Hidup terus berlanjut.Dua minggu sudah, Rafa menduduki posisi penting di Perusahaan menggantikan ayahnya. Kini Dia menjabat sebagai Chief Financial Officer, CFO, atau Direktur Keuangan.
Di hari pertama Rafa sudah membuat ulah dengan memecat sekretaris wanita yang disiapkan pihak kantor dan menggantinya dengan seorang pria muda yang merupakan bawahannya dulu saat menjadi CEO. Posisi yang kini dipegang oleh Raga.
Tidak mau ada pesta penyambutan atau serah terima jabatan atau acara sejenis, Rafa langsung bekerja dan mulai menghitung berapa hari lagi ia bisa bebas dari semuanya.
"Bagaimana kabar hari ini di kantor?," tanya Radian saat mereka berdua makan malam di kediamannya.
"Sama saja, seperti biasa. " jawab Rafa seadanya.
"Jika ada sesuatu yang mencurigakan, katakan saja."
"Mencurigakan bagaimana?."
"Situasinya beda sekarang, Irene punya pengaruh besar di kantor, lihat dan cermati."
"Kesimpu
Sabtu malam sekitar pukul sebelas, Rafa mendapat pesan dari nomor Amara yang mengabarkan bahwa ada hal penting yang ingin perempuan itu bicarakan.Rafa tidak membalas pesan tersebut, dia sudah tidak ingin berurusan lagi dengan Perempuan yang sudah dikenalnya sejak kecil itu.Amara yang mempunyai hubungan cinta dengan adik angkatnya. Dan menjadikan Rafa sebagai tameng hingga bersedia untuk menjadi kekasih, bertunangan dan menjalani hubungan jarak jauh.Atas dasar apa Rafa bersedia melakukan semua itu untuk Amara? . Karena rasa bakti dan hormat kepada ibunya, Larasati.Lagipula,siapa yang tidak ingin punya istri sekelas Amara. Hanya saja, di tengah jalan, Rafa kembali dipertemukan dengan perempuan labil yang ia sangka sudah melupakan tapi ternyata masih menjadikannya pujaan hati.Sebuah pesan datang lagiAmara : Orang tua minta kita lanjut menikahAmara : jawab, Raf
Irene Berliana adalah istri Raga Wicaksana, perempuan pertama yang menjadi menantu di keluarga besar Radian Haditama dan Larasati.Perempuan yang selama beberapa bulan pernah menjadi kekasih Rafa juga semasa di SMA.Sebuah kisah kasih yang diwarnai dengan kehadiran gadis lain yang selalu berusaha mendekati Rafa, atas dasar suka, cinta pandangan pertama. Mungkin gadis itu penganut faham, selama janur kuning belum melengkung, siapapun berhak memiliki.Dengan posisi sekarang, Irene harusnya bahagia. Harta, tahta, suami petinggi perusahaan, entah apalagi yang kurang.***Rafa mendengus, melihat sosok wanita yang duduk di sofa ruangan kerjanya. Azka asisten pribadi Rafa berdiri di dekat pintu."Ngga ada kerjaan Lo?, jam segini gangguin orang,"ujar Rafa setelah duduk di kursi kerjanya.Perempuan dengan pakaian kantor tapi riasan wajah seperti hendak ke pesta itu tersenyum meremehkan." Sok sibuk, L
Rafa baru saja merebahkan diri di atas tempat tidur ketika terdengar bunyi notif di ponsel. Lelaki itu kembali duduk dan membuka satu persatu kancing kemeja. Ponsel kembali berbunyi.Ada pesan yang berasal dari grup percakapan yang sudah sekian lama sunyi senyap. Dua gambar dikirim Desi. Foto seseorang yang diambil secara candid.Perempuan cantik berambut sebahu dengan riasan wajah yang membuatnya terlihat sedikit pangling.Rafa merasakan debar jantungnya menjadi kencang. Kepada sosok yang ada di gambar itu, beribu kata rindu ingin dia sampaikan.Tidak lama postingan gambar itu dihapus oleh Desi. Entah kenapa. Mungkin si pemilik wajah protes dan marah.Rafa tersenyum getir, memikirkan kisah cintanya bersama perempuan tadi. Di tengah keyakinan bahwa masih ada kesempatan bagi mereka, terselip perasaan takut jika suatu saat Nanda menolak untuk menikah dengannya.Rafa kembali memakai kemeja dan menyambar jasnya. Set
