Share

Bab 28

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-22 21:05:46

"Mas ... Mas ...," panggil Lestari dengan suara yang ditahan-tahan. Ia khawatir membuat sang suami kaget.

Terdengar suara merdu yang terasa sangat jauh di pendengaran Rayyan.

"Mas, sudah shubuh, Mas ...." Sekali lagi Lestari mencoba membangunkan suami yang masih tampak tidak sadar di ranjangnya.

Kali ini suaranya lebih terasa dekat di telinga Rayyan dan disusul dengan sentuhan serta goyangan di bahu sang suami.

Rayyan terlihat mengerutkan dahi dengan kencang. Tadi malam ia merasa gelisah tak menentu, akibat gair@h yang tiba-tiba menguasai karena melihat lekukan tubuh sang istri. Oleh karena itu, Rayyan akhirnya tidur sangat larut sekali sebab ia berusaha menetralkan perasaan terlebih dahulu.

"Mas, Mas sudah bangun?" tanya Lestari memastikan sekali lagi. Sebisanya ia bicara dengan lemah lembut.

Akhirnya kelopak mata Rayyan pun terbuka meski sambil menyipitkan matanya karena silau dengan cahaya lampu utama kamar itu. "Apa?" tanyanya ketika sadar kalau sang istrilah yang bar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Azzurra
Mau komen apa ya Thor, tapi itu Rayan jahat banget, kalo bisa jangan sampe lestari jatuh cinta sama Rayan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 29

    "Ah, i–iya. Baik, Mas!" Lestari pun melenggang maju, lalu ia duduk di tepi ranjang itu dengan menjaga jarak dari suaminya. Denyut jantungnya berdebar-debar kini. "Kemari, lebih dekat!" suruh Rayyan lagi seraya menepuk kasur tepat di sampingnya. Rayyan tersenyum sinis melihat sorot gelisah di mata sang istri. "Kenapa? Kamu takut sama saya?" tanya pria itu seakan sangat paham dengan gelagat yang diperlihatkan Lestari. "Iya, Mas. Eh! Bu–bukan be–gitu, Mas. Aku cumaa–" Jawaban Lestari begitu gugup. Ia lalu beringsut lebih mendekat ke arah sang suami dengan degupan jantung yang semakin berdentam. Mata sang lelaki menatap lekat ke arah wajah kalut sang istri. Entah mengapa, ia menikmati kegelisahan Lestari tersebut. "Kita 'kan, belum pernah berhubungan int*m sama sekali semenjak menikah. Sudah lebih dari dua pekan, hmm?" Rayyan membelai lengan Lestari dari atas ke bawah. Dirinya semakin senang menggoda istri mudanya itu. Serrr .... Seakan terkena aliran listrik bertegangan tingg

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 30

    "I–iya, Buu!" sahut Lestari atas panggilan sang bunda. "Berengs*k! Keluarga kamu selalu saja mengganggu!" cetus Rayyan dengan menahan suara. Ia memungut celananya dan mengenakannya kembali. Badannya yang masih terasa panas tak keruan membuatnya kesal. "Ma–maaf, Mas," ucap Lestari cemas. Lalu, karena wanita itu melihat dalamannya sudah robek mengenaskan di kasur, ia menjadi bingung sendiri. Sementara pintu masih diketuk oleh Nurma di sana. Alhasil mau tidak mau ia bergegas melenggang ke arah pintu tanpa dalaman sembari tangannya cepat-cepat mengancingkan kembali daster yang tadi sudah terbuka di dadanya. Rayyan beranjak dari tempat tidur, lalu berjalan menuju ke arah jendela dan mendengkus keras di sana. Gairahnya seakan tertekan mendadak karena ulah sang mertua. "Iya, Bu? Kenapa?" tanya Lestari ketika ia telah membuka sedikit pintu kamarnya. Sesekali ia menoleh kembali ke arah sang suami yang terlihat resah di depan jendela kamar tersebut. Nurmala seketika heran dengan sik

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 31

    Di kantor, Rayyan melamun di kursi kebesarannya. Ia menatap tangannya yang tengah memegang sehelai kain brokat berwarna maroon. Tok! Tok! "Boss! Kita mau ketemu klien di–" Bobby terdiam seketika karena melihat sang atasan yang tiba-tiba grasak-grusuk di tempat duduknya. Ada yang terlempar dari tangan Rayyan dan jatuh ke lantai. Bobby mengernyitkan dahi ketika melihat sehelai kain brokat teronggok tidak jelas di sana. Ia pun mendekat, ingin memungut benda itu. Namun, belum sempat tangannya menyentuh kain kecil itu– "Jangan sentuh!!!" teriak Rayyan menyebabkan Bobby terlonjak dan tak jadi memungut kain aneh tersebut. "Napa, Boss?" tanyanya dengan sorot penasaran, "itu apaan?" "Itu sapu tangan saya!" "Heh? Kok, aneh, ada rendanya?" Bobby kembali ingin meraih kain tersebut. "Berengs*k! Dibilang jangan sentuh!" Rayyan gegas melangkah maju dan langsung mengambil kain kecil itu. "Kamu kalo mau masuk, permisi dulu kenapa?! Keluar sekarang!!" bentak Rayyan keras sembari men

