"Don, bilang sama semua junior. Gue buka sesi coret-coret tanda tangan gue di seragam mereka. Kalau perlu gue jabanin yang mau fotoan bareng," kata Raka memerintah Doni. Sedetik itu Doni terbelalak, mana pernah Raka mau di ajak fotoan sama cewek. Sok jual tanda tangan lagi.
"Ashiaappp!"
Begitulah siang itu mereka melakukan aksi coret-coret di baju seragam mereka, walaupun belum tahu hasil pengumuman kelulusan. Magnet seorang Raka sangatlah kuat.
Seluruh kaum hawa berlarian mengantri di depan Raka. Sesekali ia melirik Nayla dengan senyum tipis. Teman-temannya merasa ada yang aneh dengan aksi Raka itu. Tapi, karena aksi itu para alumni yang lain pun dapat kesempatan memberikan tanda tangan mereka pada yang lain.
Reno sang presiden PA pun sudah dikejar-kejar para fansnya untuk dimintai tanda tangan. Dan mereka sal
"Aku lupa," ucap Raka bohong, kemudian maju kembali ke dekat Nayla. Okay perkataan tadi membuat wajah Nayla merah dan kesal, sekarang Raka sudah ada di dekatnya. Terlalu dekat. "Dimana?" Tatapan Raka membuatnya seperti robot. Nayla menaikan rambut dengan tangannya ke atas terlihat leher panjang Nayla, kupingnya terlihat memerah. Kini giliran Raka yang menahan nafas, dia sulit untuk tidak melirik kebagian gumpalan daging yang ada di bawah kupingnya. "Di kerah," ucap Nayla membuat Raka salah tingkah. Pandangannya turun ke bagian lengan baju Nayla, Raka menekan bibirnya. "Di kerah nggak kelihatan," ucap Raka tiba-tiba. "Emang harus kelihatan ya?" ucap Nayla bingung. "Nama aku mahal. Ak
Raka mengerutkan dahinya. Melihat Beca, Tina, Rangga, Reno dan Dimas. Nayla juga mengajak Dimas? Padahal dia ingin berduaan dengan Nayla. Raka semakin kesal karena Nayla satu mobil dengan Dimas, gadis itu sengaja. Mereka pergi ke warung bakso dekat sekolah. Raka tersenyum datar melihat ekspresi Nayla yang pasang wajah lebih kesal padanya. Sesekali dia melengos untuk membuang jauh rasa kesalnya melihat Nayla lebih banyak tersenyum pada Dimas. "Ka Rangga, nice tag," puji Rangga setengah berbisik, Raka mengerutkan keningnya, "Ukiran hati di baju Nayla," katanya lagi. Raka tertawa. Sekarang tahulah dia penyebab Nayla kesal padanya. "MakasihKa Raka udah mau ajak kita makan bakso, gratis. Lain kali restoran dong. Ya, ya, ya," ujar Beca yang di duduk di samping Nayla. Untungnya Nayla tidak duduk di samping Dimas
Kini ada senyum yang tertahan di bibir Raka, hingga sesaat baru dia sadar handphone-nya berdering. Nayla berusaha melirik dengan cepat, sebelum akhirnya Raka mengangkatnya. Raka hanya mendengarkan orang yang menelpon tanpa bicara, tapi matanya memandang Nayla. Mata mereka saling berpandangan, seolah ada yang ingin dijaga Raka.Gerak-gerik Raka bisa ditebak, Jennifer. Nayla mengalihkan pandangannya, harusnya dia sadar mantannya itu sudah punya pacar. "Yang kamu jangan pakai pakaian minim ya kalau lagi kerja, banyak cowok di sana," ucap Reno."Kamu cemburu?" tanya Tina terang-terangan. Pertanyaan itu harusnya jangan ditanya, ia sedikit keberatan Tina bekerja sebagai DJ. Jujur, ia berterima kasih pada Raka karena memberikan peringatan pada pemilik club untuk memberikan
"Aku nggak lagi main-main. Aku fokus lagi nyetir," jawab Raka dengan sedatar mungkin, matanya mulai menoleh keluar kaca.Nayla masih menunggu jawaban Raka yang serius. Cewek itu mengubah duduknya hingga menghadap Raka. Membuat Raka tidak nyaman dengan tatapan Nayla yang dingin. "Kita jangan ketemu lagi." "Aku nggak boleh? Rangga aja boleh ketemu kamu." "Rangga beda." "Bedanya apa? Kami sama sama cowok, kecuali dia mau ngerubah jenis kelamin. Aku jelas nggak mau." Raka bercanda. "Rangga temen aku, sahabat aku," kata Nayla menegaskan. Ya, dia mau kejelasan. "Dimas ?" "Dia juga sahabat aku," ceplos Nayla tanpa pikir panjang. Ada senyum tipis di bibir Raka, dia terlalu
