Tepat di hari minggu, pukul 09.30 a.m, Dahyun hampir selesai dengan shift malamnya. Ia mengunjungi pasien terakhirnya untuk diperiksa. Pasien tersebut adalah Mark Lee.
Decit suara pintu terbuka dan derap langkah Dahyun tidak juga membuat laki-laki dengan marga Lee menoleh ataupun terusik. Ia asik dengan lamunannya sembari menatap kosong ke arah jendela kamar inapnya. Ia masih memikirkan chat Line dari Ningning semalam, bahwa Karina akan bertunangan lagi dengan laki-laki lain. Dan untuk kedua kalinya, Mark harus merasakan perasaan yang sama yaitu patah hati.
Dahyun menghampiri Mark dan menyerengitkan dahinya karena Mark tidak menyadari kehadirannya. Ingin rasanya Dahyun mengagetkannya tapi ia urungkan. Dahyun lebih memilih mengambil kursi dan duduk di samping ranjang Mark dan menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu memperhatikan Mark yang sedang melamun. Lagipula waktu kerja Dahyun sudah selesai, jadi ia bebas untuk berlama-lama di ruangan Mark.
Aku akan memberikanmu waktu lebih banyak untuk memandang keluar jendela. Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan, tapi aku akan menemanimu di sini dalam diam. Batin Dahyun.
Beberapa menit berlalu...
Mark tidak juga menyadari keberadaan Dahyun. Dan berhubung Dahyun kurang tidur karena unit gawat darurat cukup ramai semalam, pun mulai memejamkan matanya sembari menyenderkan punggungnya di kursi. Akhirnya ia terlelap dalam tidurnya.
Akhirnya Mark menoleh karena mendengar dengkuran halus dari seseorang. Ia terlonjak kaget mendapati Dahyun tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka --terlihat sangat kelelahan--. Ia menghampiri wanita itu dengan perlahan.
Aigoo! Bagaimana dia bisa tertidur seperti itu. Lalu sejak kapan dia ada di sini? Batin Mark.
Mark mengambil selimut di ranjangnya lalu meletakkannya pada Dahyun, lalu membenarkan letaknya. Dahyun masih menggunakan jas putih dokter dan Mark melihatnya dengan intens. Ia pun menyunggingkan senyumnya tanpa sadar.
Mark kembali duduk di ranjang Rumah Sakit, dan memperhatikan Dahyun yang sedang tertidur pulas. Jika saja Mark bisa menggendongnya, pasti akan ia membawa Dahyun ke atas ranjang. Namun, sangat disayangkan karena Mark belum bisa menggerakkan tangannya dengan benar. Jadi ia memutuskan untuk membiarkan Dahyun tertidur di kursi samping ranjang.
Wajahnya terlihat damai saat sedang tidur, walaupun mulutnya sedikit terbuka. Batin Mark sedikit terkekeh.
Secara tidak sadar, tangan Mark bergerak mengelus surai hitam milik Dahyun. Karena merasa ada pergerakan di kepala, wanita itu membuka matanya perlahan.
"Omo!" Dahyun terkejut dan membuka matanya lebar, lalu duduk dengan tegap.
"Apa aku menganggu tidurmu, dokter Kim?" tanya Mark terkekeh melihat eskpresi kaget dari Dahyun.
"Aku tertidur? Aigoo! Aku tidak bisa menahan kantuk karena menunggu acara melamunmu selesai," sahut Dahyun.
"Jinjja? Kau sudah dari tadi di sini? Kenapa tidak menyapaku?"
"Kau saja yang tidak dengar. Masih terlalu pagi untuk melamun. Apa yang kau pikirkan?" tanya Dahyun sarkas.
"Ani. Hanya saja, aku sedang..." Mark bingung harus menceritakannya pada Dahyun atau tidak. "Aku hanya sedang memandang keluar. Aku ingin cepat keluar dari sini," sahutnya berbohong.
Dahyun menyerengitkan dahinya, ia bingung dengan jawaban Mark yang seperti menutupi sesuatu.
"Hm. Sepertinya lusa kau sudah boleh pulang. Luka jahitanmu juga sudah mengering dan bagus. Jadi kurasa kau tidak perlu berlama-lama di sini. Tapi, beda hal jika kau ingin terus dekat denganku," ucap Dahyun sembari menggoda Mark.
