Share

BAB III

Author: ayspcy
last update Last Updated: 2021-04-03 00:18:05

Hari demi hari telah kulalui bersama dengannya tapi kenapa perasaan ini masih saja belum muncul ke permukaan.

—Mark Lee.

-o-

Matahari pun mulai muncul menggantikan tugas bulan yang telah selesai. Laki-laki bernama lengkap Mark Lee masih terlelap dalam tidurnya. Jam di dinding kamar inapnya menunjukkan pukul 07.25 a.m.

"Mark, aemi datang. Bagaimana keadaanmu 'nak?" tanya Wendy.

Mark yang merasakan ada sebuah tangan mengelus surai hitam miliknya, membuka matanya perlahan. "Eomma? Sejak kapan?" Mark ingin duduk tapi di tahan oleh Ibunya.

"Ne, aemi baru saja tiba. Bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik. Kapan aku bisa keluar dari sini? Aku bosan terkurung sepanjang hari." Mark menghela napas.

"Aemi belum tahu sayang. Nanti aemi tanyakan pada doktermu ya," sahutnya.

"Baiklah eomma."

"Kau ingin sarapan? Sepertinya sarapanmu sudah ada sebelum aemi tiba." Wendy berdiri mengambil sarapan untuk Mark yang telah tersedia di nakas. "Ayo dimakan," lanjutnya sembari menyodorkan sesuap bubur pada Mark.

"Terima kasih, eomma. Aku belum lapar." Mark memalingkan wajahnya tidak ingin di suapi oleh Wendy.

"Makanlah sedikit Mark." Ibunya mencoba membujuk Mark agar mau makan sarapannya. "Atau kau ingin makan yang lain?"

Baru saja Mark ingin menjawab, tapi tak jadi karena mereka kedatangan seseorang.

"Annyeonghaseyo." Seseorang membuka pintu dan membungkukkan setengah badannya.

Mark langsung berbalik melihat ke arah pintu, ia mengira Dahyun yang datang tapi ternyata bukan.

"Annyeonghaseyo." Wendy berdiri dari duduknya.

Mark memicingkan mata, lalu memasang wajah terkejut. "Omo! Kau, Lee Know? Lino?"

Lee Know atau biasa disapa Lino, tersenyum. "Bagaimana keadaanmu pagi ini Mark-ssi?" tanyanya sembari terkekeh.

"Aigoo. Kau benar Lee Know. Sunbae saat sekolah menengah atas dulu."

Lino menghampiri Mark, tidak lupa menyapa Ibunya lebih dulu.

Mark berusaha untuk duduk. "Tidak apa Mark, kau berbaring saja." Lino pun membantu Mark.

"Gwenchana. Gomawo." Mark terkekeh melihat Lino. "Aigoo kau sekarang bekerja di sini? Pantas saja, kau tidak hadir saat reuni sekolah," lanjutnya menggoda Lino.

Lino pun tertawa menanggapi ucapan Mark. Mereka berpelukan layaknya teman lama yang baru saja bertemu kembali. Mark dan Lino bersahabat sejak sekolah menengah atas. Bahkan Lino juga mengenal Karina, cinta pertama Mark.

"Aemi pergi dulu sebentar. Baik-baik Markeu-ya." Wendy menggenggam tangan Mark.

"Tidak usah mengkhawatirkanku. Ada sahabatku di sini." Mark menatap Lino dan menaikkan alisnya.

"Ne Lee ajumma. Anda tenang saja," sahut Lino sembari tersenyum menatap Wendy.

"Syukurlah. Saya titip Mark ya."

Lino menganggukkan kepalanya dan tersenyum lalu berkata, "baik Lee ajumma."

"Aemi pamit ya."

"Hati-hati eomma." Mark mencium pipi kanan kiri Wendy.

Lino membungkukkan setengah badannya. Dan Wendy melangkahkan kakinya keluar ruangan.

"Ey yo Lino! Sudah berapa lama kau tinggal di negara ini?" tanya Mark memulai percakapan.

"Kurang lebih satu tahun Mark."

"Kenapa kau baru mengunjungiku? Sahabat macam apa kau." Mark merajuk pada Lino.

"Dari awal kau di pindahkan ke sini, aku sudah mengunjungimu. Bahkan aku yang mengoperasimu saat di rumah sakit Seoul. Hanya saja kau belum sadarkan diri saat itu," ucap Lino menjelaskan.