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 32

    "Innalillaahi wa inna ilaihi roji'uuun. Ibuuuu ...!" pekik Lestari tertahan, "di mana ibuku, Maaas?" Rayyan menghela napas berat mendengar berita buruk itu. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menoleh ke arah Bobby yang ternganga kaget. "Ibumu sudah dibawa ke ruang jenazah, Tari," sahut Deka, "ayo, Mas antar ke sana," ajaknya. Lestari yang wajahnya sudah bersimbah air mata menoleh ke arah Rayyan seakan meminta izin untuk mengikuti Deka. Rayyan mendengkus kasar. "Ayo!" serunya menarik pergelangan tangan sang istri. Ia juga penasaran ingin melihat Nurma, yang mungkin ini untuk terakhir kalinya. Bobby berlari kecil mengejar atasannya. Akan tetapi, tiba-tiba Rayyan menghentikan langkah membuat semua orang ikut diam dan menatapnya heran. "Bob, kamu tunggu Pak Dinar di sini. Kalau ada apa-apa, bilang!" titahnya kepada sang bawahan. "Eh, i–iya. Oke, Boss!" sahut Bobby. Pria muda itu pun berbalik dan menunggu di kursi di depan ruang operasi. Rayyan lalu me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 33

    "Dok, gimana keadaan Ayah saya?" Lestari langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang tindakan operasi di hadapannya. Sudah lebih dari 4 jam Dinar di dalam ruang itu. Kini Lestari merasa tidak sabar ingin mengetahui kabarnya. "Operasinya alhamdulilah bisa dilakukan dengan baik. Tapi, pasien masih dalam keadaan yang belum stabil. Kami sudah melakukan yang terbaik, jadi kita tinggal berdoa kepada Yang Kuasa," jelas sang dokter yang di dadanya terdapat name tag bertuliskan dr. Indra Kuncoro itu. "Apa sudah boleh dijenguk, Dok?" tanya Tari lagi. "Belum ya. Nanti kalau memang sudah bisa dijenguk, akan dikabarkan kepada pihak keluarga," pungkas Dokter Indra, "Mbak ini siapanya?" tanya dokter yang terlihat masih berusia 30 tahunan itu. Sungguh, dalam hati sang dokter memuji keindahan rupa keluarga pasien yang baru ia tangani barusan. "Eh, iya, Dok. Saya anak beliau," jawab Lestari apa adanya. "Hmm, oke. Dan ... ini suaminya?" Dokter Indra menunjuk ke arah Bobby ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 34

    "Eh, i–ya, baik, Mas." Lestari lalu melangkah masuk dan mengambil bantal serta selimutnya di sana. Kemudian ia kembali keluar dari kamar tersebut. "Mulai sekarang kamu yang mesti membereskan kamar saya, bukan Bi Nunung lagi. Paham kamu? Bibi juga paham ya?" Rayyan menatap Lestari dan Nunung bergiliran. "Baik, Mas," sahut Tari. Nunung pun ikut menyahut dan mengiyakan. "Kamar yang di sana sudah dibereskan, Bi? Saya mau semua tertata dengan rapi seperti semula." Rayyan menunjuk kamar orang tua angkatnya yang beberapa hari lalu dipakai oleh orang tua Lestari. "Oh, kamar itu. Sudah saya bereskan, Tuan," jawab Nunung. "Bagus!" seru Rayyan. Lestari tampak ingin bergerak pergi dari tempat itu karena hendak menaruh benda-benda miliknya yang tadi ia ambil dari kamar Rayyan. "Eh, Tari! Saya belum selesai ngomong!" cetus Rayyan menahan gerakan sang istri. Tari pun kembali menghadap suaminya. "Maaf, Mas." "Ck!" Rayyan bosan dengan ucapan maaf dari perempuan itu, "malam ini saya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 35

