Share

9. Serdadu

Penulis: MY Ansori
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-03 17:36:42

"Letnan Felix, apa yang ada dalam pikiran anda?" James menggelengkan kepala.

"Diaam! Aku tidak membutuhkan komentarmu!"

James ingin sekali menertawakan si serdadu berkumis melengkung yang tengah berdiri di tepi geladak. Apa daya, dia hanya menjadi tawanan yang terikat. James hanya mampu tersenyum kecut.

"Aku bertanya sekali lagi," Felix sepertinya naik pitam, "di mana Edmund Anderson?"

"Kami tidak tahu! Gadis itu pun tidak tahu. Justru dia menumpang kapal ini untuk mencari ayahnya." James bersikukuh dengan jawaban yang sama. "Kenapa kau berpikir kami menyembunyikan orang tua itu?"

"Dia belum terlalu tua."

"Terserah. Hal yang pasti, kami datang ke hutan ini bukan untuk menyembunyikan dia."

"Bagaimana bisa aku percaya. Sungguh aneh jika gadis itu bersama kalian ... mencari hingga ke tengah hutan?"

"Kami diterjang badai. Awalnya, dia meminta untuk diantarkan ke pelabuhan Pontianak. Kami setuju untuk singgah di sana. Tapi, badai malah membawa kami ke teluk Perompak."

Felix menatap Jame
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Negeri Tanpa Penghuni   10. Kabur

    Samantha kesulitan bernafas ketika harus membenamkan diri dalam rawa. Tidak ada cara lain untuk menghindari kejaran para tentara anak buah Letnan Felix. Hutan di sana terendam air hingga setinggi pinggang. Andaikan gadis itu terus berjalan maka riak air yang ditimbulkan mudah terdengar. Jika harus bersembunyi di balik pohon, terlalu mudah dikenali karena dia mengenakan baju putih yang kontras dengan alam sekitarnya.Cukup lama Samantha terbenam dalam air. Sesekali dia menghirup udara melalui permukaan air. Satu hal yang dia lupakan jika tempat itu merupakan tempat bekantan atau monyet liar berendam untuk menurunkan suhu tubuhnya. Mata Samantha tidak memperhatikan mereka. Air rawa yang berwarna kehitaman mengharuskan matanya senantiasa terpejam. "Wakkk! Wakkk!"Samantha mulai menyadari jika keberadaannya di sana diketahui oleh monyet-monyet liar. Bulu abu di tubuhnya berdiri menjadi penanda jika segerombolan primata berekor tersebut ketakutan. Gigi makhluk itu tampak putih ketika dip

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-06
  • Negeri Tanpa Penghuni   11. Pengkhianatan

    Samantha terdiam sejenak. Memikirkan hal yang mungkin terjadi selanjutnya. Orang yang ada di depannya masih menodongkan senapan kepada rekannya sendiri. Dua pria berkulit gelap menodongkan senapan kepada pria berkumis tebal. Ditodong oleh senapan memang bukan pengalaman pertama bagi gadis itu. Suatu waktu, dia pernah dibegal di tengah jalan ketika pelesiran ke kota Johor. Waktu itu kegelapan malam menyulitkan dia dan kedua orang tuanya untuk mengenali siapa orang yang berani berbuat jahat. Hal yang dia ingat, merasakan betapa dingin moncong senapan berbahan logam bersentuhan dengan pelipis. Namun, keadaan berbeda dengan saat ini kala tiga pria saling berhadapan dengan senapan di tangan mereka masing-masing. Samantha belum bisa memastikan apakah sebenarnya ada diantara mereka yang memihak kepadanya?"Sebaiknya aku menghindar," Samantha bermaksud menjauh. "Tidak. Kau harus tetap diam di sana!" Lelaki berkumis tebal itu bersikukuh dengan keputusannya."Jangan dengarkan orang ini, Non

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-07
  • Negeri Tanpa Penghuni   12. Keputusan

    James tidak berkata sepatah kata pun. Dia hanya fokus memandangi aliran sungai yang beriak ketika haluan kapal memecah gelombang. "Tuan, apakah anda yakin dengan keputusan anda?" Kapten Muhsin bertanya dengan nada sendu."Tentu saja!" James jengkel dengan pertanyaan yang terdengar merajuk.Kru yang tengah mendayung, menoleh ke arah James. Mereka masih berharap lelaki Kaukasian itu mengubah pendiriannya. James melengos.Keputusan dari James untuk mengabaikan Samantha memang terkesan kejam. Andaikan Samantha mendengar sikap James ini, mungkin dia akan membenci lelaki itu. Ketika seorang gadis tanpa teman di tengah hutan, sungguh si raja tega jika ada lelaki tak berperasaan mengabaikannya."Kami mengkhawatirkannya," Kapten Muhsin memang tidak bisa menyembunyikan perasaan khawatir, "ya meskipun dia bukan siapa-siapa saya.""Sudahlah. Kalian jangan lemah seperti ini.""Kami tidak bersikap lemah. Hanya saja, beberapa saat bersama Nona Samantha, membuatku merasa dia sudah menjadi bagian dar