"Aah jadi kau yang telah menyelamatkanku. Baiklah, kau di maafkan!" Mark tertawa. Begitu juga dengan Lino.

Mereka berdua mulai membicarakan saat-saat masa sekolah dulu. Hingga sebuah pertanyaan dari Lino membuat Mark tak bergeming.

"Bagaimana kabar Karina? Aku yakin, pasti dia ada di sini menemanimu terus. Bahkan saat di Seoul, dia tak pernah beranjak seinci pun saat kau melakukan operasi." Lino tertawa menggoda Mark.

Mark terdiam, bingung harus menjawab apa. Lino yang menyadari Mark tak merespon, merasa --tidak seharusnya ia bertanya--.

"Kau baik-baik saja Mark?" tanya Lino.

"Ya. Karina tidak ada di sini. Dia juga baik-baik saja aku rasa. Dan juga... dia sudah bersama laki-laki lain," sahut Mark dan memaksakan untuk tersenyum.

Lino langsung paham. Ia menepuk pundak Mark pelan. "Mianhae. Aku tidak tahu."

"Gwenchana. Eh iya, kau sudah menikah?" tanya Mark mengalihkan pembicaraan.

"Kau ini! Kau tidak lihat jika di jariku belum ada cincin nikah. Aku masih ingin fokus pada karirku, Mark."

"Aigoo Lee Know. Kau sudah pantas untuk menikah. Kenapa masih menunda?" goda Mark sambil terkekeh.

"Aku belum ingin dan belum ada yang sesuai kriteriaku," sahut Lino sambil menerawang jauh.

Mereka asik mengobrol, hingga suara pintu terbuka menginterupsi mereka.

Ssreettt~

Di ambang pintu terdapat Dahyun yang sedang berdiri.

"Lee Know sunbae."

Merasa ada yang memanggil namanya, Lino menoleh ke arah pintu.

"Eoh, dokter Kim. Kau ingin memeriksa pasien?" sahut Lino kemudian berdiri dari duduknya.

"Ne sunbae." Dahyun menutup pintunya dan melangkahkan kakinya menghampiri Mark dan Lino.

"Baiklah. Mark, kita lanjut nanti ya mengobrolnya." Lino beralih menghadap Dahyun. "Aku pulang," ucapnya.

"Ne sunbae." Dahyun menatap Lino dan Mark bergantian.

Mereka saling kenal? Bagaimana bisa?

"Eui-sa." Dahyun terlonjak kaget dan menatap Mark yang sedang menatapnya.

"Ne Mark-ssi. Bagaimana kabar Anda pagi ini?" tanya Dahyun.

"Saya baik. Saya ingin mandi tapi sepertinya belum boleh 'kan?"

"Hmm, Anda belum boleh untuk mandi. Karena jahitan di dada Anda belum kering. Saya akan mengganti perbannya," sahut Dahyun sembari mengecek aliran infusan.

"Baiklah," sahut Mark sembari mengerucutkan bibirnya.

Aigooo. Dia sangat lucu saat mengerucutkan bibirnya. Seperti anak kecil. Batin Dahyun.

"Mark-ssi. Tolong buka baju Anda jika Anda bisa melakukannya sendiri. Saya akan menggantikan perban Anda sekarang," ucap Dahyun sembari membereskan peralatan medis yang ia bawa.

"Hmm..." Mark membuka kancing bajunya satu persatu, walaupun kesulitan sedikit tapi ia berhasil.

Dahyun mulai membuka kain perban yang melilit dada sebelah kiri hingga pundak sebelah kanan dengan perlahan. Ia menahan napasnya karena wajahnya sangat dekat dengan wajah Mark.

Namun, Mark malah memperhatikan setiap gerak-gerik Dahyun yang terlihat sangat mahir dan telaten. Tanpa sadar, Mark menyunggingkan senyumnya.

Dahyun meletakkan kain perban yang telah terpakai, lalu mengoleskan obat pada jahitan bekas operasi pada dada Mark. Ia melakukannya secara perlahan agar Mark tidak merasakan sakit.

"Sshhh," desis Mark.

"Oh maaf. Apa terlalu perih?" tanya Dahyun.

Mark menggelengkan kepalanya.

"Baiklah, akan saya lanjutkan." Dahyun melanjutkan mengoleskan obat pada jahitan di dada Mark.

"Saya akan memakaikan kain perbannya. Tolong regangkan tangan sebelah kanan Anda secara perlahan."

