Inikah rasanya sakit hati akibat patah hati? Jika rasa sakit ini mampu membuatnya bahagia, ikhlas adalah jawabannya. Kurasa itu lebih baik.
-Mark Lee-o-
Di ruangan bercat putih, suasana terlihat sangat canggung di antara ke-empat orang yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Mark, apa kabar hatimu?
Kenapa dia menceritakan semuanya di sini.
Aku bisa apa? Dia lebih menyukainya daripada aku.
Apa yang mereka lakukan?
Kurang lebih seperti itu isi pikiran dari mereka masing-masing. Banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyakan tapi keadaan tidak mendukung untuk itu.
"Kapan kau kembali dari Seoul?" tanya Mark pada Ningning, memecahkan keheningan yang ada.
"Dua hari lalu. Maaf aku baru mengunjungimu hari ini," sahut Ningning.
Mereka terdiam lagi, hingga Lino berinisiatif untuk mengajak bicara Dahyun yang diam sedaritadi.
"Dokter Kim. Kau tidak pulang? Jam kerjamu sudah selesai bukan?" tanya Lino.
Dahyun mengerjapkan matanya, ia duduk tepat di samping Lino. "Eung? Aah, iya aku akan pulang sunbae." Ia berdiri, lalu mengambil jas dokternya.
"Aku akan ke ruanganku untuk mengambil tas dan beberapa barangku," lanjut Dahyun.
"Ya sudah, kajja." Lino ikut berdiri.
Mark hanya memperhatikan gerak-gerik Dahyun yang terlihat seperti sedang salah tingkah dan itu sangat menggemaskan menurut Mark.
Ningning yang melihat Mark tersenyum, pun menyerengitkan dahinya. Mereka terlihat dekat dengan Mark. Siapa mereka? Batin Ningning.
"Mark, kami permisi dulu. Nanti sore aku kembali ke sini untuk mengecek keadaanmu," ucap Lino.
Mark masih memperhatikan Dahyun, hingga ia tidak sadar jika Lino berbicara padanya.
"Mark!" Ningning menepuk pundak Mark dan membuatnya terkejut.
"Wae?" tanya Mark sembari mengusap pundaknya.
Ningning mengisyaratkan dengan matanya untuk melihat Lino. Mark pun menoleh ke arah pria itu.
"Ada apa?" tanya Mark bingung.
Lino menghela napas. "Aku pamit," ucapnya.
"Dengan Dahyun? Kalian saling kenal?" tanya Mark.
"Hm, dia dokter di rumah sakit ini sama sepertiku," sahut Lino sedikit sarkas.
"Ani, bukan itu maksudku. Di luar pekerjaan kalian sebagai dokter," ucap Mark.
"Dia sunbae saat aku masih menjadi resident," sahut Dahyun tiba-tiba. Padahal semalam sudah kuberitahu kan hmm.
Lino baru saja ingin menjawab, namun ia urungkan. Padahal aku ingin bilang jika kau sudah di jodohkan olehku. Kurasa, kau benar-benar menyukai Mark. Batinnya sembari menatap Dahyun dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Aah jadi kalian sudah mengenal cukup lama? Bagus, setidaknya aku memiliki kalian di negara ini," sahut Mark tersenyum.
"Baiklah, kami permisi," ucap Lino.
Lino dan Dahyun menundukkan kepalanya sebentar lalu melangkahkan kakinya keluar ruangan Mark.
Tiba-tiba Dahyun menghentikan langkahnya setelah cukup jauh dari ruangan Mark. Otomatis Lino ikut berhenti.
"Ada apa, Hyun-a?" tanya Lino sembari menyerengitkan dahinya.
Memindai wajah Lino. "Kau tidak bermaksud memberitahu Mark 'kan oppa? Kalau kita telah dijodohkan?" tanyanya lalu menatap lekat kedua mata Lino.