Mark menyerengitkan dahinya dan Dahyun pun tertawa karena ucapannya yang terlalu percaya diri.
"Tidak lucu ya? Aish! Kenapa eskpresimu seperti itu sih?" ucap Dahyun dan mengerucutkan bibirnya.
Detik berikutnya ruangan itu dipenuhi dengan gelak tawa dari Mark. Ia tidak tahan melihat ekspresi Dahyun jika sedang merajuk.
"Kau sangat lucu jika eskpresimu seperti itu," ucap Mark masih terkekeh.
"Aish! Kau ini! Jangan menggodaku terus." Dahyun berdiri dan meletakkan selimut di ranjang Mark. "Ayo, aku periksa dulu. Aku sangat mengantuk dan ingin cepat pulang."
"Tidur saja di sini, jangan mengendarai mobil di saat sedang mengantuk."
Dahyun memeriksa Mark. "Aku tahu, makanya aku akan tidur sebentar nanti di ruanganku." Ia memberikan obat pada pasiennya itu. "Minum dulu obatmu Mark."
Mark pun menurut, meminum obatnya dengan sekali tenggak.
"Tidur di ranjangku saja. Shiftmu sudah selesai 'kan? Ayo kemari." Mark berdiri dan memegang pundak Dahyun, lalu mendorongnya agar duduk di ranjang.
Infusan di tangan Mark sudah di lepas kemarin. Jadi, Mark bisa bebas bergerak ke mana pun ia mau. Sedangkan Dahyun gelagapan dengan sikap Mark. Jantungnya berdegup tidak beraturan.
Apa yang dia lakukan? Aigoo! Batin Dahyun.
"Berbaringlah. Aku akan duduk di sofa. Buka dulu jas doktermu sebelum tidur." Mark melangkahkan kakinya menuju sofa dan ia duduk di sana.
Dahyun menuruti perkataan Mark. Ia membuka jas dokternya dan meletakkannya di kursi samping ranjang.
Aku memang sangat mengantuk. Jadi apa salahnya aku tertidur sebentar, lagi pula sekarang aku sedang tidak dalam waktu bekerja. Batin Dahyun.
"Sudah jangan terlalu banyak berpikir. Tidur saja, tidak akan ada yang melarangmu." Mark menatap Dahyun sembari mengangkat sebelah alis matanya.
"Aku akan tidur sebentar. Kau jangan macam-macam ya!" seru Dahyun.
Mark mengangguk sebagai jawabannya. Dahyun pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang Mark. Tidak butuh waktu lama, Dahyun sudah terlelap kembali. Sungguh, ia sangat kelelahan. Bahkan ia lupa meminum vitaminnya.
"Aigoo, dia tertidur sangat cepat," gumam Mark.
Akhirnya Mark memutuskan untuk berbaring di sofa sembari memejamkan matanya. Mungkin karena efek obat yang dikonsumsi tadi, Mark mulai merasakan kantuk. Ia pun ikut terlelap seperti Dahyun.
-o-
Hari sudah mulai sore. Lino berniat akan mengunjungi Mark daritadi siang tapi ia baru ada waktu di sore hari. Lino membuka pintu ruangan Calendula, gerakannya terhenti karena yang ia lihat bukan Mark, melainkan Dahyun yang sedang tertidur pulas di ranjang Rumah Sakit.
Pantas saja teleponku tidak ada yang direspon. Tapi, bagaimana dia bisa tidur di ranjang Mark? Ke mana Mark? Batin Lino sembari mengedarkan pandangannya mencari Mark.
"Aigoo Mark. Dia tertidur di sofa. Apa yang telah terjadi sampai Dahyun tidur di ranjang dan Mark di sofa," gumam Lino.
Lino mengampiri Dahyun, berniat ingin membangunkannya tapi ia tidak tega melihat Dahyun tertidur sangat pulas.
Kenapa hatiku tidak suka melihat kedekatan kalian berdua? Salahku juga telah memintamu untuk mengurus Mark sebagai pasienmu. Apa yang harus kulakukan? Batin Lino.
