Bagaimana bisa aku melupakan cinta pertamaku disaat hatiku masih mengenangnya.
—Mark Lee-o-
Saat ini, Mark sedang membuka gallery di ponselnya. Ia menatap sebuah foto sejak beberapa menit yang lalu. Matanya tidak lepas dari objek tersebut. Caranya menatap seakan ia sedang menyampaikan rindu pada Karina Jung.
Aku merindukanmu...
Hingga sebuah suara menginterupsi Mark.
"Annyeonghaseyo Mark-ssi." Dokter bernama lengkap Kim Dahyun datang untuk memeriksa keadaan Mark.
Mark pun mengalihkan pandangannya dari foto tersebut ke arah Dahyun. "Ne, annyeonghaseyo dok," sahutnya, lalu kembali menatap foto tersebut.
"Bagaimana keadaan Anda? Semalam Anda bisa tidur nyenyak?" tanya Dahyun, sembari memeriksa detak nadi Mark dengan menekan pergelangan tangan laki-laki itu menggunakan jarinya.
"Hm. Saya cukup tidur semalam," ucap Mark masih dengan raut wajah dan nada bicara yang datar.
Dahyun kembali memeriksa Daniel. "Bagaimana dengan makan Anda? Anda makan dengan nikmat? Atau keluhan?"
"Hm." Mark tidak mengalihkan pandangannya dari foto tersebut.
"Saya rasa... tidak akan lama lagi Anda sudah boleh pulang Mark-ssi." Dahyun sedang menahan kesalnya. Memang banyak sekali tingkah dari para pasien yang ia temu, hanya saja Mark yang paling cuek menurutnya.
Lihat saja, Mark tidak merespon ucapan Dahyun dan itu membuatnya semakin terlihat angkuh di mata Dokter muda itu.
Bagaimana bisa ada orang seperti dia? Sangat dingin seperti kulkas. Batin Dahyun.
"Baiklah, saya akan memberikan cairan vitamin ke dalam infusan Anda," ucap Dahyun dan mengambil suntikan berisi cairan vitamin yang akan di masukkan melalui infusan.
Setelah selesai, Dahyun berniat untuk pamit tapi Mark memanggil namanya.
"Kim Dahyun-ssi. Maksud saya, dokter Kim."
"Ne?" sahut Dahyun sembari menyerengitkan dahinya.
"Saya bisa minta tolong pada Anda?" Mark menatap Dahyun dengan datar.
"Katakan."
"Apa boleh saya keluar ruangan ini? Misal ke taman rumah sakit? Sungguh, saya sangat bosan di sini."
Menggeleng dua kali, Dahyun berkata, "Mark-ssi, mohon maaf. Kalau Anda ingin berjalan-jalan di sekitar rumah sakit, harus ada dokter atau suster yang menemani."
"Ya sudah, kalau begitu bisakah Anda menemani saya nanti?" Mark langsung to the point.
"Aaah. Baiklah, saya akan ke sini setelah selesai mengecek pasien lain. Bagaimana?" sahut Dahyun sembari tersenyum ragu.
"Baiklah. Kamsahamnida." Mark kembali menatap foto yang ada di gallery ponselnya.
Beruntung kau itu pasien. Jika tidak... Dahyun menghela napasnya.
"Geurae. Kalau begitu, saya permisi." Dahyun menunggu jawaban dari Mark tapi nihil.
Kau harus sabar menghadapi pasien semacam dia. Batin Dahyun sembari mengatur napasnya karena mulai emosi dengan Mark.
Dahyun pergi dari hadapan Mark dan melangkahkan kakinya menuju ruangan khusus dokter dengan perasaan kesal dan mengerucutkan bibirnya.
"Aigoo Dahyun-a. Ada apa dengan raut wajahmu?" tanya seorang laki-laki dengan jas putih, sama dengan Dahyun.
"Jangan mengangguku Lee Know sunbae!" seru Dahyun pada sunbaenya di devisi ahli bedah.
"Wae? Apa pasienmu itu membuatmu kesal lagi?" tanya laki-laki bermarga sama dengan Mark.
Dahyun menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Dia sangat angkuh oppa. Aku kesal padanya. Sikapnya menjengkelkan."
"Ya! Jangan mengeluh seperti itu. Ini di depan umum. Ayo ke ruanganku saja." Lino melangkahkan kakinya lebih dulu.
Sesampainya di ruangan Lino. "Ada apa denganmu?" tanyanya langsung.
Dahyun menggerutu tidak jelas.
