Apakah sekarang saatnya, diriku harus merelekannya? Merelakan dia bahagia dengan orang lain. Kurasa, itu sulit tapi akan kucoba.
—Mark Lee.-o-
Esok adalah hari di mana Karina dan Jeno bertunangan. Mark juga sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Saat ini, ia sedang di Apartment miliknya seorang diri.
"Apa yang harus kulakukan?" gumam Mark sembari melanjutkan meneguk segelas whiskey yang ada di tangannya.
Mark sedang berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya. Ia butuh sesuatu agar bisa melupakan seseorang yang selalu memenuhi pikirannya, walaupun sejenak dan alkohol adalah solusi menurutnya. Padahal, dokter sudah menyarankan untuk tidak mengkonsumsi minuman tersebut selama masa pemulihan. Tetapi, Mark membutuhkannya saat ini.
"Rasanya sangat sakit... sangat sesak... ingin melepaskan rasa sakit ini tapi bagaimana caranya? Aku tidak tahu," ucap Mark meracau sembari meletakkan satu tangannya di dada dan mencengkram bajunya, seakan menyalurkan rasa sakitnya. Ia menangis dalam diam.
Mungkin beberapa laki-laki lain pun akan melakukan hal yang sama, yaitu menangis saat harus melepaskan cinta pertamanya. Walaupun Mark tidak menangis terisak atau pun histeris, tapi siapapun yang melihatnya akan bisa merasakan betapa sakit hatinya dan rapuhnya seorang Mark Lee.
Tiba-tiba suara pintu Apartment terbuka, menampilkan dua wanita yang terlihat sangat panik sekaligus khawatir. Mereka adalah Ningning dan Dahyun.
Ningning menghubungi Dahyun untuk membantunya menenangkan Mark. Karena Ningning tahu jika Mark sedang tidak baik dalam fisik maupun hatinya. Ningning takut, Mark berbuat yang tidak diinginkan.
"Mark! Kau di mana?" teriak Ningning mencari keberadaan Mark, diikuti oleh Dahyun di belakangnya yang mengedarkan pandangan di setiap sudut ruangan untuk mencari Mark.
Ningning menghampiri Dahyun. "Dahyun-ssi, tolong kau cari Mark di balkon kamar atas dan sekitarnya. Aku akan mencarinya di sekitar sini," pintanya.
Dahyun mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Ia sampai di depan pintu kamar utama, lalu mengetuknya tiga kali. Karena tidak ada jawaban, Dahyun memberanikan diri membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati.
Apakah ini kamar Mark? Kurasa iya. Batin Dahyun.
Dahyun melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar setelah pintu terbuka cukup lebar. Tapi ia tidak menemukan siapapun di kamar itu. Lalu, ia melanjutkan langkahnya lebih dalam dan menghampiri connecting door yang memisahkan kamar dengan balkon. Ia melihat sekitar dan membuka pintu tersebut.
Di mana Mark jika ini memang kamarnya... Batin Dahyun sembari mengedarkan pandangannya di daerah balkon.
Aaah itu dia...
Dahyun menemukan sosok Mark sedang duduk di salah satu kursi yang ada di balkon dengan pandangan kosong menatap gedung-gedung di depannya. Dahyun ingin berteriak memanggil Ningning karena sudah menemukan keberadaan Mark, tapi ia urungkan. Karena, Dahyun melihat Mark seperti tidak ingin ada yang mengganggunya. Akhirnya Dahyun memutuskan untuk menghampiri Mark diam-diam dan duduk di kursi tepat sebelahnya.
Apa yang sedang dia pikirkan sampai tidak menyadari keberadaanku. Batin Dahyun.
Dahyun melihat meja di sebelah Mark dan menemukan beberapa botol whiskey yang sudah kosong setengahnya.
"Ya! Mark Lee! Sudah kubilang jangan minum minuman berakohol! Kau masih dalam pemulihan! Aigoo!" teriak Dahyun refleks karena kaget ternyata Mark sedang minum-minuman alkohol yang sudah ia larang sebelumnya.
Mark menoleh ke arah Dahyun dengan tatapan yang membuat Dahyun mematung sesaat.
Kenapa tatapannya seperti itu, apa yang kau rasakan sesakit itu Mark? Batin Dahyun menatap Mark sendu.
"Dahyun-a," ucap Mark lirih. Ia masih dalam kesadarannya walapun tidak dalam kesadaran penuh.