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • Negeri Tanpa Penghuni   13. Pelarian

    Samantha mulai merasakan kelelahan. Dia bernafas dengan terengah-engah. Matanya mengamati keadaan. Merasa aman, hanya merasa aman walaupun dia tidak bisa memastikan apakah dirinya masih aman dalam beberapa menit ke depan. "Setidaknya, sekarang aku memiliki senapan," gadis itu bergumam. Bicara pada dirinya sendiri untuk meyakinkan hati. "Andaikan mereka mendekat, aku bisa menembaknya."Setelah sekian lama berjalan, Samantha sampai ke area hutan yang tidak terlalu tergenang. Masih ada air yang membasahi tanah namun tidak setinggi sebelumnya. Paku-pakuan tampak menutup tanah. Tumbuh diantara pepohonan sehingga tampak warna hijau diantara batang pohon yang hitam atau kecokelatan. "Ih, bekicot," hampir saja Samantha berteriak karena merasa jijik dengan makhluk bercangkang yang nongkrong di atas daun. "Ya Tuhan, kenapa aku harus berada di tempat seperti ini ...."Jika keadaan begitu tidak menyenangkan, dia ingin sekali mengeluhkan semuanya kepada sang ibu. "oh, ibu. Bagaimana keadaanmu di

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Negeri Tanpa Penghuni   14. Bimbang

    "Hari sudah gelap, sebaiknya kita berkemah di sini," Letnan Felix memilih duduk di akar pohon yang menonjol ke permukaan tanah. "Biarkan dia memikirkan akibat dari kelakuannya sendiri."Samantha yang meringkuk di bawah batang pohon menatap kepada si komandan regu. "Padahal, seharusnya kau diam di rumah. Menunggu ayahmu pulang. Namun, kau malah memperkeruh keadaan.""Memperkeruh?"Letnan Felix mengangkat alis."Aku ingin ayahku kembali.""Ahh, kau belum cukup umur untuk mengerti apa yang sebenarnya terjadi."Samantha terheran-heran."Penculikan ayahmu, bukan hanya tentang menculik seorang lelaki tua tak berguna.""Aku tahu itu.""Lantas, kenapa kau tidak bisa bersabar ....""Bersabar? Sudah sebulan lebih ayahku pergi. Bagaimana bisa aku bersabar!""Tapi, kau bisa menghubungiku orang yang tepat, bukan mencarinya sendiri!""Aku pun bermaksud begitu. Aku berencana pergi ke Pontianak. Tetapi, badai membawaku ke tempat seperti ini ...."Letnan Felix menghela nafas. "Sebenarnya, apa yang t

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10
  • Negeri Tanpa Penghuni   15. Terjaga

    Samantha tidak bisa tidur. Memang tidak berniat untuk tertidur. Terlebih, dia mendengar seseorang berteriak dari arah belakang Letnan Felix. Bertepatan di seberang api unggun, Samantha tidak bisa melihat jelas siapa yang berteriak. Matanya tidak sanggup memandangi hutan yang gelap karena cahaya api unggun tidak sanggup menggapai sumber suara.Sontak, semua prajurit berlari ke sumber suara.Kecuali, dua orang yang diberi tugas menjaga Samantha sebagai tawanan."Hei Nona, jangan berpikir untuk melarikan diri," si prajurit penjaga tampaknya punya firasat buruk."Bila kau kabur, jangan salahkan kami jika bersikap tidak sopan." Temannya menatap Samantha dengan mata menyala. "Ya, komandan memerintahkan kami untuk sopan kepadamu. Itu pun kalau dirimu bisa diajak kerjasama."Mata menyala dalam arti sesungguhnya. Cahaya api unggun yang berkobar memantul di lensa mata lelaki berkulit gelap itu. Tentu saja sang gadis tidak bisa menatap balik. Samantha tahu jika gerak matanya sedang diperhatika

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-12
  • Negeri Tanpa Penghuni   16. Pulpen