Tentu saja hal itu membuat Lino diam mematung, karena wajah Dahyun sangat dekat dengan wajahnya. Bahkan Lino sampai menelan salivanya untuk menutupi kegugupannya sekarang.
"A-ani. Untuk apa? Aku tahu, kau menyukai Mark, benar 'kan?" sahut Lino menggoda Dahyun di akhir kalimat.
Aigoo, kenapa jantungku berdegup sangat cepat. Ini tidak bisa di biarkan! Aku takut akan semakin besar rasa sukaku padanya. Batin Lino.
Mengangguk malu-malu, namun detik berikutnya Dahyun malah berjingkrak riang. "Kau memang oppaku! Bantu aku ya oppa?" ucapnya sembari merangkul lengan Lino. Beruntung lobi sedang sepi.
"Hm," sahut Lino melanjutkan langkahnya dan otomatis Dahyun mengikutinya karena tangannya diapit oleh lengannya.
"Oppa! Hm apa? Iya atau tidak?" tanya Dahyun sembari mengikuti langkah Lino.
Beruntung koridor di lantai VIP sepi, hanya staff rumah sakit dan dokter dengan jabatan tinggi yang bisa memasuki wilayah itu. Termasuk Lino, ia adalah kepala divisi ahli bedah. Diusianya yang masih sangat muda, ia sudah di percaya atas rekomendasi dari president rumah sakit di Seoul.
-o-
Di ruang Calendula.
"Kau mengenal kedua dokter itu, Mark?" tanya Ningning sambil meletakkan tasnya di atas meja.
Mark mengangguk. "Hm, aku mengenal Lino sejak sekolah menengah atas. Dia partner dance saat itu," sahutnya.
"Kalau dokter wanita itu?" tanya Ningning penasaran.
"Hm, dia dokter yang merawatku dan teman mengobrol saat kau tidak ada," sahut Mark sembari memberikan lirikan pada Ningning yang terkesan menyindir.
"Ya! Aku 'kan ke Seoul karena permintaan eomma untuk mengurus berkas di perusahaan mendiang appa," sahut Ningning.
Mengangguk lemah. "Aku tahu, seharusnya itu menjadi urusanku. Mianhae sudah merepotkanmu Ningning-a," ucapnya.
"Aniyo. Kau 'kan kakakku, walaupun aku hanya saudara angkatmu tapi aku sangat menyayangimu Mark," ucap Ningning menundukkan kepalanya.
Bahkan aku menyukaimu lebih dari seorang saudara, hingga aku menyerah dengan perasaanku saat mengetahui kalau kau sangat mencintai sahabatmu sendiri. Batin Ningning.
Ningning memang pernah mencintai Mark, sebelum ia mengetahui jika Mark jatuh cinta pada Karina. Apalagi setelah mengetahui fakta bahwa Mark rela mengorbankan nyawanya demi wanita itu. Bagaimana bisa Ningning masuk ke dalam hati Mark yang sudah terkunci kuat itu.
"Arraseo, arraseo. Aku juga menyayangimu, adik kecilku," sahut Mark sembari mengacak rambut Ningning.
"Aish! Rambutku jadi berantakan! Aku sudah besar tahu, bukan anak kecil lagi yang diam saja saat kau mengacak rambutku dulu," sahut Ningning dan mengerucutkan bibirnya.
Mark tertawa terbahak-bahak saat melihat Ningning menggerutu. "Aigoo. Maafkan oppa ne?" ucap Mark.
"Oppa? Aku tidak mau memanggilmu seperti itu," sahut Ningning merajuk.
"Aish! Aku ini oppamu tahu! Walaupun kita hanya berbeda satu tahun, kau tetap adikku," ucap Mark.
"Tidak mau!" seru Ningning dan menjulurkan lidahnya pada Mark, lalu berlari menjauh dari lelaki itu.
"Ya! Ningning! Kemari kau!" Mark gemas dengan tingkah Ningning yang masih terlihat seperti adik kecil bagi Mark.
