2021
"Saya Terima nikahnya Anandita Pratami dengan maskawin uang sebesar Satu juta Rupiah dibayar tunai."
Nanda masih terngiang kalimat sakral itu saat Akad nikah tadi siang. Rafa mengucapkannya di hadapan penghulu dan Papa Hendra sebagai wali nikah.
Bunda Dwi,Davi,Papa Radian dan Azka turut menyaksikan pernikahan pasangan pengantin yang digelar secara mendadak dan sederhana itu.
Nanda menatap tampilan wajah di cermin,perempuan itu tidak menyangka mulai hari ini status dirinya adalah Nyonya Rafa Yudistira.
"Senyum senyum sendiri."Rafa baru saja masuk ke dalam ruangan, dia membuka jas dan melempar benda itu ke atas tempat tidur.
Nanda menghela nafas. Dia berdiri mengambil jas tersebut lalu menggantungnya di dalam lemari. Sementara Rafa masuk ke kamar mandi.
"Bagaimana rasanya? pasti bahagia, kan?."Rafa menyusul Nanda berbaring di tempat tidur.
"Lumayan, aku terharu."jawab Nanda y
Malam itu di Kediaman Larasati berkumpul Raga beserta istri, Restu yang sedang libur semester dan juga seseorang yang baru saja hadir, Amara.Mereka menikmati santap malam dalam rangka perayaan ulang tahun Larasati yang ke Lima puluh satu.Ide acara tersebut berasal dari Irene, menantu kesayangan dari perempuan yang masih tampak cantik di usia setengah abad lebih tersebut.Restu yang datang tadi sore melihat ke sekeliling. Ia mencari Kakak sulungnya."Bang Rafa ke mana? tumben.""Sekarang dia tinggal sama Papa."Irene yang menjawab dan tersenyum menatap Restu."Kakakmu ada urusan , tadi sudah nelpon mama. " Larasati beralih menatap Amara yang duduk di samping kirinya."Terima kasih sudah datang, sayang sekali Rafa berhalangan. "Larasati tersenyum dan mengusap bahu Amara." Tidak apa, Aku ke sini khusus untuk bertemu Tante, Oh ya, ini hadiah dari aku." Amara mengambil sesuatu dari tas dan menyodorkan benda i
"Jadi Kalian mau tinggal di Jakarta? daerah mana? dekat sama Davi?. " Pertanyaan beruntun diucapkan Dwi saat anak dan menantunya berpamitan untuk pulang ke Jakarta."Daerah Jakarta Selatan, apartemen aku yang dulu, " jawab Nanda yang akhirnya bisa membujuk Rafa tinggal di sana, bukan di rumah Jagakarsa."Jauh ya dari rumah Kakakmu?."tanya Dwi lagi."Lumayan"jawab Nanda."Oh ya, sebenarnya ada hal penting. Mengenai ibumu. " Dwi menatap Rafa."Kenapa?.""Apa dia tahu tentang pernikahan Kalian? Gimana ya? Maksud Bunda, saat ini Kami ada beberapa proyek bareng, tidak mungkin merahasiakan hal ini, barusan saja dia kirim pesan, naskah novel milik Ana sedang tahap editing. Bunda jadi bingung. ""Cepat sekali,"Komentar Nanda"Naskah novel yang mana? Yang seperti kemarin?. " Rafa bertanya kepada istrinya."Bukan, beda, yang ini aku tulis selama bertapa di sini. "Rafa terkeke
"Siapa yang masak?," tanya Radian di tengah acara makan malam saat ini, sang Kepala keluarga itu melihat menu yang tersaji di meja makan. Sop daging sapi dan rica ayam pedas."Istrinya Mas Rafa, Bibi cuma bantuin," jawab asisten rumah tangga di rumah itu."Kenapa Pa, ngga cocok? Aku malah nambah," ujar Restu yang kembali ada di sana untuk alasan mengambil mobil."Enak masakannya." Radian kembali melanjutkan makan.Tidak lama Lelaki itu melihat ke sekeliling ruangan, mencari keberadaan anak dan menantunya."Kemana mereka?.""Mau packing baju katanya, di kamar."jawab Restu."Ooh.""Aku jadi pakai mobil ya Pa, Mama udah kasih izin."Restu kembali mengutarakan niatnya membawa mobil ke Bandung."Iya, hati hati , jangan kebut kebutan. "Rafa dan Nanda terlihat turun dari lantai atas, masing masing membawa ransel."Koper kan ada, kenapa ngga dipakai?." Radian me
Melalui jendela mobil, Nanda melihat Rafa mengarahkan kendaraan mereka ke sebuah hotel.Waktu menunjukkan jam sepuluh malam."Ngapain ke sini?," tanya wanita itu kepada lelaki di samping yang sedang memutar stir mobil dan berusaha mencari tempat untuk memarkir Xpander cross putih miliknya."Tidur." jawab Rafa singkat."Di apartemen juga bisa kali.""Lebih dekat ke kantor, besok rapat direksi takut kesiangan.""Ooh, aku kira mau pacaran di sini.""Sekalian itu juga.kemarin kan ngga jadi. Kita coba lagi. "Nanda terdiam, dia teringat peristiwa kemarin malam. Mereka berdua tidak jadi melewati malam pertama. Karena dia yang menjadi ragu dan Rafa merasa kasihan padanya."Masih takut?, " tanya Rafa dengan senyuman penuh arti."Siapa takut. ""Bener?.""Lihat saja nanti."Rafa membawa salah satu ransel di pundak dan mendorong koper Nanda. Mereka menuju lobby hotel untuk mengambi