"Ya! Jangan menggerutu tidak jelas. Jawab pertanyaanku."
"Aku kesal dengan pasien yang kau rekomendasikan padaku. Pasien VIP itu," sahut Dahyun.
"Aigoo Dahyun-a. Kau lupa? Kau ingin segera pulang ke Korea 'kan? Turuti saja apa yang aku katakan. Mengerti?"
"Ne. ne sunbaenim." Dahyun sengaja mengatakan sunbaenim jika ia sedang kesal dengan Lino.
Bersidekap dada, Lino menaikkan sebelah alis matanya. "Jangan memasang ekspresi marah padaku. Atau kau tidak akan aku rekomendasikan untuk ikut ke Korea."
"Oppaaa! Jangan mengancamku. Aku ingin kembali ke Korea. Aku rindu orangtuaku," ucap Dahyun lirih di akhir kalimat.
"Aku tidak bermaksud, mianhae." Lino merasa tak enak telah mengungkit hal yang membuat Dahyun sensitif.
Melambaikan kedua tangan ke udara, Dahyun menggelengkan kepala dua kali. "Tidak—tidak, tidak masalah. Aku tidak akan mengeluh terus. Fighting!" serunya.
"Good girl! Kau masih ada pasien setelah ini?" tanya Lino.
"Hmm, masih ada. Setelah itu, aku akan menemani pasien yang membuatku kesal untuk berjalan-jalan di sekitar taman Rumah Sakit ini."
"Baiklah. Aku juga masih ada pasien. Kajja." Lino berdiri dan melangkahkan kakinya keluar ruangan diikuti Dahyun.
-o-
Dahyun dan Lino adalah dua diantara banyaknya dokter berbakat dari Korea yang dikirim ke rumah sakit Kanada. Mereka, sudah --kurang lebih satu tahun-- bekerja di sana. Dan dalam waktu dekat, Lino akan di panggil kembali untuk bekerja di Rumah Sakit Korea dan itu membuat Dahyun berusaha keras agar bisa ikut dengan Lino.
"Aigoo. Aku sangat lelah." Dahyun berjalan seperti zombie menuju ranjang.
Dahyun mendaratkan tubuhnya di atas ranjang ukuran single yang ada di ruangan peristirahatan para dokter. Ia melakukan peregangan lagi dan mulai memejamkan matanya. Tapi, tiba-tiba ia teringat sesuatu dan membuat matanya terbuka kembali.
"Omo! Aku lupa! Aku akan membawa pasien menyebalkan itu untuk berjalan-jalan ke taman." Dahyun melihat jam di pergelangan tangannya. "Oke, baru jam delapan malam. Mungkin dia belum tidur. Aku akan periksa ke kamarnya."
Dahyun berdiri dan membenarkan rambutnya yang sudah berantakan akibat tiduran. Setelah rapih, ia melangkahkan kakinya menuju lantai VIP untuk memeriksa apakah Mark masih mau berjalan-jalan ke taman atau tidak.
Tak butuh waktu lama Dahyun tiba di ruang Calendula. Ia mengetuk pintu tiga kali, lalu membukanya dan menghampiri ranjang di mana ada Mark.
"Aah dia sudah tertidur," gumam Dahyun berbisik.
Dahyun pun merapikan letak selimutnya. "Baiklah, aku akan pergi. Mungkin besok pagi aku akan menemanimu berjalan-jalan di taman rumah sakit ini," ucanya pada Mark yang terpejam matanya.
Saat Dahyun berbalik dan ingin melangkahkan kakinya. Sebuah tangan memegang pergelangan wanita itu dengan erat.
"Tunggu! Saya belum tertidur. Saya ingin berjalan-jalan sekarang." Ternyata Mark hanya memejamkan matanya dan belum tertidur.
"Ne?" Dahyun melihat tangannya yang di pegang oleh Mark, "aah, baiklah." Ia menarik tangannya dari genggaman lelaki itu.
Di taman Rumah Sakit.
Mark dan Dahyun berada di kursi taman Rumah Sakit. Kursi roda Mark tepat berada di samping kirinya. Mereka berdua sedang memandangi langit yang terlihat cerah, karena banyak bintang yang bertebaran di sana --langit--.
"Anda percaya dengan perkataan 'cinta pertama tidak akan pernah berhasil'?" tanya Mark membuka pembicaraan.
Dahyun sempat terkejut karena Mark yang tiba-tiba berbicara dan juga karena pertanyaan yang lelaki itu lontarkan.
"Hm, saya rasa itu benar."
Mark menoleh ke arah Dahyun. "Anda percaya?"
