Entah berapa kali dalam hari ini Rafa memeriksa roomchatnya dengan Hendra.Bahkan di tengah meeting divisi keuangan , matanya lebih sering menatap ponsel, berharap ada pesan yang masuk.
Azka yang menggantikan fokus Tuannya, Dia sangat serius dan berusaha memahami rangkaian isi rapat hari ini.
Meeting selesai dan waktu menunjukkan saatnya untuk makan siang. Rafa meminta Azka untuk membawakan makanan ke ruangan kerja, Dia tidak ingin makan di luar, karena fokus memandangi ponsel.
Pesan itu datang, di jam pulang kantor.Hendra mengirim alamat tempat tinggal Nanda.
Rafa tidak berfikir panjang lagi, Lelaki itu menuju alamat yang tertera. Sendiri, mengemudi mobil.Butuh dua jam perjalanan dengan kecepatan tinggi tentunya.
Ada dua orang wanita yang menemuinya saat Rafa sudah berada di ruang tamu rumah yang tampak seperti villa tersebut.
"Jadi kamu ke sini ingin bertemu anak saya?."
Rafa mengangguk.&nbs
Tahun 2009Rafa menghentikan langkah di Koridor kelas yang sepi setelah istirahat kedua.Seorang gadis berambut sepinggang tampak berbalik melangkah ke arah lain. Seperti menghindar berpapasan dengannya.Nanda tidak lagi menemuinya. Sejak Irene mendatangi kelas gadis itu sebulan yang lalu.Sebuah peristiwa yang menjadi topik pembicaraan di sekolah selama beberapa hari dan Rafa putus hubungan dengan Irene.Istri sah melabrak PHO. Kurang Ajar sekali yang membuat caption di video yang beredar pada saat itu.Rafa tidak suka orang memberi Nanda label sebagai PHO.Rafa berdiri di depan kelas Nanda. Mencari keberadaan gadis itu. Kehadirannya menarik perhatian seorang cowok yang sedang menghapus papan tulis."Cari siapa Lo? Nanda?.""Ada ngga?. ""Perpus kali, di kelas ngga ada."Rafa berlalu tanpa mengucapkan Terima kasih.Di depan Perpustakaan Nanda sedang berbicara dengan dua cowok. Perempuan itu te
Tahun 2015 Nanda mengangkat Kamera untuk mengambil gambar Rafa yang baru selesai wisuda. Di samping lelaki itu berdiri Atika sedangkan Risa tidak jauh dari mereka. Kedua perempuan itu memakai kebaya, mereka juga sudah sah menyandang gelar sarjana. "Sudah? " tanya Atika kepada Nanda. "Sudah, Kak. " jawab Nanda sambil menyodorkan kamera milik Atika. Perempuan itu menatap sebentar ke arah Rafa yang sedang berbincang dengan Risa. "Bagus bagus, Thanks ya"ucap Atika sambil meneliti hasil jepretan Nanda. "Sekarang, tolong fotoin gue. " Risa menyodorkan ponsel kepada Nanda. Rafa menghela nafas ketika tangan Risa berada di siku tangannya. Perempuan itu juga menyenderkan kepala di bahu Rafa. Nanda mencoba fokus untuk mengambil gambar kedua manusia itu. Setelah beberapa pose, Nanda mengembalikan ponsel Risa. Atika yang sejak tadi diam mendekati mereka bertiga. "Makan, Y
2021 "Saya Terima nikahnya Anandita Pratami dengan maskawin uang sebesar Satu juta Rupiah dibayar tunai." Nanda masih terngiang kalimat sakral itu saat Akad nikah tadi siang. Rafa mengucapkannya di hadapan penghulu dan Papa Hendra sebagai wali nikah. Bunda Dwi,Davi,Papa Radian dan Azka turut menyaksikan pernikahan pasangan pengantin yang digelar secara mendadak dan sederhana itu. Nanda menatap tampilan wajah di cermin,perempuan itu tidak menyangka mulai hari ini status dirinya adalah Nyonya Rafa Yudistira. "Senyum senyum sendiri."Rafa baru saja masuk ke dalam ruangan, dia membuka jas dan melempar benda itu ke atas tempat tidur. Nanda menghela nafas. Dia berdiri mengambil jas tersebut lalu menggantungnya di dalam lemari. Sementara Rafa masuk ke kamar mandi. "Bagaimana rasanya? pasti bahagia, kan?."Rafa menyusul Nanda berbaring di tempat tidur. "Lumayan, aku terharu."jawab Nanda y
