Sabtu malam sekitar pukul sebelas, Rafa mendapat pesan dari nomor Amara yang mengabarkan bahwa ada hal penting yang ingin perempuan itu bicarakan.
Rafa tidak membalas pesan tersebut, dia sudah tidak ingin berurusan lagi dengan Perempuan yang sudah dikenalnya sejak kecil itu.
Amara yang mempunyai hubungan cinta dengan adik angkatnya. Dan menjadikan Rafa sebagai tameng hingga bersedia untuk menjadi kekasih, bertunangan dan menjalani hubungan jarak jauh.
Atas dasar apa Rafa bersedia melakukan semua itu untuk Amara? . Karena rasa bakti dan hormat kepada ibunya, Larasati.
Lagipula,siapa yang tidak ingin punya istri sekelas Amara. Hanya saja, di tengah jalan, Rafa kembali dipertemukan dengan perempuan labil yang ia sangka sudah melupakan tapi ternyata masih menjadikannya pujaan hati.
Sebuah pesan datang lagi
Amara : Orang tua minta kita lanjut menikah
Amara : jawab, Raf
<Irene Berliana adalah istri Raga Wicaksana, perempuan pertama yang menjadi menantu di keluarga besar Radian Haditama dan Larasati.Perempuan yang selama beberapa bulan pernah menjadi kekasih Rafa juga semasa di SMA.Sebuah kisah kasih yang diwarnai dengan kehadiran gadis lain yang selalu berusaha mendekati Rafa, atas dasar suka, cinta pandangan pertama. Mungkin gadis itu penganut faham, selama janur kuning belum melengkung, siapapun berhak memiliki.Dengan posisi sekarang, Irene harusnya bahagia. Harta, tahta, suami petinggi perusahaan, entah apalagi yang kurang.***Rafa mendengus, melihat sosok wanita yang duduk di sofa ruangan kerjanya. Azka asisten pribadi Rafa berdiri di dekat pintu."Ngga ada kerjaan Lo?, jam segini gangguin orang,"ujar Rafa setelah duduk di kursi kerjanya.Perempuan dengan pakaian kantor tapi riasan wajah seperti hendak ke pesta itu tersenyum meremehkan." Sok sibuk, L
Rafa baru saja merebahkan diri di atas tempat tidur ketika terdengar bunyi notif di ponsel. Lelaki itu kembali duduk dan membuka satu persatu kancing kemeja. Ponsel kembali berbunyi.Ada pesan yang berasal dari grup percakapan yang sudah sekian lama sunyi senyap. Dua gambar dikirim Desi. Foto seseorang yang diambil secara candid.Perempuan cantik berambut sebahu dengan riasan wajah yang membuatnya terlihat sedikit pangling.Rafa merasakan debar jantungnya menjadi kencang. Kepada sosok yang ada di gambar itu, beribu kata rindu ingin dia sampaikan.Tidak lama postingan gambar itu dihapus oleh Desi. Entah kenapa. Mungkin si pemilik wajah protes dan marah.Rafa tersenyum getir, memikirkan kisah cintanya bersama perempuan tadi. Di tengah keyakinan bahwa masih ada kesempatan bagi mereka, terselip perasaan takut jika suatu saat Nanda menolak untuk menikah dengannya.Rafa kembali memakai kemeja dan menyambar jasnya. Set
Entah berapa kali dalam hari ini Rafa memeriksa roomchatnya dengan Hendra.Bahkan di tengah meeting divisi keuangan , matanya lebih sering menatap ponsel, berharap ada pesan yang masuk. Azka yang menggantikan fokus Tuannya, Dia sangat serius dan berusaha memahami rangkaian isi rapat hari ini. Meeting selesai dan waktu menunjukkan saatnya untuk makan siang. Rafa meminta Azka untuk membawakan makanan ke ruangan kerja, Dia tidak ingin makan di luar, karena fokus memandangi ponsel. Pesan itu datang, di jam pulang kantor.Hendra mengirim alamat tempat tinggal Nanda. Rafa tidak berfikir panjang lagi, Lelaki itu menuju alamat yang tertera. Sendiri, mengemudi mobil.Butuh dua jam perjalanan dengan kecepatan tinggi tentunya. Ada dua orang wanita yang menemuinya saat Rafa sudah berada di ruang tamu rumah yang tampak seperti villa tersebut. "Jadi kamu ke sini ingin bertemu anak saya?." Rafa mengangguk.&nbs
