cintanya itu. Ningning hanya merasa kasihan pada Wendy, selaku Ibu Mark yang terus-terusan menangisi putranya itu sepanjang hari.

"Ya sayang. Aemi membawamu ke sini agar kau dekat dengan keluarga Ayahmu. Dan Karina, dia baik-baik saja bersama keluarga dan kekasihnya. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya," jelas Wendy yang begitu sabar memahami Mark.

Sebenarnya sebagai seorang Ibu, Wendy tidak tahan melihat putra satu-satunya itu harus menahan sakit selama ini, karena terjebak dalam sebuah persahabatan yang berubah menjadi cinta. Sudah cukup ia mengetahui Mark seperti ini demi cinta pertamanya. Ia hanya ingin Mark menemukan kebahagiaannya.

Maka dari itu, Ibu satu anak itu membawa Mark ke Kanada. Selain agar dekat dengannya, sebab keluarga besar Ayah Mark ada di sini. Dan alasan lainnya adalah untuk membuat Mark tidak menyakiti dirinya sendiri dan melupakan cinta pertamanya yang telah bahagia dengan laki-laki lain.

Mata Mark berubah menjadi pandangan sendu. Ia sangat kecewa karena tidak bisa melihat Karina saat ia membuka mata. "Syukurlah kalau dia baik-baik saja. Aku harap dia bahagia dengan Jeno," ucapnya lirih.

"Sudah lah Mark. Kau harus merelakannya. Aku ingin kau bahagia Mark. Temukan kebahagiaanmu di sini dan mulai dengan hidupmu yang baru. Aku akan membantumu sebisaku," ucap Ningning menambahkan.

Mark paham maksud perkataan Ningning, tapi mau bagaimana pun atau seberapa keras usaha Mark melupakan Karina, tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Cinta pertama akan selalu membekas di ingatan Mark. Apalagi, Mark jatuh cinta pada Karina untuk kedua kalinya. Sulit rasanya kalau Mark memang harus merelakan.

Mengalihkan topik pembicaraan, Wendy memutustkan untuk memanggil dokter agar memeriksa putranya itu. "Aemi akan panggilkan Dokter untuk memeriksamu sebentar," ucapnya dan melangkahkan kakinya keluar ruangan.

Kini tinggal Mark dan Ningning di ruang Calendula. Mark menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan kosong. Ia masih tak percaya dengan semua yang telah terjadi. Hampir saja ia kehilangan nyawanya. Tapi, yang paling mengusiknya saat ini adalah tentang Karina.

Aku tahu Mark. Ragamu di sini tapi hati dan pikiranmu di Seoul —lebih tepatnya pada Karina. Batin Ningning.

"Mark, sudah cukup jangan seperti ini. Kau tahu, kami semua sangat khawatir padamu saat kau menyerahkan nyawamu begitu saja. Kau tidak memikirkan bagaimana perasaan Ibumu jika kehilanganmu? Kau juga tidak memikirkan bagaimana perasaan dia saat kau bertindak gegabah seperti itu? Sudah cukup! Jangan terlarut dalam bayangan seseorang," ucap Ningning panjang lebar karena sudah tidak tahan dengan Mark. Juga, merasa kasihan padanya.

"Aku merindukannya Ning. Aku ingin memastikan kalau dia baik-baik saja." Mark tidak menghiraukan ucapan Ningning dan membuat gadis itu menghentakkan kakinya lalu lebih memilih keluar ruangan.

Beberapa menit kemudian, Wendy masuk ke dalam ruangan bersama dengan seorang Dokter wanita. Ia yang menangani Mark langsung saat baru tiba di Rumah Sakit.

Terlihat Mark masih dengan tatapan kosongnya menatap langit-langit ruangan. Ia tidak terganggu sama sekali dengan bunyi decitan dari pintu.

"Annyeonghaseyo Mark-ssi." Dokter itu ternyata berasal dari Korea. Ia mulai memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Mark, setelah mendapat izin.

"Apa ada yang Anda keluhkan? Sejauh ini kondisi fisikmu stabil. Tapi, kenapa Anda melamun terus?" tegur Dokter itu sembari menepuk pundak Mark pelan.

"Ne?" Mark tersadar dan bingung kenapa ada Dokter wanita di sini, dan ada Ibunya di belakang. "Aah saya sudah lebih baik Dokter —" Mark melihat name tag di saku jas Dokter. "— Kim."