Mark meregangkan tangannya sedikit, lalu Dahyun mulai melilitkan kain perbannya secara perlahan. Dahyun kira sudah cukup terlapisi kain perbannya, ia menyentuh pundak Mark untuk menyuruhnya meluruskan tangan perlahan.

"Bagaimana? Sakit tidak kalau di gerakkan secara bertahap seperti ini?" tanya Dahyun sembari menggerakkan tangan kiri Mark pelan.

"Masih sakit sedikit. Tapi, saya akan berlatih terus. Saya ingin cepat pulang," sahut Mark.

"Jika Anda sudah sembuh, Anda juga boleh pulang Mark-ssi. Bersabarlah sedikit," ucap Dahyun sembari tersenyum.

Mark menganggukkan kepalanya dan membalas senyum Dahyun.

Kenapa jantungku berdegup tak beraturan. Batin Dahyun.

"Dok, maaf. Apa Anda ada waktu hari ini?" tanya Mark tiba-tiba.

Mengernyitkan dahi. "Ke taman rumah sakit lagi?" sahutnya.

"Ne. Saya sangat bosan di sini," ucap Mark sembari memakai bajunya kembali.

"Baiklah, jika saya ada waktu ya."

Mark mengangguk dan tersenyum kegirangan.

-o-

Terhitung sudah hampir seminggu, Mark dan Dahyun menjadi lebih dekat. Bukan hanya sekedar hubungan pasien dan dokternya. Tapi, sebagai teman. Mark pun sudah bisa berjalan tanpa kursi roda lagi. Ia juga lebih sering ke taman rumah sakit bersama Dahyun. Seperti sekarang, keduanya sedang duduk di kursi taman.

"Kenapa bintangnya tidak terlihat?" tanya Dahyun.

"Aku melihatnya," Mark menatap Dahyun, "ada di hadapanku sekarang," lanjutnya menggoda wanita itu. Bahkan sapaan mereka sudah non-formal.

Mark memang kerap kali menggoda dokternya itu atau menjahilinya. Karena menurut Mark, Dahyun sangat lucu dan juga ceroboh jika ketahuan salah tingkah di hadapannya.

"Aku sudah mulai terbiasa dengan gombalanmu, Mark," sahut Dahyun terkesan cuek, padahal sebaliknya.

Hampir saja aku terbawa perasaan. Entah sejak kapan, aku mulai menyukainya. Batin Dahyun.

"Yaaah. Kau tidak asik," ucap Mark merajuk.

"Gombalanmu itu tidak berpengaruh padaku, kau harus sedikit lebih kreatif Mark," sahut Dahyun dan menertawakan Mark yang sedang menggerutu.

"Aku bersyukur, di sini mendapatkan teman baru. Dan juga, aku bertemu dengan teman lamaku, Lee Know."

Mendengar nama Lee Know disebut, Dahyun jadi ingat ingin menanyakan hal ini. "Kalian saling mengenal?"

"Hmm. Aku dan Lino bersahabat sewaktu di sekolah menengah atas. Dia sebagai kakak kelasku," jawab Mark.

Dahyun menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti.

"Lalu, Lino hilang begitu saja. Bahkan saat reuni sekolah, dia tidak datang. Ternyata dia sibuk sebagai dokter di negara ini," lanjut Mark.

"Aku juga mengenal Lino sunbae sejak lama. Saat aku masih menjadi resident di rumah sakit Seoul. Lalu kami ditugaskan ke sini."

"Whoaa! Daebakk! Jadi kalian juga sudah mengenal saat di Seoul?" Mark terkejut sembari memainkan ekspresi wajahnya.

"Ekspresimu berlebihan sekali," ucap Dahyun datar.

Mark menaikkan sebelah alis matanya. Sedangkan Dahyun hanya menatapnya datar. Lalu mereka tertawa bersamaan. Mark menertawakan Dahyun yang terlihat lucu saat memasang wajah datar. Sedangkan Dahyun menertawakan Mark karena eskpresinya ketika menaikkan sebelah alis matanya. Seperti itulah mereka, menertawakan apa saja yang menurut mereka lucu, padahal belum tentu yang mereka tertawakan itu lucu menurut orang lain.

"Ayo kembali ke ruanganmu. Angin malam sudah semakin dingin, tidak baik untuk pemulihanmu."

"Itu juga tidak baik untuk kesehatanmu," sahut Mark.

Dahyun tersenyum. "Kajja!"

Dokter muda itu mengantar Mark ke ruangannya dan memeriksa sebelum pamit keluar ruangan.