Sreett
Sebuah derap langkah kaki terdengar oleh Lino, ia pun langsung menoleh ke arah pintu dan mendapati seorang perempuan menatap Lino bingung.
"Di mana Mark Lee?" tanya perempuan itu.
Lino mengalihkan pandangannya ke arah sofa dan diikuti oleh perempuan itu.
"Kenapa dia tidur di sofa?" tanya perempuan itu. "Lalu, dia siapa?" Ia menunjuk ke arah Dahyun yang masih tertidur.
"Maaf sebelumnya. Kau siapanya Mark?"
"Aku —"
"Dia adikku, Ningning Yizhuo," sahut Mark yang sudah terbangun karena merasa terusik dengan suara Lino dan Ningning.
"Aish Mark! Kenapa teleponku tidak kau angkat? Kau akan datang ke acara pertunangan dia 'kan? Teman-teman menanyakanku terus menerus!" ucap Ningning tanpa melihat raut wajah bingung dari Lino dan juga Dahyun yang sudah terbangun.
Cinta pertamanya akan bertunangan lagi? Aigoo Mark... Batin Lino.
Mark menatap Dahyun dengan tatapan yang sulit diartikan.
-o-
Aku akan membantumu untuk melepaskan rasa sakit akibat memendam perasaan yang terlalu lama kau pendam. Cinta pertama memang tidak akan tergantikan, tapi masih ada celah untuk cinta yang lainnya.
Inikah rasanya sakit hati akibat patah hati? Jika rasa sakit ini mampu membuatnya bahagia, ikhlas adalah jawabannya. Kurasa itu lebih baik.-Mark Lee-o-Di ruangan bercat putih, suasana terlihat sangat canggung di antara ke-empat orang yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.Mark, apa kabar hatimu?Kenapa dia menceritakan semuanya di sini.Aku bisa apa? Dia lebih menyukainya daripada aku.Apa yang mereka lakukan?Kurang lebih seperti itu isi pikiran dari mereka masing-masing. Banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyaka
Apakah sekarang saatnya, diriku harus merelekannya? Merelakan dia bahagia dengan orang lain. Kurasa, itu sulit tapi akan kucoba.—Mark Lee.-o-Esok adalah hari di mana Karina dan Jeno bertunangan. Mark juga sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Saat ini, ia sedang diApartmentmiliknya seorang diri."Apa yang harus kulakukan?" gumam Mark sembari melanjutkan meneguk segelaswhiskeyyang ada di tangannya.Mark sedang berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya. Ia butuh sesuatu agar bisa melupakan seseorang yang selalu memenuhi pikirannya, walaupun sejenak dan alkohol adalah solusi menurutnya. Padahal, dokter sudah menyarankan untuk tidak mengkonsumsi minuma
Semuahalbutuhsebuahproses.Begitujugadenganmelepaskancintapertama.Butuhprosespemulihanhati,entahdalamjangkapanjangataupendek.Semuatergantungpribadidanpemikiranmasing-masing.Jikakauberpikirpositifsetelahnya, prosesituakanmudah
