Share

39. Sekutu

Penulis: MY Ansori
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-12 21:28:32

"Selamat datang di kapal kami, Tuan Martin," Felix menyambut Martin yang datang sendirian.

Seekor kuda menjadi kendaraan yang digunakan diplomat Inggris itu untuk mengunjungi dermaga. Dia turun dari kuda setelah seorang prajurit memegang tali kekang serta mengajak si kuda untuk menjauh dari tepi dermaga. Kedatangan pria berjas dan bertopi hitam tersebut menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana.

"Saya pikir, anda tidak akan mengunjungi kapal kami," Felix sedikit berbasa-basi karena dia tidak ingin terlihat bersikap tidak sopan kepada seorang pejabat seperti Tuan Martin.

Martin pun naik ke atas geladak dengan meniti tangga. Tangan kanannya membawa sebuah tas. "Ah, aku terpaksa melakukan ini."

"Saya senang dengan kunjungan anda sepagi ini, Tuan Martin."

"Asal kau tahu, Tuan Felix. Aku terpaksa melakukan ini ... karena Samantha kabur dari rumah. Hingga sekarang belum diketemukan."

Tas di tangan Martin diserahkan kepada Felix. Felix pun menerimanya kemudian membuka tas terse
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Negeri Tanpa Penghuni   40. Terperangkap

    Keadaan yang dialami oleh Samantha sungguh sulit dihindari. Jika dia keluar dari persembunyiannya maka Felix dan anak buahnya tidak mungkin membiarkannya pergi. Dia tahu akan hal itu setelah mendengar sendiri bagaimana Paman Martin dan Felix memang tidak menginginkan dia selamat. Namun, jika Samantha terus berdiam diri di tempat itu maka dia bisa saja dibawa menjauh dari kota Pontianak. Gadis itu curiga jika Felix akan membawanya ke tengah laut dan membuangnya di sana. Kecurigaannya tersebut berdasarkan pengalaman Samantha ketika tengah berada di pedalaman hutan tempo hari. Felix bisa saja membunuhnya andaikan dia menginginkan hal demikian. Apalagi, setelah semalam dia berbincang dengan Paman Martin, maka jelas sudah jika Felix hanya peduli kepada uang dan tidak peduli kepada nyawa orang. Samantha tahu jika dirinya bisa menjadi penghalang bagi rencana mereka berdua. Dan, kematian bisa saja menghampiri dia kapan pun. Begitupula pagi itu, kerongkongannya terasa kering setelah menya

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Negeri Tanpa Penghuni   41. Terbawa

    Felix tersenyum sendiri. Dia tampak senang sehingga anak buahnya terheran-heran dengan sikap si komandan. "Tarik jangkar! kita berangkat sekarang!" Senyuman dari Felix berubah menjadi sebuah tawa. Mereka yang mendengar saling tatap, bertanya-tanya kenapa pemimpinnya tertawa. Apa yang ditertawakan oleh si komandan kapal Angkatan Laut. "Tuan, bagaimana dengan gadis itu?"Felix menoleh kepada lelaki yang bertanya. "Apakah kita tidak akan memberitahu keluarganya?""Menurutmu, itu ide bagus?""Saya hanya memberi saran. Semalam, Tuan Martin dan Nyonya Martin mencari dia ....""Ah, aku tidak peduli. Toh, tadi dia tidak menanyakan anak itu."Sebelumnya, Tuan Martin memang mengunjungi kapal Angkatan Laut untuk menyelesaikan sebuah urusan dengan Felix. Namun, Tuan Martin tidak tahu jika Samantha berada di dalam kapal tersebut. Situasi ini malah dimanfaatkan oleh Felix untuk menjalankan sebuah rencana. Felix memperoleh imbalan besar dari Tuan Martin untuk menjalankan misi menumpas perompak.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-16
  • Negeri Tanpa Penghuni   42. Mengerti

    "Hei, andaikan engkau membantu melepaskan aku, maka akan kuberikan kau banyak hadiah."Lelaki yang diajak bicara hanya terdiam. Matanya menoleh ke arah lain. Ketika Samantha memberi dia tawaran, sepertinya dia tidak tertarik . "Ah, mungkin kau menganggap aku berbohong."Lagi-lagi, lelaki berseragam khaki itu tidak tertarik. Dia hanya diam saja, duduk di sudut ruangan. Kedua tangannya memegang senapan serta menunjukkan keangkuhan dengan senapannya tersebut. Tidak ada lagi perbincangan dalam beberapa saat. Samantha pun sedikit gusar. Namun, dia sadar jika keadaan demikian mengharuskannya berpikir jernih. Kegusaran serta amarah yang ada dalam hati dijaga agar tidak lebih besar. Emosi yang tidak terkendali bisa saja membawa dirinya pada keadaan yang lebih rumit. "Aku lapar," Samantha berharap memperoleh perhatian. "Bolehkah aku meminta makan.""Hei, aku pun belum memperoleh jatah makan. Jadi, diam dan tunggu saja. Lagipula, kami tidak menyediakan makanan untuk seorang tawanan."Samanth