Setelah Dahyun keluar ruangan. Mark mengecek ponselnya. Ternyata ada Line dari Ningning.

Aish! Kenapa dia baru menghubungiku.

Mark membuka Aplikasi Line dan melihat isi chat dari Ningning. Mark diam mematung setelah membacnya.

LINE

Ningning

|Mark!

|Minggu depan Karina akan bertunangan

|Tidak lama lagi, mereka akan menikah

Mark tidak tahu harus sedih atau bahagia. Karina dan Jeno akan segera melangsungkan pertunangan.

Semoga kalian bahagia ...

-o-

Rasa --sakit hati--dapat diterima dengan lapang dada, sebab sudah menjadi hukum alam jika berani jatuh cinta berarti berani pula untuk patah hati.

Related chapters

  • Never Cease   BAB IV

    Aku harus bahagia atau sedih? Aku pun tidak tahu. Semoga hal positif selalu memihak padaku, terlepas dari sakit hati—Lee Know.-o-Dahyun sedang berada di ruangan Lino. Ia ingin menanyakan perihal Mark Lee pada lelaki itu. Sebenarnya Dahyun hanya penasaran dengan kisah cinta pertama Mark. Maklum saja, karena Dahyun mulai menaruh rasa pada Mark."Oppa! Jawab pertayaanku tadi,aish!" seru Dahyun karena kesal dengan Lino yang telah mengabaikannya.Lino tak menanggapi bukan karena tak suka, tapi ia sedikit cemburu mungkin? "Apa, hm? Kau 'kan sudah tahu jika aku dan Mark memang bersahabat sejak lama. Lalu apa lagi yang harus kujawab?" sahutnya sembari memejamkan mata. Ia sedang menyender

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB V

    Tepat di hari minggu, pukul 09.30 a.m, Dahyun hampir selesai denganshiftmalamnya. Ia mengunjungi pasien terakhirnya untuk diperiksa. Pasien tersebut adalah Mark Lee.Decit suara pintu terbuka dan derap langkah Dahyun tidak juga membuat laki-laki dengan marga Lee menoleh ataupun terusik. Ia asik dengan lamunannya sembari menatap kosong ke arah jendela kamar inapnya. Ia masih memikirkanchatLine dari Ningning semalam, bahwa Karina akan bertunangan lagi dengan laki-laki lain. Dan untuk kedua kalinya, Mark harus merasakan perasaan yang sama yaitu patah hati.Dahyun menghampiri Mark dan menyerengitkan dahinya karena Mark tidak menyadari kehadirannya. Ingin rasanya Dahyun mengagetkannya tapi ia urungkan. Dahyun lebih memilih mengambil kursi dan duduk di samping ranjang Mark dan menyilangkan kedua tanga

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB VI

    Inikah rasanya sakit hati akibat patah hati? Jika rasa sakit ini mampu membuatnya bahagia, ikhlas adalah jawabannya. Kurasa itu lebih baik.-Mark Lee-o-Di ruangan bercat putih, suasana terlihat sangat canggung di antara ke-empat orang yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.Mark, apa kabar hatimu?Kenapa dia menceritakan semuanya di sini.Aku bisa apa? Dia lebih menyukainya daripada aku.Apa yang mereka lakukan?Kurang lebih seperti itu isi pikiran dari mereka masing-masing. Banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyaka

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB VII

    Apakah sekarang saatnya, diriku harus merelekannya? Merelakan dia bahagia dengan orang lain. Kurasa, itu sulit tapi akan kucoba.—Mark Lee.-o-Esok adalah hari di mana Karina dan Jeno bertunangan. Mark juga sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Saat ini, ia sedang diApartmentmiliknya seorang diri."Apa yang harus kulakukan?" gumam Mark sembari melanjutkan meneguk segelaswhiskeyyang ada di tangannya.Mark sedang berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya. Ia butuh sesuatu agar bisa melupakan seseorang yang selalu memenuhi pikirannya, walaupun sejenak dan alkohol adalah solusi menurutnya. Padahal, dokter sudah menyarankan untuk tidak mengkonsumsi minuma

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB VIII

    Semuahalbutuhsebuahproses.Begitujugadenganmelepaskancintapertama.Butuhprosespemulihanhati,entahdalamjangkapanjangataupendek.Semuatergantungpribadidanpemikiranmasing-masing.Jikakauberpikirpositifsetelahnya, prosesituakanmudah