Related chapters

  • Never Cease   BAB I

    Bagaimana bisa aku melupakan cinta pertamaku disaat hatiku masih mengenangnya.—Mark Lee-o-Jam di dinding ruangan VIP yang di tempati oleh Mark, menunjukan pukul 10.15 pagi. Biasanya pada pukul 10.30, Dokter Kim datang untuk memeriksa keadaan Mark.Saat ini, Mark sedang membuka gallery di ponselnya. Ia menatap sebuah foto sejak beberapa menit yang lalu. Matanya tidak lepas dari objek tersebut. Caranya menatap seakan ia sedang menyampaikan rindu pada Karina Jung.Aku merindukanmu...Hingga sebuah suara menginterupsi Mark."Annyeonghaseyo Mark-ssi." Dokter bernama lengkap Kim Dahyun datang untuk memeriksa keadaan Mark.Mark pun mengalihkan pandangannya dari foto tersebut ke arah Dahyun. "Ne, annyeonghaseyo dok," sa

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB II

    Dia, mulai mengisi hari-hariku. Tapi, hatiku masih tetap tertuju ke Seoul, tempat di mana cinta pertamaku tinggal.—Mark Lee-o-Dahyun melangkahkan kakinya menuju lantai VIP sembari mendorong kursi roda yang di duduki oleh Mark. Sepanjang lobi rumah sakit, Mark melamun --memikirkan perkataan Dahyun--.Perkataan dia ada benarnya juga, 'merelakan bukan berarti melupakan. Anda akan tetap memiliki ingatan di hati Anda tentang cinta pertama Anda, walaupun Anda sudah menemukan cinta sejati Anda kelak'. Batin Mark.Mark masih melamun hingga suara Dahyun menginterupsinya. "Mark-ssi. Kita sudah sampai di ruangan." Ia berpindah tempat yang tadinya di belakang Mark, menjadi di hadapannya."Ye? Aah kamsahamnida Dahyun-ssi."Dahyun membantu M

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB III

    Hari demi hari telah kulalui bersama dengannya tapi kenapa perasaan ini masih saja belum muncul ke permukaan.—Mark Lee.-o-Matahari pun mulai muncul menggantikan tugas bulan yang telah selesai. Laki-laki bernama lengkap Mark Lee masih terlelap dalam tidurnya. Jam di dinding kamar inapnya menunjukkan pukul 07.25 a.m."Mark, aemi datang. Bagaimana keadaanmu 'nak?" tanya Wendy.Mark yang merasakan ada sebuah tangan mengelus surai hitam miliknya, membuka matanya perlahan. "Eomma? Sejak kapan?" Mark ingin duduk tapi di tahan oleh Ibunya."Ne, aemi baru saja tiba. Bagaimana keadaanmu?""Aku baik. Kapan aku bisa keluar dari sini? Aku bosan terkurung sepanjang hari." Mark menghela napas."Aemi belum tahu sayang. Nanti a

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB IV

    Aku harus bahagia atau sedih? Aku pun tidak tahu. Semoga hal positif selalu memihak padaku, terlepas dari sakit hati—Lee Know.-o-Dahyun sedang berada di ruangan Lino. Ia ingin menanyakan perihal Mark Lee pada lelaki itu. Sebenarnya Dahyun hanya penasaran dengan kisah cinta pertama Mark. Maklum saja, karena Dahyun mulai menaruh rasa pada Mark."Oppa! Jawab pertayaanku tadi,aish!" seru Dahyun karena kesal dengan Lino yang telah mengabaikannya.Lino tak menanggapi bukan karena tak suka, tapi ia sedikit cemburu mungkin? "Apa, hm? Kau 'kan sudah tahu jika aku dan Mark memang bersahabat sejak lama. Lalu apa lagi yang harus kujawab?" sahutnya sembari memejamkan mata. Ia sedang menyender

