Dari banyaknya tempat kenapa harus memilih meja yang sama. Nayla melirik pelan pada Jennifer. Wanita yang hampir sempurna itu sedikit menjatuhkan kepercayaan dirinya. Tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga Beca datang.
"Jen, thanks mau dateng ke sini," ucap Beca entah datang dari arah mana. Mereka saling menyapa dengan senyum dan bersalaman.
Beca yang undang. Nayla sedikit menggerakkan matanya.
"Pasti lo sibuk ya, tapi masih sempatin ke sini," ucap Beca, dan merasa lehernya dingin saat Nayla menatapnya.
"Emm, sebelum ujian kita, gue kasih undangan lewat DM sama Jenni, biar dia bisa dateng lumayan kan buat penarik." Beca berusaha menjelaskan. Jauh sebelum Nayla menceritakan hubungannya dengan Raka dia mengundang Jennifer, Beca menatap Nayla dengan wajah bersalah. "
"Resehlo! Ada juga lo tuh yang harus berpikir panjang lagi. Yakin mau kuliah di Singapura? Nggak takut Tina selingkuh," ujar Beca, ceplosan Beca sontak saja membuat Nayla tersedak.Nayla mengambil minum-nya yang sudah mencair dan menyedotnya. Reno mau kuliah di luar negeri itu pun Beca tahu. Dasar Beca. "Bek, jangan bahas di sini nanti Tina sedih. Kalau dia nangis lo mau tanggungjawab." Reno mengelus rambut Tina yang panjang. "Enak aja emang aku Nayla," kata Tina menunjuk Nayla dengan mulutnya. "Laah kok gue dibawa-bawa. Emang gue nangis kaya mana? Pada reseh sih," keluh Nayla. Raka ikutan tersenyum geli mendengar ucapan Reno. "Nangis Lo ngalahin hujan campur petir." Beca tergelak. Nayla menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia diposisi paling memalukan. Yang membuatnya se
Kamu boleh memiliki raganya tapi dihatinya ada aku.Bolehkah aku terlalu bangga.atau aku sedang menghibur diri sendiri.Nayla menatap Jennifer dengan perasaan iri saat wanita itu bercerita tentang dirinya. Punya pekerjaan sebagai model yang menjanjikan dan sebentar lagi gelar sarjana hukum akan disandangnya. Sedangkan dirinya, masih bingung dengan masa depannya. "Nayla mau kuliah jurusan apa?" tanya Jennifer melihat Nayla. "G-Gue masih mikir." Nayla tersenyum canggung, walaupun Nayla melihat buku tapi kupingnya mendengar obrolan Jenni pada temannya. "Lahh kok bisa? Emang lo tertarik dengan apa? Itu bisa sangat membantu Nayla," ucap Jenni ramah. Jangan terlalu ramah Jenni itu akan menambah beban Nayla."Aku suka gambar," ucap Nayla yang masih membuka buku novelnya.
Tina dan Reno duluan pulang, karena Tina ada job malam ini. Semenjak libur banyak yang meminta Tina untuk jadi DJ di acara-acara anak muda. Untungnya Reno selalu menemani jadinya Tina akan aman.Nayla membereskan meja, setelah pengunjung sepi. Hari ini kafe tutup lebih awal karena hari ini spesial pembukaan.Nayla memandang langit yang gelap ditemani bintang. Dia berdiri di depan pintu. Raka belum datang untuk menjemputnya. Nayla memutar mata melihat Beca menemani Bagas menyusun buku-buku ke lemari. Beca rajin atau dia hanya ingin menunjukkan dirinya sebagai kekasih Bagas di depan teman-teman Bagas. Terutama kepada wanita yang dilihatnya waktu itu masuk mobil Bagas. "Gue pulang duluan ya," ucap Nayla. Jiwa dan raganya sudah merasa bosan. Dia duduk memandori Beca dan Bagas.  