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB IX

    Suara itu, yang menyebut namaku. Aku mencintai suara itu. Aku terjaga sepanjang malam membayangkan seseorang. Dan mengimajinasikan masa depan berkat senyumannya. Namun, semua itu hanyalah mimpi. Begitu indah hingga aku enggan untuk terbangun dari mimpiku.—Mark Lee.-o-Dahyun masih memikirkan perkataan Mark. Jika apa yang laki-laki itu katakan padanya karena keterpaksaan dengan keadaan yang ada, maka bukan cinta namanya.Juga bukan karena Dahyun takut hanya menjadi pelarian bagi Mark. Itu bahkan lebih baik, setidaknya Mark akan benar-benar membuka hati untuknya. Tapi, yang Dahyun takutkan adalah jika Mark mengetahui dirinya dan Lino telah di jodohkan. Bukan hanya persahabatan mereka yang akan renggang, tapi perasaan Mark yang akan lebih tersakiti jika mema

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB X

    Mungkin dengan hadirnya sosok dirimu dalam hidupku, proses penyembuhan patah hatiku akan lebih bermakna. Terima kasih.—Mark Lee.-o-Hari sudah mulai gelap, matahari pun mulai meredup berganti dengan bulan yang mulai bersinar. Di rumah sakit, Lino dan Dahyun sertastaffmedis lainnya yang bersangkutan sedang melakukan sebuah operasi.Sudah lebih dari empat jam operasi berlangsung. Lino sempat terlihat tidak fokus saat melakukanIntubasi Endotrakealpada pasien sebelum memulai pembedahan. Entah apa yang Lino pikirkan hingga konsentrasinya pecah. Seperti bukan Lino yang biasanya.*Intubasi Endotrakeal= Memasukkan selang pada trakea untuk memberika

    Last Updated : 2021-04-03
  • Never Cease   BAB XI

    Haruskahakumengalah?Haruskahakumenyerahdenganperasaanini?Haruskah?—Lee Know.-o-Kelanjutannya..."Baiklah, maaf jika aku mengganggu waktumu. Aku langsung pada intinya, aku akan membuka hatiku untuk Dahyun mulai saat ini. Jadi aku ingin meminta izin darimu, untuk mendukung keputusanku," sahut Mark.Lino terkejut tapi dengan cepat ia menetralkan raut wajahnya dari keterkejutan. "Kau mulai menyukai Dahyun? Kau serius dengannya?" tanyanya."Aku akan menc

    Last Updated : 2021-04-03

Latest chapter

  • Never Cease   BAB XXV

    Bagaimanapun kaukedepannya. Aku, akantetapdisini dan akan selalu menunggumu kembali mengingatku.—Mark Lee -o- Matahari pagi menyingsing dengan sunyi hingga suara angin berhembus begitu terdengar di telinga. Di sebuah rumah sakit, seorang laki-laki sedang tertidur di ranjang sembari memejamkan matanya. Ralat! Tertidur pulas terlihat dari mulutnya yang sedikit terbuka. Sesekali dahi laki-laki itu mengernyit, seperti sedang bermimpi. Buruk mungkin? "Tidak! Itu tidak mungkin!" pekik laki-laki itu dan terbangun dengan napas yang terengah-engah. Iris cokelatnya menelusuri tiap sudut di ruangan tersebut.

  • Never Cease   BAB XXIV

    Satu minggu telah berlalu, hari ini adalah Rabu. Pagi menyingsing dengan sunyi. Suara dari layar monitor di ruangan tersebut begitu terdengar di telinga laki-laki yang sedaritadi menatap wanita di hadapannya. Wanita itu masih terlelap di ranjang dengan seprai warna putih, karena pengaruh obat biusnya belum juga hilang sejak tiga jam lalu.Laki-laki itu memperhatikan setiap gerak detak jantungnya melalui layar monitor berukuran sedang yang ada di samping ranjang. Sesekali ia mengamati setiap lekuk wajah wanita yang terbaring lemah dengan beberapa selang dan tabung yang menempel di tubuhnya.Ya, Dahyun baru saja selesai di operasi sekitar tujuh jam. Dan laki-laki itu yang mengoperasinya, karena ia adalah dokter pribadi wanita itu. Operasi berjalan dengan lancar, walaupun ada sedikit kendala karena wanita itu mengalami pendarahan dan golon