    Letnan Felix benar-benar murka. "Kejar mereka!"Lelaki itu menendang gundukan bara api unggun yang tercecer. Bara itu seketika berubah menjadi abu ketika tersentuh oleh sepatu but. Dia berniat menggunakan kaki kirinya untuk melakukan hal yang sama, namun itu urung dilakukan. Cahaya api unggun menunjukkan sesuatu yang dianggap berharga bagi Felix. "Aha, ternyata benda ini ada gunanya," seraya merunduk kemudian meraih sebuah pulpen yang tergeletak bersama dengan kantung uang dan pisau belati. "Dia lupa tidak membawa barang miliknya. Nona, kau terburu-buru ingin pergi."Pria berseragam warna khaki itu tertawa sendiri. Untungnya tidak ada anak buahnya yang memperhatian. Jika dilihat, orang akan mengira jika dia sudah gila. Sungguh aneh, ketika kegagalan menghampiri dia malah tertawa. Orang juga akan sulit menerka alasan dia tertawa apalagi binatang liar yang ada di sana. Dia memperhatikan ke sekelilingnya. Berpikir keras. "Bagaimana?" lelaki itu berjalan ke arah para prajurit yang seda

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-13
  • Negeri Tanpa Penghuni   17. Tunggu

    "Faisal," Samantha berhenti melangkah."Ayo, Nona. Mereka tidak berhenti mengejar kita.""Terima kasih," Samantha memegang pundak Faisal."Aiss, sekarang bukan waktunya bicara demikian."Faisal menatap gadis itu. Samantha menggelengkan kepala. "Aku sudah tidak sanggup lagi.""Mereka akan menangkapmu ....""Biar saja. Toh, mereka tidak akan membunuhku.""Kami tidak yakin dengan hal itu.""Dia membutuhkan aku untuk menemui ayahku.""Setelah itu? Setelah mereka tidak membutuhkanmu, apakah mereka akan tetap membiarkanmu hidup?"Samantha berpikir ulang tentang janji Letnan Felix yang tidak akan membunuhnya. "Benar juga apa katamu.""Ayolah, Tuan Muhsin sudah mengangkatmu menjadi anak buahnya. Dia merasa bertanggungjawab akan keselamatanmu. Jadi, biarkan saya menyelesaikan tugas. Menjemputmu dan kembali ke kapal Bintang Timur."Hutan itu benar-benar gelap. Mereka berdua tidak sanggup menentukan arah pulang. Terlebih, langit tertutup awan sehinggga tidak ada bintang yang bisa dijadikan petun

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-14

Bab terbaru

  • Negeri Tanpa Penghuni   109. Akhir

    Berbulan-bulan kemudian ...***Samantha dan James kembali melakukan perjalanan ke pedalaman hutan Borneo. Bukan tanpa tujuan, justru mereka ke sana untuk dua tujuan. Kali ini, mereka mempersiapkan banyak hal. Menggunakan tiga perahu yang bisa memuat banyak barang, akhirnya rombongan berhasil mencapai danau sebagai habitat kelelawar raksasa. Tujuan utama dari James, menangkap si makhluk eksotis untuk dijadikan koleksi. Dimana misi sebelumnya mereka gagal membawa pulang hewan liar nan langka tersebut. "Ah, aku tidak menyangka jika akan kembali lagi ke tempat ini," Samantha menghela nafas panjang. Kedua tangannya memegang pinggang sambil meringis. "Sungguh tempat yang membuat aku rindu.""Ya, memang tempat yang mengundang kerinduan." James pun turun dari perahu kemudian menginjakkan kaki di atas tanah berumput. "Tapi, kali ini perjalanan terasa melelahkan dibandingkan pertama kali ke sini.""Karena sekarang kau tengah hamil." James masih tetap bicara ketus sambil menyiapkan senapan y

  • Negeri Tanpa Penghuni   108. Kemudian

    Sekitar satu tahun kemudian ...***Kala itu, akhir pekan nan ramai oleh orang yang melakukan hal sama. Kota Singapura, menjadi tempat persinggahan bagi Samantha dan James setelah melakukan perjalanan bersama mengelilingi pulau Sumatera. Kini, keduanya kembali menuju kota tersebut karena masih ada Nyonya Edmund sebagai orang tua yang biasa dikunjungi. Kedua sejoli menghabiskan waktu bersama di dalam kota sejak pagi. Selain mengunjungi taman kota, mereka pun sempat singgah di sebuah toko barang serba ada yang menyediakan banyak keperluan. "Nah, ini toko langgananku," James turun dari kereta kuda kemudian berdiri tepat di depan sebuah toko yang dijaga oleh seorang lelaki Cina. "Haia, selamat datang, Tuan." Si Pemilik Toko menyambut mereka dengan ramah. "Apa kabar, Tuan?""Lebih baik, dibandingkan terakhir kali aku datang ke sini."Pemilik toko itu tampaknya tidak terlalu ingat kepada James. Mungkin sudah begitu banyak orang yang datang ke sana serta ingatannya pun mulai buruk sehingg