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-17
  • Negeri Tanpa Penghuni   43. Berkejaran

    Ki Badra tahu jika sebuah kapal layar berbendera Britania sedang mengejar. Sebenarnya dia merasa panik karena terlalu cepat berita menyebar. Dia masih bertanya-tanya bagaimana bisa sebuah kapal militer mengetahui hal tentang penghadangan kapal Kalajengking Hitam terhadap sebuah kapal dagang. "Mungkin itu hanya kebetulan saja, Ki." "Bagaimana kau tahu, Cungkring?""Eee, saya hanya mengira-ngira, Ki.""Ah, lagakmu. Merasa paling tahu segala hal."Si Cungkring hanya bisa cengengesan apabila diledek oleh Ki Badra. Walaupun sebenarnya pemimpin kapal perompak itu suka dengan gaya bicara anak buahnya tersebut. Terkadang, apa yang dia bicarakan memang benar. Hanya saja, Ki Badra tidak mau terkesan bodoh di hadapan anak buahnya. Ki Badra berpikir sejenak. Dia menimbang-nimbang keadaan. "Ki, bagaimana? Haruskah kita menghadapi mereka?" Si Cungkring bertanya padahal sebenarnya dia memberi ide. Ki Badra menoleh kepada Si Cungkring. Dia pun memandangi anak buahnya. Mereka senantiasa siap menj

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Negeri Tanpa Penghuni   44. Tenggelam

    Samantha tidak lagi memikirkan langkah apa yang akan dilakukan oleh Felix ketika gadis itu menceburkan diri ke dalam air laut. Dia pun tidak ingin mendengarkan teriakan dari anak buah kapal Angkatan Laut yang menyuruhnya untuk tetap di tempat dan tidak pergi ke mana-mana.Samantha berenang menjauh dari badan kapal. Walaupun dia tidak bisa berenang lebih jauh. "Hei, gadis bodoh!" suara Felix terdengar berteriak dari geladak. Berenang seperti ekor lumba-lumba di permukaan air. Tidak menoleh ke belakang apalagi kembali berputar arah. "Ke mana pun kau berenang, tidak mungkin bisa pergi jauh!"Tidak ada seseorang atau sesuatu yang menghalangi gadis tersebut. Hanya air asin dirasakan oleh lidah serta langit biru tampak di hadapan. Samantha berenang tanpa arah, bahkan dia tidak menyadari ke arah manakah dia berenang. Andaikan ada seekor ikan menyertai, mungkin si ikan akan terheran-heran dengan kelakuan gadis berambut pirang itu. Ketika makhluk laut sering melihat manusia menumpang kapal

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • Negeri Tanpa Penghuni   45. Hiu

    Seekor hiu yang berenang di samudera merasa senang ketika ada sesuatu yang bisa dimangsa. Mata bulat yang dimiliki olehnya ternyata mampu mengenali jika manusia tersebut memang lemah. Si manusia tidak mampu berenang dengan gesit, tidak memiliki ekor atau sirip untuk membantunya menyelam hingga ke lautan dalam. Di mata seekor hiu, kaki berkulit terang yang dimiliki Samantha sungguh bisa menjadi santapan yang menyenangkan serta mengenyangkan. Kaki yang bergerak-gerak di bawah permukaan air malah mengundang si hiu untuk lebih mendekat. Hewan air itu tidak langsung memakan kedua kaki yang berenang-renang itu. Dia memilih untuk berputar-putar, memastikan jika calon mangsanya tidak akan pergi menjauh. "Ha, kau sungguh mangsa yang empuk ....," begitulah kalimat yang akan terlontar andaikan si hiu bisa bicara. Pada mulanya, Samantha tidak menyadari jika gerakan tubuhnya di lautan lepas ternyata bisa mengundang si hiu untuk datang. Ketika para kelasi di atas kapal Angkatan Laut saling sahut

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • Negeri Tanpa Penghuni   46. Lolos