Terjadilah saling kejar diruangan yang cukup besar. Walaupun Mark masih harus sangat berhati-hati dengan lukanya pasca operasi. Tetap tidak mengurungkan niatnya untuk menjahili Ningning.
Mark dan Ningning sedang duduk di sofa sembari meluruskan kakinya karena kelelahan berlarian. Rambut Ningning terlihat sangat berantakan akibat kejahilan Mark. Jangan lupakan raut wajah Ningning yang masih tertekuk dan raut wajah Mark yang terlihat sumringah karena berhasil menjahili adik angkatnya itu.
"Aku haus Mark!" seru Ningning.
"Minum Ning," sahut Mark santai.
Ningning melirik Mark dengan sinis lalu berdecih. "Ambilkan maksudku," ucapnya lalu berdiri untuk mengambil air mineral di kulkas yang tersedia di ruangan Mark.
"Ck, kau yang seharusnya mengambilkan air mineral untuk oppamu ini," ucap Mark.
"Ini, tidak perlu kau ingatkan, aku tahu." Ningning memberikan air mineral kemasan pada Mark dan duduk kembali di sofa.
"Mark, kau akan datang ke acara tunangan dia? Minggu besok," tanya Ningning setelah meneguk air mineralnya hingga habis.
"Naneun mollayo! Aku ingin datang tapi aku tidak siap," sahut Mark.
"Menurutku, kau tidak perlu datang. Pulihkan dulu hatimu, lalu kembali ke Seoul untuk mengurus perusahaan," ucap Ningning sembari menatap Mark yang menyamping.
"Hm, akan aku pikirkan lagi. Ah apa kau bertemu dengannya saat ke Seoul?"
Ningning mengangguk. "Ye, aku bertemu dengannya sedang bersama Jeno. Dia terus-menerus menanyakanmu, bahkan sampai menangis."
Mark menoleh ke arah Ningning. "Jinjjayo? Kenapa dia menangis?" tanyanya sedikit panik.
Astaga Mark! Mendengar dia menangis kau langsung panik? Kau mengkhawatirkan dia? Kau sungguh sangat mencintainya. Batin Ningning.
"Jawab aku!" seru Mark.
"Dia menangis karena kau tidak pamit padanya saat itu. Kau juga tidak memberinya kabar. Dia sangat mengkhawatirkanmu. Jeno juga," sahut Ningning.
"Lalu kau jawab apa?" tanya Mark penasaran.
"Aku jawab bahwa aku tidak tahu keadaanmu bagaimana dan kau di mana. Jika dia tahu, aku sering mengunjungimu ke Kanada. Bisa aku pastikan, dia akan menyusulmu ke sini dan kau akan semakin terluka lebih lama lagi karena perasaanmu itu," sahut Ningning.
Mark menundukkan kepalanya. "Kau benar. Aku sangat merindukannya. Rasanya di sini sangat sakit saat kau merindukan seseorang yang seharusnya tidak kau rindukan seperti rindu pada orang yang kau cintai," ucapnya sembari memegang dadanya.
Aku mengerti Mark, aku merasakan apa yang kau rasakan. Aku pun sama seperti dirimu, aku mencintai seseorang yang tidak seharusnya aku cintai layaknya seorang pria. Batin Ningning.
Ningning menggenggam tangan Mark, mencoba menyalurkan kekuatan agar Mark mampu menghadapinya. Mark sedang berusaha untuk merelakan cinta pertamanya.
Tiba-tiba Ningning teringat akan sesuatu. "Mark, move on itu akan mudah saat ada cinta baru yang datang 'kan? Bagaimana kalau kau dekati saja dokter Kim. Sepertinya dia single. Dokter 'kan selalu sibuk, pasti sulit untuk menjalin suatu hubungan."
Takk!
Mark memukul kepala Ningning pelan.
"Aish! Kenapa memukul kepalaku? Perkataanku benar 'kan?"