"Waeyo Mark?" Dahyun berdiri dan menghampiri Mark. "Kau kenapa? Mau bercerita denganku?" Mark tidak menjawab. "Baiklah, aku tidak akan memaksa," lanjut Dahyun.
Mark meraih tangan Dahyun untuk lebih mendekat. Dahyun pun menurut dan berdiri tepat di hadapan Mark yang masih terduduk. Mark merengkuh pinggang Dahyun dan memeluknya --menenggelamkan kepalanya.
Dahyun sempat terkejut, tapi ia cukup memahami tindakan Mark. Tanpa sadar ia mengusap rambut hitam pekat milik Mark dan berkata, "gwenchana Mark, semua akan baik-baik saja. Menangislah jika kau tidak kuat. Cerita dan berbagilah denganku kalau kau ingin. Aku di sini siap menjadi pendengar yang baik untukmu."
Mark tidak menjawab pertanyaan Dahyun, ia hanya menggelengkan kepalanya pelan dan memeluk pinggang Dahyun lebih erat. Ia merasakan kenyamanan saat ini. Dan Dahyun hanya melihat Mark dengan tatapan iba, namun ikut merasakan sakit yang dirasakan oleh Mark.
Aku tidak tahu seberapa banyak rasa sakitmu Mark, tapi aku bisa merasakan betapa kau sangat mencintainya. Kurasa akan butuh waktu lama untukku masuk ke dalam hatimu, tapi aku akan tetap menunggu. Batin Dahyun.
Tanpa Mark dan Dahyun sadari, Ningning melihat mereka berdua dari ambang connecting door. Ningning merasa, apa yang ia lakukan saat ini adalah yang terbaik untuk Mark. Karena Ningning yakin, jika Mark bisa bertemu dengan cinta yang baru, ia akan melepaskan cinta pertamanya. Ningning memang sengaja menghubungi Dahyun dan mengajaknya ke Apartment Mark.
Aku berharap kau cepat menemukan cinta yang baru dan membuka hatimu Mark, dengan hadirnya Dahyun di dekatmu. Batin Ningning.
Ningning memutar tubuhnya dan melangkahkan kakinya keluar kamar Mark dengan langkah penuh harapan agar mereka menjadi dekat, sekaligus memberikan kenyamanan untuk keduanya.
Waktu sudah menunjukkan larut malam, Mark masih setia memeluk pinggang Dahyun tanpa niat melepaskannya. Tapi, Dahyun sudah merasa kelelahan karena terus berdiri. Akhirnya ia mencoba berbicara dengan Mark.
"Mark. Kurasa, aku lelah berdiri terus. Bolehkah aku duduk di sampingmu saja?" tanya Dahyun.
Mark meregangkan pelukannya perlahan dengan tangan masih di pinggang Dahyun. Ia mengangkat kepalanya untuk melihat wanita itu, lalu berkata, "Kau lelah?"
"Sangat. Bisa kau lepas pelukanmu itu?" ucap Dahyun sembari melirik tangan Mark yang masih ada di pinggangya.
"Biarkan seperti ini beberapa menit lagi, hm?" ucap Mark terdengar seperti meminta izin pada Dahyun.
Dahyun menghela napasnya kasar, lalu ia mengangguk tanda ia setuju dengan permintaan Mark.
"Lima menit, tidak lebih," sahut Dahyun.
Mark langsung memeluk Dahyun lagi dengan cepat dan mengeratkan pelukannya.
Aku sangat nyaman seperti ini...
Setelah lima menit, Mark melepaskan pelukannya pada Dahyun dan menuntun tangan Dahyun agar duduk tepat di sebelahnya.
"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau minum whiskey? Sebelumnya sudah ku beritahu 'kan. Kau tidak boleh mengkonsumsi minuman berakohol," ucap Dahyun sembari mengerucutkan bibirnya dan terus mengoceh.
Mark meneguk sisa terakhir whikey yang ada di gelas dan hanya menatap Dahyun tanpa mendengarkan perkataannya. Mark menatap matanya mengisyaratkan kerinduan yang amat sangat dalam. Mungkin karena pengaruh alkohol, Mark mulai melihat Dahyun seperti Karina. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Dahyun.
"Aku mencintaimu," ucap Mark, sontak membuat Dahyun diam menghentikan ocehannya.
Mark menatap tepat di manik cokelat milik Dahyun dan semakin mendekatkan wajahnya. Dahyun terkunci oleh tatapan Mark. Dahyun ingin menghindar tapi tubuh dan pikirannya tidak sejalan.