    "Ki, sepertinya kita lolos dari kejaran kapal Inggris?!" Si Cungkring berteriak dari atas tiang kapal. "Kau yakin?" Ki Badra balik berteriak."Saya yakin, Ki. Kapal mereka tidak tampak lagi," seraya menutup matanya dengan teropong. "Bahkan, bendera mereka pun tidak terlihat, Ki.""Ah, baguslah kalau begitu.""Ternyata kapal Inggris pun mudah menyerah."Si Cungkring diperintahkan untuk turun oleh Ki Badra. Tangan kiri pria paruh baya itu memberi tanda kepada anak buahnya untuk segera kembali pada pekerjaannya masing-masing. Tampak sekali kekecewaan di wajah mereka karena pertarungan yang mereka harapkan tidak jadi digelar. "Ah, padahal ingin sekali rasanya aku memenggal leher mereka ...." seorang lelaki bertubuh tinggi memuntahkan kegusarannya. "Tenang, Kapak. Sebentar lagi tenagamu benar-benar akan berguna." Ki Badra menepuk pundak si Kapak yang meletakkan kembali senjata di pundaknya."Benarkah, Ki?""Ya, aku yakin. Aku yakin akan ada kapal dagang yang melintasi perairan ini. Mere

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-27
  • Negeri Tanpa Penghuni   47. Menghadang

    Ki Badra tahu bagaimana cara menyenangkan anak buahnya. Menunjukkan sebuah objek di tengah kegelapan pun ternyata membuat mereka senang. Objek cahaya sebagai titik di tengah kegelapan. "Sebuah kapal dagang penuh muatan," begitulah para anak buah kapal menyimpulkan. "Bagaimana kau yakin?" Si Cungkring seakan mempertanyakan keyakinan teman-temannya. "Kalau bukan kapal, lantas apa?" Si Tampan memukul kepala kawannya yang bertubuh kurus nan tinggi. "Mungkin saja itu hantu laut."Ki Badra membentak Si Cungkring ketika membicarakan hantu laut," hei, aku sudah katakan kau jangan bicara begitu! Tuan Besar tidak senang pada orang yang percaya takhayul.""Maaf, Ki.""Ah, sudah bertahun-tahun Tuan Besar melaut, dia belum pernah menemukan hantu di laut.""Kalau di darat?""Sama saja, tidak ada!"Kelakuan Si Cungkring menjadi bahan tertawaan kawannya. Tidak terkecuali Si Tampan, begitulah Ki Badra menjuluki orang itu. Dia memang tampan jika dibandingkan dengan semua lelaki yang ada di kapal it

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-29

Bab terbaru

  • Negeri Tanpa Penghuni   109. Akhir

    Berbulan-bulan kemudian ...***Samantha dan James kembali melakukan perjalanan ke pedalaman hutan Borneo. Bukan tanpa tujuan, justru mereka ke sana untuk dua tujuan. Kali ini, mereka mempersiapkan banyak hal. Menggunakan tiga perahu yang bisa memuat banyak barang, akhirnya rombongan berhasil mencapai danau sebagai habitat kelelawar raksasa. Tujuan utama dari James, menangkap si makhluk eksotis untuk dijadikan koleksi. Dimana misi sebelumnya mereka gagal membawa pulang hewan liar nan langka tersebut. "Ah, aku tidak menyangka jika akan kembali lagi ke tempat ini," Samantha menghela nafas panjang. Kedua tangannya memegang pinggang sambil meringis. "Sungguh tempat yang membuat aku rindu.""Ya, memang tempat yang mengundang kerinduan." James pun turun dari perahu kemudian menginjakkan kaki di atas tanah berumput. "Tapi, kali ini perjalanan terasa melelahkan dibandingkan pertama kali ke sini.""Karena sekarang kau tengah hamil." James masih tetap bicara ketus sambil menyiapkan senapan y

  • Negeri Tanpa Penghuni   108. Kemudian

    Sekitar satu tahun kemudian ...***Kala itu, akhir pekan nan ramai oleh orang yang melakukan hal sama. Kota Singapura, menjadi tempat persinggahan bagi Samantha dan James setelah melakukan perjalanan bersama mengelilingi pulau Sumatera. Kini, keduanya kembali menuju kota tersebut karena masih ada Nyonya Edmund sebagai orang tua yang biasa dikunjungi. Kedua sejoli menghabiskan waktu bersama di dalam kota sejak pagi. Selain mengunjungi taman kota, mereka pun sempat singgah di sebuah toko barang serba ada yang menyediakan banyak keperluan. "Nah, ini toko langgananku," James turun dari kereta kuda kemudian berdiri tepat di depan sebuah toko yang dijaga oleh seorang lelaki Cina. "Haia, selamat datang, Tuan." Si Pemilik Toko menyambut mereka dengan ramah. "Apa kabar, Tuan?""Lebih baik, dibandingkan terakhir kali aku datang ke sini."Pemilik toko itu tampaknya tidak terlalu ingat kepada James. Mungkin sudah begitu banyak orang yang datang ke sana serta ingatannya pun mulai buruk sehingg