Suara itu, yang menyebut namaku. Aku mencintai suara itu. Aku terjaga sepanjang malam membayangkan seseorang. Dan mengimajinasikan masa depan berkat senyumannya. Namun, semua itu hanyalah mimpi. Begitu indah hingga aku enggan untuk terbangun dari mimpiku.—Mark Lee.-o-Dahyun masih memikirkan perkataan Mark. Jika apa yang laki-laki itu katakan padanya karena keterpaksaan dengan keadaan yang ada, maka bukan cinta namanya.Juga bukan karena Dahyun takut hanya menjadi pelarian bagi Mark. Itu bahkan lebih baik, setidaknya Mark akan benar-benar membuka hati untuknya. Tapi, yang Dahyun takutkan adalah jika Mark mengetahui dirinya dan Lino telah di jodohkan. Bukan hanya persahabatan mereka yang akan renggang, tapi perasaan Mark yang akan lebih tersakiti jika mema
Mungkin dengan hadirnya sosok dirimu dalam hidupku, proses penyembuhan patah hatiku akan lebih bermakna. Terima kasih.—Mark Lee.-o-Hari sudah mulai gelap, matahari pun mulai meredup berganti dengan bulan yang mulai bersinar. Di rumah sakit, Lino dan Dahyun sertastaffmedis lainnya yang bersangkutan sedang melakukan sebuah operasi.Sudah lebih dari empat jam operasi berlangsung. Lino sempat terlihat tidak fokus saat melakukanIntubasi Endotrakealpada pasien sebelum memulai pembedahan. Entah apa yang Lino pikirkan hingga konsentrasinya pecah. Seperti bukan Lino yang biasanya.*Intubasi Endotrakeal= Memasukkan selang pada trakea untuk memberika
Haruskahakumengalah?Haruskahakumenyerahdenganperasaanini?Haruskah?—Lee Know.-o-Kelanjutannya..."Baiklah, maaf jika aku mengganggu waktumu. Aku langsung pada intinya, aku akan membuka hatiku untuk Dahyun mulai saat ini. Jadi aku ingin meminta izin darimu, untuk mendukung keputusanku," sahut Mark.Lino terkejut tapi dengan cepat ia menetralkan raut wajahnya dari keterkejutan. "Kau mulai menyukai Dahyun? Kau serius dengannya?" tanyanya."Aku akan menc
Rintikhujanhanyamencintaidaunyangkering. Akumerasasangat...sangatcemburu...hinggaakuberbaringdiatasdedaunanyangkeringitusampaihujanberhenti.—Kim Dahyun.-o-Sedetik berlalu, udara sisa musim dingin merasuk dengan ragu. Mark mengusap punggung tangan Dahyun. Ia melepaskan jasnya dan diberikan pada Dahyun untuk menghangatkannya. Dahyun memejamkan matanya dan berd
Semiliranginselalumenemanisetiaplangkahdimusimdingin-mu.Semogaakuyangmenjadipelangidimusimsemi-mu.—Kim Dahyun.-o-"A-ani. Bukan itu maksudku." Mark gelagapan karena sikap Dahyun yang menarik tangannya."Aku mengerti Mark. Aku bukan siapa-siapa bagimu. Aku juga tidak berhak mengetahui semua tentangmu. Tapi, kau pernah meminta bantuanku. Jadi, aku perlu mengetahui bagaimana hubunganmu dengan Yuna di masa la
Bagaimanapun kaukedepannya. Aku, akantetapdisini dan akan selalu menunggumu kembali mengingatku.—Mark Lee -o- Matahari pagi menyingsing dengan sunyi hingga suara angin berhembus begitu terdengar di telinga. Di sebuah rumah sakit, seorang laki-laki sedang tertidur di ranjang sembari memejamkan matanya. Ralat! Tertidur pulas terlihat dari mulutnya yang sedikit terbuka. Sesekali dahi laki-laki itu mengernyit, seperti sedang bermimpi. Buruk mungkin? "Tidak! Itu tidak mungkin!" pekik laki-laki itu dan terbangun dengan napas yang terengah-engah. Iris cokelatnya menelusuri tiap sudut di ruangan tersebut.