Akhirnya Dahyun memejamkan matanya, dan tiba-tiba merasakan bibir Mark menempel pada bibirnya. Tubuh Dahyun menegang dan pikirannya sudah tidak bisa berpikir dengan baik. Apalagi setelah Mark menciumnya dengan sangat lembut, terkesan ciuman tersebut penuh cinta.
Namun, Dahyun tahu, yang ada di pikiran Mark saat ini bukan dirinya tapi wanita lain. Dan pikiran itu membuat Dahyun menitikkan air matanya. Begitu juga dengan Mark, ia tahu jika wanita di hadapannya yang ia kira cinta pertamanya, tidak akan bisa menjadi miliknya. Mereka berciuman dengan diiringi air mata seakan menyalurkan rasa sakit yang mereka rasakan.
Beberapa menit kemudian, Dahyun melepaskan tautan pada bibir Mark lebih dulu. Ia sudah tidak sanggup untuk melanjutkannya. Mark menatap manik cokelat milik Dahyun dengan tatapan penuh penyesalan karena menyadari wanita di hadapannya adalah Dahyun bukan Karina.
"Mianhae," ucap Mark sembari mengusap air mata yang tersisa di ujung mata Dahyun.
"Bisakah mulai saat ini kau hanya memikirkanku saja? Bolehkah aku egois untuk yang satu ini?" tanya Dahyun dengan kepala menunduk.
Mark menangkup dagu Dahyun dan mengarahkannya agar melihat matanya. "Maafkan aku. Tapi aku akan mencobanya, tolong bantu aku," sahutnya.
Mark dan Dahyun memang semakin dekat setelah pertemuan pertama mereka di rumah sakit. Mark sangat mengetahui jika Dahyun menyukai dirinya hanya dari cara wanita itu menatapnya. Tapi Mark masih belum bisa terbuka mengenai Karina dan itu membuat Dahyun harus lebih bersabar menghadapi Mark.
"Aku akan membantumu, Mark," ucap Dahyun pada akhirnya.
Mark menarik Dahyun ke dalam pelukannya dan mereka berpelukan di temani angin malam yang berhembus cukup kencang.
-o-
Saat aroma tubuhmu menghampiriku dan mengatakan kepadaku bahwa ia mencintaiku. Aku menjadi kepingan-kepingan seolah aku adalah sinar mentari.
—Kim Dahyun.Semuahalbutuhsebuahproses.Begitujugadenganmelepaskancintapertama.Butuhprosespemulihanhati,entahdalamjangkapanjangataupendek.Semuatergantungpribadidanpemikiranmasing-masing.Jikakauberpikirpositifsetelahnya, prosesituakanmudah
Suara itu, yang menyebut namaku. Aku mencintai suara itu. Aku terjaga sepanjang malam membayangkan seseorang. Dan mengimajinasikan masa depan berkat senyumannya. Namun, semua itu hanyalah mimpi. Begitu indah hingga aku enggan untuk terbangun dari mimpiku.—Mark Lee.-o-Dahyun masih memikirkan perkataan Mark. Jika apa yang laki-laki itu katakan padanya karena keterpaksaan dengan keadaan yang ada, maka bukan cinta namanya.Juga bukan karena Dahyun takut hanya menjadi pelarian bagi Mark. Itu bahkan lebih baik, setidaknya Mark akan benar-benar membuka hati untuknya. Tapi, yang Dahyun takutkan adalah jika Mark mengetahui dirinya dan Lino telah di jodohkan. Bukan hanya persahabatan mereka yang akan renggang, tapi perasaan Mark yang akan lebih tersakiti jika mema
Mungkin dengan hadirnya sosok dirimu dalam hidupku, proses penyembuhan patah hatiku akan lebih bermakna. Terima kasih.—Mark Lee.-o-Hari sudah mulai gelap, matahari pun mulai meredup berganti dengan bulan yang mulai bersinar. Di rumah sakit, Lino dan Dahyun sertastaffmedis lainnya yang bersangkutan sedang melakukan sebuah operasi.Sudah lebih dari empat jam operasi berlangsung. Lino sempat terlihat tidak fokus saat melakukanIntubasi Endotrakealpada pasien sebelum memulai pembedahan. Entah apa yang Lino pikirkan hingga konsentrasinya pecah. Seperti bukan Lino yang biasanya.*Intubasi Endotrakeal= Memasukkan selang pada trakea untuk memberika
