Raka menyetir mobil dengan isi kepala yang penuh, betapa ia harus menahan amarah dan egonya. Mungkin kalau dia berhadapan dengan orang lain satu pukulan akan bisa melampiaskan kemarahannya tapi ini Ayahnya. Sungguh Raka bukan anak yang se'durhaka. Dia sangat menghormati orangtuanya.
Raka memutari beberapa kompleks yang menurutnya dia tersesat. Raka membalikan kembali setirannya dengan putus asa. Kenapa dia bisa berputar-putar di komplek yang sama, jalanan ini tampak familiar untuk Raka tapi dia sendiri belum pasti.
shiiiitttttt ..
Raka memukul setirannya seperti orang bodoh, senyum sinis terpampang jelas pada bibirnya. "Lo sudah gila, Raka! Benar-benar gila," gumam Raka saat sadar ia ada di depan rumah Nayla.
Raka tidak langsung pergi, tangannya membuka dasi yang mengikat lehernya dengan kencang. Sudah dari kantor tadi ia merasa lehernya tercekik karena dasi ini.
Di sekolah Nayla bingung dengan sifat Beca yang berubah, biasanya gadis itu selalu menyapa terlebih dahulu dengan senyuman lebar pada bibirnya. Mereka satu kelas selama masa ujian ini, tapi tampaknya Beca tidak menghiraukan keberadaan Nayla bahkan Beca melewati Nayla begitu saja.Tak puas hati Nayla mendatangi Beca yang sudah ada di kantin bersama Rangga dan Tina. "Bek, kita ada masalah?" tanya Nayla, ia berdiri di depan Beca. Rangga dan Tina saling memandang. Beca hanya menggelengkan kepalanya dengan tertunduk tidak mau melihat Nayla.Hari ini Nayla punya tenaga lebih untuk menghadapi Beca dan soal-soal ujian. "Kenapa lo ngindar dari gue?" Sekali lagi Beca tak menjawab, kali ini dia menundukkan kepala tanpa menggeleng atau mengangguk. Membuat Nayla semakin penasaran plus emosi. Gak ada angin, gak ada hujan tiba-tiba diemin
Setelah pulang sekolah, Nayla dan yang lainnya memutuskan untuk mencari tahu kegiatan Bagas dengan siapa saja. Ya, laki-laki itu sedang sibuk mempersiapkan pembukaan cafe-nya. Dia mengajak temannya untuk berkumpul di cafe yang akan menjadi cafenya. Nayla, Beca, Tina, dan Rangga sudah ada di luar cafe. Mereka bersembunyi di mobil Rangga. Mengamati setiap tamu yang datang ke cafe itu, tentu saja belum ada pelanggan, yang berkunjung hanya yang berkepentingan saja. "Ini kejadian langkah yang pernah gue alamin. Kenapa nggak langsung kita samperin si Bagas, terus tanya sama dia," ujar Rangga mulai bosan. Tidak ada yang menjawab gerutuan Rangga. "Udah jam berapa ini dari tadi ka Bagas nggak kelihatan," keluh Rangga lagi yang menatapi cafe tak berkedip. Mereka mengamati siapa saja yang berlalu-lalang di cafe, tapi manusia yang bernama Bagas belum terlihat. 
Beca duduk lemas, kedua kalinya wanita yang sama masuk ke mobil Bagas dan mata kepala Beca sendiri yang melihat. Cewek itu melihat ke atas menahan air mata yang ingin tumpah, dia tidak mau menangis hanya karena masalah laki-laki. Tapi hatinya seperti tertusuk. Rangga menoleh pada Beca. "Lo mau kita kejar?" tanya Rangga. Beca hanya terdiam tanpa ekspresi. Walaupun mereka sering adu mulut tapi saat melihat Beca seperti ini membuat Rangga emosi."Nggak usah Ga. Gue cukup mastiin aja. Kita pulang sekarang," pinta Beca pelan dan putus asa. Ketiga kawannya mengangguk, lalu Rangga membawa mobilnya pergi dari cafe.Dalam perjalanan Nayla tidak bicara, begitu juga Tina. Rangga fokus menyetir. Beca pun tidak terlihat mau membahas masalahnya. Saat sampai di depan rumah Beca, dia masih diam lalu keluar dari mobil Rangga. Nayla melihatnya masuk