Dahyun sempat melihat ke arah Mark, tapi selanjutnya ia menatap lurus ke depan. "Saya tidak bilang percaya. Menurut saya apa yang Anda ucapkan itu ada benarnya sedikit. 'cinta pertama tidak akan pernah berhasil'."
Wanita itu menghela napasnya. Dan menatap langit penuh bintang. "Tapi, pengalaman jatuh cinta pertama tidak hanya kekal di ingatan, tapi turut membentuk siapa diri kita dan siapa orang berikutnya yang akan membuat kita jatuh cinta."
Mark mengalihkan pandangannya dari Dahyun dan menatap langit lalu memejamkan matanya sembari berkata, "Sepertinya, saya harus merelakan cinta pertama saya. Meskipun itu akan sulit."
"Merelakan bukan berarti melupakan. Anda akan tetap memiliki ingatan di hati Anda tentang cinta pertama Anda, walaupun Anda sudah menemukan cinta sejati Anda kelak."
Sontak, ucapan Dahyun membuat Mark membuka matanyadan menoleh ke arah wanita itu kembali, lalu menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Dia, mulai mengisi hari-hariku. Tapi, hatiku masih tetap tertuju ke Seoul, tempat di mana cinta pertamaku tinggal.—Mark Lee-o-Dahyun melangkahkan kakinya menuju lantai VIP sembari mendorong kursi roda yang di duduki oleh Mark. Sepanjang lobi rumah sakit, Mark melamun --memikirkan perkataan Dahyun--.Perkataan dia ada benarnya juga, 'merelakan bukan berarti melupakan. Anda akan tetap memiliki ingatan di hati Anda tentang cinta pertama Anda, walaupun Anda sudah menemukan cinta sejati Anda kelak'. Batin Mark.Mark masih melamun hingga suara Dahyun menginterupsinya. "Mark-ssi. Kita sudah sampai di ruangan." Ia berpindah tempat yang tadinya di belakang Mark, menjadi di hadapannya."Ye? Aah kamsahamnida Dahyun-ssi."Dahyun membantu M
Hari demi hari telah kulalui bersama dengannya tapi kenapa perasaan ini masih saja belum muncul ke permukaan.—Mark Lee.-o-Matahari pun mulai muncul menggantikan tugas bulan yang telah selesai. Laki-laki bernama lengkap Mark Lee masih terlelap dalam tidurnya. Jam di dinding kamar inapnya menunjukkan pukul 07.25 a.m."Mark, aemi datang. Bagaimana keadaanmu 'nak?" tanya Wendy.Mark yang merasakan ada sebuah tangan mengelus surai hitam miliknya, membuka matanya perlahan. "Eomma? Sejak kapan?" Mark ingin duduk tapi di tahan oleh Ibunya."Ne, aemi baru saja tiba. Bagaimana keadaanmu?""Aku baik. Kapan aku bisa keluar dari sini? Aku bosan terkurung sepanjang hari." Mark menghela napas."Aemi belum tahu sayang. Nanti a
Aku harus bahagia atau sedih? Aku pun tidak tahu. Semoga hal positif selalu memihak padaku, terlepas dari sakit hati—Lee Know.-o-Dahyun sedang berada di ruangan Lino. Ia ingin menanyakan perihal Mark Lee pada lelaki itu. Sebenarnya Dahyun hanya penasaran dengan kisah cinta pertama Mark. Maklum saja, karena Dahyun mulai menaruh rasa pada Mark."Oppa! Jawab pertayaanku tadi,aish!" seru Dahyun karena kesal dengan Lino yang telah mengabaikannya.Lino tak menanggapi bukan karena tak suka, tapi ia sedikit cemburu mungkin? "Apa, hm? Kau 'kan sudah tahu jika aku dan Mark memang bersahabat sejak lama. Lalu apa lagi yang harus kujawab?" sahutnya sembari memejamkan mata. Ia sedang menyender