Haruskahakumengalah?Haruskahakumenyerahdenganperasaanini?Haruskah?—Lee Know.-o-Kelanjutannya..."Baiklah, maaf jika aku mengganggu waktumu. Aku langsung pada intinya, aku akan membuka hatiku untuk Dahyun mulai saat ini. Jadi aku ingin meminta izin darimu, untuk mendukung keputusanku," sahut Mark.Lino terkejut tapi dengan cepat ia menetralkan raut wajahnya dari keterkejutan. "Kau mulai menyukai Dahyun? Kau serius dengannya?" tanyanya."Aku akan menc
Rintikhujanhanyamencintaidaunyangkering. Akumerasasangat...sangatcemburu...hinggaakuberbaringdiatasdedaunanyangkeringitusampaihujanberhenti.—Kim Dahyun.-o-Sedetik berlalu, udara sisa musim dingin merasuk dengan ragu. Mark mengusap punggung tangan Dahyun. Ia melepaskan jasnya dan diberikan pada Dahyun untuk menghangatkannya. Dahyun memejamkan matanya dan berd
Semiliranginselalumenemanisetiaplangkahdimusimdingin-mu.Semogaakuyangmenjadipelangidimusimsemi-mu.—Kim Dahyun.-o-"A-ani. Bukan itu maksudku." Mark gelagapan karena sikap Dahyun yang menarik tangannya."Aku mengerti Mark. Aku bukan siapa-siapa bagimu. Aku juga tidak berhak mengetahui semua tentangmu. Tapi, kau pernah meminta bantuanku. Jadi, aku perlu mengetahui bagaimana hubunganmu dengan Yuna di masa la
Bagian terpenting dari suatu hubungan adalah bagaimana proses untuk saling memahami dan mempertahankan satu sama lain.-o-Yuna duduk di ruangan Lino, sembari memperhatikan Lino yang sedang melamun --entah memikirkan apa. Terhitung sudah sepuluh menit mereka berdua saling diam. Biasanya Yuna akan sangat berisik jika sudah di dekat Lino untuk menarik perhatiannya. Tapi, tidak untuk sekarang. Yuna lebih memilih diam karena sepertinya Lino sedang dalam keadaan yang tidak baik.Hingga Yuna sudah tidak tahan dengan keadaan yang hening seperti itu. "Lee Know," panggilnya, berharap Lino menyadari kehadirannya.Tapi, Lino tetap saja melamun
When the rain was falling down, I could see the sun shined so bright. Beautiful! I enjoyed the warm of the sun. That's why I called him "Mr. Sunny". That was sunny day for me at that time.—Kim Dahyun.-o-Langit nampak lebih ramai malam ini. Berbeda dari biasanya yang sangat sepi tertutup oleh awan mendung. Bintang berkelap-kelip walau dilihat hanya dengan mata telanjang. Mereka --bintang seakan mengerti, bahwa ada sepasang manusia yang sedang memandangnya dari ketinggian yang cukup --di atap rumah sakit.Mark dan Dahyun --duduk di kursi panjang yang ada di atap rumah sakit. Mereka berdua sedang menikmati pemandangan yang jarang dilihat dalam sehari-hari.Dahyun dengan nyaman menyenderkan kepalan
Bagaimanapun kaukedepannya. Aku, akantetapdisini dan akan selalu menunggumu kembali mengingatku.—Mark Lee -o- Matahari pagi menyingsing dengan sunyi hingga suara angin berhembus begitu terdengar di telinga. Di sebuah rumah sakit, seorang laki-laki sedang tertidur di ranjang sembari memejamkan matanya. Ralat! Tertidur pulas terlihat dari mulutnya yang sedikit terbuka. Sesekali dahi laki-laki itu mengernyit, seperti sedang bermimpi. Buruk mungkin? "Tidak! Itu tidak mungkin!" pekik laki-laki itu dan terbangun dengan napas yang terengah-engah. Iris cokelatnya menelusuri tiap sudut di ruangan tersebut.