Satu minggu telah berlalu, hari ini adalah Rabu. Pagi menyingsing dengan sunyi. Suara dari layar monitor di ruangan tersebut begitu terdengar di telinga laki-laki yang sedaritadi menatap wanita di hadapannya. Wanita itu masih terlelap di ranjang dengan seprai warna putih, karena pengaruh obat biusnya belum juga hilang sejak tiga jam lalu.Laki-laki itu memperhatikan setiap gerak detak jantungnya melalui layar monitor berukuran sedang yang ada di samping ranjang. Sesekali ia mengamati setiap lekuk wajah wanita yang terbaring lemah dengan beberapa selang dan tabung yang menempel di tubuhnya.Ya, Dahyun baru saja selesai di operasi sekitar tujuh jam. Dan laki-laki itu yang mengoperasinya, karena ia adalah dokter pribadi wanita itu. Operasi berjalan dengan lancar, walaupun ada sedikit kendala karena wanita itu mengalami pendarahan dan golon
Disarankansembarimendengarkanlagu,Paper Umbrella -Yesung.-o-"Bisakah kita bicara sebentar. Ini mengenai transplantasi hati Dahyun," sahut Mark.Lino menyerngit, tapi dengan cepat ia mengangguk. "Baiklah, ikut ke ruanganku sekarang," ucap laki-laki itu dan berjalan berdampingan dengan Mark.Mereka berjalan dengan sedikit tergesa-gesa untuk sampai ke ruangan. Sesekali Mark meremas-remas kedua telapak tangannya, tanda ia sedang khawatir dan gelisah.Di benaknya, hanya ada kalimat,jikaitu
Akusangatberterimakasihkepadamu, yangmemperlakukankubagaikansekuntumbunga,saatkehidupanbegituberat.—Kim Dahyun. -o- Di hari Sabtu yang cerah itu, Dahyun terlihat sangat senang karena beberapa alasan. Pertama, ia senang karena ini adalah hari di mana ia akan pergi berjalan-jalan bersama dengan Lino. Kedua, karena ia baru saja mendapat kabar baik dari Lino bahwa ia dan laki-laki itu akan segera pindah tugas di rumah sakit Seoul. Saat ia sedang berjalan cepat menuju taman belakang
Dengarkanlagu,'If It's You - JungSeunghwan'(Lagu yangmenggambarkanperasaanseorangLee Know. ChapterinibeberapajamsebelumkencanMark danDahyundi chaptersebelumnya.)***They say you'll be happy when you fall in loveWho said that?Because I only know a loveThat looks at you from behind-o-
Disarankansambilmendengarkanlagu,'Because of You - LeeHyun'***When the right man walks into your life and loves you the way you deserve to be loved, you whole perspective on life will change.-o-Di jalan SimniCherry Blossom, kawasan Kuil Ssanggyesa. Mereka berdua berjalan berdampingan dan saling berpegangan tangan. Sang lelaki tidak henti-hentinya menatap sang wanita di sampingnya yang begitu riang. Senyum di wajah wanita itu bila diibaratkan seperti bunga-bunga sakura yang baru saja bermekaran, menambah kecantikan di wajah
Maafkanaku,CintaPertamaku,tapiakubosan. Akubutuhpergisupayabisamerasalagi.—Mark Lee. -o- At, Seoul. Suara kendaraan yang bising dan saling bersahutan dengan semilir angin. Matahari pun tampak tidak malu-malu untuk menunjukan sinarnya. Di kota Seoul, distrik Gangnam, seorang laki-laki sedang merasakan hangatnya sinar mentari pagi dengan pemandangan kota yang hiruk pikuk orang berlalu-lalang dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Laki-laki i
Dahyun mengerjap-ngerjapkan matanya karena silau dengan sinar lampu di ruangan tersebut. Matanya menelusuri setiap sudut, memperjelas penglihatannya dan mencerna pikirannya. Ada di mana ia sekarang.Tidak menunggu lama untuk mencaritahu di mana wanita itu sekarang. Pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan sosok Lee Know lengkap dengan jas dokternya."Oppa? Aku di rawat inap lagi?" tanya Dahyun pada Lino.Laki-laki itu menghampiri Dahyun dengan senyuman yang terpancar dari wajah tampannya. Namun, dibalik itu, tersimpan kesedihan yang mendalam setelah mengetahui hasil dari biopsi hati yang baru saja dilakukan beberapa jam lalu —dua jam."Hmmm, kau tidak sadarkan diri lagi tadi. Apa masih pusing?" sahut Lino dan bert
Di sarankan sambil mendengarkan lagu'A World That Is You - Yoon Mi Rae'***Menahan air matamu dan membalikkan badan, seakan kau tidaklah lemah.—Kim Dahyun.-o-Ningning sedikit berlari menuju apartemen Dahyun. Wanita itu tidak henti-hentinya menggerutu kesal karena Mark telat bangun, dan berakhir dengan ia yang menjemput Dahyun.Sedikit tergesa-gesa, Ningning keluar dari lift dan tiba di depan pintu apartemen Dahyun. Wanita itu menekan bel yang terdapat di samping pintu --berkali-kali. Namun, tidak ada sahutan sama sekali.Dengan gerakan cepat, Ningning membuka tasnya dan mengambil ponsel untuk m