Entah berapa kali dalam hari ini Rafa memeriksa roomchatnya dengan Hendra.Bahkan di tengah meeting divisi keuangan , matanya lebih sering menatap ponsel, berharap ada pesan yang masuk. Azka yang menggantikan fokus Tuannya, Dia sangat serius dan berusaha memahami rangkaian isi rapat hari ini. Meeting selesai dan waktu menunjukkan saatnya untuk makan siang. Rafa meminta Azka untuk membawakan makanan ke ruangan kerja, Dia tidak ingin makan di luar, karena fokus memandangi ponsel. Pesan itu datang, di jam pulang kantor.Hendra mengirim alamat tempat tinggal Nanda. Rafa tidak berfikir panjang lagi, Lelaki itu menuju alamat yang tertera. Sendiri, mengemudi mobil.Butuh dua jam perjalanan dengan kecepatan tinggi tentunya. Ada dua orang wanita yang menemuinya saat Rafa sudah berada di ruang tamu rumah yang tampak seperti villa tersebut. "Jadi kamu ke sini ingin bertemu anak saya?." Rafa mengangguk.&nbs
Tahun 2009Rafa menghentikan langkah di Koridor kelas yang sepi setelah istirahat kedua.Seorang gadis berambut sepinggang tampak berbalik melangkah ke arah lain. Seperti menghindar berpapasan dengannya.Nanda tidak lagi menemuinya. Sejak Irene mendatangi kelas gadis itu sebulan yang lalu.Sebuah peristiwa yang menjadi topik pembicaraan di sekolah selama beberapa hari dan Rafa putus hubungan dengan Irene.Istri sah melabrak PHO. Kurang Ajar sekali yang membuat caption di video yang beredar pada saat itu.Rafa tidak suka orang memberi Nanda label sebagai PHO.Rafa berdiri di depan kelas Nanda. Mencari keberadaan gadis itu. Kehadirannya menarik perhatian seorang cowok yang sedang menghapus papan tulis."Cari siapa Lo? Nanda?.""Ada ngga?. ""Perpus kali, di kelas ngga ada."Rafa berlalu tanpa mengucapkan Terima kasih.Di depan Perpustakaan Nanda sedang berbicara dengan dua cowok. Perempuan itu te
Tahun 2015 Nanda mengangkat Kamera untuk mengambil gambar Rafa yang baru selesai wisuda. Di samping lelaki itu berdiri Atika sedangkan Risa tidak jauh dari mereka. Kedua perempuan itu memakai kebaya, mereka juga sudah sah menyandang gelar sarjana. "Sudah? " tanya Atika kepada Nanda. "Sudah, Kak. " jawab Nanda sambil menyodorkan kamera milik Atika. Perempuan itu menatap sebentar ke arah Rafa yang sedang berbincang dengan Risa. "Bagus bagus, Thanks ya"ucap Atika sambil meneliti hasil jepretan Nanda. "Sekarang, tolong fotoin gue. " Risa menyodorkan ponsel kepada Nanda. Rafa menghela nafas ketika tangan Risa berada di siku tangannya. Perempuan itu juga menyenderkan kepala di bahu Rafa. Nanda mencoba fokus untuk mengambil gambar kedua manusia itu. Setelah beberapa pose, Nanda mengembalikan ponsel Risa. Atika yang sejak tadi diam mendekati mereka bertiga. "Makan, Y