Satu minggu telah berlalu, hari ini adalah Rabu. Pagi menyingsing dengan sunyi. Suara dari layar monitor di ruangan tersebut begitu terdengar di telinga laki-laki yang sedaritadi menatap wanita di hadapannya. Wanita itu masih terlelap di ranjang dengan seprai warna putih, karena pengaruh obat biusnya belum juga hilang sejak tiga jam lalu.Laki-laki itu memperhatikan setiap gerak detak jantungnya melalui layar monitor berukuran sedang yang ada di samping ranjang. Sesekali ia mengamati setiap lekuk wajah wanita yang terbaring lemah dengan beberapa selang dan tabung yang menempel di tubuhnya.Ya, Dahyun baru saja selesai di operasi sekitar tujuh jam. Dan laki-laki itu yang mengoperasinya, karena ia adalah dokter pribadi wanita itu. Operasi berjalan dengan lancar, walaupun ada sedikit kendala karena wanita itu mengalami pendarahan dan golon
Disarankansembarimendengarkanlagu,Paper Umbrella -Yesung.-o-"Bisakah kita bicara sebentar. Ini mengenai transplantasi hati Dahyun," sahut Mark.Lino menyerngit, tapi dengan cepat ia mengangguk. "Baiklah, ikut ke ruanganku sekarang," ucap laki-laki itu dan berjalan berdampingan dengan Mark.Mereka berjalan dengan sedikit tergesa-gesa untuk sampai ke ruangan. Sesekali Mark meremas-remas kedua telapak tangannya, tanda ia sedang khawatir dan gelisah.Di benaknya, hanya ada kalimat,jikaitu
Akusangatberterimakasihkepadamu, yangmemperlakukankubagaikansekuntumbunga,saatkehidupanbegituberat.—Kim Dahyun. -o- Di hari Sabtu yang cerah itu, Dahyun terlihat sangat senang karena beberapa alasan. Pertama, ia senang karena ini adalah hari di mana ia akan pergi berjalan-jalan bersama dengan Lino. Kedua, karena ia baru saja mendapat kabar baik dari Lino bahwa ia dan laki-laki itu akan segera pindah tugas di rumah sakit Seoul. Saat ia sedang berjalan cepat menuju taman belakang
Dengarkanlagu,'If It's You - JungSeunghwan'(Lagu yangmenggambarkanperasaanseorangLee Know. ChapterinibeberapajamsebelumkencanMark danDahyundi chaptersebelumnya.)***They say you'll be happy when you fall in loveWho said that?Because I only know a loveThat looks at you from behind-o-
Disarankansambilmendengarkanlagu,'Because of You - LeeHyun'***When the right man walks into your life and loves you the way you deserve to be loved, you whole perspective on life will change.-o-Di jalan SimniCherry Blossom, kawasan Kuil Ssanggyesa. Mereka berdua berjalan berdampingan dan saling berpegangan tangan. Sang lelaki tidak henti-hentinya menatap sang wanita di sampingnya yang begitu riang. Senyum di wajah wanita itu bila diibaratkan seperti bunga-bunga sakura yang baru saja bermekaran, menambah kecantikan di wajah
Maafkanaku,CintaPertamaku,tapiakubosan. Akubutuhpergisupayabisamerasalagi.—Mark Lee. -o- At, Seoul. Suara kendaraan yang bising dan saling bersahutan dengan semilir angin. Matahari pun tampak tidak malu-malu untuk menunjukan sinarnya. Di kota Seoul, distrik Gangnam, seorang laki-laki sedang merasakan hangatnya sinar mentari pagi dengan pemandangan kota yang hiruk pikuk orang berlalu-lalang dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Laki-laki i
Dahyun mengerjap-ngerjapkan matanya karena silau dengan sinar lampu di ruangan tersebut. Matanya menelusuri setiap sudut, memperjelas penglihatannya dan mencerna pikirannya. Ada di mana ia sekarang.Tidak menunggu lama untuk mencaritahu di mana wanita itu sekarang. Pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan sosok Lee Know lengkap dengan jas dokternya."Oppa? Aku di rawat inap lagi?" tanya Dahyun pada Lino.Laki-laki itu menghampiri Dahyun dengan senyuman yang terpancar dari wajah tampannya. Namun, dibalik itu, tersimpan kesedihan yang mendalam setelah mengetahui hasil dari biopsi hati yang baru saja dilakukan beberapa jam lalu —dua jam."Hmmm, kau tidak sadarkan diri lagi tadi. Apa masih pusing?" sahut Lino dan bert
Di sarankan sambil mendengarkan lagu'A World That Is You - Yoon Mi Rae'***Menahan air matamu dan membalikkan badan, seakan kau tidaklah lemah.—Kim Dahyun.-o-Ningning sedikit berlari menuju apartemen Dahyun. Wanita itu tidak henti-hentinya menggerutu kesal karena Mark telat bangun, dan berakhir dengan ia yang menjemput Dahyun.Sedikit tergesa-gesa, Ningning keluar dari lift dan tiba di depan pintu apartemen Dahyun. Wanita itu menekan bel yang terdapat di samping pintu --berkali-kali. Namun, tidak ada sahutan sama sekali.Dengan gerakan cepat, Ningning membuka tasnya dan mengambil ponsel untuk m