Jika yang kulakukan adalah kesalahan.maka salahkan aku yang mencintaimu.karena aku tidak mau membohongi diriku.Dua minggu semenjak kelulusan sekolah Nayla tetep diam di rumah tanpa ada rencana untuk keluar rumah. Ingin rasanya cepat-cepat ke hari acara perpisahan sekolah mereka. Nayla ingin bertemu dengan teman-temannya dan setelah apa yang terjadi antara Raka dan dirinya. Setiap hari ia merindukan Raka. Uhhhh... Mungkin terdengar alasan, tapi Nayla tidak mau berbohong pada perasaannya. Raka mulai memberikan kabar, dimana dan sedang apa yang dia lakukan. Layaknya seorang pacar. Termasuk menjemput Jennifer, itu adalah kesempatan untuk Raka bicara pada Jennifer. Dan selalu gagal.Terkadang mereka keluar berdua tanpa ada yang tahu, seakan di dunia hanya milik mereka. Tapi Nayla sadar, ada Jenni yang dia sakiti hingga bahagia itu ta
Beca sibuk menemani Bagas dengan segala kegiatan Bagas, bukan Beca namanya kalau tidak mengerahkan seluruh tenaganya untuk orang tersayang. Nayla mengambil salah satu novel yang terpampang di rak. Tangannya membuka lembaran novel, ia menyukai wangi buku. Terkecuali buku pelajaran. Entahlah beda saja. Mata Nayla tak sengaja melihat pintu masuk. Dia fokus pada sesosok laki-laki yang datang kemudian tersenyum segaris.Kakinya sudah ingin melangkah, tapi dia mundur selangkah kebelakang dengan senyum yang pudar.Raka berjalan masuk kemudian Jenni mendadak muncul dibelakang meraih lengan Raka dengan senyum manja. Raka tersenyum pada Jenni dan itu menyakiti hati Nayla yang masih melihat mereka. Raka membiarkan Jenni menggandeng lengannya. Raka tidak menyadari keberadaa
Dari banyaknya tempat kenapa harus memilih meja yang sama. Nayla melirik pelan pada Jennifer. Wanita yang hampir sempurna itu sedikit menjatuhkan kepercayaan dirinya. Tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga Beca datang. "Jen, thanks mau dateng ke sini," ucap Beca entah datang dari arah mana. Mereka saling menyapa dengan senyum dan bersalaman.Beca yang undang. Nayla sedikit menggerakkan matanya. "Pasti lo sibuk ya, tapi masih sempatin ke sini," ucap Beca, dan merasa lehernya dingin saat Nayla menatapnya. "Emm, sebelum ujian kita, gue kasih undangan lewat DM sama Jenni, biar dia bisa dateng lumayan kan buat penarik." Beca berusaha menjelaskan. Jauh sebelum Nayla menceritakan hubungannya dengan Raka dia mengundang Jennifer, Beca menatap Nayla dengan wajah bersalah. "
"Resehlo! Ada juga lo tuh yang harus berpikir panjang lagi. Yakin mau kuliah di Singapura? Nggak takut Tina selingkuh," ujar Beca, ceplosan Beca sontak saja membuat Nayla tersedak.Nayla mengambil minum-nya yang sudah mencair dan menyedotnya. Reno mau kuliah di luar negeri itu pun Beca tahu. Dasar Beca. "Bek, jangan bahas di sini nanti Tina sedih. Kalau dia nangis lo mau tanggungjawab." Reno mengelus rambut Tina yang panjang. "Enak aja emang aku Nayla," kata Tina menunjuk Nayla dengan mulutnya. "Laah kok gue dibawa-bawa. Emang gue nangis kaya mana? Pada reseh sih," keluh Nayla. Raka ikutan tersenyum geli mendengar ucapan Reno. "Nangis Lo ngalahin hujan campur petir." Beca tergelak. Nayla menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia diposisi paling memalukan. Yang membuatnya se