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB V

    Tepat di hari minggu, pukul 09.30 a.m, Dahyun hampir selesai denganshiftmalamnya. Ia mengunjungi pasien terakhirnya untuk diperiksa. Pasien tersebut adalah Mark Lee.Decit suara pintu terbuka dan derap langkah Dahyun tidak juga membuat laki-laki dengan marga Lee menoleh ataupun terusik. Ia asik dengan lamunannya sembari menatap kosong ke arah jendela kamar inapnya. Ia masih memikirkanchatLine dari Ningning semalam, bahwa Karina akan bertunangan lagi dengan laki-laki lain. Dan untuk kedua kalinya, Mark harus merasakan perasaan yang sama yaitu patah hati.Dahyun menghampiri Mark dan menyerengitkan dahinya karena Mark tidak menyadari kehadirannya. Ingin rasanya Dahyun mengagetkannya tapi ia urungkan. Dahyun lebih memilih mengambil kursi dan duduk di samping ranjang Mark dan menyilangkan kedua tanga

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB VI

    Inikah rasanya sakit hati akibat patah hati? Jika rasa sakit ini mampu membuatnya bahagia, ikhlas adalah jawabannya. Kurasa itu lebih baik.-Mark Lee-o-Di ruangan bercat putih, suasana terlihat sangat canggung di antara ke-empat orang yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.Mark, apa kabar hatimu?Kenapa dia menceritakan semuanya di sini.Aku bisa apa? Dia lebih menyukainya daripada aku.Apa yang mereka lakukan?Kurang lebih seperti itu isi pikiran dari mereka masing-masing. Banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyaka

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB VII

    Apakah sekarang saatnya, diriku harus merelekannya? Merelakan dia bahagia dengan orang lain. Kurasa, itu sulit tapi akan kucoba.—Mark Lee.-o-Esok adalah hari di mana Karina dan Jeno bertunangan. Mark juga sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Saat ini, ia sedang diApartmentmiliknya seorang diri."Apa yang harus kulakukan?" gumam Mark sembari melanjutkan meneguk segelaswhiskeyyang ada di tangannya.Mark sedang berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya. Ia butuh sesuatu agar bisa melupakan seseorang yang selalu memenuhi pikirannya, walaupun sejenak dan alkohol adalah solusi menurutnya. Padahal, dokter sudah menyarankan untuk tidak mengkonsumsi minuma

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB VIII

    Semuahalbutuhsebuahproses.Begitujugadenganmelepaskancintapertama.Butuhprosespemulihanhati,entahdalamjangkapanjangataupendek.Semuatergantungpribadidanpemikiranmasing-masing.Jikakauberpikirpositifsetelahnya, prosesituakanmudah

    Last Updated : 2021-04-03

Latest chapter

  • Never Cease   BAB XXV

    Bagaimanapun kaukedepannya. Aku, akantetapdisini dan akan selalu menunggumu kembali mengingatku.—Mark Lee -o- Matahari pagi menyingsing dengan sunyi hingga suara angin berhembus begitu terdengar di telinga. Di sebuah rumah sakit, seorang laki-laki sedang tertidur di ranjang sembari memejamkan matanya. Ralat! Tertidur pulas terlihat dari mulutnya yang sedikit terbuka. Sesekali dahi laki-laki itu mengernyit, seperti sedang bermimpi. Buruk mungkin? "Tidak! Itu tidak mungkin!" pekik laki-laki itu dan terbangun dengan napas yang terengah-engah. Iris cokelatnya menelusuri tiap sudut di ruangan tersebut.

  • Never Cease   BAB XXIV

    Satu minggu telah berlalu, hari ini adalah Rabu. Pagi menyingsing dengan sunyi. Suara dari layar monitor di ruangan tersebut begitu terdengar di telinga laki-laki yang sedaritadi menatap wanita di hadapannya. Wanita itu masih terlelap di ranjang dengan seprai warna putih, karena pengaruh obat biusnya belum juga hilang sejak tiga jam lalu.Laki-laki itu memperhatikan setiap gerak detak jantungnya melalui layar monitor berukuran sedang yang ada di samping ranjang. Sesekali ia mengamati setiap lekuk wajah wanita yang terbaring lemah dengan beberapa selang dan tabung yang menempel di tubuhnya.Ya, Dahyun baru saja selesai di operasi sekitar tujuh jam. Dan laki-laki itu yang mengoperasinya, karena ia adalah dokter pribadi wanita itu. Operasi berjalan dengan lancar, walaupun ada sedikit kendala karena wanita itu mengalami pendarahan dan golon