2021 "Saya Terima nikahnya Anandita Pratami dengan maskawin uang sebesar Satu juta Rupiah dibayar tunai." Nanda masih terngiang kalimat sakral itu saat Akad nikah tadi siang. Rafa mengucapkannya di hadapan penghulu dan Papa Hendra sebagai wali nikah. Bunda Dwi,Davi,Papa Radian dan Azka turut menyaksikan pernikahan pasangan pengantin yang digelar secara mendadak dan sederhana itu. Nanda menatap tampilan wajah di cermin,perempuan itu tidak menyangka mulai hari ini status dirinya adalah Nyonya Rafa Yudistira. "Senyum senyum sendiri."Rafa baru saja masuk ke dalam ruangan, dia membuka jas dan melempar benda itu ke atas tempat tidur. Nanda menghela nafas. Dia berdiri mengambil jas tersebut lalu menggantungnya di dalam lemari. Sementara Rafa masuk ke kamar mandi. "Bagaimana rasanya? pasti bahagia, kan?."Rafa menyusul Nanda berbaring di tempat tidur. "Lumayan, aku terharu."jawab Nanda y
Malam itu di Kediaman Larasati berkumpul Raga beserta istri, Restu yang sedang libur semester dan juga seseorang yang baru saja hadir, Amara.Mereka menikmati santap malam dalam rangka perayaan ulang tahun Larasati yang ke Lima puluh satu.Ide acara tersebut berasal dari Irene, menantu kesayangan dari perempuan yang masih tampak cantik di usia setengah abad lebih tersebut.Restu yang datang tadi sore melihat ke sekeliling. Ia mencari Kakak sulungnya."Bang Rafa ke mana? tumben.""Sekarang dia tinggal sama Papa."Irene yang menjawab dan tersenyum menatap Restu."Kakakmu ada urusan , tadi sudah nelpon mama. " Larasati beralih menatap Amara yang duduk di samping kirinya."Terima kasih sudah datang, sayang sekali Rafa berhalangan. "Larasati tersenyum dan mengusap bahu Amara." Tidak apa, Aku ke sini khusus untuk bertemu Tante, Oh ya, ini hadiah dari aku." Amara mengambil sesuatu dari tas dan menyodorkan benda i
Nanda membayar sejumlah uang kepada kasir Rumah Sakit untuk keperluan Papa Hendra. Walaupun memakai asuransi kesehatan, ada beberapa alat dan obat yang harus dibeli secara mandiri. Sekarang Hendra ada di ruang Hemodialisa ditemani Irawaty yang kebetulan sedang istirahat. Perempuan itu bekerja di rumah sakit tersebut sebagai perawat di Poli penyakit dalam. Rafa yang tadi menemani mertuanya tampak duduk di antara Alva dan Alvi.Hari ini Lelaki itu sengaja meliburkan diri dan meminta Farhan menggantikan tugasnya di lokasi pemotretan. Nanda berjalan menuju ruang Hemodialisa, melewati ketiga lelaki yang tampak asik melihat ponsel yang menampilkan sebuah game petualangan. Terdengar suara Papa di telinga Nanda yang sedang memberikan alat dan obat tadi kepada perawat jaga di ruangan itu. "Pulang dari sini, Papa ingin berkumpul bersama di rumah, telp
"Jadi untuk cover, Kamu sudah polling ke pembaca di aplikasi? Yang mana pilihan mereka?, " tanya Larasati.Nanda mengangguk sambil menujukkan pilihan pertama dari gambar cover yang seminggu lalu dikirim pihak editor dan desain grafis.Kedua orang itu juga tampak berada di sana mengikuti meeting hari ini. Mba Tia sebagai editor dan Mas langit yang membuat desain cover untuk novel pertama Nanda."Oh ya, katanya udah open PO juga?, " Larasati kembali bertanya"Sudah, kemarin hari terakhir, "jawab Nanda." Dapet berapa?. "Nanda membuka buku catatan yang berisi daftar pembaca yang mengikuti PO novel miliknya."Ada 186 orang yang sudah transfer. "jawab Nanda."Kamu ngurus sendiri?, " tanya Mba TiaNanda mengangguk."Hebat" Kata Mba Tia kemudian."Sarjana