Tepat di hari minggu, pukul 09.30 a.m, Dahyun hampir selesai denganshiftmalamnya. Ia mengunjungi pasien terakhirnya untuk diperiksa. Pasien tersebut adalah Mark Lee.Decit suara pintu terbuka dan derap langkah Dahyun tidak juga membuat laki-laki dengan marga Lee menoleh ataupun terusik. Ia asik dengan lamunannya sembari menatap kosong ke arah jendela kamar inapnya. Ia masih memikirkanchatLine dari Ningning semalam, bahwa Karina akan bertunangan lagi dengan laki-laki lain. Dan untuk kedua kalinya, Mark harus merasakan perasaan yang sama yaitu patah hati.Dahyun menghampiri Mark dan menyerengitkan dahinya karena Mark tidak menyadari kehadirannya. Ingin rasanya Dahyun mengagetkannya tapi ia urungkan. Dahyun lebih memilih mengambil kursi dan duduk di samping ranjang Mark dan menyilangkan kedua tanga
Inikah rasanya sakit hati akibat patah hati? Jika rasa sakit ini mampu membuatnya bahagia, ikhlas adalah jawabannya. Kurasa itu lebih baik.-Mark Lee-o-Di ruangan bercat putih, suasana terlihat sangat canggung di antara ke-empat orang yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.Mark, apa kabar hatimu?Kenapa dia menceritakan semuanya di sini.Aku bisa apa? Dia lebih menyukainya daripada aku.Apa yang mereka lakukan?Kurang lebih seperti itu isi pikiran dari mereka masing-masing. Banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyaka
Apakah sekarang saatnya, diriku harus merelekannya? Merelakan dia bahagia dengan orang lain. Kurasa, itu sulit tapi akan kucoba.—Mark Lee.-o-Esok adalah hari di mana Karina dan Jeno bertunangan. Mark juga sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Saat ini, ia sedang diApartmentmiliknya seorang diri."Apa yang harus kulakukan?" gumam Mark sembari melanjutkan meneguk segelaswhiskeyyang ada di tangannya.Mark sedang berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya. Ia butuh sesuatu agar bisa melupakan seseorang yang selalu memenuhi pikirannya, walaupun sejenak dan alkohol adalah solusi menurutnya. Padahal, dokter sudah menyarankan untuk tidak mengkonsumsi minuma
Semuahalbutuhsebuahproses.Begitujugadenganmelepaskancintapertama.Butuhprosespemulihanhati,entahdalamjangkapanjangataupendek.Semuatergantungpribadidanpemikiranmasing-masing.Jikakauberpikirpositifsetelahnya, prosesituakanmudah
Suara itu, yang menyebut namaku. Aku mencintai suara itu. Aku terjaga sepanjang malam membayangkan seseorang. Dan mengimajinasikan masa depan berkat senyumannya. Namun, semua itu hanyalah mimpi. Begitu indah hingga aku enggan untuk terbangun dari mimpiku.—Mark Lee.-o-Dahyun masih memikirkan perkataan Mark. Jika apa yang laki-laki itu katakan padanya karena keterpaksaan dengan keadaan yang ada, maka bukan cinta namanya.Juga bukan karena Dahyun takut hanya menjadi pelarian bagi Mark. Itu bahkan lebih baik, setidaknya Mark akan benar-benar membuka hati untuknya. Tapi, yang Dahyun takutkan adalah jika Mark mengetahui dirinya dan Lino telah di jodohkan. Bukan hanya persahabatan mereka yang akan renggang, tapi perasaan Mark yang akan lebih tersakiti jika mema
Bagaimanapun kaukedepannya. Aku, akantetapdisini dan akan selalu menunggumu kembali mengingatku.—Mark Lee -o- Matahari pagi menyingsing dengan sunyi hingga suara angin berhembus begitu terdengar di telinga. Di sebuah rumah sakit, seorang laki-laki sedang tertidur di ranjang sembari memejamkan matanya. Ralat! Tertidur pulas terlihat dari mulutnya yang sedikit terbuka. Sesekali dahi laki-laki itu mengernyit, seperti sedang bermimpi. Buruk mungkin? "Tidak! Itu tidak mungkin!" pekik laki-laki itu dan terbangun dengan napas yang terengah-engah. Iris cokelatnya menelusuri tiap sudut di ruangan tersebut.