    Lestari terkesiap sebentar. Kemudian perempuan itu pun kembali menarik kedua sudut bibirnya lebih lebar. "Ah, ini Mas Rayyan-nya. Mas Burhan dan Mas Rayyan saling kenal?" Burhan tersenyum lebar. "Tentu sa–" "Maaf, saya nggak kenal sama dia. Ayo kita bayar belanjaan dulu!" cetus Rayyan memotong omongan Burhan dan ia langsung merangkul pinggang sang istri menjauhi pria yang menjadi teman baik adik angkatnya tersebut. Burhan hanya terdiam dan terkejut melihat sikap Rayyan. 'Kenapa sejak hari resepsi waktu itu Bang Rayyan bersikap seolah tidak pernah kenal sama aku?' Hati lelaki itu bertanya-tanya. Begitu juga Lestari, wanita muda itu menoleh sebentar ke arah belakang, melihat wajah Burhan yang terheran-heran di sana. Sungguh, ia juga merasa aneh melihat sikap Rayyan. Andaikata Rayyan memang tidak kenal dengan Burhan, apa salahnya saling menyapa dan berkenalan sebentar? Nunung pun tak kalah bingung melihat situasi yang absurd barusan. Namun, ia memutuskan untuk mengikuti sang majikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 36

    "Buka pakaianmu!" Rayyan berseru sembari membuka kaus berkerah yang ia kenakan sendiri. Lestari yang masih menahan sakit di kulit kepalanya itu menggeleng-gelengkan kepala dengan keras. Air mata berderaian di wajahnya. Ia beringsut perlahan hendak kabur. Rayyan membuka gesper yang ia pake dan melonggarkan celananya. Lestari berlari menuju ke arah pintu, tetapi dengan cepat pintu yang sempat terbuka sedikit itu kembali tertutup rapat oleh gerakan kilat Rayyan yang mendahuluinya. "Kamu mau ke mana, heh?" Rayyan menangkap pergelangan tangan Lestari seraya berusaha menyeretnya menuju ke tempat tidur. "Nggak, Mas. Aku nggak mauuu ...!" Lestari berusaha meronta dengan memutar tangannya agar lepas dari pegangan sang suami. Sungguh, degup jantungnya berdebar begitu kencang. Ia takut kalau Rayyan bersikap kasar. Bahkan lebih kasar daripada waktu itu. "Nggak mau, katamu! Kamu 'kan, tahu kalau menolak suami artinya apa! Kamu harus nurut! Kamu buktikan kalau kamu itu masih suci!" Rayy

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30

Bab terbaru

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 158

    "Oh, iya. Baik, Pak Gilang." Fatir pun bangkit dari duduknya dan lelaki itu mengangguk ke arah Rayyan yang memasang wajah dingin seperti biasanya itu untuk berpamitan. "Permisi, Pak Rayyan ...," ucapnya."Silakan!" sahut Rayyan singkat.Setelah Fatir pergi, Gilang menoleh tanpa melihat wajah sang kakak. "Kenapa?" tanyanya tak mau berbasa-basi."Abang senang kamu nggak bawa urusan pribadi kita ke pekerjaan dan masih mau masuk kerja," ujar Rayyan kepada adiknya."Aku bukan anak kecil yang merajuk mainannya diambil," cetus Gilang dengan nada dingin.Rayyan melipat bibirnya. "Kamu masu marah?" Lelaki itu menatap lekat ke arah adik kesayangannya. "Sudahlah, toh, kalian sudah pergi dari rumahku, 'kan? Mana tanpa pamit!" sindir Gilang."Abang bukan nggak mau pamit. Lagian barang-barang kami masih ada di sana. Nanti juga Abang mau jemput Bi Nunung.""Oke, bawa aja semua barang-barang kalian." Gilang masih tidak mau melihat wajah kakaknya. Sungguh, di dalam hatinya kini bercampur perasaan kec

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 157

    Setelah makan siang di rumah Bobby, Rayyan dan Lestari memutuskan untuk berbelanja berbagai macam furniture untuk mengisi rumah baru mereka. Akan tetapi, keduanya masih memutuskan untuk menginap di rumah Bobby di malam harinya."Kenapa kita nggak nginap di hotel aja sih, Mas? Aku nggak enak sama Mas Bobby," ucap Lestari setelah merebahkan badan ke atas ranjang.Rayyan menyusul ikut merebah di samping wanita cantik itu. "Bawaan kita banyak, jadi nggak leluasa kalau ke hotel. Lagian kita di sini hanya semalam aja. 'Kan, kita sudah sedikit mengisi rumah baru kita tadi," sahut lelaki itu.Lestari menghela napas, kemudian mengangguk memahami. "Besok pagi-pagi ya, Mas, kita pindahnya. Aku nggak mau terlalu lama ngerepotin di rumah ini," pungkas Lestari lagi."Oke," jawab Rayyan singkat.Lestari kemudian beringsut merapatkan tubuhnya pada sang suami. Ia ingin memeluk pria kesayangannya itu demi sedikit meredakan sebak di dada, sebab masih terus terngiang-ngiang dengan ucapan dan tudingan dar