"Tidak semudah itu Ningning-a! Perasaanku bukan sesuatu yang bisa berpindah hati dengan cepat. Aku tipe namja setia, jadi akan lama untuk move on," sahut Mark.
Ningning berdecih. "Kau sangat percaya diri Tuan Lee," ejeknya.
-o-
Jangan menatapku dengan mata sedih, karena aku bisa melihat seluruh hatimu yang sakit. Itu membuatku juga merasakannya.
-Ningning.Apakah sekarang saatnya, diriku harus merelekannya? Merelakan dia bahagia dengan orang lain. Kurasa, itu sulit tapi akan kucoba.—Mark Lee.-o-Esok adalah hari di mana Karina dan Jeno bertunangan. Mark juga sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Saat ini, ia sedang diApartmentmiliknya seorang diri."Apa yang harus kulakukan?" gumam Mark sembari melanjutkan meneguk segelaswhiskeyyang ada di tangannya.Mark sedang berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya. Ia butuh sesuatu agar bisa melupakan seseorang yang selalu memenuhi pikirannya, walaupun sejenak dan alkohol adalah solusi menurutnya. Padahal, dokter sudah menyarankan untuk tidak mengkonsumsi minuma
Semuahalbutuhsebuahproses.Begitujugadenganmelepaskancintapertama.Butuhprosespemulihanhati,entahdalamjangkapanjangataupendek.Semuatergantungpribadidanpemikiranmasing-masing.Jikakauberpikirpositifsetelahnya, prosesituakanmudah
Suara itu, yang menyebut namaku. Aku mencintai suara itu. Aku terjaga sepanjang malam membayangkan seseorang. Dan mengimajinasikan masa depan berkat senyumannya. Namun, semua itu hanyalah mimpi. Begitu indah hingga aku enggan untuk terbangun dari mimpiku.—Mark Lee.-o-Dahyun masih memikirkan perkataan Mark. Jika apa yang laki-laki itu katakan padanya karena keterpaksaan dengan keadaan yang ada, maka bukan cinta namanya.Juga bukan karena Dahyun takut hanya menjadi pelarian bagi Mark. Itu bahkan lebih baik, setidaknya Mark akan benar-benar membuka hati untuknya. Tapi, yang Dahyun takutkan adalah jika Mark mengetahui dirinya dan Lino telah di jodohkan. Bukan hanya persahabatan mereka yang akan renggang, tapi perasaan Mark yang akan lebih tersakiti jika mema
Mungkin dengan hadirnya sosok dirimu dalam hidupku, proses penyembuhan patah hatiku akan lebih bermakna. Terima kasih.—Mark Lee.-o-Hari sudah mulai gelap, matahari pun mulai meredup berganti dengan bulan yang mulai bersinar. Di rumah sakit, Lino dan Dahyun sertastaffmedis lainnya yang bersangkutan sedang melakukan sebuah operasi.Sudah lebih dari empat jam operasi berlangsung. Lino sempat terlihat tidak fokus saat melakukanIntubasi Endotrakealpada pasien sebelum memulai pembedahan. Entah apa yang Lino pikirkan hingga konsentrasinya pecah. Seperti bukan Lino yang biasanya.*Intubasi Endotrakeal= Memasukkan selang pada trakea untuk memberika
Haruskahakumengalah?Haruskahakumenyerahdenganperasaanini?Haruskah?—Lee Know.-o-Kelanjutannya..."Baiklah, maaf jika aku mengganggu waktumu. Aku langsung pada intinya, aku akan membuka hatiku untuk Dahyun mulai saat ini. Jadi aku ingin meminta izin darimu, untuk mendukung keputusanku," sahut Mark.Lino terkejut tapi dengan cepat ia menetralkan raut wajahnya dari keterkejutan. "Kau mulai menyukai Dahyun? Kau serius dengannya?" tanyanya."Aku akan menc