Satu minggu telah berlalu, hari ini adalah Rabu. Pagi menyingsing dengan sunyi. Suara dari layar monitor di ruangan tersebut begitu terdengar di telinga laki-laki yang sedaritadi menatap wanita di hadapannya. Wanita itu masih terlelap di ranjang dengan seprai warna putih, karena pengaruh obat biusnya belum juga hilang sejak tiga jam lalu.Laki-laki itu memperhatikan setiap gerak detak jantungnya melalui layar monitor berukuran sedang yang ada di samping ranjang. Sesekali ia mengamati setiap lekuk wajah wanita yang terbaring lemah dengan beberapa selang dan tabung yang menempel di tubuhnya.Ya, Dahyun baru saja selesai di operasi sekitar tujuh jam. Dan laki-laki itu yang mengoperasinya, karena ia adalah dokter pribadi wanita itu. Operasi berjalan dengan lancar, walaupun ada sedikit kendala karena wanita itu mengalami pendarahan dan golon
Disarankansembarimendengarkanlagu,Paper Umbrella -Yesung.-o-"Bisakah kita bicara sebentar. Ini mengenai transplantasi hati Dahyun," sahut Mark.Lino menyerngit, tapi dengan cepat ia mengangguk. "Baiklah, ikut ke ruanganku sekarang," ucap laki-laki itu dan berjalan berdampingan dengan Mark.Mereka berjalan dengan sedikit tergesa-gesa untuk sampai ke ruangan. Sesekali Mark meremas-remas kedua telapak tangannya, tanda ia sedang khawatir dan gelisah.Di benaknya, hanya ada kalimat,jikaitu
Akusangatberterimakasihkepadamu, yangmemperlakukankubagaikansekuntumbunga,saatkehidupanbegituberat.—Kim Dahyun. -o- Di hari Sabtu yang cerah itu, Dahyun terlihat sangat senang karena beberapa alasan. Pertama, ia senang karena ini adalah hari di mana ia akan pergi berjalan-jalan bersama dengan Lino. Kedua, karena ia baru saja mendapat kabar baik dari Lino bahwa ia dan laki-laki itu akan segera pindah tugas di rumah sakit Seoul. Saat ia sedang berjalan cepat menuju taman belakang
Dengarkanlagu,'If It's You - JungSeunghwan'(Lagu yangmenggambarkanperasaanseorangLee Know. ChapterinibeberapajamsebelumkencanMark danDahyundi chaptersebelumnya.)***They say you'll be happy when you fall in loveWho said that?Because I only know a loveThat looks at you from behind-o-
Disarankansambilmendengarkanlagu,'Because of You - LeeHyun'***When the right man walks into your life and loves you the way you deserve to be loved, you whole perspective on life will change.-o-Di jalan SimniCherry Blossom, kawasan Kuil Ssanggyesa. Mereka berdua berjalan berdampingan dan saling berpegangan tangan. Sang lelaki tidak henti-hentinya menatap sang wanita di sampingnya yang begitu riang. Senyum di wajah wanita itu bila diibaratkan seperti bunga-bunga sakura yang baru saja bermekaran, menambah kecantikan di wajah
Maafkanaku,CintaPertamaku,tapiakubosan. Akubutuhpergisupayabisamerasalagi.—Mark Lee. -o- At, Seoul. Suara kendaraan yang bising dan saling bersahutan dengan semilir angin. Matahari pun tampak tidak malu-malu untuk menunjukan sinarnya. Di kota Seoul, distrik Gangnam, seorang laki-laki sedang merasakan hangatnya sinar mentari pagi dengan pemandangan kota yang hiruk pikuk orang berlalu-lalang dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Laki-laki i
Dahyun mengerjap-ngerjapkan matanya karena silau dengan sinar lampu di ruangan tersebut. Matanya menelusuri setiap sudut, memperjelas penglihatannya dan mencerna pikirannya. Ada di mana ia sekarang.Tidak menunggu lama untuk mencaritahu di mana wanita itu sekarang. Pintu ruangan tersebut terbuka dan menampilkan sosok Lee Know lengkap dengan jas dokternya."Oppa? Aku di rawat inap lagi?" tanya Dahyun pada Lino.Laki-laki itu menghampiri Dahyun dengan senyuman yang terpancar dari wajah tampannya. Namun, dibalik itu, tersimpan kesedihan yang mendalam setelah mengetahui hasil dari biopsi hati yang baru saja dilakukan beberapa jam lalu —dua jam."Hmmm, kau tidak sadarkan diri lagi tadi. Apa masih pusing?" sahut Lino dan bert
Di sarankan sambil mendengarkan lagu'A World That Is You - Yoon Mi Rae'***Menahan air matamu dan membalikkan badan, seakan kau tidaklah lemah.—Kim Dahyun.-o-Ningning sedikit berlari menuju apartemen Dahyun. Wanita itu tidak henti-hentinya menggerutu kesal karena Mark telat bangun, dan berakhir dengan ia yang menjemput Dahyun.Sedikit tergesa-gesa, Ningning keluar dari lift dan tiba di depan pintu apartemen Dahyun. Wanita itu menekan bel yang terdapat di samping pintu --berkali-kali. Namun, tidak ada sahutan sama sekali.Dengan gerakan cepat, Ningning membuka tasnya dan mengambil ponsel untuk m