  • Negeri Tanpa Penghuni   107. Tujuan

    Dalam benak Samantha, "sudah sejauh ini aku melangkah, maka aku harus menyelesaikannya," ketika Martin menodongkan senapan tepat di belakang lehernya. Hanya memiliki waktu beberapa saat saja untuk menentukan apakah bertarung sampai mati atau menyerah sebagaimana yang diinginkan pihak lawan. Kedua tangan gadis itu diangkat ke atas sambil menatap ke dalam ruangan gelap di bawah kabin. Belum bisa melihat bagaimana keadaan sang ibu, tetapi mendengar suara saja sudah bisa dipastikan jika wanita itu tidak baik-baik saja. "Martin, hentikanlah," terdengar suara parau dari Nyonya Edmund. "Kau boleh mengambil apa yang kau inginkan, tapi lepaskan anakku. Jangan kau sakiti dia."Martin tidak menghiraukan perkataan dari kakak iparnya. "Dia tidak tahu apa-apa."Samantha menantikan bagaimana sang paman bereaksi. Tetapi, bisa diduga jika Nyonya Edmund pun tidak tahu jika sang putri sudah tahu kebusukan pamannya tersebut. "Jika kau menginginkan harta itu, ambillah. Aku tidak membutuhkannya." Nyony

  • Negeri Tanpa Penghuni   106. Cepat

    Kapal Orion bergoyang-goyang setelah lubang menganga terbentuk di buritan bagian bawah. Dalam keadaan demikian, mistar layar bergoyang-goyang, membuat Samantha kesulitan menjaga keseimbangan. Ditambah, pinggang sebelah kanan gadis itu terluka. Darah membasahi bajunya sehingga berubah warna menjadi merah. Di buritan, ada seseorang yang siap menembak untuk kedua kalinya. Kali ini, dia bisa mengenali wajah orang itu. "Martin," batin Samantha berusaha memastikan jika orang yang akan membunuhnya adalah pamannya sendiri. Dor!Sekali lagi, suara senapan terdengar. Samantha berhasil mengelak dengan cara menggantungkan tubuhnya seperti seekor kelelawar. Kepala di bawah dengan kaki masih mengapit mistar layar. Tapi, tidak ada peluru yang mengenai tubuhnya. "Terima kasih, James." Bola mata Samantha tertuju kepada James yang merebut senapan dari tangan Martin. Mereka berdua pun terlihat bergumul.Bagi Samantha, dia tidak boleh terlihat kesakitan di mata James. Maka dari itu, rasa sakit pada

  • Negeri Tanpa Penghuni   105. Titik

    Setelah berbagai upaya dilakukan, pada akhirnya kapal Orion berhasil didekati oleh kapal Liberty. Posisi keduanya melaju dalam satu garis sehingga berlayar secara beriringan. Posisi yang tidak ideal untuk menembakkan meriam karena meriam-meriam dipasang di sisi lambung kapal. Dan, untuk menembakkan meriam, kedua kapal harus berada dalam posisi menyamping. Kecuali, meriam didorong hingga terpasang di posisi yang dikehendaki. Namun, itu pun bukan ide yang baik karena akan sangat merugikan. "Ah, mereka tahu kekuatan kapal ini," Samantha menyimpulkan keadaan. "Tentu saja, Nona. Kedua kapal berasal dari galangan yang sama."Kapal Orion tidak memulai untuk menembakkan meriam. Begitupula, kapal Liberty. Alasannya, "jaraknya belum cukup, Kapten." Samantha memberikan perkiraan. Apa yang akan dilakukan oleh Samantha dan para awak kapal Liberty bisa dibilang bentuk kenekatan semata. Cukup jelas terlihat awak kapal musuh sudah siap untuk menembak. Andaikan pihak kapal Liberty memulai seranga