Malam itu di Kediaman Larasati berkumpul Raga beserta istri, Restu yang sedang libur semester dan juga seseorang yang baru saja hadir, Amara.Mereka menikmati santap malam dalam rangka perayaan ulang tahun Larasati yang ke Lima puluh satu.Ide acara tersebut berasal dari Irene, menantu kesayangan dari perempuan yang masih tampak cantik di usia setengah abad lebih tersebut.Restu yang datang tadi sore melihat ke sekeliling. Ia mencari Kakak sulungnya."Bang Rafa ke mana? tumben.""Sekarang dia tinggal sama Papa."Irene yang menjawab dan tersenyum menatap Restu."Kakakmu ada urusan , tadi sudah nelpon mama. " Larasati beralih menatap Amara yang duduk di samping kirinya."Terima kasih sudah datang, sayang sekali Rafa berhalangan. "Larasati tersenyum dan mengusap bahu Amara." Tidak apa, Aku ke sini khusus untuk bertemu Tante, Oh ya, ini hadiah dari aku." Amara mengambil sesuatu dari tas dan menyodorkan benda i
"Jadi Kalian mau tinggal di Jakarta? daerah mana? dekat sama Davi?. " Pertanyaan beruntun diucapkan Dwi saat anak dan menantunya berpamitan untuk pulang ke Jakarta."Daerah Jakarta Selatan, apartemen aku yang dulu, " jawab Nanda yang akhirnya bisa membujuk Rafa tinggal di sana, bukan di rumah Jagakarsa."Jauh ya dari rumah Kakakmu?."tanya Dwi lagi."Lumayan"jawab Nanda."Oh ya, sebenarnya ada hal penting. Mengenai ibumu. " Dwi menatap Rafa."Kenapa?.""Apa dia tahu tentang pernikahan Kalian? Gimana ya? Maksud Bunda, saat ini Kami ada beberapa proyek bareng, tidak mungkin merahasiakan hal ini, barusan saja dia kirim pesan, naskah novel milik Ana sedang tahap editing. Bunda jadi bingung. ""Cepat sekali,"Komentar Nanda"Naskah novel yang mana? Yang seperti kemarin?. " Rafa bertanya kepada istrinya."Bukan, beda, yang ini aku tulis selama bertapa di sini. "Rafa terkeke
"Siapa yang masak?," tanya Radian di tengah acara makan malam saat ini, sang Kepala keluarga itu melihat menu yang tersaji di meja makan. Sop daging sapi dan rica ayam pedas."Istrinya Mas Rafa, Bibi cuma bantuin," jawab asisten rumah tangga di rumah itu."Kenapa Pa, ngga cocok? Aku malah nambah," ujar Restu yang kembali ada di sana untuk alasan mengambil mobil."Enak masakannya." Radian kembali melanjutkan makan.Tidak lama Lelaki itu melihat ke sekeliling ruangan, mencari keberadaan anak dan menantunya."Kemana mereka?.""Mau packing baju katanya, di kamar."jawab Restu."Ooh.""Aku jadi pakai mobil ya Pa, Mama udah kasih izin."Restu kembali mengutarakan niatnya membawa mobil ke Bandung."Iya, hati hati , jangan kebut kebutan. "Rafa dan Nanda terlihat turun dari lantai atas, masing masing membawa ransel."Koper kan ada, kenapa ngga dipakai?." Radian me
Melalui jendela mobil, Nanda melihat Rafa mengarahkan kendaraan mereka ke sebuah hotel.Waktu menunjukkan jam sepuluh malam."Ngapain ke sini?," tanya wanita itu kepada lelaki di samping yang sedang memutar stir mobil dan berusaha mencari tempat untuk memarkir Xpander cross putih miliknya."Tidur." jawab Rafa singkat."Di apartemen juga bisa kali.""Lebih dekat ke kantor, besok rapat direksi takut kesiangan.""Ooh, aku kira mau pacaran di sini.""Sekalian itu juga.kemarin kan ngga jadi. Kita coba lagi. "Nanda terdiam, dia teringat peristiwa kemarin malam. Mereka berdua tidak jadi melewati malam pertama. Karena dia yang menjadi ragu dan Rafa merasa kasihan padanya."Masih takut?, " tanya Rafa dengan senyuman penuh arti."Siapa takut. ""Bener?.""Lihat saja nanti."Rafa membawa salah satu ransel di pundak dan mendorong koper Nanda. Mereka menuju lobby hotel untuk mengambi
Rafa duduk termenung di kursi kerja, membelakangi meja,menatap pemandangan luar gedung dari balik kaca.Azka duduk di sofa sambil meneliti beberapa berkas.Rapat sudah selesai tiga puluh menit yang lalu.Hasil pertemuan selama hampir dua jam itu kembali menempatkan Rafa dalam posisi yang sulit.Dia dianggap tidak becus karena Perusahaan mengalami kerugian tidak sedikit akibat beberapa Ide dan cara mengelola keuangan yang Ia terapkan selama dua bulan bekerja.Kesimpulannya Dia bukan Bendahara Perusahaan yang kompeten.Ada dua buah laporan yang beredar di tengah rapat tadi. Salah satunya yang Dia tanda tangani pada hari Jumat, sebelum berangkat ke Bogor.Sedangkan laporan yang satu lagi datang menyusul setelahnya, dibagikan oleh sekertaris CEO yang menurut pihak mereka berisi data valid Perusahaan. Kondisi keuangan saat ini,paling terbaru.Hampir semua orang yang hadir di sana menganggap dirinya punya kepentingan pribadi, melampa