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 156

    Di tempat yang berbeda, Harun baru saja selesai bertransaksi kepada seorang pemilik toko buah di pasar kota. Ketika pria tua itu hendak kembali menuju parkiran mobil pick-up milik temannya yang mengangkut hasil panen pepaya, tak sengaja matanya menangkap sesosok yang seperti tak asing baginya. Orang itu sedang berbelanja sayur-mayur bersama seorang wanita di sampingnya. Kedua alis Harun bertaut kencang. "Itu ... itu bukannya bapak-bapak yang pernah menabrak Ardi?" bisiknya pada diri sendiri. Setelah meyakinkan diri, Harun melangkahkan kakinya dengan lebih kencang menuju ke arah sana. Tangannya kemudian terulur ke pundak pria yang tengah memilah sayuran tersebut. Kontan saja pria itu menoleh ke arah Harun. "Pak Harun?" ucapnya menyebut nama pria tua itu. Dengan sangat tipis Harun berusaha menarik kedua sudut bibirnya. Jantungnya sedikit berdebar sebab rasa yang membuncah. Ia yakin, pria di hadapannya ini bisa membawanya bertemu kembali dengan cucu menantunya yang selama ini dicari

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 155

    "Loh? Nyonya mau pergi ke mana? Memangnya sudah dibeli rumah barunya?" Nunung bertanya heran, sebab sang majikan wanita berpamitan dengan beberapa koper yang sudah disiapkan di dekat mereka."Iya, Bi. Sudah beli rumah. Tapi, ini nggak langsung pindah ke rumah itu. Saya dan Tari mau ke tempat teman saya dulu." Jawaban itu justru keluar dari lisan Rayyan, "Bibi sementara di sini dulu. Kalau kami sudah benar-benar pindah ke rumah yang baru, Bibi akan saya jemput," lanjut lelaki itu menjelaskan."O–oh, gitu, Tuan?" Meski masih merasa heran karena kepergian majikannya yang mendadak seperti ini, Nunung hanya bisa menuruti.Lestari memilih diam dari tadi, sebab ia mengikuti suaminya saja. Saat ini, ia hanya ingin segera pergi dari rumah itu."Bi, aku pamit dulu ya ...." Lestari mendekati sang ART, kemudian memeluk wanita tua yang selama ini telah ia anggap seperti ibunya sendiri."I–iya, Nya. Hati-hati di jalan. Nyonya kabari saya kalau sudah sampai di rumah temen Tuan ya! Nyonya juga jangan

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 154

    Terdengar suara isakan dari Lestari membuat Rayyan seolah baru tersadar. Lelaki itu kemudian berjalan mendekat ke arah tempat duduk istrinya, lalu merangkul pundak wanita itu. "Tari ... kamu ... nggak apa-apa?" 'Ck! Pertanyaan bodoh! Nggak apa-apa gimana? Dia sedih, Gobl0k!' Batin Rayyan memarahi dirinya sendiri sebab mengucapkan pertanyaan yang ia anggap tidak perlu itu. Lestari bangkit berdiri dengan perlahan-lahan. Kakinya terasa begitu lemas rasanya. Ia lalu berjalan pelan dan lunglai menuju ke arah kamarnya. Rayyan bingung dengan apa yang mesti ia lakukan. Lelaki itu hanya bisa mengiringi sang istri menuju ke arah kamar mereka. Sesampainya di dalam kamar. Lestari menuju ke arah ranjangnya dan merebahkan diri sembari kembali menangis di atas bantalnya. Sungguh, ia merasa begitu sedih, sebab telah membuat Gilang sangat kecewa seperti saat ini. Sementara Rayyan, pria itu hanya bisa duduk di pinggir ranjang tersebut dengan kepala yang terasa berdenyut. Ia benar-benar tidak tahu