Rintikhujanhanyamencintaidaunyangkering. Akumerasasangat...sangatcemburu...hinggaakuberbaringdiatasdedaunanyangkeringitusampaihujanberhenti.—Kim Dahyun.-o-Sedetik berlalu, udara sisa musim dingin merasuk dengan ragu. Mark mengusap punggung tangan Dahyun. Ia melepaskan jasnya dan diberikan pada Dahyun untuk menghangatkannya. Dahyun memejamkan matanya dan berd
Semiliranginselalumenemanisetiaplangkahdimusimdingin-mu.Semogaakuyangmenjadipelangidimusimsemi-mu.—Kim Dahyun.-o-"A-ani. Bukan itu maksudku." Mark gelagapan karena sikap Dahyun yang menarik tangannya."Aku mengerti Mark. Aku bukan siapa-siapa bagimu. Aku juga tidak berhak mengetahui semua tentangmu. Tapi, kau pernah meminta bantuanku. Jadi, aku perlu mengetahui bagaimana hubunganmu dengan Yuna di masa la
Bagian terpenting dari suatu hubungan adalah bagaimana proses untuk saling memahami dan mempertahankan satu sama lain.-o-Yuna duduk di ruangan Lino, sembari memperhatikan Lino yang sedang melamun --entah memikirkan apa. Terhitung sudah sepuluh menit mereka berdua saling diam. Biasanya Yuna akan sangat berisik jika sudah di dekat Lino untuk menarik perhatiannya. Tapi, tidak untuk sekarang. Yuna lebih memilih diam karena sepertinya Lino sedang dalam keadaan yang tidak baik.Hingga Yuna sudah tidak tahan dengan keadaan yang hening seperti itu. "Lee Know," panggilnya, berharap Lino menyadari kehadirannya.Tapi, Lino tetap saja melamun
Bagaimanapun kaukedepannya. Aku, akantetapdisini dan akan selalu menunggumu kembali mengingatku.—Mark Lee -o- Matahari pagi menyingsing dengan sunyi hingga suara angin berhembus begitu terdengar di telinga. Di sebuah rumah sakit, seorang laki-laki sedang tertidur di ranjang sembari memejamkan matanya. Ralat! Tertidur pulas terlihat dari mulutnya yang sedikit terbuka. Sesekali dahi laki-laki itu mengernyit, seperti sedang bermimpi. Buruk mungkin? "Tidak! Itu tidak mungkin!" pekik laki-laki itu dan terbangun dengan napas yang terengah-engah. Iris cokelatnya menelusuri tiap sudut di ruangan tersebut.
Satu minggu telah berlalu, hari ini adalah Rabu. Pagi menyingsing dengan sunyi. Suara dari layar monitor di ruangan tersebut begitu terdengar di telinga laki-laki yang sedaritadi menatap wanita di hadapannya. Wanita itu masih terlelap di ranjang dengan seprai warna putih, karena pengaruh obat biusnya belum juga hilang sejak tiga jam lalu.Laki-laki itu memperhatikan setiap gerak detak jantungnya melalui layar monitor berukuran sedang yang ada di samping ranjang. Sesekali ia mengamati setiap lekuk wajah wanita yang terbaring lemah dengan beberapa selang dan tabung yang menempel di tubuhnya.Ya, Dahyun baru saja selesai di operasi sekitar tujuh jam. Dan laki-laki itu yang mengoperasinya, karena ia adalah dokter pribadi wanita itu. Operasi berjalan dengan lancar, walaupun ada sedikit kendala karena wanita itu mengalami pendarahan dan golon
Disarankansembarimendengarkanlagu,Paper Umbrella -Yesung.-o-"Bisakah kita bicara sebentar. Ini mengenai transplantasi hati Dahyun," sahut Mark.Lino menyerngit, tapi dengan cepat ia mengangguk. "Baiklah, ikut ke ruanganku sekarang," ucap laki-laki itu dan berjalan berdampingan dengan Mark.Mereka berjalan dengan sedikit tergesa-gesa untuk sampai ke ruangan. Sesekali Mark meremas-remas kedua telapak tangannya, tanda ia sedang khawatir dan gelisah.Di benaknya, hanya ada kalimat,jikaitu