Raka masuk kamar dan langsung pergi ke kamar mandi. Dia perlu air untuk menyegarkan tubuhnya. Dia tidak peduli dengan deringan Handphone dari tadi ia yakin itu pasti Jennifer, sekedar bertanya.udah sampai belum yanklagi dimanajangan lupa makan Dan bla bla, bla..Dan lagi-lagi Raka malas mengangkat telpon dari Jennifer. Dia berharap Jennifer marah, kesal, dan akhirnya mengakhiri hubungan mereka.Tapi nyatanya tidak, Jenni akan tetap bersabar dengan perubahan sikap Raka padanya. Setelah mandi Raka lebih suka mengutak-atik laptopnya, sibuk dengan imajinasi. Jangan berfikir negatif, dia tidak membuka laptop untuk mencari foto mesum atau video anak dewasa walaupun dia sudah cukup umur. Raka sama sekali tidak melirik handphone, baginya sudah mengantar Jenni pulang ke rumah sudah lebih dari cu
Raka terdiam sejenak saat mendengar perkataan Doni di telpon. Raka mengambil jasnya dan melangkah keluar dari ruangan, padahal dengan susah payah Anjani merayu Raka untuk pergi ke kantor hari ini.Raka mengambil mobilnya di parkiran kantor, dia membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Jenni. Jennifer pingsan saat melakukan pemotretan, akibat kelelahan. Hidungnya mengeluarkan darah. Jenni melewatkan jam makannya. Ia terus bekerja dan juga terlalu banyak minum alkohol.Raka membunyikan bel tempat Jennifer tinggal, seseorang membuka tapi bukan Jennifer.Raka langsung masuk ke dalam tidak perlu basa basi, dia masih kekasih Jennifer jadi tidak perlu alasan untuk masuk ke dalam rumah Jenni.Asisten Jenni mengikuti Raka dengan cemas. "Jenn..." teriak Raka. Kakinya melangkah ke kamar
Suara pesan handphone-nya berbunyi, Raka tersenyum saat melihat nama Nayla.Dia belum berani mengubah nama itu di handphone-nya untuk sebutan yang lebih manis.NAYLA ANASTASYAYang, aku rindu RAKA NICHOLAS😍😘NAYLA ANASTASYAHanya itu ??Raka tak mau membalas lebih, pasti Nayla ingin bertemu dan keadaan tidak tepat.Jangan paksa Nayla, nanti aku akan berlari ke arah kamu dan semuanya akan kacau.Raka memegang rambutnya dengan frustasi.NAYLA ANASTASYAnanti aku bisa mati karna menahan rindu RAKA NICHOLASJangan bicara asal !! kalau kita ketemu aku akan sangat marah.NAYLA ANASTASYAMaaf
Raka memutar arah mobilnya menuju cafe Bagas, perlu waktu untuk sampai ke sana, dia melewati lampu merah. Raka tersenyum saat melihat Nayla sudah ada di tempat parkiran. "Kok di luar?" tanya Raka saat keluar dari mobilnya. "Sengaja nungguiin kamu." Nayla menghampiri Raka lalu memeluk laki-laki itu dengan manja. "Aku kangen," bisiknya. "Mau jalan-jalan?" ucap Raka seraya membelai rambut panjang gadisnya. "Kemana?" Nayla melepaskan pelukannya lalu menatap Raka dengan lekat. "Banyak yang bisa dilihat di pinggiran kota ini," ucap Raka. Nayla mengangguk. Dia hendak berjalan ke arah mobil. "Kita jalan kaki nggak pake mobil," ucap Raka menahan tawa."Hah?" Padahal Nayla sudah memegang pintu mobil Raka. Dipikir pasti naik mobil karena Raka berdiri di dekat mobil. "Nggak mau ahk. Capek," ucap Nayla manja.