Tahun 2009Rafa menghentikan langkah di Koridor kelas yang sepi setelah istirahat kedua.Seorang gadis berambut sepinggang tampak berbalik melangkah ke arah lain. Seperti menghindar berpapasan dengannya.Nanda tidak lagi menemuinya. Sejak Irene mendatangi kelas gadis itu sebulan yang lalu.Sebuah peristiwa yang menjadi topik pembicaraan di sekolah selama beberapa hari dan Rafa putus hubungan dengan Irene.Istri sah melabrak PHO. Kurang Ajar sekali yang membuat caption di video yang beredar pada saat itu.Rafa tidak suka orang memberi Nanda label sebagai PHO.Rafa berdiri di depan kelas Nanda. Mencari keberadaan gadis itu. Kehadirannya menarik perhatian seorang cowok yang sedang menghapus papan tulis."Cari siapa Lo? Nanda?.""Ada ngga?. ""Perpus kali, di kelas ngga ada."Rafa berlalu tanpa mengucapkan Terima kasih.Di depan Perpustakaan Nanda sedang berbicara dengan dua cowok. Perempuan itu te
Tahun 2015 Nanda mengangkat Kamera untuk mengambil gambar Rafa yang baru selesai wisuda. Di samping lelaki itu berdiri Atika sedangkan Risa tidak jauh dari mereka. Kedua perempuan itu memakai kebaya, mereka juga sudah sah menyandang gelar sarjana. "Sudah? " tanya Atika kepada Nanda. "Sudah, Kak. " jawab Nanda sambil menyodorkan kamera milik Atika. Perempuan itu menatap sebentar ke arah Rafa yang sedang berbincang dengan Risa. "Bagus bagus, Thanks ya"ucap Atika sambil meneliti hasil jepretan Nanda. "Sekarang, tolong fotoin gue. " Risa menyodorkan ponsel kepada Nanda. Rafa menghela nafas ketika tangan Risa berada di siku tangannya. Perempuan itu juga menyenderkan kepala di bahu Rafa. Nanda mencoba fokus untuk mengambil gambar kedua manusia itu. Setelah beberapa pose, Nanda mengembalikan ponsel Risa. Atika yang sejak tadi diam mendekati mereka bertiga. "Makan, Y
2021 "Saya Terima nikahnya Anandita Pratami dengan maskawin uang sebesar Satu juta Rupiah dibayar tunai." Nanda masih terngiang kalimat sakral itu saat Akad nikah tadi siang. Rafa mengucapkannya di hadapan penghulu dan Papa Hendra sebagai wali nikah. Bunda Dwi,Davi,Papa Radian dan Azka turut menyaksikan pernikahan pasangan pengantin yang digelar secara mendadak dan sederhana itu. Nanda menatap tampilan wajah di cermin,perempuan itu tidak menyangka mulai hari ini status dirinya adalah Nyonya Rafa Yudistira. "Senyum senyum sendiri."Rafa baru saja masuk ke dalam ruangan, dia membuka jas dan melempar benda itu ke atas tempat tidur. Nanda menghela nafas. Dia berdiri mengambil jas tersebut lalu menggantungnya di dalam lemari. Sementara Rafa masuk ke kamar mandi. "Bagaimana rasanya? pasti bahagia, kan?."Rafa menyusul Nanda berbaring di tempat tidur. "Lumayan, aku terharu."jawab Nanda y
Malam itu di Kediaman Larasati berkumpul Raga beserta istri, Restu yang sedang libur semester dan juga seseorang yang baru saja hadir, Amara.Mereka menikmati santap malam dalam rangka perayaan ulang tahun Larasati yang ke Lima puluh satu.Ide acara tersebut berasal dari Irene, menantu kesayangan dari perempuan yang masih tampak cantik di usia setengah abad lebih tersebut.Restu yang datang tadi sore melihat ke sekeliling. Ia mencari Kakak sulungnya."Bang Rafa ke mana? tumben.""Sekarang dia tinggal sama Papa."Irene yang menjawab dan tersenyum menatap Restu."Kakakmu ada urusan , tadi sudah nelpon mama. " Larasati beralih menatap Amara yang duduk di samping kirinya."Terima kasih sudah datang, sayang sekali Rafa berhalangan. "Larasati tersenyum dan mengusap bahu Amara." Tidak apa, Aku ke sini khusus untuk bertemu Tante, Oh ya, ini hadiah dari aku." Amara mengambil sesuatu dari tas dan menyodorkan benda i
"Jadi Kalian mau tinggal di Jakarta? daerah mana? dekat sama Davi?. " Pertanyaan beruntun diucapkan Dwi saat anak dan menantunya berpamitan untuk pulang ke Jakarta."Daerah Jakarta Selatan, apartemen aku yang dulu, " jawab Nanda yang akhirnya bisa membujuk Rafa tinggal di sana, bukan di rumah Jagakarsa."Jauh ya dari rumah Kakakmu?."tanya Dwi lagi."Lumayan"jawab Nanda."Oh ya, sebenarnya ada hal penting. Mengenai ibumu. " Dwi menatap Rafa."Kenapa?.""Apa dia tahu tentang pernikahan Kalian? Gimana ya? Maksud Bunda, saat ini Kami ada beberapa proyek bareng, tidak mungkin merahasiakan hal ini, barusan saja dia kirim pesan, naskah novel milik Ana sedang tahap editing. Bunda jadi bingung. ""Cepat sekali,"Komentar Nanda"Naskah novel yang mana? Yang seperti kemarin?. " Rafa bertanya kepada istrinya."Bukan, beda, yang ini aku tulis selama bertapa di sini. "Rafa terkeke