Akusangatberterimakasihkepadamu, yangmemperlakukankubagaikansekuntumbunga,saatkehidupanbegituberat.—Kim Dahyun. -o- Di hari Sabtu yang cerah itu, Dahyun terlihat sangat senang karena beberapa alasan. Pertama, ia senang karena ini adalah hari di mana ia akan pergi berjalan-jalan bersama dengan Lino. Kedua, karena ia baru saja mendapat kabar baik dari Lino bahwa ia dan laki-laki itu akan segera pindah tugas di rumah sakit Seoul. Saat ia sedang berjalan cepat menuju taman belakang
Dengarkanlagu,'If It's You - JungSeunghwan'(Lagu yangmenggambarkanperasaanseorangLee Know. ChapterinibeberapajamsebelumkencanMark danDahyundi chaptersebelumnya.)***They say you'll be happy when you fall in loveWho said that?Because I only know a loveThat looks at you from behind-o-
Disarankansambilmendengarkanlagu,'Because of You - LeeHyun'***When the right man walks into your life and loves you the way you deserve to be loved, you whole perspective on life will change.-o-Di jalan SimniCherry Blossom, kawasan Kuil Ssanggyesa. Mereka berdua berjalan berdampingan dan saling berpegangan tangan. Sang lelaki tidak henti-hentinya menatap sang wanita di sampingnya yang begitu riang. Senyum di wajah wanita itu bila diibaratkan seperti bunga-bunga sakura yang baru saja bermekaran, menambah kecantikan di wajah
Maafkanaku,CintaPertamaku,tapiakubosan. Akubutuhpergisupayabisamerasalagi.—Mark Lee. -o- At, Seoul. Suara kendaraan yang bising dan saling bersahutan dengan semilir angin. Matahari pun tampak tidak malu-malu untuk menunjukan sinarnya. Di kota Seoul, distrik Gangnam, seorang laki-laki sedang merasakan hangatnya sinar mentari pagi dengan pemandangan kota yang hiruk pikuk orang berlalu-lalang dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Laki-laki i
Dahyun mengerjap-ngerjapkan matanya karena silau dengan sinar lampu di ruangan tersebut. Matanya menelusuri setiap sudut, memperjelas penglihatannya dan mencerna pikirannya. Ada di mana ia sekarang.Tidak menunggu lama untuk mencaritahu di mana wanita itu sekarang. Pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan sosok Lee Know lengkap dengan jas dokternya."Oppa? Aku di rawat inap lagi?" tanya Dahyun pada Lino.Laki-laki itu menghampiri Dahyun dengan senyuman yang terpancar dari wajah tampannya. Namun, dibalik itu, tersimpan kesedihan yang mendalam setelah mengetahui hasil dari biopsi hati yang baru saja dilakukan beberapa jam lalu —dua jam."Hmmm, kau tidak sadarkan diri lagi tadi. Apa masih pusing?" sahut Lino dan bert
Di sarankan sambil mendengarkan lagu'A World That Is You - Yoon Mi Rae'***Menahan air matamu dan membalikkan badan, seakan kau tidaklah lemah.—Kim Dahyun.-o-Ningning sedikit berlari menuju apartemen Dahyun. Wanita itu tidak henti-hentinya menggerutu kesal karena Mark telat bangun, dan berakhir dengan ia yang menjemput Dahyun.Sedikit tergesa-gesa, Ningning keluar dari lift dan tiba di depan pintu apartemen Dahyun. Wanita itu menekan bel yang terdapat di samping pintu --berkali-kali. Namun, tidak ada sahutan sama sekali.Dengan gerakan cepat, Ningning membuka tasnya dan mengambil ponsel untuk m