Nyatanya ucapan Raka bertolak dengan tindakannya. Raka menyuapi Nayla saat dia memakan sate, setusuk itu mereka makan bergantian tapi lebih banyak Raka yang makan. Raka ingin membuat moments ini hanya untuk mereka berdua. Makanya dia pesan seporsi aja. Biar ada kerjaan. "Aa." Raka membawa satu ke mulut Nayla. Gadis itu menuruti apa yang dilakukan Raka. Ya, dia suka dimanjakan Raka, dan tidak bisa menolak. "Minum." Nayla menunjuk minuman dengan matanya. Beneran itu keadaan terpaksa karena Raka masih memegang tangan kirinya dengan kuat, tapi itu juga adalah hal menyenangkan. Raka mengambil gelas teh manis dan membawanya ke dalam mulut Nayla, gadis itu menyerut sedotan dengan tatapan bahagia. Nayla membuat Raka melupakan masalahnya sejenak. Dia butuh Nayla untuk menenangkan hatinya. &
Kilasan tentang pertemuannya dengan Jenny saat ini kembali. Jenny tidak terlalu banyak perubahan, dia sangat pintar merawat dirinya. Namanya model memang lebih berpengalaman dalam perawatan. Tubuhnya terbentuk dengan indah, tatapannya masih lembut tapi terkesan angkuh.Nayla menatap perempuan di depannya ini dengan senyum tipis, masih bingung dengan situasinya saat ini. Sepertinya semua orang terfokus padanya bukan pada Beca yang punya acara.Kemudian Nayla melirik jari manis Jenni, lalu tersenyum tipis. Dia jadi ingat pesan terakhir Jenni saat itu.Aku harap kamu mundur, Nayla. Karna kamu akan menyebabkan pertunangan aku sama Raka batal. Aku harap kamu masih punya hati nurani."Selamat ya untuk hari bahagia kamu."Nayla hanya tertegun mendengar ucapan Jenny, dia masih tak bergeming dengan balutan kebaya putih da
Mike, Doni, Erga, dan Rangga berpenampilan rapih dengan jas berwarna senada. Sebagai groomsmen mereka datang lebih awal dibanding para tamu undangan. Rangga yang paling antusias dengan acara ini sudah memegang camera sambil memasuki tempat itu. Bermaksud mengabadikan acara sakral temannya."Bro, lo kelihatan pucat banget. Nervous ya?" Rangga meledek sambil menyorot laki-laki berpenampilan serba putih itu. Wajahnya yang tampan dan berpenampilan paling menonjol itu dari tadi menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan dengan pelan. Sangking nervousnya."Jangan diganggu Ga kepala suku, dia lagi berdoa biar acaranya gak bubar karena ditolak calon pengantin." Suara itu dari Doni, karena yang di sorot tidak merespon ucapan Rangga.Rangga memberikan cameranya pada Mike untuk bergantian memvideokan, lalu dia menepuk bahu cowok yang terlihat tegang itu. "Gue mah nitip dia aja ya. Jaga baik-baik jangan sampe lepas lagi. Terus nitip keponakan yang cakep-cakep."
"Tunggu di situ jangan kemana-mana!"Suara cemas itu terdengar dari balik ponsel. Cewek berambut lurus sepunggung itu baru saja turun dari pesawat."Gue bisa naik taxi.""Gak bisa lo udah gue jemput." Bagas menegaskan."Gue kan udah bilang gak mau dijemput. Pokoknya gue pulang sendiri," ucapnya seraya mengambil barangnya lalu melangkah bersama para penumpang yang lainnyaSetelah 17 jam perjalanan dan untungnya hanya sekali transit. Akhirnya Nayla kembali menghirup udara di Jakarta. Jika kalian mau tahu berapa lama Nayla tinggal di London, jawabannya sangat membanggakan. Dia berhasil menyelesaikan kuliahnya walaupun dengan hasil yang pas-pasan. Tapi pengalaman hidup yang dia dapat sangatlah berharga. Sambil kuliah Nayla menyibukkan dirinya dengan berkerja part time. Pekerjaan serabutan, berkali-kali dia pindah pekerjaan.Menjadi pelayan di McDonald's, penjaga toko, dan Nayl
Dear, my Boy...Untuk kamu yang selalu punya tempat di hatiku.Entah apa yang harus aku tuangkan dalam secarik kertas ini. Sekalipun ada goresan tinta yang indah, tapi nggak akan bisa mengalahkan indahnya perasaanku untuk kamu, sayang.Enggak ada yang kusesali dari hubungan ini. Bertemu dengan kamu adalah anugrah. Dan berpisah dengan kamu adalah takdir yang harus terjadi.Aku tahu, aku nggak cukup sempurna. Dan caraku mencintai kamu mungkin salah, hingga membuat wanita lain terluka. Aku sadar, aku bukanlah satu-satunya wanita yang ada tempat di hati kamu.Tapi entah kenapa, tiba – tiba saja muncul dalam pikiranku, apakah aku pantas mendampingi kamu? Apa aku bisa bahagia saat wanita lain terluka.Perpisahan ini berat, percayalah aku pun merasakannya. Tapi ini yang terbaik untuk kita. Sampai kita sama-sama