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 153

    "Jadi, kamu sudah ingat tentang Tari?" tanya Rayyan tak mau lagi berbasa-basi."Bi, nggak apa-apa, kok. Bibi lanjutin kerjaan Bibi lagi, gih," bisik Lestari lirih ke arah Nunung di sebelahnya."Eeh, i–iya. Baik, Nyonya," sahut Nunung tergagap. Akan tetapi, wanita tua itu tetap menurut. Ia pun berbalik dan melenggang kembali ke teras belakang rumah.Lestari kembali mengarahkan pandangan ke arah Gilang dan juga Rayyan yang tengah berbicara di sana dengan perasaan yang tidak menentu. 'Apa benar, Mas Gilang sudah mengingat tentang kami?' bisik hatinya bertanya-tanya."Yaaah, begitulah. Aku bahkan sudah ingat kata-kata kamu malam itu, Tari." Gilang terus melihat ke arah sang wanita.Lestari mencoba mengingat apa yang pernah ia katakan. "Kata-kataku?" Rayyan ikut menoleh ke arah sang istri dengan sorot penasaran."Ya, kamu ingat di depan Burhan kamu bilang cinta sama Mas, 'kan? Burhan bilang, nggak lama dari berita kematian Mas, kamu memang batal menikah dengan Fadil, si anak kepala desa i

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 152

    Meski hatinya terasa panas, Rayyan hanya bisa menyunggingkan senyuman dengan terpaksa. Ia tidak mau rasa cemburunya itu tertangkap oleh sang istri. "Mudah-mudahan aja rumah yang ditawarkan ke Bobby kemarin cocok buatku dan Lestari nanti," lirih ucapan Rayyan pada diri sendiri. Ya, tadi Bobby bilang mereka sudah janjian untuk melakukan survey ke sebuah rumah besok. Lokasi rumah tersebut hanya sekitar dua puluh menit dari kantor pusat perusahaan Rayyan ini. Memang harganya cukup tinggi, tetapi kalau cocok, Rayyan tidak mau menunda lagi untuk mengurus kepindahannya. Ia ingin segera memboyong Lestari menjauh dari Gilang. 'Kalau lebih lama lagi aku melihat kebersamaan mereka. Aku bisa gila!' keluh pria itu membatin. *** "Kakak iparku ini mau ke mana? Pagi-pagi udah cantik aja?" sapa Gilang, ketika langkah kakinya baru sampai di ruang makan. Ia hendak bergabung dengan Rayyan dan Lestari yang sudah lebih dulu berada di sana. Mata Gilang melirik sebentar melihat ekspresi sang kakak le

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 151

    Lima hari belakangan ini, ketika sedang berada di kantor, Rayyan terlihat gusar dan tidak fokus dengan pekerjaannya. Gilang sudah tiga hari ikut ke kantornya dan belajar bekerja di sana. Ia didampingi langsung oleh Bobby. Lelaki itu terlihat serius dalam belajar. "Bos yakin dengan keputusan akan memberikan posisi CEO pada Mas Gilang?" tanya Bobby kepada sang atasan. Mereka kini sedang berada di ruangan presiden direktur, yakni Rayyan sendiri. Pria itu baru saja menyampaikan kepada asisten setianya untuk mengajari Gilang agar ke depan bisa menduduki posisi CEO yang saat ini dirangkap oleh Rayyan sendiri selain ia juga sebagai owner sekaligus presiden direktur di perusahaan itu. Selama ini Rayyan memang cukup sibuk karena jabatan yang dirangkapnya itu. Meskipun demikian, selama ini ia mampu sebab didukung oleh Bobby yang selalu bisa ia andalkan. "Ya, kamu mesti ajari dia yang bener, Bobb. Gilang sebaiknya tidak usah melanjutkan jadi guru lagi. Aku nggak mau dia dihina orang lagi s

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 150

    Wanita cantik yang kini wajahnya terlihat agak pucat itu mengangguk cepat. Lestari baru sadar kalau tangannya sendiri terasa sangat dingin ketika sang suami meraih dan menggenggamnya saat ini. "Ini jarimu kenapa?" tanya Rayyan ketika melihat dan meraba jari telunjuk tangan kanan Lestari yang dibalut plaster. "Ini, nggak sengaja kena pisau, Mas. Nggak apa-apa, kok! Luka kecil aja." "Kamu lain kali hati-hati," pesan sang suami. Lestari tersenyum kikuk ketika sadar kalau sedari tadi Gilang mencuri-curi pandang ke arahnya. "A–ku siapin makan siang dulu, Mas," ujarnya kepada sang suami seraya berbalik badan dan langsung berjalan ke arah dapur menyusul Nunung. Rayyan menyembunyikan helaan napasnya ketika melihat punggung sang istri yang menjauh. Di dalam hati entah mengapa ia merasa timbul kesedihan. Ia menebak kalau benar, sang istri sepertinya masih menyimpan perasaan kepada adik angkatnya. "Naah, ini diaa! Terima kasih, Bi Nunung yang caeeem ...!" seru Bobby menarik Rayyan kembali

DMCA.com Protection Status