  • Negeri Tanpa Penghuni   107. Tujuan

    Dalam benak Samantha, "sudah sejauh ini aku melangkah, maka aku harus menyelesaikannya," ketika Martin menodongkan senapan tepat di belakang lehernya. Hanya memiliki waktu beberapa saat saja untuk menentukan apakah bertarung sampai mati atau menyerah sebagaimana yang diinginkan pihak lawan. Kedua tangan gadis itu diangkat ke atas sambil menatap ke dalam ruangan gelap di bawah kabin. Belum bisa melihat bagaimana keadaan sang ibu, tetapi mendengar suara saja sudah bisa dipastikan jika wanita itu tidak baik-baik saja. "Martin, hentikanlah," terdengar suara parau dari Nyonya Edmund. "Kau boleh mengambil apa yang kau inginkan, tapi lepaskan anakku. Jangan kau sakiti dia."Martin tidak menghiraukan perkataan dari kakak iparnya. "Dia tidak tahu apa-apa."Samantha menantikan bagaimana sang paman bereaksi. Tetapi, bisa diduga jika Nyonya Edmund pun tidak tahu jika sang putri sudah tahu kebusukan pamannya tersebut. "Jika kau menginginkan harta itu, ambillah. Aku tidak membutuhkannya." Nyony

  • Negeri Tanpa Penghuni   106. Cepat

    Kapal Orion bergoyang-goyang setelah lubang menganga terbentuk di buritan bagian bawah. Dalam keadaan demikian, mistar layar bergoyang-goyang, membuat Samantha kesulitan menjaga keseimbangan. Ditambah, pinggang sebelah kanan gadis itu terluka. Darah membasahi bajunya sehingga berubah warna menjadi merah. Di buritan, ada seseorang yang siap menembak untuk kedua kalinya. Kali ini, dia bisa mengenali wajah orang itu. "Martin," batin Samantha berusaha memastikan jika orang yang akan membunuhnya adalah pamannya sendiri. Dor!Sekali lagi, suara senapan terdengar. Samantha berhasil mengelak dengan cara menggantungkan tubuhnya seperti seekor kelelawar. Kepala di bawah dengan kaki masih mengapit mistar layar. Tapi, tidak ada peluru yang mengenai tubuhnya. "Terima kasih, James." Bola mata Samantha tertuju kepada James yang merebut senapan dari tangan Martin. Mereka berdua pun terlihat bergumul.Bagi Samantha, dia tidak boleh terlihat kesakitan di mata James. Maka dari itu, rasa sakit pada

  • Negeri Tanpa Penghuni   105. Titik

    Setelah berbagai upaya dilakukan, pada akhirnya kapal Orion berhasil didekati oleh kapal Liberty. Posisi keduanya melaju dalam satu garis sehingga berlayar secara beriringan. Posisi yang tidak ideal untuk menembakkan meriam karena meriam-meriam dipasang di sisi lambung kapal. Dan, untuk menembakkan meriam, kedua kapal harus berada dalam posisi menyamping. Kecuali, meriam didorong hingga terpasang di posisi yang dikehendaki. Namun, itu pun bukan ide yang baik karena akan sangat merugikan. "Ah, mereka tahu kekuatan kapal ini," Samantha menyimpulkan keadaan. "Tentu saja, Nona. Kedua kapal berasal dari galangan yang sama."Kapal Orion tidak memulai untuk menembakkan meriam. Begitupula, kapal Liberty. Alasannya, "jaraknya belum cukup, Kapten." Samantha memberikan perkiraan. Apa yang akan dilakukan oleh Samantha dan para awak kapal Liberty bisa dibilang bentuk kenekatan semata. Cukup jelas terlihat awak kapal musuh sudah siap untuk menembak. Andaikan pihak kapal Liberty memulai seranga