Aku mencintai kamu.Rasa ini teramat nyata hingga hati ini terlalu sakit, saat sadar kamu meninggalkanku lagi. Nayla sudah berada di bandara bersama keluarga dan teman-temannya. Sungguh, perasaannya bercampur aduk sekarang ini. Nayla menarik nafas berat, tangannya menggenggam travel bagnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia akan pergi sendiri ke tempat yang jauh.FlashbackNayla mendongak melihat Raka sudah berdiri di depannya, cowok itu menatapnya penuh perasaan."Lain kali, jangan pernah pergi sendirian. Apalagi ke tempat yang masih baru buat lo."Nayla mengangguk pelan, ia menerima uluran tangan Raka. "Janji sama gu
"Gue harus pergi sekarang." Nayla tersenyum kecil pada Jenni. Sedikit menoleh Doni. Laki-laki itu hanya diam dari tadi tapi Nayla tahu Doni sedikit terganggu dengan obrolan mereka. Nayla beranjak membuka pintu. "Nayla... Mungkin kalau nggak ada Raka diantara kita. Gue pengen lo jadi kawan gue. Seharusnya kita bisa jadi sahabat," ucap Jenni memandang Nayla yang berdiri di depan pintu.Nayla hanya mendengar itu tanpa menoleh dan pergi meninggalkan kamar Jenni. "Gue harus nelpon Raka." Ucap Doni mengambil handphone-nya dari saku celana. "Jangan berani lo ngomong apa-apa sama Raka! Bentar lagi dia ke sini, lo pergi dari sini kalau mau bikin Raka tahu tentang kepergian Nayla," bentak Jenni, dia terlalu takut kehilangan Raka. Doni menjambak rambutnya, frustasi. Jennife
Matanya melihat ke arah langit. Langit yang gelap dihiasi bintang. Pemandangan langit sama saja bukan, saat kita dimana pun melihatnya. Nayla menyenderkan bahunya ke belakang sambil mendengus. "Kamu bilang pendidikan penting, tapi kenapa kamu sekarang gak ada buat dukung aku." Monolognya. Nayla melihat ponsel yang dipegang-nya, jangan berharap karena berharap itu sakit. Padahal dia sangat membutuhkan bahu laki-laki itu untuk bersandar. Lupakan mungkin Raka sedang berada di rumah sakit. Nayla menutup matanya yang perih, menahan air mata yang ingin jatuh.Kamu terlalu sibuk dengan dia, Raka. Kamu nggak tau aku butuh kamu sekarang. "Nggak usah ngelamun di sini. Nanti diculik setan." Nayla membuka matanya karena kaget. Bagas sudah ada di dep
Langit seakan tak biru lagilaut seolah menghempas sepiberibu malam aku tangisimengalun sepi menyiksa hatiDan malam ini, Nayla terdiam. Isak ibunya terdengar perih, terasa gendang telinganya robek tersayat. Ia mengunci masuk hatinya dalam dipan bergembok.Meyakinkan diri ini adalah keputusan terbaik. "Mama nggak setuju!" Ayu bersuara serak sambil menyeka air matanya. Setelah makan malam dan meja makan dibersihkan, Nayla mengatakan keputusannya. Nayla menahan air matanya supaya tidak tumpah, dadanya terasa sesak. Untuk pertama kalinya ia membuat wanita yang melahirkannya menangis dan Ayahnya terdiam dengan wajah muram. Semua ucapan Nayla berhasil membuat senyum keluarganya pudar. Nayla yang manja, tidak pernah hidup sendirian selama 18 tahun usianya kini mengambil ke
"Coffee..." Doni menyerahkan segelas coffee pada Raka, dia membelinya pada mesin otomatis yang ada di rumah sakit, sangat praktis bukan. "Thanks," ucap Raka, dia lagi tidak ingin tersenyum pada Doni. Mereka duduk di kursi yang berada diluar kamar Jenni padahal Raka sedang ingin sendiri tapi Doni menghampirinya. "Gue tahu hati lo lagi bercabang. Dari dulu gue iri sama lo, selalu aja banyak cewek yang ngejer-ngejer lo," ucap Doni dengan senyum pahit, laki-laki itu duduk di samping Raka. Raka tidak menggubris omongan Doni, apakah tepat membicarakan hal seperti itu dalam situasi seperti ini. Raka menaikan bahunya sedang menyeimbangkan posisi duduknya. "Dan yang paling gue iri. Lo bisa dapetin cewek kayak Nayla Anastasya Susanto. Menurut gue dia sedikit bodoh." Doni te