  • Never Cease   BAB XXIII

    Disarankansembarimendengarkanlagu,Paper Umbrella -Yesung.-o-"Bisakah kita bicara sebentar. Ini mengenai transplantasi hati Dahyun," sahut Mark.Lino menyerngit, tapi dengan cepat ia mengangguk. "Baiklah, ikut ke ruanganku sekarang," ucap laki-laki itu dan berjalan berdampingan dengan Mark.Mereka berjalan dengan sedikit tergesa-gesa untuk sampai ke ruangan. Sesekali Mark meremas-remas kedua telapak tangannya, tanda ia sedang khawatir dan gelisah.Di benaknya, hanya ada kalimat,jikaitu

  • Never Cease   BAB XXII

    Akusangatberterimakasihkepadamu, yangmemperlakukankubagaikansekuntumbunga,saatkehidupanbegituberat.—Kim Dahyun. -o- Di hari Sabtu yang cerah itu, Dahyun terlihat sangat senang karena beberapa alasan. Pertama, ia senang karena ini adalah hari di mana ia akan pergi berjalan-jalan bersama dengan Lino. Kedua, karena ia baru saja mendapat kabar baik dari Lino bahwa ia dan laki-laki itu akan segera pindah tugas di rumah sakit Seoul. Saat ia sedang berjalan cepat menuju taman belakang

  • Never Cease   BAB XXI

    Dengarkanlagu,'If It's You - JungSeunghwan'(Lagu yangmenggambarkanperasaanseorangLee Know. ChapterinibeberapajamsebelumkencanMark danDahyundi chaptersebelumnya.)***They say you'll be happy when you fall in loveWho said that?Because I only know a loveThat looks at you from behind-o-

  • Never Cease   BAB XX

    Disarankansambilmendengarkanlagu,'Because of You - LeeHyun'***When the right man walks into your life and loves you the way you deserve to be loved, you whole perspective on life will change.-o-Di jalan SimniCherry Blossom, kawasan Kuil Ssanggyesa. Mereka berdua berjalan berdampingan dan saling berpegangan tangan. Sang lelaki tidak henti-hentinya menatap sang wanita di sampingnya yang begitu riang. Senyum di wajah wanita itu bila diibaratkan seperti bunga-bunga sakura yang baru saja bermekaran, menambah kecantikan di wajah

  • Never Cease   BAB XIX

    Maafkanaku,CintaPertamaku,tapiakubosan. Akubutuhpergisupayabisamerasalagi.—Mark Lee. -o- At, Seoul. Suara kendaraan yang bising dan saling bersahutan dengan semilir angin. Matahari pun tampak tidak malu-malu untuk menunjukan sinarnya. Di kota Seoul, distrik Gangnam, seorang laki-laki sedang merasakan hangatnya sinar mentari pagi dengan pemandangan kota yang hiruk pikuk orang berlalu-lalang dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Laki-laki i

  • Never Cease   BAB XVIII

    Dahyun mengerjap-ngerjapkan matanya karena silau dengan sinar lampu di ruangan tersebut. Matanya menelusuri setiap sudut, memperjelas penglihatannya dan mencerna pikirannya. Ada di mana ia sekarang.Tidak menunggu lama untuk mencaritahu di mana wanita itu sekarang. Pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan sosok Lee Know lengkap dengan jas dokternya."Oppa? Aku di rawat inap lagi?" tanya Dahyun pada Lino.Laki-laki itu menghampiri Dahyun dengan senyuman yang terpancar dari wajah tampannya. Namun, dibalik itu, tersimpan kesedihan yang mendalam setelah mengetahui hasil dari biopsi hati yang baru saja dilakukan beberapa jam lalu —dua jam."Hmmm, kau tidak sadarkan diri lagi tadi. Apa masih pusing?" sahut Lino dan bert

  • Never Cease   BAB XVII

    Di sarankan sambil mendengarkan lagu'A World That Is You - Yoon Mi Rae'***Menahan air matamu dan membalikkan badan, seakan kau tidaklah lemah.—Kim Dahyun.-o-Ningning sedikit berlari menuju apartemen Dahyun. Wanita itu tidak henti-hentinya menggerutu kesal karena Mark telat bangun, dan berakhir dengan ia yang menjemput Dahyun.Sedikit tergesa-gesa, Ningning keluar dari lift dan tiba di depan pintu apartemen Dahyun. Wanita itu menekan bel yang terdapat di samping pintu --berkali-kali. Namun, tidak ada sahutan sama sekali.Dengan gerakan cepat, Ningning membuka tasnya dan mengambil ponsel untuk m

DMCA.com Protection Status