"Setelah gue amatin hidup lo banyak banget berubah ya, Rak," komentar Mike yang memandangi Raka lengkap dengan setelan jasnya. Hari ini mereka berkumpul di cafe sekedar untuk mendengarkan musik live dan minum-minuman ringan. Raka melempar senyum pada Mike dengan bangga, "Yang berubah baju gue bukan orangnya." "Orangnya juga berubah. Ah..lo-nya aja yang nggak sadar." Erga menumpuk kaki kanannya ke atas kaki kirinya. "Berubah boleh. Tapi sama kita jangan berubah. Tetep bro man kita kan, Raka," ujar Doni. "Btw kapan kita ke club?" Raka tak menggubris perkataan Doni, sudah terlalu banyak Doni ikut campur urusan percintaan-nya. Salahkan kenapa Jennifer punya sepupu sepe
Jenni mengambil minuman di lemari dapur, jangan berfikir dia akan minum susu untuk menambah gizinya.Jenni mengambil wine yang lama di simpannya, hari ini dia ingin menikmati wine itu, wajahnya tidak ada ekspresi tapi tetap cantik mengenakan pakaian tidur.Tidak ada yang perlu dirisaukan. Ia terbiasa dengan kesendirian. Rumahnya sepi jauh dari hiruk pikuk keramaian hingga membuatnya kesepian.Jenni seorang model, mungkin itu yang membuatnya tidak terlalu banyak teman atau mungkin karena dia juga kurang ramah. Untungnya ada Doni sepupunya dan dia mengenal Raka.Jenni meneguk minuman sampai habis lalu menuang lagi pada gelas kosong-nya, supaya bisa tidur pulas dan melupakan pikirannya sejenak.FlashbackJennifer nggak akan datang ke party kawan sekampusnya kalau bukan karena Doni, sepupunya itu bilang Raka sedang berada di sana. Dikar
Nayla berjalan lemas, ujian akhir selesai juga. Tapi tidak membuat hatinya lebih baik. Walau pun dia belajar tadi malam tapi isi kepalanya ada Raka dan Beca, kedua orang itu membuatnya diposisi serba salah. Dia merasa sangat bersalah menempatkan kembali Raka di hatinya, rasa bersalah itu untuk Jenni. Tapi di lain sisi, Nayla suka perhatian Raka. Dan masalah Beca, dia belum tahu kelanjutannya. Nayla tidak mau mendahului Bagas untuk menceritakan sebenarnya, takutnya ada salah paham. "NAYLA..." panggilan itu sangat familiar di telinga Nayla, sudah pasti bisa ditebak itu tak lain tak bukan adalah Beca. Cewek itu berlari tergopoh-gopoh menghampiri Nayla yang sudah berdiri di tempat saat namanya disebut. "Hati-hati jatoh, kepeleset! Nggak pulang modal nanti keluarga lo," ujar Nayla, matanya masih fokus pada Beca yang kini sudah ada di depannya. Beca memeluk Nayla dengan ketat sangat ketat hingga memb
"Kok pelakor?" Nayla tidak terima. "Ya pelakorlah namanya, kalau lo ditengah-tengah hubungan Raka sama Jenni," kata Tina, membuat Reno yang duduk disampingnya tidak nyaman mendengar. "Dih gila. Pedas banget kalau ngomong kaya cabe rawit," cibir Rangga. Mata Tina memelototinya. Rasanya Tina sudah keterlaluan, tapi Nayla tidak mau memasukkan ke hati. Anggep saja Tina sedang menasehatinya. "Kalau Nayla jadi pelakor, gue jadi pebinor di hubungan mereka," canda Dimas. Hampir saja Beca akan membalas kata-kata Tina dengan cibiran, untungnya Dimas melumerkan suasana. Tapi tetap saja suasananya bikin gerah. "Udah ah, suasananya jadi panas gini. Mendingan kita ke basecamp aja. Mumpung ada alumni juga, itung-itung silahturahmi terakhir." Reno beranjak dari bangkunya diikuti yang lain. "Lo ikut aja,"
"Don, bilang sama semua junior. Gue buka sesi coret-coret tanda tangan gue di seragam mereka. Kalau perlu gue jabanin yang mau fotoan bareng," kata Raka memerintah Doni. Sedetik itu Doni terbelalak, mana pernah Raka mau di ajak fotoan sama cewek. Sok jual tanda tangan lagi. "Ashiaappp!"Begitulah siang itu mereka melakukan aksi coret-coret di baju seragam mereka, walaupun belum tahu hasil pengumuman kelulusan. Magnet seorang Raka sangatlah kuat. Seluruh kaum hawa berlarian mengantri di depan Raka. Sesekali ia melirik Nayla dengan senyum tipis. Teman-temannya merasa ada yang aneh dengan aksi Raka itu. Tapi, karena aksi itu para alumni yang lain pun dapat kesempatan memberikan tanda tangan mereka pada yang lain.Reno sang presiden PA pun sudah dikejar-kejar para fansnya untuk dimintai tanda tangan. Dan mereka sal