  • Negeri Tanpa Penghuni   104. Kendala

    Dalam usia yang masih belia, Samantha memiliki musuh besar. Bukan hanya musuh biasa, gadis itu harus berhadapan dengan seorang pejabat Britania Raya yang memiliki kekuasaan. Orang tersebut masih memiliki pertalian kekerabatan dengannya, Paman Martin. "Jadi, dia pamanmu, Nona?" Kapten Sayyid bertanya demi meyakinkan dirinya sendiri tentang siapa yang tengah dihadapi. "Saya pun pernah mendengar namanya. Dia pejabat di Pontianak.""Ya, betul. Dia menikah dengan adik ibu saya.""Oh, adik ipar yang culas."Samantha tersenyum ketika mendengar komentar dari sang kapten. Gadis itu menoleh kepada Sayyid yang bertindak sebagai jurumudi. Sebuah senyuman ironi tersungging dari bibirnya. Mendengar cerita dari Samantha, sepertinya pria keturunan Arab itu punya alasan untuk terus menatap ke depan demi mengejar kapal Orion yang melaju begitu kencang. "Nona," terdengar Iskandar berteriak dari geladak, "semua sudah siap!" Samantha mengacungkan ibu jari. Iskandar pun kembali masuk ke dalam lambung k

  • Negeri Tanpa Penghuni   103. Ibu

    Samantha kesal sekaligus kaget karena dia harus dihadapkan pada situasi yang mengejutkan. Untuk sekian kalinya, gadis itu menghadapi keadaan yang selalu membutuhkan kekuatan mental lebih besar dari keadaan biasanya. Menghadapi seekor buaya, diterkam ikan hiu atau dikurung dalam sumur tua, ternyata belum seberapa jika dibandingkan dengan keadaan saat ini. "Hei, bajingan! Lepaskan ibuku!" Samantha berteriak lantang tatkala dua kapal saling mendekat. Suara orang tertawa terdengar dari kapal Orion. Ketika mendengar orang tertawa itu emosi Samantha semakin memuncak. Tangan kanannya memukul tiang layar untuk melampiaskan kekesalan. Lagi, terdengar suara orang tertawa terbahak-bahak dari atas geladak kapal Orion. "Kenapa kau melakukan ini kepada kami?! Apakah kematian ayahku tidak cukup untuk menyiksa kami?!" Tidak ada jawaban yang jelas atas pertanyaan dari Samantha. "Baiklah, apa maumu?"Orang yang diajak bicara itu ternyata menjawab dengan mantap, "kau pergi dari negeri ini bersama

  • Negeri Tanpa Penghuni   102. Tawaran

    Samantha berdiri di haluan. Di pinggangnya tergantung pedang panjang menjuntai nyaris menyentuh lantai. Tangan kanannya memegang teropong yang digunakan untuk melihat ke depan. Suatu benda yang terapung di permukaan air laut. "Kau yakin?""Sejujurnya aku belum begitu yakin dengan keputusan yang kita ambil." Samantha menjawab pertanyaan dari James dengan suara pelan. "Aku hanya merasa ....""Tenang saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Bagaimanapun, aku harus bisa melakukan ini demi keselamatan kita semua."Pada akhirnya, Samantha dipercaya untuk menjadi juru runding. Meskipun dia seorang gadis muda yang tidak berpengalaman, namun semua awak kapal yakin jika seorang gadis keturunan Inggris memiliki posisi tawar lebih kuat dibandingkan orang-orang Melayu ataupun orang Arab. Mereka berharap jika kapten kapal Inggris yang akan berpapasan nanti memberi mereka izin untuk terus melaju. "Mereka mendekati kapal kita!" suara Iskandar lantang berteriak dari atas tiang layar. Pemuda itu ta

  • Negeri Tanpa Penghuni   101. Pulang

    Samantha menatap lautan luas. Dari kejauhan, tampak beberapa pulau kecil. Bisa diperkirakan jika pulau tersebut tidak berpenghuni. Hanya dijadikan tempat berlabuh sementara bagi para pelaut tatkala ada kendala ketika melaut. "Aku berharap tidak ada lagi kendala atau halangan apa pun yang bisa menghambat perjalanan kita.""Ya, aku selalu berharap demikian," James bicara sembari mengangkat alis sedangkan bibirnya ditarik ke bawah. "Hei, aku serius. Kenapa kau berpikir jika tantangan selalu ada. Apakah menurutmu tantangan selalu menyenangkan?"James menganggukkan kepala. "Terkadang begitu. Aku merasa jika kendala dalam perjalanan menjadi hiburan tersendiri ....""Hiburan? Ah, kau ini terluka sedikit saja sudah banyak mengeluh." Samantha memegang bahu James yang terluka. "Seperti anak kecil.""Hei, sakit!" "Tuh, kan."Awak kapal Liberty seakan enggan turut campur pada mereka berdua. Semua orang mengerti bagaimana rasanya kasmaran. Ketika menyaksikan dua sejoli yang sedang jatuh cinta,

DMCA.com Protection Status