Hari ini adalah hari terakhir Rafa berada di ruang kerja Bendahara Keuangan di Perusahaan milik Radian.Semua berkas pengunduran diri dan segala macamnya sudah dikirim pihak HR. Azka menyimpan benda itu di meja bossnya."Bagaimana reaksi pihak manajemen mengenai laporan keuangan yang kita kirim kemarin, " tanya Rafa kepada asistennya itu."Beragam, untuk lebih jelas, kita lihat respon mereka di rapat nanti siang, Pak.""Sepertinya Aku tidak harus hadir, Papa sebentar lagi datang, Kamu dampingi Dia.""Bapak mau ke mana? Saya pikir laporan itu hasil kerja keras Bapak selama tiga bulan bekerja di sini, Anda harus dapat penghargaan karena bisa membereskan tata cara pengelolaan keuangan yang semrawut."Rafa terkekeh mendengar Azka berbicara seperti itu, menurutnya terlalu berlebihan."Raga tidak mungkin membiarkan perusahaan ini menjadi bangkrut,
Malam itu Nanda sedang menonton drama Korea, di ruang tengah, berbaring di sofa baru. Sebuah panggilan video terlihat di ponsel, dari Desi.Nanda menekan tombol hijau."Lagi ngapain pengantin baru?, " tanya Nanda secepat kilat, dia tidak mau keduluan.Desi pasti mau pamer."Honeymoon doooong, nih lihat." Desi memutar kamera handphone, terlihat suasana Jalan Malioboro, sedikit ramai."Udah berapa hari di Jogja?." Nanda bertanya tanpa menyadari Rafa menghampiri dan langsung menindih tubuh istrinya yang telungkup dengan mata fokus menatap hape. Desi yang teriak"HEI, mau ngapain tuh, Laki Lo?. "Rafa yang terkejut, segera bangkit dan berpindah ke sofa yang lain. Dia melempar bantal sofa ke arah istrinya."Wah, KDRT nih, " teriak Desi lagi."Tau, kebiasaan, dibiarin ngelunjak. " Nanda merapikan rambut yang berantakan karena ulah Rafa."Lusa gue pulang, cape udah dua minggu keliling Jawa. " De
"Maaf." Nanda menatap wajah Rafa yang sedang memakan nasi goreng yang dibeli saat perjalanan pulang."Makan dulu. " Rafa menunjuk mie goreng milik istrinya yang tersisa setengah.Lelaki itu kemudian menukar kedua makanan tersebut. Dia berusaha menghabiskan mie yang masih banyak dan istrinya memakan nasi goreng yang sisa sedikit.Rafa mengambil ponsel, ada pesan balasan dari papa yang mengabarkan bahwa Lelaki itu sudah ada di rumah begitu juga dengan asisten rumah tangga dan petugas keamanan yang tadi tidak kelihatan satu pun batang hidungnya."Kamu masih marah?, " tanya Nanda lagi."Siapa yang marah?." Rafa membereskan bungkus makanan dan melemparnya ke arah tempat sampah. Nanda mengikuti arah lemparan. Tepat sasaran."Jadi galak, aku takut, " ucap Nanda pelan."Kamu ngga nurut, jangan buka pintu, apalagi tamu lelaki. ""Iya, maaf. ""Ngomong apa Dia?.""Kita baikkan, jangan musuhan, gi