  • Never Cease   BAB XXIII

    Disarankansembarimendengarkanlagu,Paper Umbrella -Yesung.-o-"Bisakah kita bicara sebentar. Ini mengenai transplantasi hati Dahyun," sahut Mark.Lino menyerngit, tapi dengan cepat ia mengangguk. "Baiklah, ikut ke ruanganku sekarang," ucap laki-laki itu dan berjalan berdampingan dengan Mark.Mereka berjalan dengan sedikit tergesa-gesa untuk sampai ke ruangan. Sesekali Mark meremas-remas kedua telapak tangannya, tanda ia sedang khawatir dan gelisah.Di benaknya, hanya ada kalimat,jikaitu

  • Never Cease   BAB XXII

    Akusangatberterimakasihkepadamu, yangmemperlakukankubagaikansekuntumbunga,saatkehidupanbegituberat.—Kim Dahyun. -o- Di hari Sabtu yang cerah itu, Dahyun terlihat sangat senang karena beberapa alasan. Pertama, ia senang karena ini adalah hari di mana ia akan pergi berjalan-jalan bersama dengan Lino. Kedua, karena ia baru saja mendapat kabar baik dari Lino bahwa ia dan laki-laki itu akan segera pindah tugas di rumah sakit Seoul. Saat ia sedang berjalan cepat menuju taman belakang

  • Never Cease   BAB XXI

    Dengarkanlagu,'If It's You - JungSeunghwan'(Lagu yangmenggambarkanperasaanseorangLee Know. ChapterinibeberapajamsebelumkencanMark danDahyundi chaptersebelumnya.)***They say you'll be happy when you fall in loveWho said that?Because I only know a loveThat looks at you from behind-o-

  • Never Cease   BAB XX

    Disarankansambilmendengarkanlagu,'Because of You - LeeHyun'***When the right man walks into your life and loves you the way you deserve to be loved, you whole perspective on life will change.-o-Di jalan SimniCherry Blossom, kawasan Kuil Ssanggyesa. Mereka berdua berjalan berdampingan dan saling berpegangan tangan. Sang lelaki tidak henti-hentinya menatap sang wanita di sampingnya yang begitu riang. Senyum di wajah wanita itu bila diibaratkan seperti bunga-bunga sakura yang baru saja bermekaran, menambah kecantikan di wajah

  • Never Cease   BAB XIX

    Maafkanaku,CintaPertamaku,tapiakubosan. Akubutuhpergisupayabisamerasalagi.—Mark Lee. -o- At, Seoul. Suara kendaraan yang bising dan saling bersahutan dengan semilir angin. Matahari pun tampak tidak malu-malu untuk menunjukan sinarnya. Di kota Seoul, distrik Gangnam, seorang laki-laki sedang merasakan hangatnya sinar mentari pagi dengan pemandangan kota yang hiruk pikuk orang berlalu-lalang dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Laki-laki i

  • Never Cease   BAB XVIII

    Dahyun mengerjap-ngerjapkan matanya karena silau dengan sinar lampu di ruangan tersebut. Matanya menelusuri setiap sudut, memperjelas penglihatannya dan mencerna pikirannya. Ada di mana ia sekarang.Tidak menunggu lama untuk mencaritahu di mana wanita itu sekarang. Pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan sosok Lee Know lengkap dengan jas dokternya."Oppa? Aku di rawat inap lagi?" tanya Dahyun pada Lino.Laki-laki itu menghampiri Dahyun dengan senyuman yang terpancar dari wajah tampannya. Namun, dibalik itu, tersimpan kesedihan yang mendalam setelah mengetahui hasil dari biopsi hati yang baru saja dilakukan beberapa jam lalu —dua jam."Hmmm, kau tidak sadarkan diri lagi tadi. Apa masih pusing?" sahut Lino dan bert

  • Never Cease   BAB XVII

    Di sarankan sambil mendengarkan lagu'A World That Is You - Yoon Mi Rae'***Menahan air matamu dan membalikkan badan, seakan kau tidaklah lemah.—Kim Dahyun.-o-Ningning sedikit berlari menuju apartemen Dahyun. Wanita itu tidak henti-hentinya menggerutu kesal karena Mark telat bangun, dan berakhir dengan ia yang menjemput Dahyun.Sedikit tergesa-gesa, Ningning keluar dari lift dan tiba di depan pintu apartemen Dahyun. Wanita itu menekan bel yang terdapat di samping pintu --berkali-kali. Namun, tidak ada sahutan sama sekali.Dengan gerakan cepat, Ningning membuka tasnya dan mengambil ponsel untuk m

DMCA.com Protection Status