Rafa duduk termenung di kursi kerja, membelakangi meja,menatap pemandangan luar gedung dari balik kaca.Azka duduk di sofa sambil meneliti beberapa berkas.Rapat sudah selesai tiga puluh menit yang lalu.Hasil pertemuan selama hampir dua jam itu kembali menempatkan Rafa dalam posisi yang sulit.Dia dianggap tidak becus karena Perusahaan mengalami kerugian tidak sedikit akibat beberapa Ide dan cara mengelola keuangan yang Ia terapkan selama dua bulan bekerja.Kesimpulannya Dia bukan Bendahara Perusahaan yang kompeten.Ada dua buah laporan yang beredar di tengah rapat tadi. Salah satunya yang Dia tanda tangani pada hari Jumat, sebelum berangkat ke Bogor.Sedangkan laporan yang satu lagi datang menyusul setelahnya, dibagikan oleh sekertaris CEO yang menurut pihak mereka berisi data valid Perusahaan. Kondisi keuangan saat ini,paling terbaru.Hampir semua orang yang hadir di sana menganggap dirinya punya kepentingan pribadi, melampa
"Tahu diri sedikit jadi orang, kalau bukan karena Ibuku, Lo ngga bisa apa apa." terdengar suara Raga, membalas perkataan Rafa.Tangan Rafa masih memegang handle pintu.Emosinya mulai naik, dia tidak suka jika seseorang mengungkit nasib dirinya yang dibesarkan ibu tiri dari sejak bayi dan terkesan tidak tahu terima kasih.Siapa juga yang minta perempuan itu untuk merawat dia? Kalau seumur hidup harus membalas budi dengan cara yang menyakitkan. Menuruti semua perintah Ibu tiri termasuk menjauhi Nanda."Gue memang ngga bisa apa apa, termasuk bersaing dengan manusia macam Lo, jadi berhentilah sampai di sini. Lo boleh ambil semuanya termasuk Papa. Jangan usik hidup gue lagi."Rafa keluar dari ruangan setelah mengatakan itu.***Nanda menekan tombol hijau di ponsel, suaminya menelpon. sudah jam dua siang dan dia melupakan makan siang, keasyikan mengetik naskah novel di laptop."Sudah makan? " terdengar suara Rafa dari ujung t
"Apa yang terjadi?, " tanya Radian saat melihat anak tertuanya duduk di sofa yang ada di ruang kerja. Rumah tampak sepi, hanya ada mereka berdua. "Papa pasti sudah tahu. Masa tidak ada yang melapor?. " Rafa berdecak, mana mungkin ayahnya tidak mengawasi keadaan kantor. Ada beberapa orang kepercayaan yang masih sangat loyal.Dan Dia tahu itu. Radian menatap anaknya, serius ,dan berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan yang bercokol di pikirannya sejak tadi siang. "Bagaimana selanjutnya?, keputusan apa yang hendak kamu ambil?." Radian akhirnya bertanya untuk lebih jelas daripada sibuk menerka. "Papa pasti sudah tahu juga, kalau di posisi sekarang, aku bakal apa?." "Jangan main tebak tebakan, pusing, Nak!." "Sepertinya Perusahaan masih butuh Papa, bukan aku. Saat Papa masuk usia pensiun, ada Restu yang gantikan." "Kamu menyerah lagi?." "Papa lebih tahu, apa yang menjadi minatku untuk berkarir, lagipula a
Mobil yang dikendarai Rafa berhenti di depan sebuah rumah minimalis yang berada dalam suatu komplek perumahan di daerah Tangerang.Rumah yang tampak sepi, dua buah motor terparkir di halaman. Pemiliknya pasti ada di dalam, mungkin sedang menunggu kedatangan mereka."Bener yang ini rumahnya?." Nanda memeriksa nomor rumah sesuai dengan info dari Davi, beberapa jam yang lalu."Iya, google ngga mungkin salah."Rafa menutup aplikasi maps yang memberinya petunjuk sejak awal keberangkatan.Pintu rumah terbuka, seorang wanita menyambut kedatangan mereka yang membawa banyak pelastik berisi oleh oleh untuk semua penghuni rumah."Sudah datang, dari tadi? Ayo masuk."Nanda mengenali wanita itu adalah istri Papa yang sekarang. Dia hanya tersenyum, tidak menjawab pertanyaan."Baru saja, belum lama. " Nanda menoleh ke samping, suaminya sedang tersenyum dan menjawab pertanyaan Irawaty.Dua orang bocah menyusu