  • Negeri Tanpa Penghuni   104. Kendala

    Dalam usia yang masih belia, Samantha memiliki musuh besar. Bukan hanya musuh biasa, gadis itu harus berhadapan dengan seorang pejabat Britania Raya yang memiliki kekuasaan. Orang tersebut masih memiliki pertalian kekerabatan dengannya, Paman Martin. "Jadi, dia pamanmu, Nona?" Kapten Sayyid bertanya demi meyakinkan dirinya sendiri tentang siapa yang tengah dihadapi. "Saya pun pernah mendengar namanya. Dia pejabat di Pontianak.""Ya, betul. Dia menikah dengan adik ibu saya.""Oh, adik ipar yang culas."Samantha tersenyum ketika mendengar komentar dari sang kapten. Gadis itu menoleh kepada Sayyid yang bertindak sebagai jurumudi. Sebuah senyuman ironi tersungging dari bibirnya. Mendengar cerita dari Samantha, sepertinya pria keturunan Arab itu punya alasan untuk terus menatap ke depan demi mengejar kapal Orion yang melaju begitu kencang. "Nona," terdengar Iskandar berteriak dari geladak, "semua sudah siap!" Samantha mengacungkan ibu jari. Iskandar pun kembali masuk ke dalam lambung k

  • Negeri Tanpa Penghuni   103. Ibu

    Samantha kesal sekaligus kaget karena dia harus dihadapkan pada situasi yang mengejutkan. Untuk sekian kalinya, gadis itu menghadapi keadaan yang selalu membutuhkan kekuatan mental lebih besar dari keadaan biasanya. Menghadapi seekor buaya, diterkam ikan hiu atau dikurung dalam sumur tua, ternyata belum seberapa jika dibandingkan dengan keadaan saat ini. "Hei, bajingan! Lepaskan ibuku!" Samantha berteriak lantang tatkala dua kapal saling mendekat. Suara orang tertawa terdengar dari kapal Orion. Ketika mendengar orang tertawa itu emosi Samantha semakin memuncak. Tangan kanannya memukul tiang layar untuk melampiaskan kekesalan. Lagi, terdengar suara orang tertawa terbahak-bahak dari atas geladak kapal Orion. "Kenapa kau melakukan ini kepada kami?! Apakah kematian ayahku tidak cukup untuk menyiksa kami?!" Tidak ada jawaban yang jelas atas pertanyaan dari Samantha. "Baiklah, apa maumu?"Orang yang diajak bicara itu ternyata menjawab dengan mantap, "kau pergi dari negeri ini bersama

  • Negeri Tanpa Penghuni   102. Tawaran

    Samantha berdiri di haluan. Di pinggangnya tergantung pedang panjang menjuntai nyaris menyentuh lantai. Tangan kanannya memegang teropong yang digunakan untuk melihat ke depan. Suatu benda yang terapung di permukaan air laut. "Kau yakin?""Sejujurnya aku belum begitu yakin dengan keputusan yang kita ambil." Samantha menjawab pertanyaan dari James dengan suara pelan. "Aku hanya merasa ....""Tenang saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Bagaimanapun, aku harus bisa melakukan ini demi keselamatan kita semua."Pada akhirnya, Samantha dipercaya untuk menjadi juru runding. Meskipun dia seorang gadis muda yang tidak berpengalaman, namun semua awak kapal yakin jika seorang gadis keturunan Inggris memiliki posisi tawar lebih kuat dibandingkan orang-orang Melayu ataupun orang Arab. Mereka berharap jika kapten kapal Inggris yang akan berpapasan nanti memberi mereka izin untuk terus melaju. "Mereka mendekati kapal kita!" suara Iskandar lantang berteriak dari atas tiang layar. Pemuda itu ta

  • Negeri Tanpa Penghuni   101. Pulang

    Samantha menatap lautan luas. Dari kejauhan, tampak beberapa pulau kecil. Bisa diperkirakan jika pulau tersebut tidak berpenghuni. Hanya dijadikan tempat berlabuh sementara bagi para pelaut tatkala ada kendala ketika melaut. "Aku berharap tidak ada lagi kendala atau halangan apa pun yang bisa menghambat perjalanan kita.""Ya, aku selalu berharap demikian," James bicara sembari mengangkat alis sedangkan bibirnya ditarik ke bawah. "Hei, aku serius. Kenapa kau berpikir jika tantangan selalu ada. Apakah menurutmu tantangan selalu menyenangkan?"James menganggukkan kepala. "Terkadang begitu. Aku merasa jika kendala dalam perjalanan menjadi hiburan tersendiri ....""Hiburan? Ah, kau ini terluka sedikit saja sudah banyak mengeluh." Samantha memegang bahu James yang terluka. "Seperti anak kecil.""Hei, sakit!" "Tuh, kan."Awak kapal Liberty seakan enggan turut campur pada mereka berdua. Semua orang mengerti bagaimana rasanya kasmaran. Ketika menyaksikan dua sejoli yang sedang jatuh cinta,

DMCA.com Protection Status