Rafa yang berada di balik kemudi melihat ada panggilan telpon dari adiknya, Raga. Suasana jalan yang mulai sepi memudahkan lelaki itu untuk segera menepi. Menjawab panggilan itu segera."Maminya Irene meninggal,kita bertemu di rumah, " Kata Raga di detik awal panggilan tersambung."Banyak orang di sana, gue ngga mau mancing keributan. ""Cari sendiri kalau begitu. ""Di mana Lo sembunyikan istri gue, Hah?. ""Temukan sendiri, seperti yang Lo minta,gue tidak akan lagi mengusik Kalian. "Panggilan berhenti.Rafa mencari kontak nama lain. Seseorang yang kemarin berseteru dengan istrinya di gedung resepsi. Panggilan tersambung setelah beberapa saat menunggu. Tiba tiba ada keraguan, Rafa yang kebingungan menutup kembali panggilan dan beralih menelpon adik dari perempuan itu."Kenapa?. " tanya Lelaki bernama Ananta merasa heran mendapat telpon dari teman sekaligus rivalnya tersebut."Lo di Jakarta?.""Iy
Aktivitas pagi di rumah baru, sendirian, karena suami bekerja. Nanda mencuci semua pakaian kotor milik Dia dan Rafa yang menggunung kemudian menjemurnya di lantai atas hingga tampak berderet.Pukul satu siang, setelah memakan mie instan, perempuan itu membuka satu tas ransel milik Rafa.Tadi pagi dia menemukan harta karun di sana. Buku diary miliknya, ternyata lelaki itu membawa benda itu ke mana mana di dalam tas yang selalu Ia bawa saat pemotretan atau pergi ke suatu tempat.Ada beberapa coretan di setiap lembar tulisan atau halaman, termasuk untuk bagian judul. Rafa menutup kata NEVER dengan tulisan ALWAYS.Coretan dan komentar di beberapa halaman berbentuk tulisan tangan yang sedikit berantakan, tidak terlalu bagus, sepertinya disengaja. Biar dibaca dan terkesan lucu.Komentarnya tidak jauh dari KataApaan nih?, Galau terus, Halu pasti, bangun! Jangan mimpi, Nangis lagi, Lucu juga, mending tidur, Kenapa lagi? ,Bet
Amara mengikuti langkah Rafa yang akan mengantarnya sampai ke taksi online yang dipesan Lelaki itu. "Kamu masih lama di sini? , Aku bisa nunggu padahal, pulang sama sama." Perempuan itu mempercepat langkah agar sejalan dengan Rafa yang tampak terburu buru. "Aku sudah ada janji. " Rafa melihat ke arah ponsel, mobil xenia hitam sudah datang , sesuai dengan yang tertera di aplikasi. "Itu mobilnya!," tunjuk lelaki itu. "Oh ya, soal istriku, tolong hargai Dia, Apa yang terjadi dengan hubungan kita di masa lalu, itu kesalahanku. " "Istri?. " "Nanda, aku sudah menikahinya. " Rafa berlalu, kembali masuk ke gedung resepsi, mengabaikan Amara yang masih terkejut dengan apa yang didengarnya. *** Rafa dan istrinya sudah check out dari hotel, dan sesuai keinginan Nanda harusnya mereka akan mulai tinggal di apartemen milik perempuan itu. Tapi ternyata Rafa punya rencana lain, saat mereka berdua ting
Desi dan Arpan sudah sah menjadi sepasang suami istri tadi pagi. Sore ini waktunya resepsi. Rafa yang tugasnya sudah digantikan fotografer lain dari pihak Wedding Organizer terlihat duduk santai sambil makan hidangan khas acara pernikahan. Davi yang datang bersama Mutia dan Alisa menghampiri lelaki itu, ingin berkumpul sebagai keluarga. "Istri Lo mana?."Davi menanyakan keberadaan adiknya. "Dipanggil Desi, tuh ada di Pelaminan. " Rafa menunjuk Nanda yang berdiri di samping kiri Desi. Beberapa orang tamu sedang mengantri untuk bersalaman. "Ooh, kirain tadi siapa yang jadi bridesmaid."ujar Mutia. Rafa melambaikan tangan pada Nanda. Menyuruh perempuan itu turun. Dua orang kakak Arpan akan menggantikan posisinya. Nanda yang sudah ada di bawah, langsung memeluk Alisa. "Tante, katanya udah nikah sama Om?," tanya anak perempuan itu. "Iya, sudah. " "Kok aku ngga dia